('strategi Komunikasi Paguyuban Bogor Dalam Menjalankan Program Pendidikan, Sosial - Ekonomi Dan Budaya pada Masyarakat Kota Bogo

(1)

(2)

EKONOI\{I

DAIY

BUDAYA PAI}A

MASYARAI(AT

KOTA BOGOR

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Mernenuhi persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.kom.f)

Oleh:

Maulana Fitvan Aunilah

NIM: 1110051000129

Di ba'*,ah bimbingan :

Wq

Ade Rina Farida. M.Si itilP: 19770513 200701 2 OtB

JI'RUSAN

KOI\{TTNIKASI

DAN PENYIARAN

ISLAM

FAKT'LT.,\S

IL}{U

DAK\\'AH

DAN

ILMU

KOMUNIKASI

LINIVERSITAS ISLANI

NEGERI

S\ ARIF

HIDAYATULLAH

JAI(ARTA

l.136Hi2015NI


(3)

PENGESAHAN PANITTA UJIAN

Skripsi ),ang berjudul

('strategi

Komunikasi Paguyuban

Bogor

Dalam Menjalankan Program Pendidikan, Sosial

-

Ekonomi

Dan Budaya pada Masyarakat Kota Bogor". Telah diujikan daliim sidang munaqosyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu komunikasi Unuversitas Islam Negeri

Or$

Syarif

Hidayatullah Jakarta pada Septernber 20i5. Skripsi

ini telah diterima

sebagai

syarat untuk meraih gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Iakarta, 9 September 2015

Sidang N{unaqosyah,

Sekertaris Merangkap Anggo ta,

NIP: 19670906 199403

I

002

Anggota,

Pengu.fi

il

Noor Bekti Negoro. iVI.Si l{IP:19650301 199903 1 001

Pembimbing

W

Ade Rina Farida M.Si Penguji

1,,fu

t'

1021 200801 1 009


(4)

2.

a

J.

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Sikripsi ini adalah hasil karya sendiri yang diajukan untuk memenuhi salah

satu persyaratan meraih gelar Strata Satu di Unuversitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta

Semua sumber ysng saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketnentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta

Jika kemudian hari terbukti bahwa karya

ini

bukan hasil karya saya atau merupakan hasil duplikasi dari karya orang

lain,

maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku

di

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta, 28 Agustus 2015


(5)

i

ABSTRAK

Maulana Fityan Aunilah, NIM. 1110051000129, Strategi Komunikasi

Paguyuban Bogor Dalam Menjalankan Program Pendidikan, Sosial - Ekonomi Dan Budaya Pada Masyarakat Kota Bogor, di bawah bimbingan Ade Rina Farida, M. Si

Kota Bogor dihadapkan pada sekian banyak permasalahan dalam berbagai bidang, baik dari sisi pendidikan, sosial-ekonomi dan budaya, moral, kemiskinan, ketidakarifan budaya lokal dan sikap apatis terhadap usaha pembangunan Kota Bogor baik sumber daya alam dan sumber daya manusianya. Dalam hal ini pemuda tentunya ikut bertanggung jawab untuk menanggulangi hal-hal tersebut sesuai dengan kapasitasnya sebagai generasi, penggerak atau inisiator. Untuk itulah paguyuban Kota Bogor didirikan.

Paguyuban Bogor sebagai wadah kemasyarakatan Kota Bogor turut andil membangun potensi, karakter, kreativitas, integritas, kearifan budaya lokal, ekonomi kreatif dan kesadaran masyarakat Kota Bogor dengan merangkul pemuda, pelajar ataupun mahasiswa melalui program-program yang telah dikemas sebaik dan semenarik mungkin. Untuk mencapai keberhasilan programnya Paguyuban Bogor memiliki Strategi Komunikasi yang baik. Terbukti dengan partisipasi aktif dan massif masyarakat Kota Bogor dalam mengikuti program Paguyuban Bogor. Oleh karena itu penulisan Skripsi ini untuk mengetahui strategi komunikasi Paguyuban Bogor dalam menjalankan program pendidikan sosial-ekonomi dan budaya pada masyarakat Kota Bogor.

Adapun perumusan masalah meliputi strategi komunikasi apa yang dilakukan Paguyuban Bogor? Program apa saja yang telah dicapai Paguyuban Bogor dalam pendidikan, sosial-ekonomi dan budaya? Apa faktor pendukung dan penghambat Paguyuban Bogor dalam menjalankan program pendidikan, sosial-ekonomi dan budaya? Apakah upaya yang dilakukan Paguyuban Bogor berhasil atau tidak?

Metode yang dipilih dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis, di mana peneliti mendeskripsikan atau mengkonstruksi dari bahan-bahan atau buku-buku yang mendukung sesuai subjek penelitian, terutama hasil wawancara dengan Mantan Ketua Paguyuban Bogor, Ketua Paguyuban Bogor yang baru dan anggota Paguyuban Bogor. Dengan demikian penelitian ini menggunakan model kualitatif.

Dalam menjalankan program pendidikan, sosial-ekonomi dan budaya, Paguyuban Bogor menggunakan strategi komunikasi yang komprehensif, meliputi rumusan strategi yang menganalisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Setelah itu melakukan implementasi dan diakhiri dengan evaluasi. Dalam upayanya tersebut, Paguyuban Bogor telah berhasil menjalankan banyak program-program yang mampu menarik perhatian banyak khalayak. Sebagai contoh program B-next, penataan kota, pelatihan usaha kreatif dan penampilan-penampilan seni budaya, dimana program tersebut disosialisaikan melaui media massa cetak maupun elektronik dan media online.

Keyword : Strategi Komunikasi, Paguyuban Bogor, Program pendidikan, sosial-ekonomi dan budaya


(6)

ii

Alhamdulillahirobbil ‘aalamiin, Puji dan syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah subhanahuwata’ala, atas nikmat, rahmat dan karunia-Nya sehingga peneliti selalu diberikan kekuatan, kesehatan dan semangat hingga dapat menyelesaikan penulisan Skripsi ini yang berjudul ”Strategi Komunikasi Paguyuban Bogor Dalam Menjalankan Program Pendidikan, Sosial - Ekonomi dan Budaya Pada Masyarakat Kota Bogor” dengan baik. Shalawat serta salam semoga senantiasa terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad shalallahu

‘alaihiwasallam, kepada keluarganya, para sahabatnya, hingga kepada umatnya sampai akhir zaman, aamiin.

Dalam penyelesaian Skripsi ini peneliti banyak mengalami kesulitan, akan tetapi berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya peneliti dapat menyelesaikan Skipsi ini tepat pada waktunya. Untuk itu peneliti mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. Dr. H. Arief Subhan selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Wakil Dekan Bidang Akademik, Suparto M.Ed, Ph.D, Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum, Dr. Hj. Roudhonah, MA, Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan, Dr. Suhaimi, M.Si

2. Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Drs. Masran, MA dan Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Ibu Fita Fathurokhmah, M.Si, yang telah memberikan sarana dan prasarana yang baik selama peneliti berada di fakultas ini.


(7)

iii

3. Ade Rina Farida, M.Si selaku pembimbing yang senantiasa sabar memberikan arahan, petunjuk dalam bimbingan, dan asyik dalam berdiskusi, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Prof. Dr. Murodi, MA selaku Penasehat Akademik yang selalu memberikan nasehat selama saya berada di kampus ini.

5. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan pengalaman serta ilmu kepada peneliti.

6. Keluarga, terutama kedua orang tua tercinta, mamah Itoh dan bapak Sugandi yang dengan penuh kesabaran, ketulusan dan keikhlasan selalu memberikan semangat dan dukungan serta do’a selama peneliti menjalani pendidikan sarjana ini. Juga kepada adik-adik tercinta, Siti Fahridhatul Adawiyah, Muhammad Ramdhani dan Siti Rahma Aliah yang selalu nanya kapan peneliti wisuda.

7. Pimpinan Paguyuban Bogor Dr. Bima Arya dan Kang Iwan Setiawan, juga segenap keluarga besar Paguyuban Bogor khususnya Kang Riadul Muslim, S.Sos,i yang telah memberikan informasi dan data yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini.

8. Kekasih, Lidia JN, S.Tr.Keb yang senantiasa mejadi sandaran, memberikan semangat, dukungan dan selalu setia menemani peneliti dalam suka dan duka sampai skripsi ini selesai.

9. Sahabat-sahabat terbaik, Ahmad Azis Hidayat, Isnandi Hakim, Muis Alya Ardhi, SE, Asep Ramdhani (Epot), Muhammad Ikbal (Oge), Sonson Laksana Putra, Putri Ellyana Sari, yang selalu memberikan kesan dan pesan yang luar biasa di saat peneliti pusing dengan proses skripsi ini. Tidak lupa buat sahabat-sahabat peneliti yang begitu banyak dan tidak bisa disebutkan satu per satu yang pernah bersimpati pada peneliti.


(8)

iv

Agung Sulistiono. Juga sahabat diskusi yang militant dan progres, Achdan Mubarak, Aditia Purnomo, Fadhil Arrosyad, Arifin Ilham (Kak Ipin), Boim Gerakan Mahasiswa Indonesia, Bang Tope dan Bang Cuplay.

11. Keluarga besar KM. UIN Jakarta, Himpunan Mahasiswa Bogor, Lembaga Pers Mahasiswa UIN Jakarta, Dewan Perwakilan Mahasiswa UIN Jakarta, kawan-kawan seperjuangan dan sepertarungan yang pernah memberikan banyak ilmu dan pengalaman di luar kelas kuliah.

Peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi isi maupun susunan bahasanya. Untuk itu peneliti mengharapkan saran dan bimbingan dari pembaca yang dapat membangun kesempurnaan skripsi ini.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca umumnya dan bagi peneliti khususnya. Akhir kata peneliti mengucapkan terimakasih.

Jakarta, 28 Agustus 2015


(9)

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...………...

KATA PENGANTAR …...……….

DAFTAR ISI ………...

DAFTAR LAMPIRAN………...

i ii

v viii

BAB I PENDAHULUAN ………... 1

A. Latar Belakang Masalah ………..…………

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah .………... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ………...

D. Metodologi Penelitian ………...

E. Tinjauan Pustaka ... F. Sistematika Penulisan...

1 7 8 9 12 13

BAB II LANDASAN TEORI ……...………... 15

A. Strategi Komunikasi...………... 1. Pengertian Strategi... 2. Pengertian Strategi Komunikasi... 3. Tahapan-tahapan Strategi... B. Komunikasi ...

1. Pengertian Komunikasi... 2. Komponen Komunikasi... 3. Media Komunikasi... C. Pengertian Paguyuban……... D. Pendidikan, Sosial-Ekonomi dan Budaya... 1. Pengertian dan Peran Pendidikan... 2. Jalur Pendidikan... 3. Pendidikan Nonformal...

15 15 18 20 22 22 24 26 29 33 33 37 38


(10)

vi

6. Pengertian Sosial-Ekonomi... 7. Pengertian Budaya... 8. Unsur-unsur Budaya... 9. Wujud Budaya...

44 47 49 51

BAB III GAMBARAN UMUM PAGUYUBAN BOGOR...……….. 55

A. Sejarah Paguyuban Bogor………... B. Prinsip Dasar Paguyuban Bogor... C. Program Kerja Paguyuban Bogor... 1. Pendidikan... 2. Sosial-Ekonomi... 3. Budaya... D. Struktur Organisasi paguyuban bogor ………... E. Visi dan misi Paguyuban Bogor...

55 56 56 57 60 60 61 62

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS ... 63

A. Strategi Komunikasi Paguyuban Bogor... B. Strategi Komunikasi Paguyuban Bogor dalam Praktek

Menjalankan Program... 1. Perumusan Strategi... 2. Implementasi Strategi... 3. Evaluasi Strategi... C. Analisis Optimalisasi Komunikasi Paguyuban Bogor...

63 65 65 70 76 77


(11)

vii

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ... 81

A. Kesimpulan... 81 B. Saran... 84

DAFTAR PUSTAKA


(12)

viii Lampiran 1 Surat Izin Penelitian Lampiran 2 Form Wawancara Lampiran 3 Surat Bimbingan Skripsi Lampiran 4 Dokumentasi


(13)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada era globalisasi ini nilai sosial dan budaya yang sudah tertanam dalam diri masyarakat mulai bergeser dengan perkembangan kebudayaan yang berakibat adanya penyerapan budaya asing. Hal ini membuat nilai, norma atau aturan bersama dalam lingkungan suatu daerah semakin hilang dan semakin tidak dikenal oleh masyarakat itu sendiri berikut generasi-generasi selanjutnya.

Sosial dan budaya merupakan bagian hidup manusia yang paling dekat dengan kehidupan sehari-hari. Setiap kegiatan manusia hampir tidak pernah lepas dari unsur sosial dan budaya. Sebab sebagian besar dari kegiatan manusia dilakukan secara berkelompok, berinteraksi dan menganut nilai-nilai sosial budaya yang ada pada lingkungannya.

Semakin berkembangnya permasalahan yang harus dihadapi manusia, seperti banyaknya populasi manusia, makin berkurangnya sumber daya alam, berkembangnya teknologi modern dan semakin menguatnya persaingan membuat manusia lebih individualistik untuk memenuhi kebutuhannya sendiri ketimbang hidup berkelompok untuk memenuhi kebutuhan bersama.

Di Kota Bogor misalnya, banyak generasi muda di kalangan siswa, mahasiswa maupun pekerja, tidak sedikit yang acuh terhadap nilai-nilai sosial, kearifan budaya lokal serta kepedulian terhadap lingkungannya. Generasi muda di Kota Bogor lebih banyak mengadopsi budaya barat yang


(14)

terkesan hedonis, individualis dan westernis. Padahal, Kota Bogor memiliki banyak peninggalan budaya dari nenek moyang yang sejatinya harus dijaga sebagai cipta, rasa, karsa dan karya yang khas. Jika tidak di jaga, maka generasi muda di Kota Bogor akan kehilangan jati dirinya sebagai Orang Sunda.

Manusia memiliki unsur-unsur budaya yaitu pikiran (cipta), rasa dan kehendak (karsa), dan karya. Hasil keempat potensi budaya itulah yang disebut kebudayaan. Dengan kata lain kebudayaan adalah hasil cipta, rasa, karsa, dan karya manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan cipta manusia mengembangkan kemampuan alam yang menimbulkan ilmu pengetahuan. Dengan rasa manusia menggunakan panca inderanya yang menimbulkan karya-karya seni atau kesenian. Dengan karsa manusia mengkhendaki kesempurnaan hidup, kemuliaan dan kebahagiaan sehingga berkembang kehidupan beragama. Dengan karya manusia menghasilkan berbagai sarana untuk membantu kemudahan dalam hidupnya.1

Menurut Ki Hajar Dewantara, “Kebudayaan adalah buah budi manusia dalam hidup bermasyarakat” sedangkan menurut Koentjaraningrat, “Kebudayaan adalah keseluruhan sistem, gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia”.

Oleh karena itu manusia sering disebut makhluk sosial budaya, artinya makhluk yang harus hidup bersama dengan manusia lain dalam

1


(15)

3

satu kesatuan yang disebut dengan masyarakat atau lingkungan sosial. Di samping itu, manusia adalah makhluk yang menciptakan kebudayaan dan menggunakannya sebagai acuan dalam bermasyarakat. Dengan budaya itulah manusia berusaha mencukupi kebutuhan hidupnya akan nilai-nilai sebagai acuan. Manusia tidak dapat dilepas dari kebudayaan, sehingga di mana ada manusia, disitulah ada pula kebudayaan.2

Setiap lingkungan sosial budaya itu senantiasa memberlakukan adanya nilai-nilai sosial budaya yang diacu oleh warga masyarakat penghuninya. Melalui suatu proses belajar atau dalam pendidikan secara berkesinambungan setiap manusia akan menganut suatu nilai yang diperoleh dari lingkungannya. Nilai-nilai itu diadopsi dan kemudian diimplementasikan dalam suatu bentuk “kebiasaan” ialah pola sikap dari perilaku sehari-hari. Dengan demikian pola perilaku seseorang dalam berinteraksi dengan orang lain, akan dipengaruhi oleh nilai-nilai yang diperoleh dari lingkungan sosial budayanya.3

Untuk membangun potensi, kreatifitas, kemampuan, kearifan budaya lokal, nilai, norma, maupun ekonomi masyarakat dalam suatu daerah, diperlukan wadah yang mampu memberikan ruang secara langsung pada masyarakat. Wadah yang mampu berinteraksi secara langsung dengan masyarakat adalah organisasi. Dimana organisasi merupakan sekelompok orang yang memiliki tujuan yang sama.

Paguyuban Bogor sebagai sebuah organisasi kemasyarakatan, terus berupaya meningkatkan peran sentralnya di tengah-tengah masyarakat

2

Suranto Aw, Komunikasi Sosial Budaya, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), h.22 3


(16)

Bogor. Berangkat dari kecintaan dan kepedulian pada kampung halaman, Paguyuban Bogor terlahir, tumbuh, dan lambat laun mengukir namanya di hati masyarakat Bogor tak kurang selama tiga tahun terakhir. Paguyuban Bogor bertransformasi menjadi bagian tak terpisahkan dalam denyut nadi aktivitas masyarakat di Kota Hujan pada khususnya. Bergerak di bidang pendidikan, sosial-ekonomi dan budaya, Paguyuban Bogor terus berupaya melakukan sinergi yang positif dengan instansi terkait.4

Hadirnya Paguyuban Bogor tentu sangat diperlukan dan menjadi harapan baru bagi masyarakat Kota Bogor sebagai suatu wadah yang dapat menghimpun atau mempermudah masyarakat Kota Bogor dalam bersosialisasi dan bekerjasama. Dengan berkumpulnya warga Bogor dalam satu wadah, akan semakin mudah menyamakan persepsi dan merapatkan barisan demi terwujudnya Bogor yang lebih baik. Organisasi merupakan suatu sarana yang beranggotakan orang-orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Menurut Robbins, organisasi merupakan “..Consclously coordinated social entity with a relatively identifiable boundary, that functions on a relatively continuous basis to acnieve a

common goals or a set of goals”, Robbins mengemukakan bahwa

organisasi merupakan entitas sosial. Unit-unit dari organisasi terdiri atas orang atau sekelompok orang yang saling berinteraksi. Iteraksi tersebut terkoordinasi secara sadar artinya dikelola dalam upaya mencapai tujuannya.

4

Muhammad Khozaini, Paguyuban Bogor; Regenerasi dan Konstribusi, (Hei Bogor, Edisi 14 Desember 2014), http://www.heibogor.com/detail/7057/Paguyuban-Bogor-Regenerasi-dan-Kontribusi, diakses pada 21 Januari 2015


(17)

5

Namun dalam sebuah organisasi memerlukan komunikasi yang baik dan terus menerus, karena salah satu alat ukur efektivitas dan efisiensi suatu lembaga atau organisasi adalah seberapa baiknya komunikasi dilakukan. Komunikasi ini dapat memberikan informasi dengan baik dan diterima oleh personal maupun kelompok menghasilkan suatu perubahan sikap dan tindakan dalam melakukan pekerjaan.

Pentingnya komunikasi bagi kehidupan sosial, budaya, pendidikan dan politik sudah didasari oleh para cendekiawan sejak Aristoteles yang hidup ratusan tahun sebelum masehi, fungsi komunikasi tidak hanya sebegai pertukaran informasi dan pesan, tetapi sebagai kegiatan individu dan kelompok mengenai tukar menukar data, fakta dan ide. Maka dunia pendidikan komunikasi berfungsi sebagai pengalihan ilmu pengetahuan sehinga mendorong perkembangan intelektual, pembentukan watak atau akhlak, keterampilan dan kemahiran yang diperlukan pada semua bidang kehidupan.5

A, B. Susanto, dalam bukunya Manajemen Aktual, komunikasi merupakan sarana untuk memberikan informasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu permasalahan untuk pengambilan keputusan. Komunikasi juga berfungsi untuk menyatakan ekspresi emosional.6

Komunikasi sebagai salah satu aspek penting bagi anggota Paguyuban Bogor memerlukan perhatian dan perencanaan yang tepat dari manajemen puncak. Oleh sebab itu, perlu adanya pengelolaan informasi

5

H. A. W. Widjaya, Komunikasi dan Hubungan Kemasyarakatan, (Jakarta Bumi Aksara 1997), h.11

6

A. B. Susanto, Manajemen Aktual Topik-topik actual Manajemen dalam Riak Perubahan, (Jakarta: PT. Grasindo, 1997), h. 73


(18)

yang baik dengan strategi komunikasi yang tepat sebagai langkah mencapai tujuan Paguyuban Bogor menjalankan program Pendidikan, Sosial-Ekonomi dan Budaya.

Pentingnya strategi untuk Paguyuban Bogor khususnya pada aspek komunikasi membentuk eksistensi Paguyuban Bogor di mata anggota dan masyarakat Bogor, karena semua rencana atau program dilakukan dengan baik mengacu pada langkah-langkah yang ditetapkan pimpinan untuk kemajuan organisasi. Kebutuhan untuk mencapai tujuan yang baik biasanya dimiliki organisasi yang ingin terus berkembang. Oleh karena itu, perlu adanya perencanaan yang matang dan siap mengendalikan tantangan yang dihadapi Paguyuban Bogor.

Dalam hal ini, strategi komunikasi Paguyuban Bogor dalam menjalankan program Pendidikan, Sosial-Ekonomi dan Budaya di Kota Bogor menjadi menarik untuk disorot. Setidaknya, sejak berdirinya Paguyuban Bogor, terdapat beberapa program yang mampu menarik banyak perhatian masyarakat Kota Bogor dan selalu dirindukan oleh masyarakat dan pelajar dilihat dari pemberitaan berbagai media lokal di Kota Bogor. Sehingga penulis mempertanyakan bagaimana strategi yang digunakan Paguyuban Bogor dalam menjalankan Program Pendidikan, Sosial-Ekonomi dan Budaya?

Strategi komunikasi Paguyuban Bogor sangatlah diperlukan dalam proses menjalankan program-programnya, karena berhasil atau tidaknya kegiatan komunikasi secara efektif banyak ditentukan oleh strategi komunikasi. Terutama jika Komunikasi dilakukan oleh media massa yang


(19)

7

memiliki kelayakan lebih luas dan beragam, maka Paguyuban Bogor seharusnya menyiapkan perencanaan yang matang dalam menyampaikan pesan yang ingin disosialisasikan.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Agar penulisan skripsi ini tidak melebar dari tema yang dibahas, maka dalam penelitian ini penulis membatasi masalah pada “Strategi komunikasi Paguyuban Bogor dalam menjalankan program-program kerja pada periode 2011-2015, yakni tahun sejak didirikannya Paguyuban Bogor. Adapun pembatasan lokasi penelitian di fokuskan di wilayah Kota Bogor.

2. Perumusan Masalah

Penulisan skripsi ini dirumuskan dalam pertanyaan berikut : 1. Bagaimana strategi komunikasi Paguyuban Bogor dalam

menjalankan program-program Pendidikan, Sosial-Ekonomi dan Budaya kepada masyarakat Kota Bogor?

2. Program apa saja yang telah dicapai Paguyuban Bogor dalam Pendidikan, Sosial-Ekonomi dan Budaya?

3. Apa faktor pendukung dan penghambat Paguyuban Bogor dalam menjalankan program Pendidikan, Sosial-Ekonomi dan Budaya?


(20)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Penulisan Skripsi ini selain bertujuan sebagai tugas akhir kuliah, juga bertujuan untuk:

a) Memahami strategi komunikasi Paguyuban Bogor dalam menjalankan program Pendidikan, Sosial-Ekonomi dan Budaya kepada masyarakat Kota Bogor

b) Mengetahui program-program apa saja yang telah dicapai oleh Paguyuban Bogor

c) Mengetahui dukungan dan hambatan-hambatan yang dihadapi Paguyuban Bogor dalam menjalankan program tersebut

2. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang diharapkan dalam penelitian ini adalah: a) Manfaat Akademis

Penelitian ini di harapkan dapat memberikan masukan bagi pengembangan wacana keilmuan komunikasi khususnya dalam ilmu komunikasi organisasi.

b) Manfaat Praktis

Penelitian ini di harapkan dapat mengetahui kekurangan dan kelebihan Paguyuban Bogor sebagai Organisasi Masyarakat yang ikut berkonstribusi membangun Kota Bogor melalui Pendidikan, Sosial-Ekonomi dan Budaya. Juga dapat berguna bagi Paguyuban Bogor dalam mengembangkan komunikasi yang efektif dalam menjalankan program tersebut.


(21)

9

D. Metodologi Penelitian

Skripsi ini ditulis dengan menggunakan pendekatan deskriptif analitis, dimana penulis berupaya memberikan penjelasan secara komperhensif mengenai strategi Paguyuban Bogor dalam menjalankan program Pendidikan, Sosial-Ekonomi dan Budaya kepada masyarakat Kota Bogor. Dengan demikian penelitian ini menggunakan pendekatan model kualitatif, sehingga yang menjadi objek penelitian adalah Paguyuban Bogor.

Penelitian ini melakukan penelusuran terhadap berbagai literatur. Sedangkan tipe penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif,7 di mana peneliti mendeskripsikan atau mengkonstruksi dari bahan-bahan atau buku-buku yang mendukung sesuai dengan subjek penelitian dan hasil wawancara terhadap subjek penelitian. Selanjutnya peneliti bertindak sebagai aktivis yang ikut memberi makna secara kritis pada realitas yang dikonstruksi subjek penelitian.

1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan secara bertahap sampai peneliti mendapatkan data yang diperlukan. Lokasi yang digunakan sebagai tempat penelitian adalah Kantor Paguyuban Bogor, tepatnya di Jl. Pandu Raya, Bogor Utara, Kota Bogor.

7

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001), h.3


(22)

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga, yakni dimulai dari observasi, wawancara dan dokumentasi.

a. Observasi

Observasi dalam hal ini dibedakan menjadi dua bagian, yaitu teks berupa data primer dan data sekunder. Data primer merupakan sasaran utama dalam analisis, sedangkan data sekunder diperlukan guna mempertajam analisis data primer, sekaligus dapat dijadikan bahan pelengkap ataupun pembanding. Dalam hal ini peneliti menggunakan data primer dan sekunder dalam mengumpulkan data-data.

1) Data Primer (Primary-Sources), yaitu hasil wawancara yang mendalam dengan Ketua Umum Paguyuban Bogor.

2) Data sekunder (Secondary-Sources), yaitu berupa buku-buku dan tulisan berkaitan dengan masalah yang menjadi objek studi ini. a) Field Work Research, yaitu mengumpulkan data dari penelitian

yang dilakukan secara langsung di lapangan. Untuk mempermudah penelitian di lapangan perlu ditentukan teknik pengumpulan data agar yang dihimpun dapat efektif dan efisien.

b) Library Research, yaitu suatu penelitian dengan cara

mempelajari dan mengumpulkan berbagai bacaan atau literatur, dokumen, serta media massa yang ada hubungannya dengan penulisan penelitan.


(23)

11

b. Wawancara

Wawancara terstruktur, wawancara yang telah dipersiapkan oleh peneliti sebagai pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Penulis mewawancarai dua narasumber dari Paguyuban Bogor, yakni Bima Arya (Walikota Bogor) selaku pendiri serta mantan Ketua Umum dan Iwan Setiawan, selaku Ketua Umum Paguyuban Bogor yang baru.

c. Dokumentasi

Dokumentasi biasa berupa dokumen publik ataupun privat. Dokumen public contohnya adalah media cetak maupun media online. Adapun dokumen privat adalah dokumen yang merupakan arsip instansi ataupun perorangan.8

3. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam pendekatan kualitatif-konstruktif didahului oleh upaya mengungkap trustworthiness dari para subjek penelitian. Yaitu menguji kebenaran dan kejujuran subjek penelitian dalam mengungkap realitas. Trustworthiness ini diuji melalui pengujian: credibility subjek, dengan menguji jawaban-jawaban pertanyaan berkaitan dengan pengalaman dan pengetahuan mereka yang khas. Berikutnya adalah menguji authenticity, yaitu penulis memberi kesempatan dan memfasilitasi pengungkapan konstruksi personal yang lebih detail.

Setelah melakukan dialog dan menguji keabsahan sumber, maka penulis melakukan analisis SWOT (Streengt, Weakness, Opportunity,

8

Kriyantoro, Rachmat, Teknis Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2006), h.388


(24)

Treathment), menganalisa kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman untuk mensosialisasikan program pendidikan, sosial dan budaya. Kekuatan apa saja yang dimiliki Paguyuban Bogor, baik itu media, ataupun jaringan pemerintah, kelemahan apa saja yang menghambat sosialisasi, peluang apa saja yang dimiliki Paguyuban Bogor, dan ancaman apa saja yang menghambat sosialisasi program.

Adapun dalam teknik penulisan, peneliti berpedoman pada buku “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah; Skripsi, Tesis, dan Disertasi”, ceQda (Center For Quality Development and Assurance) UIN Jakarta pada Tahun 2007.

E. Tinjauan Pustaka

Ada beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai strategi komunikasi terutama pada mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi diantaranya:

1. Strategi Komunikasi Majelis Ulama Indonesia Dalam

Mensosialisasikan Fatwa Haram Korupsi Kepada Umat Islam Indonesia (Skripsi Indra Gunawan, UIN Jakarta 2010). Skripsi ini menjelaskan strategi MUI dalam mensosialisasikan fatwa haram korupsi kepada umat islam di Indonesia. Objek penelitian ini berbeda dengan penulis. Objek penelitian dalam judul ini yaitu strategi komunikasi MUI dalam mensosialisasikan fatwa bukan strategi komunikasi dalam menjalankan program.


(25)

13

2. Strategi Komunikasi Marketing Radio Dakta 107 FM Dalam

Meningkatkan Eksistensi Di Kalangan Pendengar (Skripsi Arini Rosdiana, UIN Jakarta 2011). Objek dalam skripsi ini menjelaskan strategi marketing radio.

3. Strategi dakwah Sanggar Budaya Betawi Si Pitung Dalam Pembinaan

Pemuda Diwilayah Rawa Belong Jakarta Barat (Skripsi Ahmad Rifqi,

UIN Jakarta 2011) skripsi ini membahas tentang budaya namun lebih kepada pendekatan Strategi Dakwah.

4. Strategi Komunikasi KH. Ahmad Syarifuddin Abdul Ghani dalam

pembinaan Akhlak Pada Masyarakat Lingkungan Pondok Pesantren Al-Hidayah Jakarta Barat (Skripsi Ahmad Mursyidi, UIN Jakarta 2011). Skripsi ini membahas tentang Strategi komunikasi terhadap pembinaan akhlak pada Ponpes Al-Hidayah Jakarta Barat. Subjek dalam penelitian ini berbeda dengan penulis. Subjek penelitian ini adalah KH. Ahmad Syarifudin Abdul Ghani bukan organisasi kemasyarakatan.

Skripsi yang di garap penulis berisi tentang strategi komunikasi paguyuban yang merupakan organisasi kemasyarakatan dalam menjalankan Program Pendidikan, Sosial-Ekonomi dan Budaya.

F. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan membahas latar belakang masalah,


(26)

penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.

BAB II Landasan Teoritis membahas strategi, komunikasi,

setrategi komunikasi, pengertian paguyuban, pendidikan, sosial-ekonomi dan budaya

BAB III Gambaran Umum Paguyuban Bogor Menjelaskan

sejarah berdirinya Paguyuban Bogor, visi dan misinya, apa saja yang melatar belakangi berdirinya Paguyuban Bogor, struktur Paguyuban Bogor, serta respon warga Kota Bogor dalam menanggapi program-program yang di jalankannya.

BAB IV Analisis Penelitian Bab ini merupakan inti dari penelitian.

Dimana penulis menjelaskan strategi komunikasi Paguyuban Bogor berdasarkan penjelasan pengurus Paguyuban Bogor, serta dijelaskan kekuatan dan kelemahan strategi Paguyuban Bogor.


(27)

15

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Strategi Komunikasi

1. Pengertian Strategi

Strategi secara etimilogi berasal dari kata majemuk bahasa. Yunani, yakni Stratos yang berarti pasukan dan kata agein yang berarti memimpin. Jadi strategi berarti perihal memimpin pasukan. Ilmu strategi adalah ilmu tentang memimpin pasukan.1 Konteks awalnya, strategi diartikan sebagai generalship atau suatu yang dilakukan oleh para jendral dengan membuat rencana untuk menaklukan musuh dan menaklukan peperangan.2 Sehingga konsep strategi kerap melekat pada lingkungan militer dan usaha untuk memenangkan perang.

Pengertian strategi mengalami perluasan. Perang sebagai gejala kenegaraan, perang sebagai gejala kemasyarakatan, perang sebagai gejala sejarah dan kemanusiaan, merupakan kenyataan yang sangat kompleks yang paling berkaitan satu sama lain di mana terdapat interelasi antara berbagai faktor, baik yang berkenaan dengan tujuan yang akan dicapai, sasaran-sasaran, batas waktu dan konsekuensi lainnya.

Kompleksitas ini membawa perang menjadi semakin bersifat total, dan bahkan batas antara perang dan damai pun menjadi sukar untuk

1

Ali Murtopo, Strategi Kebudayaan, (Jakarta : Centre for Strategic and Internasional Studies-CSIS, 1978). H.7

2

Setiawan Hari Purnomo dan Zulkifirmansyah, Manajemen Strategi; Sebuah Konsep Pengantar, (Jakarta: Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi UI, 1999). H. 8


(28)

ditegaskan. Kompleksitas ini membuat manusia meluaskan paham dan pengertiannya mengenai apa yang dinamakan strategi. Orang mulai dengan membedakan antara strategi dan direk indirek. Orang mulai berbicara tentang strategi militer, strategi politik, strategi ekonomi, strategi sosial, strategi budaya, strategi komunikasi dan lain sebagainya. Semuanya membahas strategi dalam arti luas dan sempit. Strategi pada hakikatnya menjadi berarti. Hal-hal yang berkaitan dengan cara pakai dan usaha menguasai dan mendayagunakan segala sumber daya suatu masyarakat, suatu bangsa untuk mencapai tujuannya. Sudah jelas bahwa di Indonesia mengikuti paham strategi yang luas.3

Dalam kamus bahasa Indonesia disebutkan adalah ilmu dan seni menggunakan sumber daya bangsa-bangsa untuk melaksanakan kebijakan tertentu dalam keadaan perang dan damai. Atau rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran ksusus.4

Sedangkan dalam manajemen suatu organisasi, strategi diartikan sebagai kiat, cara, dan taktik utama yang dirancang sebagai sistematik dalam melaksanakan fungsi manajemen yang terarah pada tujuan strategi organisasi.5

Kemudian menurut Stainer dan Minner, strategi adalah penempatan misi perusahaan, penetapan sasaran organisasi dalam meningkatkan kekuatan eksternal dan internal, perumusan kebijakan

3

Ali Murtopo, Strategi Kebudayaan, (Jakarta : Centre for Strategic and Internasional Studies-CSIS, 1978), h. 8

4

Pustaka Bahasa Departemen Pendidikan Nasional RI. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), h. 1092

5

Hadari Nawawi, Manajemen Strategi Organisasi Non Profit Bidang Pemerintahan, (Yogyakarta, Gadjah Mada Press, 2000), h. 147


(29)

17

dan strategi tertentu untuk mencapai sasaran dan implementasinya secara tepat, sehingga tujuan dan sasaran organisasi akan tercapai.6

Dengan demikian strategi merupakan suatu rumusan rencana terhadap suatu hal untuk mencapai tujuan tertentu yang diharapkan dengan memanfaatkan dan mengoptimalkan segala sumberdaya yang ada. Strategi pada umumnya dilakukan oleh suatu organisasi dalam menjalankan kegiatannya, namun strategi juga dapat dilakukan oleh individu-individu dalam mencapai maksud yang diinginkan.

Menurut Ali Mustopo, Strategi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

a. Memusatkan perhatian pada kekuatan. Dalam pendekatan strategis, kekuatan bagaikan fokus pokok.

b. Memusatkan perhatian kepada analisa dinamik, analisa gerak dan analisa aksi.

c. Strategi memusatkan perhatian kepada tujuan yang ingin dicapai serta gerak untuk mencapai tujuan tersebut.

d. Strategi memperhitungkan faktor-faktor waktu (masa lalu, masa kini dan terutama masa depan) serta faktor lingkungan.

e. Strategi berusaha menemukan masalah - masalah yang terjadi dari peristiwa yang ditafsirkan berdasarkan konteks kekuatan, kemudian mengadakan analisis mengenai kemungkinan-kemungkinan serta

6

Gerorge Steiner dan John Minner, Manajemen Strategi: (Jakarta: Erlangga, 1999), h. 20


(30)

memperhitungkan pilihan-pilihan dan langkah-langkah yang dapat diambil dalam rangka gerak menuju kepada tujuan itu.7

Adapun pengambilan keputusan strategi (strategic decision) meliputi tiga aspek, yakni:

a) Penentuan Tujuan

b) Macam-macam perumusan kebijaksanaan c) Pelaksanaan (operasional)8

Berdasarkan pengertian di atas, strategi merupakan hal yang sangat penting di gunakan untuk mencapai tujuan, sasaran-sasaran, batas waktu dan konsekuensi yang akan dihadapi. Dari situlah orang-orang meluaskan paham mengenai strategi, baik tentang strategi militer, strategi pilitik, strategi ekonomi, strategi sosial, strategi budaya, strategi komunikasi dan lain sebagainya. Kemudian, dalam organisasi strategi diartikan sebagai kiat, cara dan tektik utama yang dirancang sebagai sistematik dalam melaksanakan fungsi manajemen yang terarah pada tujuan organisasi.

2. Pengertian Strategi Komunikasi

Strategi komuniaksi adalah paduan antara perencanaan komunikasi

(communication planning) dengan manajemen komunikasi

(communication management) untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Untuk mencapai tujuan tersebut, strategi komunikasi harus mampu

7

Ali Mustopo, Strategi Kebudayaan, (Jakarta: Centre For Strategic and International Studies-CSIS, 1978), h. 8

8

Bintoro Tjokroamidjojo, Teori dan Strategi Pembangunan Nasional, (Jakarta: Haji Masagung, 1988), h.15


(31)

19

menunjukkan bagaimana operasionalnya secara praktis harus dilakukan. Dalam arti pendekatan bisa berbeda sewaktu-waktu tergantung situasi dan kondisi.

Dengan demikian strategi komunikasi adalah keseluruhan perencanaan taktik, cara yang akan dipergunakan guna melancarkan komunikasi dengan memperlihatkan keseluruhan aspek yang ada pada proses komunikasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan.9 Berbeda dengan pengertian strategi secara umum, strategi komunikasi terletak pada perancangan dari komunikator untuk menyampaikan pesan atau tujuan agar dapat diterima dengan baik oleh komunikan.

Barbara O’Keefe mengajukan dua pendekatan mengenai teori produksi pesan yang disebutyna sebagai model pilihan strategi (strategy choice) dan disain pesan (message disain). Model pilihan strategi melihat bagaimana komunikator memilih diantara berbagai strategi pesan untuk mencapai suatu tujuan, sedangkan model disain pesan memberikan perhatiannya pada bagaimana komunikator membangun pesan untuk mencapai tujuan.

Upaya agar orang lain mematuhi apa yang kita inginkan merupakan tujuan komunikasi yang paling umum dan paling sering digunakan. Mendapatkan kepatuhan (gaining compliance) adalah upaya yang kita lakukan agar orang lain melakukan apa yang kita ingin mereka lakukan atau agar mereka menghentikan pekerjaan yang tidak kita sukai. Pesan-pesan yang dibuat agar orang memiliki kepatuhan (compliance gaining

9

Dr. Muhammad Arni, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), cet.6, h. 65-66


(32)

messages) merupakan salah satu topic yang paling banyak diteliti dalam ilmu komunikasi. Banyak riset mengenai strategi memperoleh kepatuhan ini terutama didorong oleh terbitnya hasil penelitian dari Gerald Marwell dan David Schmitt.

Marwell dan Schmitt menggunakan pendekatan teori pertukaran. Menurut mereka, kepatuhan adalah suatu pertukaran dengan sesuatu hal lain yang diberikan oleh pencari kepatuhan. Jika anda mengerjakan apa yang saya inginkan, maka saya memberikan anda sesuatu sebagai imbalannya seperti penghormatan, persetujuan, uang, pembebasan kewajiaban, perasaan yang menyenangkan dan sebagainya. Pendekatan berdasarkan pertukaran, yang sering digunakan dalam teori sosial, disusun berdasarkan asumsi bahwa orang bertindak untuk mendapatkan sesuatu dari orang lain sebagai pertukaran bagi hal lainnya. Model ini memiliki orientasi pada kekuasaan. Dengan kata lain, anda akan memperoleh kepatuhan mereka jika anda memiliki sumber daya yang cukup untuk memberikan atau tidak memberikan sesuatu yang mereka inginkan.10

3. Tahapan-tahapan Strategi

Menurut Fred. R. David, proses strategi tidak hanya sebatas merumuskan konsep hingga implementasi , melainkan juga harus disertai evaluasi untuk mengukur sejauh mana strategi itu tercapai.

10

Morissan, Andi Corry Wardhany, Teori Komunikasi, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2009), h. 106


(33)

21

Secara garis besar teori manajemen strategi Fred R. David melalui tiga tahapan, yaitu:11

a. Perumusan Strategi

Dalam perumusan strategi, konseptor harus

mempertimbangkan mengenai peluang dan ancaman eksternal, menetapkan suatu objektifitas, menghasilkan strategi alternative dan memilih strategi untuk dilaksanakan.

Perumusan strategi berusaha menemukan masalah-masalah yang terjadi dari peristiwa yang ditafsirkan berdasarkan konteks kekuatan, kemudian mengadakan analisis mengenai kemungkinan-kemungkinan serta memperhitungkan pilihan-pilihan dan langkah-langkah yang dapat diambil dalam rangka gerak menuju kepada tujuan itu.12

b. Implementasi Strategi

Langkah berikutnya adalah melaksanakan strategi yang ditetapkan tersebut. Dalam tahapan pelaksanaan, strategi yang dipilih sangat membutuhkan komitmen dan kerjasama dalam pelaksanaan strategi, maka proses formulasi dan analisis strategi hanya akan menjadi impian yang jauh dari kenyataan.

Implementasi strategi bertumpu pada alokasi dan pengorganisasian sumber daya yang ditampakkan melalui

11

Fred R. David, Manajemen Strategi Konsep, (Jakarta: Prenhalindo, 2002), h. 3

12

Ali Mustopo, Strategi Kebudayaan, (Jakarta : Centre for Strategic and International Studies-CSIS, 1978), h. 8


(34)

penetapan struktur organisasi dan mekanisme kepemimpinan yang dijalankan bersama budaya perusahaan dan organisasi.13

c. Evaluasi Strategi

Tahap terakhir dari strategi adalah mengevaluasi implementasi. Evaluasi strategi diperlukan karena keberhasilan yang telah dicapai dapat diukur kembali untuk menetapkan tujuan berikutnya. Evaluasi menjadi tolak ukur untuk strategi yang akan dilaksanakan kembali oleh suatu organisasi dan evaluasi sangat diperlukan untuk memastikan sasaran yang dinyatakan telah dicapai.

Setidaknya ada tiga macam langkah dasar untuk mengevaluasi strategi, yaitu :

a) Meninjau factor-faktor eksternal dan internal

b) Mengukur prestasi dengan membandingkan hasil yang diharapkan dengan kenyataan

c) Mengembalikan tindakan korektif untuk memastikan bahwa prestasi sesuai dengan rencana.

B. Komunikasi

1. Pengertian

Komunikasi secara etimologi berasal dari bahasa latin “communication.” Istilah ini bersumber dari perkataan communis yang artinya „sama’, sama disini maksudnya serupa makna dan artinya. Jadi

13


(35)

23

komunikasi terjadi jika terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator yang diterima oleh komunikan.14

Hakikat komunikasi adalah proses pernyataan antara manusia yang dinyatakan itu adalah pikiran atau perasaa seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya.

Dalam bahasa komunikasi, pernyataan dinamakan pesan (message), orang yang menyatakan pesan disebut komunikator (communicator), sedangkan orang yang menerima pernyataan diberi nama komunikan (communicant).

Pendapat tersebut hampir sama dengan yang dikemukakan Astrid S Susanto, yaitu perkataan komunikasi berasal dari kata communicare yang dalam bahasa latin memiliki arti „berpartisipasi’ atau „memberitahukan’. Kata communis berarti „milik bersama’ atau „berlaku dimana-mana.’15 Para ahli komunikasi juga mempunyai pendapat yang berbeda satu sama lain dalam menafsirkan makna komunikasi sebagai penyampaian informasi, ide, gagasan, emosi, keterampilan dan seterusnya melalui penggunaan simbol kata, gambar, angka, grafis, dan lain-lain. Kemudian Shammon dan Weaver mengartikan komunikasi sebagai mencakup prosedur melalui makna pikiran seseorang dapat mempengaruhi orang lain.16

Menurut Onong Uchjana Effendy, ada beberapa sebab mengapa manusia melakukan komunikasi, yaitu untuk:

14

Onong Uchjana Efendy, Ilmu Komunikasi; Teori dan Praktek, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1992), h. 3

15

Astrid S. Susanto, Komunikasi Dalam Teori dan Praktek, (Bandung: Bina Cipta, 1998), h. 10

16


(36)

a. Mengubah sikap (to change the attitude)

b. Mengubah opini, pendapat, pandangan (to change opinion).

c. Mengubah perilaku (to change behaviour) d. Mengubah masyarakat (to change the society)

2. Komponen Komunikasi

Dalam bahasa komunikasi komponen atau unsur adalah sebagai berikut:

a. Sumber (Source)

Sumber adalah dasar yang digunakan di dalam penyampaian pesan yang digunukan dalam rangka memperkuat pesan itu sendiri. Sumber dapat berupa orang, lembaga, buku dan sejenisnya.17

b. Penyampai Pesan (Commnicator)

Komunikator dapat berupa individu yang sedang berbicara, menulis, kelompok orang, organisasi komunikasi seperti: surat kabar, radio, televise, film dan sebagainya. Komunikator dalam penyampaian pesannya bisa juga sebagai komunikan, begitu juga sebaliknya. Syarat-syarat yang harus diperhatikan oleh seorang komunikator di antaranya adalah:

1) Memiliki kredibilitas yang tinggi bagi komunikasinya 2) Keterampilan berkomunikasi

3) Mempunyai pengetahuan yang luas 4) Sikap

5) Memiliki daya tarik

17


(37)

25

c. Pesan (Message)

Pesan keseluruhan dari apa yang disampaikan si komunikator. Pesan dapat berupa informative, memberi keterangan-keterangan yang kemudian komunikan dapat mengambil kesimpulan sendiri. Persuasif bujukan, yakni membangkitkan kesadaran seseorang bahwa apa yang kita sampaikan akan berupa pendapat atau sikap, sehingga ada perubahan. Coersif memaksa dengan menggunakan sanksi-sanksi, coersif dapat berbentuk perintah, instruksi.

d. Saluran (Channel)

Saluran komunikasi selalu menyampaikan pesan yang dapat diterima melalui panca indera atau menggunakan media. Pada dasarnya komunikasi yang sering dilakukan dapat berlangsung menurut dua saluran, yaitu:

1) Saluran formal atau bersifat resmi

2) Saluran informal atau bersifat tidak resmi

e. Penerima Pesan (Communicant)

Komunikan atau penerima pesan dapat digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu: personal, kelompok, dan massa.

f. Hasil (Effect)

Efek adalah hasil akhir proses komunikasi, yakni sikap dan tingkah laku orang, baik sesuai atau tidak sesuai dengan yang kita inginkan.18

18


(38)

2. Media Komunikasi

Media massa saat ini telah merasuk (pervasive) ke dalam kehidupan modern. Melalui media, orang mampu membentuk opini dari informasi dan interpretasi atas informasi yang mereka terima. Ini berarti bahwa bahkan liputan berita setajam sekalipun, mengandung unsur persuasi. Akan tetapi upaya media untuk melakukan persuasi biasanya dilakukan melalui editoral (tajuk rencana) dan alasan atau komentar yang jelas-jelas bertujuan persuasi. Hampir semua media memisahkan antara materi yang didesain untuk membujuk dengan materi berita. Koran mengemas artikel opininya dalam bagian editoral. Ulasan di televise biasanya berupa opini.

Pesan media yang paling jelas dimaksudkan untuk keperluan persuasi adalah advertisement (iklan). Iklan mengajak audiens atau pembaca untuk menuruti apa yang dikehendaki iklan, contohnya membeli pasta gigi, makanan ataupun lainnya. Public relations adalah persuasi yang lebih halus, berusaha membujuk tetapi biasanya tidak mengajak untuk melakukan tindakan langsung. Public relations

berusaha membentuk sikap, biasanya dengan mengajak audiens media massa untuk melihat suatu institusi atau aktivitas tertentu dari sudut pandang tertentu. John Vivian menyebutkan ada tujuh media komunikasi, yakni buku, majalah, Koran, radio, advertising, internet, dan televisi.19

19


(39)

27

Adapun jenis-jenis media massa yang bersifat “komunikasi massa” telah berkembang pesat dari segi kuantitas maupun kualitas, antara lain adalah:

a) Buku

Produksi buku secara massal pertama kali dilakukan pada pertengahan 1400-an, telah mengubah sejarah manusia dengan mempercepat pertukaran ide dan informasi antar manusia. Buku merupakan gudang penyimpan kebudayaan. Nuku adalah wahana utama dalam mengajarkan nilai-nilai sosial kepada generasi baru dan sarana utama bagi generasi baru untuk memahami pelajaran dari generasi lama.

b) Koran

Koran adalah medium massa utama bagi orang untuk memperoleh berita. Di sebagian besar kota, tidak ada sumber berita uang bisa menyamai keluasan dan kedalaman liputan berita koran. Ini memperkuat popularitas dan pengaruh koran. Banyaknya para pembaca membuat koran menjadi media efektif dalam menyampaikan pesan.

c) Majalah

Saat ini majalah-majalah besar merupakan medium massa yang mempengaruhi kultur Negara-negara maju, termasuk Amerika. Literature besar dan ide-ide besar lainnya masuk dalam


(40)

format majalah yang berbeda dengan buku, dapat dijangkau oleh hamper semua orang.

Periklanan memanfaatkan majalah diantaranya membangun pasar nasional untuk produk-produk mereka. Karena orang mempunyai selera yang sangat luar biasa pada majalah. Singkatnya majalah adalah medium pervasive. Keluasan audiens majalah membuat majalah menjadi medium yang amat kompetitif.20

d) Advertising

Advertising adalah ekonomi konsumen yang penting. Tanpa iklan, orang sulit mengetahui bermacam-macam produk dan jasa yang tersedia. Advertising juga merupakan basis finansial dari media massa yang kontemporer. Walaupun demikian, advertising bukan medium massa, tetapi mengandalkan pada media untuk menyampaikan pesannya.

e) Radio

Radio telah menjadi medium massa yang sangat luas, ada di berbagai tempat dan di sepanjang waktu. Tetapi sebagai sebuah industry, ada tanda-tanda yang menggelisahkan. Acara utama radio, yakni music, telah tersedia dalam bentuk perangkat lain dan banyak yang tanpa iklan. Audiens utama radio, yakni kelompok usia 18 sampai 24 tahun telah banyak berkurang.

20


(41)

29

f) Televisi

Banyaknya audiens televisi menjadikannya sebagai medium dengan efek yang besar terhadap orang dan kultur dan juga terhdap media lain. Sekarang televisi adalah medium massa dominan untuk hiburan dan berita. Tidak bisa dipungkiri, di Indonesia hampir setiap rumah tangga memiliki satu televisi. Jelas bahwa televise mampu mempengaruhi gaya hidup masyarakat.

g) Internet

Internet muncul sebagai medium massa besar yang melalui media tradisional dalam banyak hal. Setiap perusahaan media massa besar menempatkan produknya di internet. Tekhnologi ini sangat langsung dan akses murah, sehingga jutaan individu bisa membuat situs milik sendiri.21

C. Pengertian Paguyuban

Dalam bahasa Sunda, Paguyuban memiliki arti serikat atau perkumpulan. Sedangkan dari kata dasarnya “guyub” mempunyai arti sehati atau setujuan. Dalam bahasa Inggris Paguyuban disebut community

dan dalam bahasa Jerman disebut Gemeinschaft.

Konsep paguyuban (Gemeinschaft) di kemukakan oleh Ferdinand Tonnies. Pengertian paguyuban adalah suatu bentuk kehidupan bersama, di mana anggota-anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni dan bersifat alamiah, serta kekal. Dasar hubungan tersebut adalah rasa cinta

21


(42)

dan rasa kesatuan batin yang memang telah dikodratkan. Kehidupan tersebut dinamakan juga bersifat nyata dan organis,22 sebagaimana dapat diumpamakan dengan organ tubuh manusia atau hewan. Bentuk paguyuban terutama akan dijumpai di dalam keluarga, kelompok kekerabatan, rukun tetangga, dan sebagainya.

Oleh Tonnies dikatakan bahwa suatu paguyuban (gemeinschaft) mempunyai beberapa ciri pokok, yaitu sebagai berikut:23

1. Intimate, artinya hubungan menyeluruh yang mesra.

2. Private, artinya hubungan yang bersifat pribadi, yaitu khusus untuk beberapa orang saja.

3. Exclusive, yaitu hubungan tersebut hanyalah untuk “kita” saja dan tidak untuk orang-orang lain di luar “kita”.

Di dalam kehidupan setiap masyarakat akan selalu dapat kita jumpai paguyuban. Tipe paguyuban antara lain:24

a. Paguyuban karena ikatan darah (Gemeinschaft by blood), yaitu paguyuban yang merupakan ikatan yang didasarkan pada ikatan darah atau keturunan. Paguyuban ini dapat disebut sebagai kelompok genelogis yaitu kelompok yang terbentuk berdasarkan hubungan sedarah. Kelompok genelogis memiliki tingkat solidaritas yang tinggi karena adanya keyakinan tentang kesamaan nenek moyang, contoh: keluarga, kelompok kekerabatan.

22Ferdinand Tonnies and Charles P. Loomis: “Gemeinschaft and Gesellschaft”

dalam

Reading in Sociology, editor Alfred Mc Clung Lee, cetakan ke-5, Barnes & Noble College Outline Series, 1960, hlm. 82 dan seterusnya.

23

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar/Soerjono Soekanto, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h. 118

24

Ferdinand Tonnies, Gemeinschaft and Gesellschaft yang dikutip dalam Setangkai Bunga Sosiologi, h. 461 dan seterusnya


(43)

31

b. Paguyuban karena tempat (Gemeinschaft of place), yaitu suatu paguyuban yang terdiri dari orang-orang yang berdekatan tempat itnggal sehingga dapat saling tolong menolong. Contoh: Rukun Tetangga, Rukun Warga.

c. Paguyuban Karena jiwa-pikiran (Gemeinschaft of Mind), yaitu merupakan suatu paguyuban yang terdiri dari orang-orang yang walaupun tak mempunyai hubungan darah ataupun tempat tinggalnya tidak berdekatan, tetapi mereka mempunyai jiwa dan pikiran sama, ideology yang sama. Paguyuban semacam ini biasanya ikatannya tidaklah sekuat paguyuban karena darah atau keturunan.

Paguyuban diartikan sebagai persekutuan atau kebersamaan aneka ragam orang dalam batas teritori dan kategori tertentu, dengan nilai-nilai umum sebagai berikut:

a) Disemangati kebersamaan, keterlibatan, komunikasi, relasi yang terjadi terus-menerus, sehati dan sejiwa dalam suka dan duka, untuk menghidupi dan menghayati tugas, karya, dan panggilan hidup dalam mewujudkan visi-misi paguyuban tersebut.

b) Kebersamaan setiap anggotanya yang se-detak jantung, yang hidup dalam kebersamaan, memiliki kepekaan dan bertindak saling mengasihi sehingga terbentuk suatu komunitas yang sehati-sejiwa.


(44)

c) Bentuk kehidupan bersama yang menghayati solidaritas, toleransi dan prisnsip subsidiaritas dalam memanfaatkan segala perbedaan untuk mencapai tujuan bersama.

d) Kebutuhan utnuk hidup berkelompok yang berlandaskan pada kepercayaan yang satu.25

Dapat dikatakan bahwa semua paguyuban adalah sebuah organisasi, akan tetapi tidak semua organisasi merupakan puguyuban. Alasannya bahwa dasar dari sebuah organisasi belum tentu cinta kasih atau persaudaraan, bisa jadi hanya berdasarkan pada kerjasama untuk mencapai tujuan tertentu atau hanya atas dasar kepentingan saja. Tetapi dasar paguyuban adalah rasa persaudaraan, toleransi dan prinsip saling membantu dengan memanfaatkan segala perbedaan untuk mencapai tujuan bersama dimana para anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni, alamiah, serta sehati-sejiwa.

Paguyuban adalah pola masyarakat yang ditandai dengan hubungan anggota-anggotanya bersifat pribadi, sehingga menimbulkan ikatan yang sangat mendalam dan batiniah. Misalnya pola kehidupan masyarakat pertanian, umumnya bersifat komunal yang ditandai dengan ciri-ciri masyarakat yang homogeny, hubungan sosialnya bersifat personal, saling mengenal, serta memperhitungkan untung rugi.

25

Blogspot Paguyuban Sekar Saluyu 12 April 2009, Pokok-pokok penting Paguyuban Mekar Saluyu. Diakses pada 7 Mei 2015 dari:


(45)

33

D. Pendidikan, Sosial-Ekonomi dan Budaya

1. Pengertian dan Peran Pendidikan

Dunia pendidikan merupakan bangunan atas dari suatu sistem ekonomi. Ia merupakan cermin dari sistem ekonomi. Sebagai bangunan atas, pendidikan menjadi suatu keyakinan dapat meningkatkan kesejahteraan hidup. Oleh sebab itu pendidikan menjadi salah satu tujuan yang harus di capai, namun untuk mencapainya membutuhkan cara dan alat. Cara dan alat itu di realisasikan dalam bentuk ukuran satuan uang dari pendapatan masyarakat.

Dalam sistem sosial kapitalisme, masyarakat yang memiliki pendapatan rendah, sulit untuk mengikuti pendidikan; pendidikan hanya bisa dinikmati oleh mereka yang memiliki cukup pendapatan. Pendidikan dalam sistem sosial yang demikian menjadi barang dagangan, siapa yang punya daya beli dapat menikmati pendidikan. Peran negara dalam pendidikan kurang optimal, karena negara cenderung melayani kepentingan para pemilik modal.26

Dalam falsafah pendidikan islam menurut Ibnu Taimiyah adalah ilmu yang bermanfaat merupakan asas bagi kehidupan yang cerdas dan unggul. Sementara mempergunakan ilmu itu dapat menjamin kelestarian dan kelangsungan masyarakat, tanpa itu masyarakat akan terjerumus ke dalam kehidupan yang sesat. Ilmu yang bermanfaat artinya adalah mengajak pada kehidupan yang benar yang diarahkan

26

Darsono Prawironegoro, Budaya Organisasi, (Jakarta: Nusantara Consulting, 2010), h. 411


(46)

pada hubungan dengan Tuhan serta dihubungkan dengan kenyataan-kenyataan makhluk serta memperteguh rasa kemanusiaan.27

Tujuan pendidikan islam yang harus dicapai menurut Ibnu Taimiyah, yakni:

a. Tujuan Individual

Tujuan pendidikan harus diarahkan pada terbentuknya pribadi yang baik, yaitu seorang yang berfikir, merasa dan bekerja pada berbagai lapangan kehidupan pada setiap waktu sejalan dengan apa yang ada pada Al Qur’an dan As Sunnah. Pribadi yang baik menurutnya adalah pribadi yang sempurna kepribadiannya yaitu mereka yang lurus jalan pikiran serta jiwanya, bersih keyakinannya, kuat jiwanya serta sanggup menjalankan perintah Allah Swt

b. Tujuan Sosial

Bahwa Pendidikan Islam harus diarahkan pada terciptanya masyarakat yang baik dan sejalan dengan ketentuan Al Qur’an dan As Sunnah dimana manusia bisa hidup bersama dengan orang lain, saling membantu, saling menasehati serta membantu mengatasi masalah orang lain dan lain sebagainya.

c. Tujuan Dakwah Islamiyah

Tujuan pendidikan harus bisa mengarahkan ummat agar siap dan mampu memikul tugas dakwah islamiyah keseluruh dunia. Hal ini didasarkan bahwa Allah mengutus para Rasulnya untuk memberi

27


(47)

35

kabar gembira dan memberi peringatan, sehingga segenap manusia mau menerima dan mengikuti ajaran-Nya.28

Sedangkan jika kita membicarakan dunia pendidikan menurut John Comenius (Jan Komensky, 1592-1670), seorang uskup Moravian Brethren, yang menulis buku cetakan berilustrasi untuk yang pertama kali yang digunakan selama 250 tahun. Dalam karyanya yang berjudul

Didactica Magna (Seni Pengajaran yang Agung), Comenius

menjabarkan berbagai prinsip pendidikan saat ini.

Prinsip paling penting dari seni pengajaran yang agung tersebut adalah “pendidikan untuk semua” (education for everyone). Comenius berprinsip bahwa tidak hanya anak orang kaya atau yang punya kekuasaan saja yang bisa menikmati pendidikan. Tapi, semua anak laki-laki dan perempuan, anak orang terhormat atau tidak terhormat, anak orang kaya atau miskin, maupun yang berasal dari kota atau desa, semua harus bisa menikmati pendidikan.

Selain itu, Comenius juga berprinsip bahwa pendidikan itu harus berlangsung sepanjang masa (long life education), yang berarti bahwa setiap orang berhak untuk mendapatkan pendidikan di sepanjang kehidupannya, tanpa ada batasan, kungkungan, dan berbagai tetek-bengek birokratisme pendidikan. Itu berarti, setiap anak bangsa harus mendapatkan pendidikan, baik itu secara formal, non formal maupun informal; dan tidak boleh ada sekat bahwa karena seorang anak itu miskin, maka tidak boleh sekolah; dan bahwa karena anak itu cacat,

28

Nana Ronawan Rambe Blogspot, Pendidikan Islam Menurut Beberapa Tokoh, 29 Agustus 2013. Diakses pada 22 September 2015 dari:


(48)

maka tidak boleh memperoleh pendidikan. Mereka semua berhak mendapatkan pendidikan sepanjang kehidupannya.29

Pengertian pendidikan menurut Ki. Hajar Dewantara, pendidikan umumnya berarti “Daya upaya untuk memajukan budi pekerti (karakter, kekuatan batin), pikiran (intellect), dan jasmani anak-anak selaras dengan alam dan masyarakatnya.”30

Sedangkan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003, pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 1 menjelaskan bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.31

Berdasarkan kesimpulan diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan berlaku untuk semua manusia secara merata yang hidup dalam masyarakat tanpa memandang kedudukan atau harta kekayaan. Pendidikan juga merupakan suatu usaha yang terencana untuk meningkatkan kemampuan berpikir, keterampilan, kepribadian sehingga bisa menjadi manusia yang berkualitas dan mampu mewujudkan tujuan-tujuan dalam hidupnya serta mampu menjalankan tugasnya dalam masyarakat.

Pendidikan tidak hanya dilakukan tanpa peranan yang jelas. Tentunya pendidikan dilaksanakan karena adanya peranan yang begitu

29

Nurani Soyomukti, Metode Pendidikan Marxis Sosialis: Antara Teori dan Praktik

(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2008), h. 5-9

30

Dedy Mulyasana, op.cit., h. 3

31


(49)

37

penting dari pendidikan itu sendiri untuk masyarakat. Menurut Andi Makkulau peranan pendidikan adalah “Untuk mengembangkan sumberdaya insaniyah agar manusia menyadari dan mampu melaksanakan fungsi kekhalifahannya, maka sasaran pengembangan adalah meningkatkan daya pikir, daya fisik, dan daya pertimbangan nilai. Ketiga daya tersebut perlu dikembangkan secara optimal, serasi dan sedini mungkin.”32

Berdasarkan pernyataan diatas, dapat dijelaskan bahwa pendidikan itu memiliki peranan untuk meningkatkan daya pikir, daya fisik dan daya pertimbangan manusia, agar manusia itu mampu melaksanakan tugasnya sebagai khilafah di muka bumi, yang tentunya pengembangan itu harus dilaksanakan secara serasi dan sedini mungkin maka daya pikir, daya fisik dan daya pertimbangan manusia tidak bisa berjalan secara optimal.

2. Jalur Pendidikan

Berdasarkan Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah yang dikutip oleh Direktorat Jendral Pendidikan Islam Kementrian Agama bahwa “Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya.”33

Menurut Combs dan Ahmad pendidikan formal, nonformal dan informal adalah:

32

Andi Makkalau, Strategi Pengembangan Potensi Sumber Daya Insaniyah: Konsep Ideal, Alumni Jurnal Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni, Vol. 1 No , 1991., h. 22

33

Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama RI, Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan, 2006., h. 13


(50)

a. Pendidikan Formal adalah sistem pendidikan yang terstruktur, hierarkis, dilaksanakan dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi, studi akademik, beragam program spesialis dan beragam isntitusi,

full time, berupa latihan teknis maupun profesional.

b. Pendidikan Informal adalah proses pendidikan sepanjang hayat, dimana setiap individu memperoleh sikap, nilai keterampilan dan pengetahuan, dari pengalaman sehari-hari, dan dari pengaruh pendidikan dan sumber-sumber lingkungannya seperti dari keluarga, tetangga, pekerjaan dan ketika bermain, dari pasar dan jalan raya, dari perpustakaan dan media massa.

c. Pendidikan Nonformal adalah setiap kegiatan pendidikan yang terorganisasi di luar sistem sekolah formal, apakah dilaksanakan tersendiri ataukah merupakan bagian dari kegiatan yang lebih besar, yang dimaksudkan untuk melayani sasaran didik tertentu dan tujuan belajar.34

3. Pendidikan Nonformal

Menurut M. Sudomo, pendidikan non formal adalah “Setiap kegiatan pendidikan yang diorganisir di luar sistem pendidikan formil, baik dilakukan sebagai kegiatan yang lebih luas untuk memenuhi kebutuhan pelajar (clientele) dan mencapai tujuan-tujuan belajar.”35

34

Saleh Marzuki, Pendidikan Nonformal: Dimensi dalam Keaksaraan Fungsional, Pelatihan, dan Andragogi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), h. 145

35

Sismanto, Penddikan Luar Sekolah Dalam Upaya Mencerdaskan Bangsa, (Jakarta: CV Era Swasta, 1984), h. 7


(51)

39

Menurut Soelaiman Joesoef pendidikan non formal adalah “pendidikan yang teratur dengan sadar dilakukan tetapi tidak terlalu mengikuti peraturan-peraturan yang tetap dan ketat.”36

Menurut Combs dalam buku Penelitian Tindakan Dalam Pendidikan Nonformal menyatakan bahwa “Pendidikan nonformal (nonformal education) adalah setiap kegiatan pendidikan yang diorganisasikan diluar sistem persekolahan yang mapan, dilakukan secara sengaja untuk melayani peserta didik tertentu guna mencapai tujuan belajarnya.37

Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa “Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang”.38

Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan nonformal adalah suatu proses pendidikan yang dilaksanakan secara terbuka, terstruktur dan berjenjang yang tidak memiliki aturan-aturan yang baku serta dilaksanakan dalam rangka memenuhi kebutuhan pendidikan bagi masyarakat tertentu.

4. Fungsi Pendidikan Nonformal

Fungsi pendidikan nonformal adalah membelajarkan individu atau kelompok agar mampu memberdayakan dan mengembangkan dirinya sehingga mampu beradaptasi terhadap perubahan/perkembangan

36

Soelaiman Joesoef, op.clt, h. 79

37

Ishak Abdulhak dan Ugi Suprayogi, Penelitian Tindakan Dalam Pendidikan Nonformal, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012), h. 19

38

Moh. Alifuddin, Kebijakan Pendidikan Nonformal: Teori, Aplikasi dan Implikasi,


(52)

zaman, berdasarkan fungsi tersebut pendidikan nonformal menurut Soegimin Gitoasmoro dapat melayani kebutuhan sebagai berikut:

a. Pendidikan suplemen: kesempatan untuk menambah/meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tertentu di luar pendidikan sekolah/formal.

b. Pendidikan komplemen: kesempatan untuk menambah/melengkapi pendidikan sekolah/formal.

c. Pendidikan kompensasi/pengganti: kesempatan untuk memperoleh pendidikan bagi yang tidak pernah mengalami pendidikan di sekolah.

d. Pendidikan substitusi: kesempatan untuk belajar pada jenjang pendidkan tertentu berhubung belum adanya pendidikan disekitar tempat tinggal.

e. Pendidikan alternatif: kesempatan untuk memilih jalur pendidikan nonformal sehubungan dengan peluang atau waktu yang dimiliki. f. Pendidikan pengayaan/penguatan: kesempatan untuk

memperkaya/memperluas/ meningkatkan kemampuan yang diperoleh dari pendidikan sekolah/formal.

g. Pendidikan pemutakhiran/updating: kesempatan untuk memutakhirkan atau meremajakan pengetahuan dan keterampilan yang telah dimiliki.

h. Pendidikan pembentukan keterampilan: kesempatan untuk memperoleh keterampilan baru di samping keterampilan yang telah dimiliki.


(53)

41

i. Pendidikan penyesuaian: kesempatan untuk memperoleh pendidikan penyesuaian diri sehubungan adanya mobilitas territorial, pekerjaan, dan perubahan sosial.

j. Pendidikan pembibitan: kesempatan untuk memperoleh pendidikan atau latihan keterampilan tertentu melalui proses belajar bersama sambil mengadakan usaha bersama dalam kelompok belajar usaha bersama.

Selain itu Pendidikan nonformal berfungsi mengatasi berbagai kesenjangan yang ada di masyarakat. Menurut Hunter ada beberapa kesenjangan yang dapat diatasi melalui pendidikan nonformal, yaitu:

a) Kesenjangan pekerjaan (the job gap), yaitu adanya ketidak sesuaian antara pendidikan dengan kebutuhan tenaga kerja atau keterampilan kerja yang dinutuhkan.

b) Kesenjangan efisiensi (the efficiency gap), yaitu kurangnya pemanfaatan secara tepat sumber daya manusia dan sumber finansial.

c) Kesenjangan permintaan dan penyediaan (the demand and supply gap), yaitu meningkatnya permintaan pendidikan dan konsekuensi rendahnya mutu pendidikan.

d) Kesenjangan populasi (population gap), yaitu gagalnya sekolah untuk mengatasi pertumbuhan penduduk usia sekolah.


(54)

e) Kesenjangan bayaran sebagai pendapatan (the wage gap), yaitu tingginya bayaran di sector perkotaan mengakibatkan migrasi dari desa ke kota.

f) Kesenjangan persamaan hak (the equity gap), yaitu ketidakmampuan sekolah memberikan kesempatan kepada semua orang; hanya bagi orang-orang yang punya kemampuan untuk membiayai karena semakin tinggi tingkatan pendidikannya semakin tinggi pula ongkosnya.

g) Kesenjangan beradaptasi (the adaptability gap), yaitu kekakuan atau ketidakluwesan sekolah yang menyebabkan sulitnya mereka merespons kebutuhan sosial dan ekonomi. h) Kesenjangan evaluasi (evaluation gap), kesenjangan ini timbul

karena sulitnya menilai kinerja individu dalam pekerjaan karena keterampilan pekerja lebih cepat daripada supervisornya.

i) Kesenjangan harapan (expectation gap) yang terlihat dari adanya migrasi dari desa ke kota dan mengejar pendidikan guna mencari kerja yang sering kali tidak tersedia.39

Dari beberapa pernyataan yang telah dikemukakan di atas dapat kita simpulkan bahwa fungsi dari pendidikan nonformal adalah memberikan kebutuhan akan pendidikan bagi masyarakat luas baik itu sebagai pelengkap atau pengganti, sesuai dengan yang masyarakat butuhkan serta pendidikan nonformal berfungsi untuk

39

Saleh Marzuki, Dimensi-dimensi Pendidikan Nonformal, (Malang: Rosindo, 2009), h. 147


(55)

43

menyelesaikan masalah-masalah kesenjangan di masyarakat baik itu kesenjangan pendidikan, sumber daya manusia atau kesenjangan lainnya.

5. Tujuan Pendidikan Nonformal

Pada dasarnya, pendidikan nonformal memiliki tujuan yang sama dengan pendidikan formal pada umumnya. Seperti yang dimyatakan oleh Soedijarto bahwa:

Pendidikan nonformal mempunyai tujuan nasional yang sama dengan tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003, BAB II Pasal 3 yang menyatakan bahwa pendidikan nasional bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.40

Berdasarkan hal tersebut, bisa kita lihat bahwa tujuan dari pendidikan nonformal sama dengan tujuan pendidikan nasional yang pada intinya memberikan kecakapan dan pengetahuan bagi masyarakat agar menjadi warga negara yang bertanggungjawab.

Sedangkan secara operasional, pendidikan nonformal mempunyai tujuan institusional yang memungkinkan warga masyarakat memiliki: a. Kesempatan mengembangkan kepribadian dan mengaktualisasikan

diri;

b. Kemampuan menghadapi tantangan hidup baik dalam lingkungan keluarga maupun dalam lingkungan masyarakat,

c. Kemampuan membina keluarga sejahtera untuk memajukan kesejahteraan;

40

Soedijarto, Landasan Dan Arah Pendidikan Nasional Kita, (Jakarta: Gramedia, 2008), h. 59


(56)

d. Kemampuan wawasan yang luas tentang hak dan kewajiban sebagai warga negara;

e. Kemampuan kesadaran berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat dalam rangka pembangunan manusia dan masyarakat;

f. Kemampuan menciptakan atau membantu menciptakan lapangan kerja sesuai dengan keahlian yang dimiliki.41

6. Pengertian Sosial-Ekonomi

Sejarah sosial ekonomi berhubungan dengan keadaan-keadaan dimana manusia-manusia itu hidup, kemungkinan-kemungkinan perkembangan materi dan batas-batasnya yang tidak bisa diikuti manusia. Penduduk dan kepadatan penduduk, konsumsi dan produksi pangan, perumahan, sandang, kesehatan dan penyakit, sumber-sumber kekuatan dan pada tingkat dasarnya faktor-faktor ini berkembang tidak menentu dan sangat drastis mempengaruhi kondisi-kondisi dimana manusia itu harus hidup (Ahmad, 1992).

Salah satu faktor yang penting untuk membangun masyarakat yang sejahtera adalah sebuah teori sosial ekonomi yang baik. Sepanjang sejarah, manusia terus mencari jawaban bagaimana sumber daya bumi ini dapat dipergunakan dan dibagikan dengan baik. Kata sosial berasal dari kata “socious” yang artinya kawan, teman. Dalam hal ini arti kawan bukan terbatas sebagai teman sepermainan, teman kerja, teman sekampung dan sebagainya. Dalam hal ini kawan adalah mereka (orang-orang) yang ada disekitar kita, yakni yang tinggal dalam satu lingkungan tertentu dan mempunyai sifat yang saling mempengaruhi satu sama lain (Mahadi, 1993).

41


(57)

45

Kata sosial adalah segala sesuatu yang berkenaan dengan masyarakat (Suharso,2005). Sedangkan dalam konsep sosiologis, manusia sering disebut makhluk sosial yang artinya bahwa manusia itu tidak dapat hidup dengan wajar tanpa orang lain disekitarnya.

Istilah Ekonomi secara etimologi berasal dari bahasa yunani yaitu “Oikos” yang artinya rumah tangga dan “Nomos” artinya mengatur. Jadi secara harafiah, ekonomi berarti cara mengatur rumah tangga. Ini adalah pengertian yang paling sederhana. Namun seiring dengan perkembangan dan perubahan masyarakat, maka pengertian ekonomi juga sudah lebih luas. Ekonomi juga sering diartikan sebagai cara manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.42

Kondisi sosial ekonomi adalah suatu keadaan atau kedudukan yang diatur secara sosial dan menetapkan seseorang dalam posisi tertentu dalam struktur sosial masyarakat. Pemberian posisi ini disertai dengan seperangkat hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh si pembawa status (Koentjaraningrat, 1990).

Menurut Melly G. Tan bahwa bahwa kedudukan sosial ekonomi meliputi tiga faktor yaitu pekerjaan, pendidikan, dan penghasilan. Pendapat diatas didukung oleh Mahbud UI Hag dari Bank Dunia bersama dengan James Grant dari Overseas Development Council mengatakan bahwa kedudukan sosial ekonomi dititikberatkan pada pelayanan kesehatan, pendidikan, perumahan dan air yang sehat yang

42

Wikipedia 2015, Ekonomi. Diakses pada 6 Juli 2015 dari: ,


(58)

didukung oleh pekerjaan yang layak. (Tan dalam Koentjaraningrat, 1981)

Pengertian Sosiologi Ekonomi dapat dilihat dari dua segi, yaitu :43 1. Pengertian Sosiologi Ekonomi adalah suatu kajian yang

mempelajari hubungan antara masyarakat, yang di dalamnya terjadi suatu interaksi sosial dengan ekonomi. Dalam hubungan itu dapat kita lihat bagaimana masyarakat mempengaruhi ekonomi dan bagaimana ekonomi mempengaruhi masyarakat.

2. Pengertian Sosiologi Ekonomi adalah suatu pendekatan sosiologis yang diterapkan pada fenomena ekonomi.

Dalam sosiologi ekonomi, konsep masyarakat mempengaruhi ekonomi dapat kita lihat contohnya dalam kegiatan ekonomi. Masyarakat sebagai realitas eksternal-objektif akan menuntun individu dalam melakukan kegiatan ekonomi seperti apa yang boleh diproduksi, bagaimana memproduksinya dan dimana memproduksinya. Dari kegiatan yang dilakukan masyarakat ini menunjukkan bahwa masyarakatlah yang mempengaruhi ekonomi.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, maka dapat di simpulkan bahwa pada dasarnya kelas sosial ekonomi adalah status atau kedudukan seseorang di masyarakat, di mana berdasarkan pada pembedaan masyarakat ke dalam kelas- kelas secara vertikal, yang diwujudkan dengan adanya tingkatan masyarakat dari yang

43

Damsar, Pengantar Sosiologi Ekonomi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), h. 57


(59)

47

tinggi ke yang rendah dengan mengacu pada pengelompokan menurut kekayaan.

7. Pengertian Budaya

Budaya adalah bentuk jamak dari kata budi dan daya yang berarti

cinta, karsa, dan rasa. Kata budaya sebenarnya berasal dari bahasa Sanskerta budhayah yaitu bentuk jamak kata buddhi yang berarti budi atau akal. Dalam bahasa Inggris, kata budaya berasal dari kata culture,

dalam bahasa Belanda diistilahkan dengan kata cultuur, dalam bahasa Latin, berasal dari kata colera. Colera berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan, mengembangkan tanah (bertani).44

Kemudian pengertian ini berkembang dalam arti culture, yaitu sebagai segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam. Berikut pengertian budaya atau kebudayaan dari beberapa ahli:45

a. Menurut E. B. Taylor, budaya adalah suatu keseluruhan kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, keilmuan, hokum, adat istiadat, dan kemampuan yang lain serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat. b. Menurut R. Linton, kebudayaan dapat dipandang sebagai

konfigurasi tingkah laku yang dipelajari dan hasil tingkah laku yang dipelajari, di mana unsur pembentuknya didukung dan diterusan oleh anggota masyarakat lainnya.

44

Elly M. Setiadi, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar (Jakarta: Kencana, 2008), h. 27

45


(60)

c. Koentjaraningrat, mengartikan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, milik diri manusia dengan belajar. d. Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi, mengatakan bahwa

kebudayaan adalah semua hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. e. Sedangkan menurut Herkovits, kebudayaan adalah bagian dari

lingkungan hidup yang diciptakan oleh manusia.

Prestasi manusia sepanjang sejarahnya merupakan kebudayaan. Untuk memahami manusia, seyogyanya ia ditempatkan pada konteks kebudayaannya. Dalam kebudayaan tercermin segala kenyataan yang bernilai dan berharga dari prestasi manusia. Dalam kebudayaannya kita bertemu dengan segala gejala kehidupan yang telah diolah serta diatur menurut tata cara tertentu. Manusia bukan hidup liar, tetapi hidup dalam lingkungan yang serba budaya. Disinilah manusia “dibentuk dan dibesarkan.” Ini merupakan ciri khas manusia.

Kebudayaan merupakan kancah, dimana setiap orang seharusnya dapat berjuang dan mempergunakan segala kemampuannya untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Keadaan yang demikian berubah dan berkembang secara evolutif. Weston La Barre yang dikutip Parsudi Suparlan (1984:4) menjelaskan bahwa evolusi yang dialami oleh manusia bukanlah evolusi tubuh semata-mata, tetapi juga keseluruhan pemikiran-pemikiran dan hasil-hasil teknologinya.46

Dalam kehidupan sehari-hari kita dapat menjumpai berbagai macam kebudayaan, yang berujud benda, perilaku, pengetahuan, dan

46

Darsono Prawironegoro, Budaya Organisasi (Jakarta: Nusantara Konsulting, 2010), h. 9


(61)

49

tata nilai. Manusia bekerja untuk mencari nafkah; belajar untuk menuntut ilmu; menari untuk mengungkapkan kegembiraan. Bekerja, belajar, menari adalah tingkah laku manusia yang mempunyai nilai kultiral yaitu gabungan nilai sosial, estetis, dan nilai etis. Ketiga bentuk itu merupakan unsur hakiki dalam kebudayaan, di mana satu dengan yang lainnya saling berhubungan.47

Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan, dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.

edangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku, dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

8. Unsur-unsur Budaya

Ada beberapa pendapat ahli yang mengemukakan mengenai komponen atau unsur kebudayaan, antara lain sebagai berikut:

Melville J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok, yaitu:48

47

Darsono Prawironegoro, Budaya Organisasi (Jakarta: Nusantara Konsulting, 2010), h. 9

48

Wikipedia 2015, Budaya, https//id.m.wikipedia.org/wiki/Budaya, (diakses pada 30 Juni 2015)


(62)

a. alat-alat teknologi b. sistem ekonomi c. keluarga

d. kekuasaan politik

Bronislaw Malinowski mengatakan ada 4 unsur pokok yang meliputi:49

a) Sistem norma sosial yang memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya

b) Organisasi ekonomi

c) Alat-alat, dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan (keluarga adalah lembaga pendidikan utama)

d) Organisasi kekuatan (politik)

Kluckhohn mengemukakan ada 7 unsur kebudayaan secara universal (universal categories of culture) yaitu:

1 Bahasa

2 Sistem pengetahuan

3 Sistem tekhnologi, dan peralatan 4 Sistem kesenian

5 Sistem mata pencarian hidup 6 Sistem religi

7 Sistem kekerabatan, dan organisasi kemasyarakatan

49

Wikipedia 2015, Budaya, https//id.m.wikipedia.org/wiki/Budaya, (diakses pada 30 Juni 2015)


(1)

masuknya budaya barat ke dalam lingkungan lokal. Belum tegasnya aparat penegak hukum dalam menindak kasus-kasus perusakan di Kota Bogor. 14.Bagaimana sosialisasi Paguyuban Bogor dalam menjalankan program?

Sederhana aja sih kalo sosialisasi mah, walaupun kita gak punya media cetak, kita punya web, kita punya sosmed (sosial media), kita memanfaatkan itu. Kadang juga kita mengunjungi tempat atau daerah-daerah tertentu untuk bersilaturahmi dan kadang mengadakan pagelaran seni di kampung-kampung.

15.Apakah Paguyuban Bogor melakukan evaluasi? Ya, pasti dong! Itu wajib.

16.Kapan dan berapa kali Paguyuban Bogor melakukan evaluasi?

Setiap program selesai dilaksanakan, kami rutin melakukan evaluasi. 17.Apa Follow up Paguyuban Bogor setelah melakukan evaluasi?

Dari evaluasi itu kita merumuskan keberhasilan dan kekurangan. Sebenernya banyak keberhasilan yang udah kita capai. Tapi, yang paling pentinf dari keberhasilan kita adalah adanya respon positif dari masyarakat, pemuda, pelajar, instansi pemerintahan Kota Bogor. Kita bisa menerciptakan masyarakat yang mandiri dan kreatif. Dengan merangkulnya pelajar jadi meningkat kepedulian pelajar terhadap alam dan lingkungan masyarakat Kota Bogor, kita mampu menghimpun dan menciptakan pelajar dan pemuda menjadi inovatif, kreatif, arif terhadap budaya lokal dan berprestasi guna menjadi pemimpin masa depan, kita sebagai wadah kemasyarakatan yang cinta terhadap Kota Bogor bisa ikut membangun Kota Bogor menjadi lebih


(2)

bersih, mandiri, hijau dan berkembang, antusiasnya masyarakat terhadap program hiburan kami melalui acara kampanye seni dan budaya lokal. Kemudian, B-Next, telah berhasil melahirkan program-program bedah kota yang bisa dirasa manfaatnya oleh masyarakat Kota Bogor mulai dari penghijauan, kebersihan, maupun penyediaan sarana MCK dan pelatihan bagi masyarakat dan lain-lain.

Jika kekurangan, paling pada Tahun 2014 eksistensi Paguyuban Mulai surut karena adanya aktivitas Pemilihan Umum Wali Kota Bogor. Tidak sedikit juga yang ikut berpartisipasi dalam dunia politik sehingga membuat eksistensi kita menurun. Pada awal tahun 2015 sampai sekarang ketika pergantian Ketua Umum, program Paguyuban Bogor menjdi menurun walaupun masih ada sedikit program-program yang berjalan. Berbeda jauh ketika Paguyuban Bogor masih di bawah kepemimpinan Bima Arya. Dari awal kepemimpinan Iwan Setiawan bidang-bidang kordinasi dalam Paguyuban Bogor belum sepenuhnya terlaksana. Tapi hal-hal tersebut masih dalam proses pengembangan lagi agar menjadi lebih baik lagi kedepannya.


(3)

Dokumentasi Foto

Sekretariat Paguyuban Bogor

Bersama Dr. Bima Arya (Pembina Paguyuban Bogor sekaligus Wali Kota Bogor periode 2014-2019) dan Istri


(4)

Iwan Setiawan, Ketua Paguyuban Bogor 2015


(5)

(6)