Ruang Lingkup Humanistik Konsep Humanistik

Dalam hal ini, akan dibahas mengenai konsep humanistik yang telah dispesifikkan dalam perspektif Paguyuban Sumarah. Konsep becoming dalam aliran humanistik yang menyatakan bahwa manusia selalu dalam proses untuk menjadi kepribadian yang berbeda dari sebelumnya ini kemudian diarahkan oleh paguyuban sumarah pada etika dan budi luhur dalam paguyuban sumarah agar terciptanya kepribadian yang berada dalam proses dan kemenjadian pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. a. Etika Hidup Sumarah Mengenai tentang etika dan kepribadian dari paguyuban sumarah, paguyuban sumarah telah mengatur dan mengarahkan kepribadian para anggotanya dalam bersikap dan menentukan tindakan dikehidupan sehari-hari. Sumarah mengajarkan kepada anggotanya untuk selalu berbuat baik kepada siapa saja tanpa memandang agama, ras, etnis, ataupun bangsa. 18 Mereka meyakini bahwa berbuat baik kepada siapa saja berarti sama artinya dengan berbuat baik kepada diri sendiri dan kepada Tuhan. Oleh karena itu, ajaran etika yang sekaligus menjadi keyakinan dari paguyuban sumarah ini adalah berupa buah dari amal perbuatan yang telah dilakukan oleh manusia itu sendiri. Paguyuban sumarah biasa 18 Petir Abimanyu, Buku Pintar Aliran Kebatinan dan Ajarannya, Jogjakarta: Laksana, 2014, hlm. 142 menyebut hal tersebut dengan istilah karma. Karma tersebut berasal dari bahasa sansekerta yang berarti perbuatan dan pahala hasil, akan didapat oleh setiap orang sesuai dengan perbuatannya. Paguyuban sumarah juga meyakini bahwa hasil atau karma dari setiap perbuatan akan diterima oleh si pelaku bahkan sampai kepada para keturunannya nanti baik dalam kehidupan sekarang ataupun yang akan datang. 19 b. Ajaran Tentang Budi Luhur Paguyuban Sumarah di samping mengajarkan kepada anggotanya untuk tetap iman kepada Allah serta bersujud Sumarah kepada-Nya, juga mengajarkan tentang budi luhur, yaitu untuk membentuk jiwa agar memiliki sifat-sifat luhur dengan cara melatih segala perbuatan, perkataan, dan hati secara moralitas agar dapat mendekati dengan sifat-sifat Tuhan yang Maha Suci. Ajaran budi luhur tersebut adalah sebagai berikut 20 : 1 Bersikap sederhana dan menarik hati. 2 Tepo sliro dan tenggang rasa terhadap sesama manusia, sesama golongan, aliran dan agama. 19 Rahnip, Aliran Kepercayaan dan Kebatinan Dalam Sorotan, Surabaya: Pustaka Progresif, 1987, hlm. 17 20 Abdul Mutholib Ilyas dan Abdul Ghofur Imam, Aliran Kepercayaan dan Kebatinan di Indonesia, Surabaya: CV. Amin Surabaya, hlm. 86 3 Berusaha mewujudkan kesehatan, ketentraman, dan kesucian rohani. 4 Memiliki tabiat luhur, tutur kata dan perilaku yang baik. 5 Mempererat persaudaraan berdasarkan cinta kasih dan suka memaafkan kesalahan orang lain. 6 Tidak membeda-bedakan antara sesama manusia. 7 Berusaha untuk dapat melaksanakan kewajiban sebagai warga negara. 8 Berperilaku benar dengan memperhatikan dan mengutamakan kepentingan umum. 9 Sabar dan teliti dalam menerima sesuatu, tidak gegabah, tergesa-gesa, dan rajib dalam menuntut ilmu. Tidak berbuat jahat, jahil, firnah, maksiat, dan segala tingkah laku tercela. Disamping itu pula, Paguyuban Sumarah juga mengajarkan agar manusia memiliki sikap sebagai berikut 21 : a Tidak berbuat apa-apa, artinya bahwa orang harus yakin bahwa dirinya tidak bisa berbuat apa-apa kecuali atas kehendak Tuhan. Oleh karena itu seseorang tidak sepatutnya 21 Ridin Sofwan. Menguak Seluk Beluk Aliran Kebatinan: Kepercayaan Tuhan Yang Maha Esa, Semarang: Aneka Ilmu, 1999, hlm. 230