Analisis Data Tentang Relevansi Konsep Humanistik Dengan Pendidikan

BAB V P E N U T U P

Pada bagian akhir ini, merupakan penutup dari bab-bab yang sebelumnya. Dalam bab ini akan dijelaskan kesimpulan dari pembahasan-pembahasan yang telah diuraikan, dan saran yang dirasa sesuai dengan tema yang dikaji dalam skripsi ini.

A. Kesimpulan

1. Konsep Humanistik Pada Paguyuban Sumarah di Perum. Deltasari

Indah Sidoarjo Berdasarkan pemapaparan dalam kajian teori, dapat diketahui bahwa humanistik pada paguyuban sumarah dirumuskan dalam dua konsep, yaitu ajaran tentang etika hidup dan ajaran tentang budi luhur. Konsepsi humanistik tersebut telah dirancang dengan sedemikian rupa demi mewujudkan tujuan utama paguyuban sumarah, yaitu mewadahi memberi wadah kepada umat manusia untuk bersatu dan bersama-sama mencapai kesempurnaan hidup didunia dan di akhirat. Karena itulah maka antara humanistik dan keimanan merupakan dua hal yang saling terkait dan tidak dapat dipisahkan. Warga paguyuban sumarah meyakini bahwa untuk mencapai tujuan besar tersebut, maka diri dan kondisi jiwa harus benar-benar bersih. Dan untuk membersihkannya maka harus selalu tunduk patuh kepada perintah Allah, dan senantiasa mengingat-Nya. Hal ini hanya bisa diterapkan dengan penerapan sujud Sumarah yang 123 dilakukan secara baik dan benar. Paguyuban sumarah juga meyakini bahwa ketentuan tercapaian kesempurnaan iman iman bulat dalam diri seseorang dapat tercermin melalui perilaku kesehariannya etika dan budi luhur dan pengamalannya terhadap sasanggeman.

2. Relevansi Konsep Humanistik Dengan Pendidikan Akhlak Pada

Paguyuban Sumarah di Perum. Deltasari Indah Sidoarjo Dalam pemapaparan kajian teori, penyajian data dan analisis data, maka dapat diketahui bahwa jika pembahasannya hanya dalam lingkup konsep humanistik dalam paguyuban sumarah saja, memang terdapat kemiripan antara konsep humanistik paguyuban sumarah dengan apa yang menjadi tujuan dan kepribadian yang diharapkan dalam pendidikan akhlak. Namun, pembahasan tentang akhlak bukan hanya berporos pada hubungan antara manusia dengan sesama manusia Hablum Min An- Nash saja, yang menjadi pedoman utama dari keindahan akhlak adalah kesempurnaan dan kebenaran seseorang dalam memperaktikkan tauhidnya Hablum Minallah. Sedangkan dalam pembahasan aqidah ini tidak ditemukan titik relevansi antara ajaran dalam paguyuban sumarah dengan pendidikan akhlak. Hal ini diketahui melalui ajaran dan pandangan paguyuban sumarah tentang wahyu, Rasulullah, tujuan paguyuban sumarah, hukum karma, sujud sumarah, persekutuan dengan Allah dan sasanggeman. Dalam beberapa ajaran tersebut, jauh berbeda dengan apa yang telah diajarkan dalam Islam dan tidak dilandaskan pada Al- Qur’an ataupun hadits Nabi. Karenanya, meski terdapat kesamaan dalam hal humanistik paguyuban sumarah dengan apa yang menjadi tujuan dan kepribadian yang diharapkan dalam pendidikan akhlak, maka tetap tidak bisa dianggap relevan jika tidak sesuai dengan dasar dan prinsip keislaman. Karena, secara jelas Rasulullah bersabda: ت ْنل نْيرْمأ ْمكْيف تْكرت .هيبن ةنس ه تك ، م ب ْمتْكسمت م اْ لض “Aku tinggalkan pada kalian dua perkara, jika kalian berpegang teguh dengan keduanya kalian tidak akan sesat selama-lamanya yaitu: Kitabullah dan sunnah Nabi- Nya.” HR. Imam Malik

B. Saran

Saran ini ditujukan untuk masyarakat secara umum. Sebagaimana dalam masyarakat, banyak sekali dijumpai berbagai macam organisasi budaya yang telah ada bahkan sejak sebelum Indonesia merdeka. Organisasi- organisasi tersebut memiliki arti yang sangat besar dalam sejarah Indonesia, juga memiliki tujuan jelas untuk membangun persatuan dan kesejahteraan dalam mayarakat. Namun, tidak semua organisasi menerapkan tentang apa yang ditetapkan dalam Al- Qur’an, dan tidak semua organisasi mengarahkan dan membimbing anggotanya untuk bertauhid secara benar menurut Islam. Karenanya, menjadi suatu hal yang penting untuk mengetahui isi ajaran, tujuan dan prinsip suatu organisasi sebelum benar-benar memutuskan untuk menjadi bagian dari suatu organisasi. DAFTAR PUSTAKA Abdul Halim Mahmud, Ali. 2004. Akhlak Mulia. Jakarta: Gema Insani. Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir. 2014. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana. Abdul Mutholib Ilyas dan Abdul Ghofur Imam. Aliran Kepercayaan dan Kebatinan di Indonesia. Surabaya: CV. Amin Surabaya. Abimanyu, Petir. 2014. Buku Pintar Aliran Kebatinan dan Ajarannya. Jogjakarta: Laksana. Ahmad Syadali dan Ahmad Rofi’i. 2000. Ulumul Qur’an. Bandung: Pustaka Setia. Al- Payamani, Ma’ruf. 1992. Islam dan Kebatinan, Studi Kritis Tentang Perbandingan Filsafat Jawa dan Tasawuf. Solo: CV. Ramadhani. Amin, Moh. 1997. Sepuluh Induk Akhlak Terpuji. Jakarta: Kalam Mulia. Aminuddin, dkk. 2002. Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi Umum. Jakarta: Ghalia Indonesia. Arifin, M. 1991. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Athiyah Al-Abrasyi, Muhammad. 2003. Prinsip-prinsip Dasar Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia. Azra, Azyumardi. 2014. Pendidikan Islam : Tradisi dan Modernisasi ditengah Milenium III. Jakarta: Kencana. Bakri, Masykuri. 2003. Metodologi Penelitian Kualitatif: Tinjauan Teoritis dan Praktis. Malang: Lembaga Penelitian Universitas Islam Malang. Bungin, Burhan. 2001. “Content Analysis dan Focus Group Discussion dalam Penelitian Sosial” dalam Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif: Aktualisasi Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo Persada.