Accounting Standards Board serta badan pengatur lainnya. Misalnya seorang auditor yang bekerja di instansi pajak, di Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan BPKP, dan Badan Pemeriksa Keuangan BPK menggunakan kriteria undang-undang, prinsip akuntansi yang berlaku umum, dan peraturan
yang dikeluarkan pemerintah, perusahaan swasta, serta instansi pajak yang terkait. Jadi, kriteria yang dipakai dalam suatu audit tergantung kepada tujuan audit yang
bersangkutan. 5.
Penyampaian hasil kepada pihak yang berkepentingan. Penyampaian hasil ini dilakukan melalui laporan tertulis dalam bentuk laporan
audit yang merupakan penyampaian hasil-hasil temuan kepada para pemakai laporan. Laporan audit menyatakan tingkat kesesuaian antara informasi yang
diperiksa dengan kriteria yang ditetapkan. Laporan yang satu dapat berbeda dengan laporan lainnya tetapi pada dasarnya semuanya harus mampu
menyampaikan kepada pihak yang berkepentingan yaitu para pemegang saham, manajemen perusahaan, kreditur, calon investor dan kreditur, masyarakat luas dan
kantor pemerintah.
2.1.2. Opini Audit
Menurut IAI 2001: SA Seksi 110 paragraf 01 bahwa tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen pada umumnya adalah “untuk
menyatakan pendapat tentang kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia”. Opini audit disampaikan auditor
Universitas Sumatera Utara
dalam paragraf pendapatan dalam bagian laporan audit yang menyatakan kesimpulan auditor berdasarkan hasil audit yang dilakukan melalui beberapa
tahap audit. Laporan audit ini sangat penting karena laporan tersebut menginformasikan kepada pengguna laporan tentang apa yang dilakukan auditor
dan kesimpulan yang diperoleh atas temuan audit. Opini audit berkaitan langsung dengan standar auditing yang berlaku umum dan temuan-temuan audit. Auditor
diwajibkan untuk menyatakan pendapat tentang laporan keuangan secara keseluruhan, termasuk kesimpulan menyangkut apakah perusahaan dalam
menyusun laporan keuangannya sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum atau tidak.
Auditor dapat memilih tipe pendapat yang akan dinyatakan atas laporan keuangan perusahaan. Tipe pendapat dalam Mulyadi 2002 : 20 tersebut adalah
pendapat wajar tanpa pengecualian unqualified opinion, pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelas unqualified opinion with
explanatory language , pendapat wajar dengan pengecualian qualified
opinion, pendapat tidak wajar adverse opinion dan pernyataan tidak
memberikan pendapat disclaimer of opinion. Berdasarkan IAI, 2001: SA seksi 508, kelima pendapat tersebut dijelaskan
sebagai berikut: a. Pendapat Wajar tanpa Pengecualian unqualified opinion
Pendapat wajar tanpa pengecualian menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi
keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsi akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Pendapat wajar tanpa
pengecualian diberikan auditor jika tidak terjadi pembatasan dalam lingkup audit dan tidak terdapat pengecualian yang signifikan mengenai
kewajaran dan penerapan standar akuntansi keuangan dalam penyusunan laporan keuangan, konsistensi penerapan standar akuntansi keuangan
tersebut, serta pengungkapan memadai dalam laporan keuangan. Laporan keuangan dianggap menyajikan secara wajar posisi keuangan dan hasil
Universitas Sumatera Utara
usaha suatu organisasi, sesuai dengan standar akuntansi keuangan, jika memenuhi syarat berikut ini:
1. Standar akuntansi digunakan sebagai pedoman untuk menyusun laporan keuangan.
2. Perubahan standar akuntansi keuangan dari periode ke periode telah cukup jelas.
3. Informasi dalam catatan-catatan yang mendukungnya telah digambarkan dan dijelaskan dengan cukup dalam laporam keuangan.
b. Pendapat Wajar tanpa Pengecualian dengan Bahasa Penjelasan unqualified opinion report with explanatory language.
Keadaan tertentu mungkin mengharuskan auditor menambahkan suatu paragraf penjelasan atau bahasa penjelasan lain dalam laporan auditnya.
Keadaan yang menjadi penyebab ditambahkannya suatu paragraf penjelas dalam laporan audit baku adalah:
1. Pendapat auditor sebagian didasarkan atas laporan auditor independen
lain. 2. Untuk mencegah agar laporan keuangan tidak menyesatkan karena
keadaan-keadaan yang luar biasa, laporan keuangan disajikan menyimpang dari suatu prinsip akuntansi yang dikeluarkan oleh IAI.
3. Jika terdapat kondisi dan peristiwa yang semula menyebabkan auditor yakin tentang adanya kesangsian mengenai kelangsungan hidup
entitas, namun setelah mempertimbangkan rencana manajemen, auditor berkesimpulan bahwa rencana manajemen tersebut dapat
secara efektif dilaksanakan dan pengungkapan mengenai hal itu memadai.
4. Di antara periode akuntansi terdapat suatu perubahan material dalam penggunaan prinsip akuntansi atau dalam metode penerapannya.
5. Keadaan tertentu yang berhubungan dengan laporan auditor atas laporan keuangan komparatif.
6. Data keuangan kuartalan tertentu yang diharuskan Badan Pengawas Pasar Modal BAPEPAM namun tidak disajikan atau tidak di-review.
7. Ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi berlaku umum. 8. Informasi tambahan yang diharuskan oleh IAI telah dihilangkan, yang
penyajiannya menyimpang jauh dari panduan yang dikeluarkan dewan tersebut dan auditor tidak dapat melengkapi prosedur audit yang
berkaitan dengan informasi tersebut, atau auditor tidak dapat menghilangkan keragu-raguan yang besar apakah informasi tersebut
sesuai dengan panduan yang dikeluarkan oleh IAI.
9. Informasi lain dalam suatu dokumen yang berisi laporan keuangan auditan secara material tidak konsisten dengan informasi yang
disajikan dalam laporan keuangan. c. Pendapat wajar dengan Pengecualian qualified opinion
Pendapat wajar dengan pengecualian menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material,
Universitas Sumatera Utara
posisi keuangan, hasil usaha dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsi akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, kecuali untuk dampak
hal-hal yang berhubungan dengan yang dikecualikan. Pendapat ini dinyatakan bilamana:
1. Ketiadaan bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan
terhadap lingkup audit yang mengakibatkan auditor berkesimpulan bahwa ia tidak dapat menyatakan pendapat wajar tanpa pengecualian
dan ia berkesimpulan tidak menyatakan tidak memberikan pendapat.
2. Laporan keuangan berisi penyimpanagan dari prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, yang berdampak material, dan ia
berkesimpulan untuk tidak meyatakan pendapat tidak wajar. Auditor harus menjelaskan semua alasan yang menguatkan dalam satu
atau lebih paragraf terpisah yangd icantumkan sebelum paragraf pendapat .
d. Pendapat tidak Wajar adverse opinion Pendapat tidak wajar menyatakan bahwa laporan keuangan tidak
menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsi
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Jika auditor memberikan pendapat tidak wajar maka informasi yang disajikan klien sama sekali
tidak dapat dipercaya sehingga tidak dapat dipakai oleh pemakai informasi untuk mengambil keputusan.
e. Pendapat tidak Memberikan Pendapat disclaimer opinion Pernyataan tidak memberikan pendapat menyatakan bahwa auditor tidak
menyatakan pendapat atas laporan keuangan. Pernyataan tidak memberikan pendapat adalah cocok jika auditor tidak melaksanakan
audit yang lingkupnya memadai untuk memungkinkannya memberikan pendapat atas laporan keuangan.
2.1.3. Going Concern