Relevansi Konsep Humanistik Dengan Pendidikan Akhlak

si pelaku bahkan sampai kepada para keturunannya nanti baik dalam kehidupan sekarang ataupun yang akan datang. 48 Islam juga mengenal ajaran tentang hukum sebab-akibat bahwa perbuatan baik akan berakibat baik dan perilaku yang buruk juga akan berakibat buruk. Sebagaimana firman Allah dalam surat Ar-Rum ayat 41 :                 41. Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan Karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar. 49 2. Ajaran Tentang Budi Luhur Paguyuban Sumarah di samping mengajarkan kepada anggotanya untuk tetap iman kepada Allah dan Rasul-Nya, serta bersujud Sumarah kepada-Nya, juga mengajarkan tentang budi luhur, yaitu untuk membentuk jiwa agar memiliki sifat-sifat luhur dengan cara melatih segala perbuatan, perkataan, dan hati secara moralitas agar dapat mendekati dengan sifat-sifat Tuhan yang Maha Suci. Ajaran budi luhur tersebut adalah sebagai berikut 50 : a. Bersikap sederhana dan menarik hati. 48 Rahnip M, Aliran Kepercayaan dan Kebatinan Dalam Sorotan, Surabaya: Pustaka Progresif, 1987, hlm. 17 49 Kementerian Agama RI, Mushaf An-Nazhif, Solo: Tiga Serangkai, 2014, hlm. 408 50 Abdul Mutholib Ilyas dan Abdul Ghofur Imam, Aliran Kepercayaan dan Kebatinan di Indonesia, Surabaya: CV. Amin Surabaya, hlm. 86 Sikap sederhana ini menjadi salah satu dari ajaran dan ciri khas dari para pengikut paguyuban sumarah. Namun, hal ini juga sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-Furqan ayat 67 :             67. Dan orang-orang yang apabila membelanjakan harta, mereka tidak berlebihan, dan tidak pula kikir, dan adalah pembelanjaan itu di tengah-tengah antara yang demikian. 51 b. Tepo sliro dan tenggang rasa terhadap sesama manusia, sesama golongan, aliran dan agama. Dalam agama Islam, Tepo Seliro atau tenggang rasa ini dikenal dengan istilah Tasamuh. Ajaran Tasamuh dalam Islam digolongkan kedalam salah satu ajaran dari akhlak terpuji Akhlakul Karimah. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al- Hujurat ayat 13 :                        13. Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal- mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. 52 51 Kementerian Agama RI, Mushaf An-Nazhif, Solo: Tiga Serangkai, 2014, hlm. 52 Kementerian Agama RI, Mushaf An-Nazhif, Solo: Tiga Serangkai, 2014, hlm. 517 c. Berusaha mewujudkan kesehatan, ketentraman, dan kesucian rohani. Mengenai tentang kesehatan, ketentraman dan kesucian batin ini telah dipaparkan dalam hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim bahwa Allah tidak akan memandang apapun yang ada pada badan dan paras kita, Allah hanya akan memandang hati dan batin. Karenanya, sudah menjadi suatu keharusan untuk tetap menjaga kesucian hati dan batin. d. Memiliki tabiat luhur, tutur kata dan perilaku yang baik. Mengenai tuntunan berbuat baik, Islam dalam kitab sucinya menyebutkannya dalam surat An-Nahl ayat 90 :                   90. Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran. 53 e. Mempererat persaudaraan berdasarkan cinta kasih dan suka memaafkan kesalahan orang lain. 53 Ibid., hlm. 142 Ajaran untuk memaafkan sesama juga disampaikan oleh Allah dalam surat An- Nisa’ ayat 149 :                149. Jika kamu melahirkan sesuatu kebaikan atau menyembunyikan atau memaafkan sesuatu kesalahan orang lain, Maka Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Kuasa. 54 f. Tidak membeda-bedakan antara sesama manusia. Dalam Islam, umat manusia juga diajarkan untuk tidak membeda-bedakan antara manusia yang satu dengan yang lainnya. Sebagaimana Allah berfirman dalam surat Al-Hujurat ayat 13 :                        13. Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal- mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. 55 g. Berusaha untuk dapat melaksanakan kewajiban sebagai warga negara. 54 Ibid., hlm. 102 55 Ibid., hlm. 517 Mengenai tentang melaksanakan kewajiban sebagai warga negara ini Allah berfirman dalam surat An- Nisa’ayat 59 :                                59. Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul nya, dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah Al Quran dan Rasul sunnahnya, jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama bagimu dan lebih baik akibatnya. 56 h. Berperilaku benar dengan memperhatikan dan mengutamakan kepentingan umum. Mengenai tenntang mengutamakan kepentingan umum ini Allah telah mengabadikan kisah dari sahabat Anshar dalam surat Al-Hasyr ayat 9 :                                  9. Dan orang-orang yang Telah menempati kota Madinah dan Telah beriman Anshor sebelum kedatangan mereka 56 Ibid., hlm. 87 Muhajirin, mereka Anshor mencintai orang yang berhijrah kepada mereka Muhajirin. dan mereka Anshor tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka Muhajirin; dan mereka mengutamakan orang- orang Muhajirin, atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka Itulah orang orang yang beruntung. 57 i. Sabar dan teliti dalam menerima sesuatu, tidak gegabah, tergesa- gesa, dan rajin dalam menuntut ilmu. Mengenai tentang sifat gegabah atau tergesa-gesa ini Imam At- Tirmidzi telah meriwayatkan sebuah hadits yang menyatakan bahwa tergesa-gesa merupakan perbuatan setan. Sedangkan mengenai kesabaran, Allah telah berfirman dalam surat Al-Anfal ayat 46 :                 46. Dan taatlah kepada Allah dan rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. 58 j. Tidak berbuat jahat, jahil, firnah, maksiat, dan segala tingkah laku tercela. Islam juga mengajarkan untuk tidak memfitnah. Dalam kitab suci Al-Quran, Allah berfirman dalam surat Al-Hujurat ayat 12 : 57 Ibid., hlm. 546 58 Ibid., hlm 183                                     12. Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba- sangka kecurigaan, Karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang. 59 Disamping itu pula, Paguyuban Sumarah juga mengajarkan agar manusia memiliki sikap sebagai berikut 60 : a. Tidak berbuat apa-apa, artinya bahwa orang harus yakin bahwa dirinya tidak bisa berbuat apa-apa kecuali atas kehendak Tuhan. Oleh karena itu seseorang tidak sepatutnya bersikap sombong, takabur atau kumengsun egoistis, tetapi hendaklah senantiasa rendah hati. b. Tidak mempunyai apa-apa, artinya dalam bertindak hendaklah tidak disertai maksud untuk menguntungkan diri sendiri, atau dengan kata lainhendaklah “sepi ing pamrih rame ing gawe”. 59 Ibid., hlm. 517 60 Ridin Sofwan. Menguak Seluk Beluk Aliran Kebatinan: Kepercayaan Tuhan Yang Maha Esa, Semarang: Aneka Ilmu, 1999, hlm. 230 c. Menyerahkan jiwa raga, artinya bahwa seseorang hendaklah yakin bahwa segala sesuatunya adalah milik Allah termasuk jiwa dan raga manusia itu sendiri. Sebab, segala sesuatu yang dimiliki oleh manusia adalah titipan dari Allah, maka segala sesuatu hendaklah diserahkan pada kehendak Allah.

BAB III METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan deskriptif- kualitatif, yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata yang tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pedekatan diarahkan pada latar belakang obyek dan individu tersebut secara holistik utuh. 1 Penelitian ini tidak saja mengumpulkan data dari sisi kuantitasnya tetapi juga ingin lebih dalam mengungkapkan dan memahami fenomena di balik permasalahan yang telah dirumuskan. Menurut Nazir, tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsigambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki. 2 Dalam penelitian ini, juga menggunakan jenis penelitian studi kasus, yaitu penyelidikan yang mendalam dari suatu individu, kelompok atau institusi 3 . Studi kasus bertujuan untuk memberikan gambaran secara mendetail tentang latar belakang, sifat-sifat serta karakter yang khas 1 Lexy. J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2002, hlm. 4 2 Moh Nazir , Metode Penelitian, Bogor: Ghalia Indonesia, 2005, hlm. 64 3 Sanapiah Faisal, Format-Format Penelitian Sosial Jakarta: Rajawali Pers, 1998, hlm. 4 52 dari kasus atau status dari individu yang kemudian sifat-sifat khas tersebut dijadikan suatu hal yang bersifat umum. Penelitian deskriptif kualitatif ini menggunakan perspektif fenomenologis yaitu mencari kebenaran sesuatu dengan cara menangkap fenomena dan gejala yang memancar dari objek yang diteliti. 4 Tugas peneliti adalah memberikan interpretasi terhadap gejala tersebut. Jadi, dengan perspektif fenomenologis ini peneliti dapat melihat dan menyaksikan secara langsung mengenai penerapan humanistik dan relevansinya dengan pendidikan akhlak dalam paguyuban sumarah di Perum. deltasari Indah Sidoarjo. Sesuai dengan rumusan masalah tujuan dan paradikma penelitian yang telah ditetapkan sebelumnya, pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif, yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan serta prilaku dari orang-orang yang diamati. Penggunaan metode kualitatif dalam penelitian ini, adalah untuk memahami, menafsirkan makna suatu peristiwa, tingkah laku manusia dan latar belakang alamiah. Secara holistik-kontekstual. 5 4 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002, hlm. 12 5 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2005, hlm. 60

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Perumahan Deltasari Indah BQ-40, Waru – Sidoarjo yang menjadi pusat kepengurusan Dewan Pengurus Daerah DPD Paguyuban Sumarah Propinsi Jawa Timur. Penulis sengaja memilih paguyuban tersebut sebagai objek penelitiannya dengan sebab mulai banyaknya kembali masyarakat Islam yang tertarik terhadap Paguyuban Sumarah dikarenakan pemahaman masyarakat yang menganggap adanya Relevansi antara paham ajaran dalam Paguyuban Sumarah dengan ajaran dalam agama Islam.

C. Kehadiran Peneliti

Peneliti sebagai instrumen, peneliti dimaksudkan sebagai pewawancara dan pengamat, sebagai pewawancara peneliti akan mewawancarai para pengurus DPD Paguyuban Sumarah Provinsi Jawa Timur yang bertempat di Perumahan Deltasari Indah BQ-40, Waru - Sidoarjo, peneliti bertindak sebgai observe, pengumpul data, penganalisis data dan sekaligus pelapor hasil penelitian. Dalam penelitian kualitatif, kedudukan peneliti adalah sebagai perencana, pelaksana, pengumpul data, penganalisis, penafsir data dan akhirnya pelapor hasil penelitian.

D. Sumber Data

Sumber data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah subyek dari mana data tersebut dapat diperoleh. 6 Menurut Lofland, yang dikutip oleh moleong, sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata atau tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen. 7 Adapun sumber dari data tersebut adalah: 1. Data primer Data Primer adalah data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti dari sumber pertamanya. 8 Dalam penelitian ini, data primer diperoleh oleh peneliti melalui hasil observasi dan wawancara secara langsung dengan Pengurus DPD Paguyuban Sumarah Provinsi Jawa Timur tentang relevansi konsep humanistik dengan pendidikan akhlak dalam paguyuban sumarah di Perum. Deltasari Indah Sidoarjo. 2. Data sekunder Data Sekunder adalah data yang diterbitkan oleh organisasi yang bukan merupakan pengolahan peneliti. Data tersebut biasanya telah tersusun dalam bentuk dokumen-dokumen, misalnya; data mengenai keadaan demografis suatu daerah, data mengenai produktivitas suatu perguruan tinggi, data mengenai persediaan 6 Suharsmi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Jakarta: Rineka Cipta, 2002, hlm. 92 7 Lexy. J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2002, hlm.95 8 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian Jakarta: Raja Grafindo Persada,1998, hlm. 84