technological progress. Penciptaan peluang investasi juga dapat dilakukan dengan memberdayakan potensi sektor unggulan yang dimiliki oleh daerah yang bersangkutan
Rachbini, 2001. Keunggulan komperatif bagi suatu komoditi bagi suatu negara atau daerah
adalah bahwa komoditi itu lebih unggul secara relatif dengan komoditi lain di daerahnya. Pengertian unggul dalam hal ini adalah dalam bentuk perbandingan dan
bukan dalam bentuk nilai tambah riil. Keunggulan komperatif adalah suatu kegiatan ekonomi yang secara perbandingan lebih menguntungkan bagi pengembangan daerah
Tarigan, 2005. Sedangkan sektor unggulan adalah sektor yang memiliki keunggulan komperatif dan keunggulan kompetitif dengan produk sektor sejenis dari daerah lain
serta memberikan nilai manfaat yang besar. Sektor unggulan juga memberikan nilai tambah dan produksi yang besar, memiliki multiplier effect yang besar terhadap
perekonomian lain, serta memiliki permintaan yang tinggi baik pasar lokal maupun
pasar ekspor.
2.5. Penelitian Terdahulu
Amir dan Riphat 2005 melakukan studi tentang Analisis Sektor Unggulan untuk Evaluasi Kebijakan Pembangunan Jawa Timur menggunakan Tabel Input-
Output 1994 dan 2000, menggunakan analisis input-output yang telah banyak digunakan untuk menganalisis sektor unggulan, yang biasanya dilihat menggunakan
angka pengganda multiplier sektor ekonomi dan tingkat keterkaitan antar sektor perekonomian. Tingkat keterkaitan antar sektor perekonomian akan diukur dengan
menggunakan pure total linkage yaitu tingkat keterkaitan suatu sektor dengan sektor
Universitas Sumatera Utara
lainnya sebagai penjumlahan atas angka daya penyebaran backward linkage dan daya kepekaan forward linkage. Hasil studi menunjukkan bahwa selama periode
penelitian telah terjadi pergeseran dalam sektor-sektor unggulan dan proses industrialisasi. Kebijakan strategi pembangunan harus diarahkan kepada kebijakan
yang memberikan dampak yang optimal bagi pertumbuhan ekonomi, peningkatan pendapatan masyarakat dan penciptaan lapangan pekerjaan. Berdasarkan analisis
sektor unggulan menggunakan angka pengganda output, pendapatan dan lapangan kerja dan keterkaitan sektoral pure total linkage direkomendasikan untuk
menjadikan Jawa Timur sebagai pusat industri industri lainnya dan indutri makanan, minuman dan tembakau, pusat perdagangan, dan pusat pertanian.
Supangkat 2002 melakukan studi tentang Analisis Penentuan Sektor Prioritas dalam Peningkatan Pembangunan Daerah Kabupaten Asahan, menggunakan
pendekatan sektor pembentuk PDRB. Hasil studi menunjukkan bahwa sektor pertanian dan industri pengolahan berpeluang untuk dijadikan sebagai sektor prioritas bagi
peningkatan pembangunan di daerah Kabupaten Asahan, terutama sub sektor perkebunan, perikanan dan industri besar, serta sedang.
Marhayanie 2003 melakukan studi tentang Identifikasi Sektor Ekonomi Potensial dalam Perencanaan Pembangunan Kota Medan, menggunakan metode
analisis linkage. Hasil studi menunjukkan bahwa analisis angka pengganda diperoleh bahwa sektor ekonomi yang potensial dalam perencanaan pembangunan Kota Medan
adalah sektor industri pengolahan. Sektor yang memberikan kontribusi terbesar pada total PDRB Kota Medan pada tahun 2000 adalah sektor perdagangan, restoran dan
Universitas Sumatera Utara
hotel, yaitu sebesar 29,76, sedangkan sedangkan yang terkecil adalah sektor pertambangan dan galian sebesar 0,01. Hasil analisis linkage dengan Tabel I-O tahun
2000, sektor bangunan memiliki backward linkage terbesar yaitu 2,22 dan yang terkecil sektor keuangan, persewaan dan jasa-jasa perusahaan sebesar 1,37, sedangkan
sktor yang memiliki forward linkage terbesar adalah sektor industri pengolahan yaitu sebesar 3,80 dan yang terkecil sektor listrik, gas dan air bersih sebesar 1,07.
2.6. Kerangka Pemikiran