PELAKSANAAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAH DAERAH (EKPPD) (STUDI KASUS KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2013)

(1)

PELAKSANAAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAH DAERAH (EKPPD)

(STUDI KASUS KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2013)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Jurusan Ilmu pemerintahan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh: TEDI RIZKI 20110520108

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMUSOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(2)

iii

HALAMAN PERNYATAAN

Dengan ini saya,

NAMA : Tedi Rizki

NOMOR MAHASISWA : 20110520108

JURUSAN : Ilmu Pemerintahan

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:“PELAKSANAAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAH DAERAH (EKPPD) (STUDI KASUS KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2013)”Adalah karya hasil saya dan bukan plagiat baik secara utuh maupun sebagian,serta belum pernah diajukan sebagai karya ilmiah pada suatu perguruan tinggi atau lembaga apapun.Hal-hal bukan karya asli saya dalam skripsi tersebut diberi tanda dan ditunjukan dalam daftar pustaka.Demikian peryataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya bersedia mempertanggungjawabkan peryataan ini.

Yogykarta 27 juni 2016

Tedi Rizki


(3)

iv MOTTO

“Ya Allah,sesungguhnya aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermamfaat,rezeki

yang baik dan amal yang diterima

”(HR.Ahmad Ibnu Majah dan IBnu as-Sunni).

“Sesungguhnya bersama kesulitan pasti ada kemudahan.Maka apabila engkau telah selesai (dari satu urusan),tetaplah bekerja keras(untuk urusan yang lain)”

(QS 94:6-7).

Sedikit pengetahuan yang diterapkan jauh lebih beharga ketimbang banyak pengetahuan yang tak dimamfaatkan

(Kahlil Gibran).

Tidak masalah jadi manusia yang lamban,terakhir atau terbodoh sekalipun,tapi jangan pernah menjadi manusia yang gampang menyerah.


(4)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Alhamdulillah puji syukur saya ucapkan kepada Allah SWT atas hidayah –Nya.Dan dengan segala kerendahan hati,saya persembahkan karya ini untuk :

Kedua Orang Tuaku : Bapak Hazrin Ali dan Ibu Kartini, terima kasih atas semangatnya yang mengebu-gebu dan memotivasiku untuk segera menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas doa, kasih sayang,dukungan moril, dan materil yang tidak dapat ternilai dan terbalaskan.

Datuk-ku : Alm. Ismail, Maaf Datuk diusia lanjutmu, cucu-mu ini belum sempat

membahagiakanmu, keinginanmu untuk secepatnya balik kekampung abadimu sekarang telah dikabulkan. Semoga engkau disana di tempatkan didalam barisan para penghuni surga. Amin.

Nenek-ku : Siti hawa, sehat terus nek, semoga bisa melihat cucu-cucumu sukses semuanya.

Kakak ku dan adikku, Nizommudin dan Mei Sarah Atas ilmu dan perbincangan setiap hari dalam keluarga bersama. Kalian bukan hanya saudara tetapi juga teman untuk berbagi.

Saudara-saudaraku : maaf tidak bisa disebutkan kalian satu persatu, terima kasih banyak atas

dukungan dan do‟anya yang selalu menyertaiku. Semoga Allah membalas kebaikan kalian

semua

Sahabat-sahabatku : AyuAnastasia, Artito Radityo, M.Qortubi, Novita Puspaningrum, Triana Dian Sari, Amin Sapto, Muhammad Habib Akroman, Juanda, Dani Hendradi, Ria Wardani, Tio Pirnando,Winas Damar, Damar Prayoga, Ardiansyah S,Zakyudin Fikri, Arrizal.Annisa Dewi Septiyani,

Terima kasih atas semangat kalian dalam suka dan duka.

Teman-teman KKN 40: Aan Febriadi, Ade Oktavia P, Ican Wahyu R, Inas Winalytra, Iwan Suwandi, Kartika Sari Dewi, M achda Bachrian, Nendra Satya Ramadhan, Sapta Berysta, Teuku, Fendi, Muchlis, Unggul Rizqy Prabowo.


(5)

vi

Teman-teman Mahasiswa Ilmu Pemerintahan UMY angkatan 2011 Terima kasih untuk semua hal untuk tahun tahun terbaik ini.

Teman-teman Alumni SMA Negeri 5 Kota Jambi

Yang selalu mebuat bahagia dan tetap semangatSerta teman-teman yang tak bisa saya sebutkan satu persatu. Terima kasih atas dukungan kalian selama ini.


(6)

vii

KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah Nya, sehingga saya dapat melaksanakan tugas dalam menyusun skripsi ini sampai

terselesaikan. Skripsi ini diberi judul “PELAKSANAAN KINERJA

PENYELENGGARAAN PEMERINTAH DAERAH (EKPPD) (STUDI KASUS KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2013)”.

Skripsi ini disusun untuk melengkapi tugas-tugas serta memenuhi syarat-syarat guna menyelesaikan Program Strata Satu Ilmu Pemerintahan. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak dapat terlaksana dengan baik atas bantuan semua pihak, sehingga penulis dengan segenap kerendahan hati mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, terutama kepada:

 Prof. Dr. Bambang Cipto, MA. Selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

 Bapak Ali muhammad, S.IP.,MA,PH.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik.

 Ibu Dr. Titin Purwaningsih, S.IP.,MSi. Selaku ketua jurusan Ilmu Pemerintahan.

 Drs. Suswanta, M.Si, Selaku Dosen Pembimbing yang sudah banyak bersabar dalam membimbing penulis menyelesesaikan skripsi ini.

 Seluruh Dosen dan Staf di Jurusan Ilmu Pemerintahan, Fakultas ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, yang telah memberikan ilmu yang terbaik bagi mahasiswa UMY.

 Ibu-ibu anggota SKPD pemerintahan Kota Yogyakarta, yang telah memberikan informasi dan data-data yang mendukung dalam penyusunan skripsi ini. Seperti


(7)

viii

Ibu Dyah Intan Usaratrui, S.IP.,MA, M.Eng, Ibu Tutiek Susiatun, SPT, dan Ibu Ristyawati, ST,M.eg

 Terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini Semoga skripsi ini dapat membawa manfaat dan memberikan pengetahuan dalam pengembangan Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kata kesempurnaan, hal ini mengingat kemampuan dan pengalaman dalam penelitian menyusun skripsi ini sangat terbatas. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk perbaikan dan pengembangan penelitian selanjutnya. Tidak ada yang dapat penulis berikan selain ucapan terima kasih atas seluruh bantuan yang diberikan. Semoga karya ini bermamfaat bagi penulis dan bagi pihak pihak penikmat pembacanya. Semoga Allah SWT meridhoi kita semua. Amin.

Wassalamualaikum.Wr.WB

Yogyakarta 27 Juni2016 Penyusun,

Tedi Rizki


(8)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

KATA PERYATAAN ... iii

HALAMAN MOTO ... iv

MOTTO PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vii

SINOPSIS ... ix

DAFTAR ISI ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat ... 7

D. Studi Terdahulu ... 7

E. Kerangka Teori ... 10

1. Konsep Kinerja ... 11

a. Pengertian ... 11

b. Faktor yang mempengaruhi kinerja organisasi ... 12

c. Kinerja pemerintahan ... 16

d. Indikator kinerja organisai ... 18

2. Pemerintahan Kota ... 21


(9)

x

b. Asas-Asas pemerintah daerah ... 23

c. Hak dan kewajiban pemerintah daerah/kota ... 24

d. Tugas, fungsi serta penyelenggaraan pemerintah daerah ... 27

3. Tatacara pelaksanaan evaluasi kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah ... 27

F. Definisi Konsepsional ... 29

G. Definisi Operasional ... 30

H. Metode penelitian ... 31

1. Jenis Penelitian ... 31

2. Sumber Data &Jenis Data ... 31

a. Sumber Data ... 31

b. Jenis Data ... 32

3. Lokasi Penelitian ... 34

4. Teknik Pengumpulan Data ... 34

a. Wawancara ... 35

b. Dokumentasi ... 36

c. Observasi ... 37

5. Teknik Analisis Data ... 37

I. Sistematika Penulisan ... 38

BAB II GAMBARAN OBJEK PENELITIAN A. Profil Pemerintah Kota Yogyakarta ... 4O 1. Profil Kota Yogyakarta ... 40

2. Sejarah Kota Yogyakara ... 40


(10)

xi

B. Gambaran Umum Organisasi Perangkat DaerahPemerintah Kota…... 46

1.Kedudukan Pemerintah Kota Yogyakarta……….. 46

2.Tugas Pokok Dan Fungsi Pemerintah Kota Yogyakarta………. 47

C. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah ... 50

1.Visi Pembangunan Kota Yogyakarta... ... 52

2.Misi Pembangunan Kota Yogyakarta……… .. 52

3.Tujuan Dan Sasaran Pembangunan Yogyakarta………. 54

BAB III PEMBAHASAN A. Kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta.... ... . 55

1. Manajemen penyelenggaraan urusan pemerintahan.... ... 57

a. Nilai Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kota Yogyakarta 59

b. Opini Laporan Keuangan Oleh Auditor Eksternal ... 59

c. Nilai Evaluasi Kinerja Penyelengara Pemerintah Daerah (EKPPD)…. ……….. 60

2. Kesejahteraan masyarakat ... 62

a. Pendapatan Per Kapita………. 64

b. Jumlah Koperasi Aktif………... 65

c. Jumlah Pelaku UMKM……….. 65

d. Angka Kemiskinan……… ... 66

e. Tingkat Intensitas Pengendalian Frekuensi Konflik Sosial Yang Karena SARA Dan Kesenjangan Sosial……… 67

3. Pelayanan dasar kepada masyarakat……… 68

a. Angka Melek Huruf... ... 70

b. Angka Partisipasi Sekolah……….. 70


(11)

xii

d. Indek Kepuasan Masyarakat.. ... 72

e. Presentase Tindak Lanjut Penanganan Pengaduan Masyarakat Lewat Unit Pelayanan Infornasi Dan Keluhan………… ... 72

f. Indek Kepuasan Layanan Rumah Sakit……… ... 73

g. Indek Kepuasan Layanan Kesehatan………… ... 74

4. Daya SaingDaerah/Iklim Investasi………. .... 75

a. Indek Pembangunan Manusia… ……… ... 77

b. Tingkat Kelulusan Ujian Nasional………..…… ... 77

c. Angka Penganguran Terbuka………... ... 78

d. Pertumbuhan Ekonomi……… ... 79

e. Inflasi……… ... 79

f. Pendapatan Pajak Dan Restribusi Daerah……… ... 80

BAB IV PENUTUP KESIMPULAN ... 83

SARAN.. ... 84

DAFTAR PUSTAKA


(12)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 10 Kota dan Kabupaten Peraih Gelar Kinerja Terbaik

Kemendagri ... 5

Tabel 1.1 Penetian terdahulu ... 8

Tabel 1.2 Data Primer... 32

Tabel 1.3 Data Sekunder ... 33

Tabel 3.1: Keterkaitan Misi, Tujuan dan Sasaran ... 55

Tabel 3.2 Terwujudnya kelembagaan dan ketatalaksanaan Pemerintah Daerah yang berkualitas ... 56

Tabel 3.3 Terwujudnya Peningkatan kualitas ekonomi ... 62

Tabel 3.4 Terwujudnya Kualitas sosial masyarakat ... 63

Tabel 3.5 Terwujudnya pendidikan inklusif untuk semua ... 66

Tabel 3.6 Terwujudnya pelayanan administarasi publik yang baik ... 68

Tabel 3.7 Terwujudnya pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau ... 69

Tabel 3.8 Terwujudnya kualitas sumber daya masyarakat yang unggul ... 72


(13)

i

PELAKSANAAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAH DAERAH (EKPPD)

(STUDI KASUS KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2013)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Jurusan Ilmu Pemerintahan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh: TEDI RIZKI 20110520108

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMUSOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(14)

ii

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI

PELAKSANAAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAH DAERAH (EKPPD) (Studi kasus : Kota Yogyakarta Tahun 2013)

Oleh : TEDI RIZKI 20110520108

Telah dipertahankan dan disahkan di depan Tim Penguji

Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Pada :

Hari /Tanggal : Jum‟at / 26 Agustus 2016 Tempat : Ruang Ujian IP

Jam : 11.00 – 11.45 WIB SUSUNAN TIM PENGUJI

KETUA

Drs. Suswanta, M.Si

PENGUJI I PENGUJI II

Dr. Suranto, M.Pol Bambang Eka Cahyo Widodo, S.IP.,M.Si. MENGETAHUI

KETUA JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN


(15)

(16)

SINOPSIS

Skripsi ini mengambil judul “PELAKSANAAN KINERJA

PENYELENGGARAAN PEMERINTAH DAERAH (EKPPD)(

STUDI KASUS KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2013)”. Seiring banyaknya prestasi yang diraih oleh Pemerintah Kota Yogyakarta, seperti Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), gelar kota cerdas Indonesia dan kinerja terbaik pada EKPPD Kementrian Dalam Negeri Tahun 2013. Membuat penelitian ini ingin menggali serta mengetahui pelaksanaan evaluasi kinerja penyelengaraan pemerintahan daerah. Kemudian dari paparan latar belakang diatas sejatinya penelitian ini ingin mengetahui keberhasilan Pemeritah Kota Yogyakarta dalam meraih penghargaan sebagai kinerja pemerintahan terbaik dari Kementerian Dalam Negeri pada tahun 2013.Dari permasalahan diatas penulis kemudian membatasi pembahsan pada rumusan masalah yaitu: bagaimana pelaksanaan evaluasi kinerja penyelengaraan pemerintahan daerah dikota yogyakarta tahun 2013.

Dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif untuk menjabar dan mengembangkan hasil penelitian dalam bentuk paraghraf tulisan yang bersumber dari informan yang sudah ditentukan. Jenis data pada peneltian ini ada dua yaitu primer dengan teknik pengumpulan data wawancara langsung dan observasi, serta data sekunder yaitu dengan melihat dan mempelajari dokumen atau Naskah Dinas yang ada Pemerintah Kota Yogyakarta. Setelah itu seluruh data yang diperoleh di jabarkan dengan teknik tiangulasi yang meliputi tiga tahapan1) Reduksi Data (reduction), (2) Sajian Data (display) dan (3) Penarikan Kesimpulan danVerifikasi (conclusion drawing).

Hasil penelitian ini menyatakan bahwa kinerja terbaik yang dilakukan oleh Pemerintah kota Yogyakarta meliputi 4 hal yaitu: manajemen penyelenggaraan urusan pemerintahan, kesejahtraan masyarakat, pelayanan dasar kepada masyarakat, dan daya saing daerah atau iklim investasi daerah.Capain masing-masing sub indikator pada keempat indikator diatas pada tahun 2013 dapat dicapai dengan baik dan maksimal. Meskipun ada beberapa sub indikator yang belum bisa mencapai 100% daricapaianmaksimal,seperti: persentase jumlah sekolah yang melayani pendidikan ingklusif (96,94%),indek kelayanan kesehatan (97%) ,tingkatan kelulusan ujian nasional (96%),dan inflasi (66,91%).

Berdasarkan hasil penelitian, pada point per point yang dibahas, bahwa kinerja pemerintahkota Yogyakarta dilihat dari capaian masing-masing indikator sasaran strategis yang ditetapkan telah tercapai dengan kategori sangat baik, namun dalam pelaksanaannya pemerintah Kota Yogyakarta masih terkendala beberapa hal seperti: terbatasnya jumlah SDM pelaksana,sehingga sebagian capaian tidak tercapai dengan maksimal,tetapi hal tersebut masih dikategorikan sangat baik. Saran penulis Tingkat pelayanan dasar kepada masyrakat harus lebih ditingkatkan lagi dan peningkatan kualitas kinerja instansi pemerintahan juga perlu lebih ditingkatkan lagi.


(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hari ini Kota Yogyakarta dikenal sebagai kota pelajar dan budaya. Dengan demikian Mengenal Yogyakarta secara detail tidak dibisa hanya dilihat dari satu sisi saja, hingga saat ini sudah banyak permasalahan yang terjawabkan oleh kota seribu budaya ini. Kiprah dari satu pemimpin ke pemimpin berikutnya selalu membawa kota ini menjadi lebih baik. Kiprah kepemiminan Herry Zudianto yang membawa perubahan pada penataan pasar tradisional dan pedangang kaki lima di kawasan Kota Yogyakarta dan sampai saat ini kiprah Walikota yang menjabat Haryadi Suyuti juga telah banyak membawa prestasi-prestasi cemerlang seperti peraihan gelar Smart City untuk Kota Yogyakarta, Wajar Tanpa Pengecualian dan MERAIH gelar kinerja pemerintahan terbaik berdasarkan hasi EKPPD (Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah) berdasarkan hasil penilaian kemendagri.

Kinerja adalah suatu bentuk prestasi atau tingkat keberhasilan yang dicapai oleh perorangan atau kelompok suatu organisasi dalam melaksanakan pekerjaan pada suatu periode tertentu. Kinerja juga dapat diartikan sebagai suatu prestasi yang dicapai dalam melaksanakan pelayanan kepada masyarakat dalam suatu periode. Peningkatan kinerja tidak dapat terwujud apabila tidak ada pengelolaan atau manajemen yang baik, yang dapat mendorong upaya-upaya instansi untuk meningkatkan kinerja.


(18)

2

Pangastuti mengungkapkan “bahwa usaha-usaha manajemen kinerja ditujukan

untuk mendorong kinerja dalam mencapai tingkat tertinggi organisasi”.1

Lebih lanjut, Propper dan Wilson, menyebutkan bahwa manajemen kinerja dapat meningkatkan kinerja organisasi secara keseluruhan.2 Manajemen berbasis kinerja adalah proses perencanaan, pengukuran, penilaian dan evaluasi kinerja pegawai untuk mewujudkan tujuan organisasi serta mengoptimalkan potensi diri pegawai.

Kinerja pada umumnya diartikan sebagai kesuksesan seseorang dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Kinerja karyawan merupakan hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya untuk mencapai target kerja. Karyawan dapat bekerja dengan baik bila memiliki kinerja yang tinggi sehingga dapat menghasilkan kerja yang baik. Kinerja karyawan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan perusahaan atau organisasi dalam mencapai tujuannya. Untuk itu kinerja dari para karyawan harus mendapat perhatian dari para pimpinan perusahaan, sebab menurunnya kinerja dari karyawan dapat mempengaruhi kinerja perusahaan secara keseluruhan.

Kinerja pemerintah di Indonesia sampai saat ini masih sedikit pemerintah daerah yang mendapat predikat terbaik. Berdasarkan data empiris yang yang dilansirkan oleh warta berita online Jogjadaily “Pemerintah Kota Yogyakarta meraih penghargaan dari Menteri Dalam Negeri atas prestasinya sebagai pemerintah daerah yang berprestasi dengan kinerja terbaik secara nasional hasil Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (EKPPD) untuk kategori Pemerintah Kota yang diselenggarakan oleh

1

Pangastuti, M. D, 2008. Pengaruh Partisipasi Penganggaran Dan Kejelasan Sasaran Anggaran Terhadap Kinerja Manajemen Pemerintah Daerah Dengan Komitmen Organisasi Sebagai Moderator”. Tesis, Program Pasca Sarjana, Universitas Diponegoro Semarang.

2

Propper, C. dan Wilson, D. 2003. The Use and Usefulness of Performance Measure in the Public Sector. Oxford Review Of Economic Policy, Vol.19 No.2, pp.250-265


(19)

3

Kementrian Dalam Negeri Republik Indonesia. Kota Yogyakarta merupakan salah satu dari 10 Kota yang mendapat penghargaan dengan kinerja terbaik penyelenggaraan Pemerintah Daerah tahun 2013 yang di serahkan pada peringatan Hari OTDA tahun 2015. Penilaian tersebut dilakukan oleh Tim khusus yang melibatkan 10 Instansi Kementerian dan Lembaga Pemerintah. Menurut Menteri Dalam Negeri, Tjahjo Kumolo penghargaan tersebut diberikan setelah Kemendagri mengevaluasi Laporan Pertanggungjawaban Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) tahun 2013”.3

Berdasarkan permendagri nomor 73 tahun 2009 menjelaskan bahwa prinsip dasar EKPPD dilaksanakan berdasarkan 6 indikator yaitu: spesifik, obyektif, berkesinambungan, terukur dapat diperbandingkan, dan dapat dipertanggungjawabkan. Spesifik sebagaimana dimaksud dilaksanakan secara khusus untuk menilai kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah berdasarkan LPPD dan laporan lain yang diterima oleh Pemerintah. Obyektif sebagaimana dimaksud dilaksanakan dengan menggunakan sistem pengukuran kinerja yang baku dan tidak menimbulkan penafsiran ganda. Berkesinambungan sebagaimana dimaksud dilaksanakan secara reguler setiap tahun sehingga dapat diperoleh gambaran perjalanan penyelenggaraan pemerintahan daerah dari waktu ke waktu. Terukur sebagaimana dimaksud dilaksanakan dengan memanfaatkan data kuantitatif dan atau kualitatif yang dapat dikuantitatifkan dan menggunakan alat ukur kuantitatif sehingga hasilnya dapat disajikan secara kuantitatif. Dapat diperbandingkan sebagaimana dimaksud dilaksanakan dengan menggunakan sistem pengukuran kinerja dan indikator kinerja kunci yang sama untuk semua daerah.

3

http://jogjadaily.com/2015/04/hari-otda-2015-kota-yogyakarta-raih-penghargaan-kinerja-terbaik-2013-kategori-pemkot/


(20)

4

Dapat dipertanggungjawabkan sebagaimana dimaksud dilaksanakan dengan mengolah data dari LPPD yang dikirim oleh Kepala Daerah secara transparan.

Berdasarkan berita yang dilansirkan oleh Kemendagri News prestasi tersebut juga diraih di 10 kabupaten dan dan 10 kota yang baik kinerjanya berdasarkan evaluasi kementerian dalam negeri antara lain adalah: 1). Kabupaten Bantul 2). Kabupate Kulon Progo 3). Kabupaten Kutai Kartanegara 4). Kabupaten Lamongan 5). Kabupaten pasaman 6). Kabupaten Pinrang 7). Kabupaten Purbalingga 8). Kabupaten Sidoarjo 9). Kabupaten Sleman 10). Kabupaten tuban.

Dan 10 Kota yang juga meraih penghargaan tersebut adalah: 1). Kota Blitar 2). Kota Cimahi 3). Kota Depok 4). Kota madiun 5). Kota Mojokerto 6). Kota Probolinggo 7). Kota Samarinda 8). Kota Semarang 9). Kota Surabaya 10). Kota Yogyakarta


(21)

5

Tabel 1.1 10 Kota dan Kabupaten Peraih Gelar Kinerja Terbaik Kemendagri

No Kota Kabupaten

1 Kota Blitar Kabupaten Bantul

2 Kota Cimahi Kabupate Kulon Progo

3 Kota Depok Kabupaten Kutai Kartanegara

4 Kota madiun Kabupaten Lamongan

5 Kota Mojokerto Kabupaten Pasaman 6 Kota Probolinggo Kabupaten Pinrang 7 Kota Samarinda Kabupaten Purbalingga 8 Kota Semarang Kabupaten Sidoarjo 9 Kota Surabaya Kabupaten Sleman 10 Kota Yogyakarta Kabupaten Tuban

Hal senada dikatakan Walikota Yogyakarta, Haryadi Suyuti, Ia mengatakan jika penghargaan tersebut disamping akan memberikan kepercayaan diri atas kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta, juga akan dijadikan tantangan ke depan bagi Pemerintah Kota Yogyakarta untuk selalu meningkatkan kualitas kinerjanya dan mempertahankannya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat. Ini merupakan keberhasilan seluruh masyarakat Kota Yogyakarta, karena selama ini masyarakat Kota Yogyakarta telah mendukung dengan baik atas semua kegiatan pembangunan yang dilaksanakan Pemkot Yogyakarta. Selama itu pula seluruh jajaran pegawai Pemerintah Kota Yogyakarta telah melaksanakan kinerjanya dengan baik dalam melayani masyakarakatnya”


(22)

6

Menurut Menteri Dalam Negeri, Tjahjo Kumolo penghargaan tersebut diberikan setelah Kementrian Dalam Negeri mengevaluasi Laporan Pertanggungjawaban Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) tahun 2013. "Setelah menilai berdasarkan sejumlah paramater penyelenggaraan pemerintah daerah (Pemda) dan pelayanan publik yang ada, Kota Yogyakarta merupakan salah satu kota dinilai memiliki kinerja terbaik.

Seiring banyaknya prestasi yang diraih oleh Pemerintah Kota Yogyakarta seperti

“wajar tanpa pengecualian, gelar kota cerdas Indonesia dan kinerja terbaik pada EKPPD

Kementrian Dalam Negeri Tahun 2013 membuat peneliti ingin menggali serta mengetahuai faktor-faktor apa saja dan indikator yang di jalankan oleh Pemerintah Kota Yogyakarta dalam meraih beberapa prestasi dan juga dari paparan latar belakang diatas sejatinya peneliti ingin mengetahui keberhasilan Pemeritah Kota Yogyakarta dalam meraih penghargaan sebagai kinerja pemerintahan terbaik dari Kementerian Dalam Negeri pada tahun 2013.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah diatas penulis dapat membuat rumusan masalah sebagai berikut:

- Bagaimana pelaksanaan kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah (EKPPD) dikota Yogyakarta tahun 2013?

C. Tujuan Dan Manfaat

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

- Mendeskripsikan bagaimana pelaksanaan kinerja penyelengaraan pemerintah daerah (EKPPD) Dikota Yogyakarta tahun 2013.


(23)

7 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini secara komprehensif berfungsi sebagai filter dalam memformulasikan produk keilmuan baik dalam tataran teoritis, akademis, maupun praktis. Oleh karena itu kegunaan penelitian dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan nantinya menjadi salah satu referensi bagi pengembangan ide mahasiswa jurusan Ilmu Pemerintahan dalam melakukan penelitian dengan tema atau masalah yang serupa.

2. Sasaran Praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan atau referensi tambahan bagi para aparatur pemerintah kabupaten/kota dalam meningkatkan kinerja pegawai di instansi pemerintahannya.

D. Studi Terdahulu

Sebelum mengadakan penelitian yang sesungguhnya, peneliti mengadakan suatu studi pendahulu, yaitu menjajaki kemungkinan diteruskannya pekerjaan meneliti. Menurut Suharsimi arikunto Studi pendahulu ini dimaksudkan untuk mencari informasi yang diperlukan oleh peneliti agar masalahnya menjadi lebih jelas kedudukanny. Oleh karena itu peneliti memakai dua penelitian pendahulu untuk dijadikan sebagai rujukan yang akan di uraikan dalam tabel berikut ini:


(24)

8

Tabel 1.1 Penetian terdahulu

No

Nama Peneliti

Judul Penelitian

Rumusan Masalah Metode penelitian

1 Evans Sembada Sugiarto, Universitas sebelas Maret Faktor-fakrot Pendukung Atas keberhasilan Penerapan Akuntasi Berbasis Akrual Pada Pemerintahan di Kota Solo

a. Apakah sumberdaya manusia berpengaruh secara signifikan terhadap keberhasilan penerapan SAP berbasis akrual? b. Apakah komitmen

berpengaruh secara signifikan terhadap keberhasilan penerapan SAP berbasis akrual? c. Apakah budaya

organisasi berpengaruh secara signifikan terhadap keberhasilan penerapan SAP berbasis aktual? Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yang menggunakan pendekatan formal, obyektif dan proses kerja yang sistematis.


(25)

9 No Nama Peneliti Judul Penelitian

Rumusan Masalah Metode penelitian

2 Aldiani Sulani A, Fakultas Ekonomi Faktor-faktor pendukung keberhasilan penerapan peraturan pemerintah no 24 tahun 2005 pada

pemerintahan Kabupaten Labuhan Batu

a. Apakah Sumber daya manusia, komitmen dan perangkat pendukungnya berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap

keberhasilan

penerapan peraturan pemerintah no 24 tahun 2005 di Kabupaten Labuhan Batu Penelitian in menggunakan metode kuantitatif deskriptif dengan menentukan hubungan yang berlaku antara Sumberdaya manusia, komitmen dan perangkat pendukungnya

3 I Putu Upabayu Rama Mahaputra, I Wayan Putra. Fakultas Ekonomi Analisis faktor-faktor yang memengaruhi Kualitas informasi pelaporan keuangan Pemerintah

a. Apakah Kapasitas sumber daya manusia berpengaruh pada kualitas informasi pelaporan keuangan b. Apakah Pemanfaatan

teknologi informasi berpengaruh pada

Penelitian ini berlokasi di Kabupaten Gianyar Provinsi Bali Data yang digunakan dalam penelitian ini

bersumber dari data primer dan data sekunder


(26)

10 No

Nama Peneliti

Judul Penelitian

Rumusan Masalah Metode penelitian

dan Bisnis Universitas Udayana (Unud)

daerah kualitas informasi pelaporan keuangan c. Sistem pengendalian

intern berpengaruh pada kualitas informasi pelaporan keuangan.

Dari beberapa studi terdahulu yang peneliti paparkan, bahwasanya keberhasilan pemerintah daerah dalam menjalankan masing-masing programnya bergantung kepada beberapa faktor seperti sumber daya manusia, pengendalian system, pemanfaatan teknologi, komintmen perangkat pendukungnya, dan juga budaya organisasi menjadi hal yang mutlak dalam mendukung tingkat keberhasilan pemerintah daerah.

Namun ada perbedaan maksud peneliti dengan penelitian sebelumnya, pada penelitian ini peneliti akan membahas factor-faktor apa yang mempengaruhi serta mampu meraih gelar pemerintah kota demgan kinerja terbaik dari kemendagri tahun 2013. E. Kerangka Teori

Teori merupakan suatu landasan dalam membahas permasalahan yang akan diteliti agar tidak melenceng dari topic yang akan diteliti. Teori juga merupakan salah satu dari unsur penelitian yang sangat penting untuk menerangkan fenomena sosial yang akan di teliti. Kerlinger mengatakan bahwa teori adalah sekumpulan konsep, definisi dan


(27)

11

proposisi yang saling kait mengkait yang menghadirkan suatu tinjauan secara sistematis atau fenomena yang ada dengan menunjukan secara spesifik hubungan-hubungan diantara variabel yang terkait dengan fenomena dengan tujuan memberikan eksplanasi dan prediksi atas fenomena tersebut.4 Untuk menjelaskan permasalahan diatas maka peneliti menggunakan beberapa teori yaitu:

1. Konsep Kinerja

A. Pengertian Kinerja

Istilah kinerja merupakan terjemahan dari performance yang sering diartikan oleh para cendekiawan sebagai “penampilan”, “unjuk kerja”, atau

“prestasi”.5 Kemudian menurut Ambar Teguh Sulistiyani “Kinerja seseorang

merupakan kombinasi dari kemampuan, usaha dan kesempatan yang dapat

dinilai dari hasil kerjanya”.6

Secara etimologis, kinerja adalah sebuah kata yang dalam bahasa

Indonesia berasal dari kata dasar “kerja” yang menerjemahkan kata dari bahasa

asing prestasi, bisa pula berarti hasil kerja. Sehingga pengertian kinerja dalam organisasi merupakan jawaban dari berhasil atau tidaknya tujuan organisasi yang telah ditetapkan.

Berbeda dengan Bernardin dan Russel dalam Yeremias T. Keban mengartikan kinerja sebagai the record of outcomes produced on a specified job function or activity during a specified time period.7 Dalam definisi ini, aspek yang ditekankan oleh kedua pengarang tersebut adalah catatan tentang outcome

4

Zamroni. 1992. Pengantar pengembangan teori social. Yogyakarta. Tiara Wacana. Hal : 2.

5

Keban, Yeremias T. 2004. Pengembangan Kinerja Pelayanan Publik. Bandung: PT Refika Aditama.

6

Ambar Teguh Sulistiyani dan Rosidah. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Graha Ilmu: Yogyakarta. Hal: 223


(28)

12

atau hasil akhir yang diperoleh setelah suatu pekerjaa atau aktivitas dijalankan selama kurun waktu tertentu. Dengan demikian kinerja hanya mengacu pada serangkaian hasil yang diperoleh seorang pegawai selama periode tertentu dan tidak termasuk karakteristik pribadi pegawai yang dinilai.

Sedangkan Suyadi Prawirosentono mendefinisikan kinerja sebagai performance, yaitu hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika.8 Dari beberapa definisi di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa kinerja merupakan suatu capaian atau hasil kerja dalam kegiatan atau aktivitas atau prog ram yang telah direncanakan sebelumnya guna mencapai tujuan serta sasaran yang telah ditetapkan oleh suatu organisasi dan dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu.

B. Faktor yang mempengaruhi Kinerja Organisasi

Kinerja merupakan suatu capaian atau hasil kerja dalam kegiatan atau aktivitas atau program yang telah direncanakan sebelumnya guna mencapai tujuan serta sasaran yang telah ditetapkan oleh suatu organisasi dan dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu yang dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Dalam Yeremias T. Keban untuk melakukan kajian secara lebih mendalam tentang faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas penilaian kinerja di Indonesia, maka perlu melihat beberapa faktor penting sebagai berikut:9

8 Prawirosentono, Suyadi. 1999. Kebijakan Kinerja Karyawan. Yogyakarta: BPFE.

9 Op.cit


(29)

13

a) Kejelasan tuntutan hukum atau peraturan perundangan untuk melakukan penilaian secara benar dan tepat. Dalam kenyataannya, orang menilai secara subyektif dan penuh dengan bias tetapi tidak ada suatu aturan hukum yang mengatur atau mengendaikan perbuatan tersebut.

b) Manajemen sumber daya manusia yang berlaku memiliki fungsi dan proses yang sangat menentukan efektivitas penilaian kinerja. Aturan main menyangkut siapa yang harus menilai, kapan menilai, kriteria apa yang digunakan dalam system penilaian kinerja sebenarnya diatur dalam manajemen sumber daya manusia tersebut. Dengan demikian manajemen sumber daya manusia juga merupakan kunci utama keberhasilan system penilaian kinerja.

c) Kesesuaian antara paradigma yang dianut oleh manajemen suatu organisasi dengan tujuan penilaian kinerja. Apabila paradigma yang dianut masih berorientasi pada manajemen klasik, maka penilaian selalu bias kepada pengukuran tabiat atau karakter pihak yang dinilai, sehingga prestasi yang seharusnya menjadi fokus utama kurang diperhatikan.

d) Komitmen para pemimpin atau manajer organisasi public terhadap pentingnya penilaian suatu kinerja. Bila mereka selalu memberikan komitmen yang tinggi terhadap efektivitas penilaian kinerja, maka para penilai yang ada dibawah otoritasnya akan selalu berusaha melakukakan penilaian secara tepat dan benar.


(30)

14

Menurut Lusthaus(1999) factor-faktor yang mempengaruhi kinerja organisasi dapat digambarkan sebagai berikut:10

(1) Lingkungan Eksternal, dimensi kunci yang dapat mempengaruhi lingkungan adalah lingkungan eksternal yang terdiri dari lingkungan adminstratif, aturan, kebijakan, budaya sosial, ekonomi, teknologi. (2) Motivasi organisasi, hal yang memotivasi organisasi adalah sejarah,

misi, budaya, insentif atau imbalan. (3) Kapasitas organisasi, terdiri dari

(a) Strategi kepemimpinan

(b) Sumber daya manusia

(c) Manajemen keuangan

(d) Proses organisasi

(e) Program manajemen

(f) Infrastruktur

(g) Rantai instusional

Namun menurt Salusu menyatakan bahwa ada dua kondisi yang dapat mempengaruhi kinerja organisasi, yaitu kapabilitas organisasi dan lingkungan eksternal, yang akan dijelaskan sebagai berikut:

(1) Kapabilitas organisasi

Kapabilitas organisasi yaitu konsep yang dipakai untuk menunjuk pada kondisi lingkungan internal yang terdiri atas dua faktor strategi, yaitu kekuatan dan kelemahan. Kekuatan adalah situasi dan kemampuan

10

Lusthaus, Charles, dkk. 1999. Enhancing Organizational Performance: A Toolbox for Self-assessment. Canada: International Development Research Centre.


(31)

15

internal yang bersifat positif, yang memungkinkan organisasi memiliki keuntungan strategi dalam mencapai sasarannya; sedangkan kelemahan adalah situasi dan ketidakmampuan internal yang mengakibatkan organisasi tidak dapat mencapai sasarannya. Kedua faktor ini saling berkaitan dan saling mempengaruhi. Faktor yang perlu diperhitungkan dalam melihat kemampuan internal organisasi antara lain; struktur organisasi, sumberdaya baik dana maupun tenaga, lokasi, fasilitas yang dimiliki, integritas seluruh karyawan dan integritas kepemimpinan.

(2) Lingkungan eksternal

Kondisi yang kedua adalah lingkungan eksternal, yang terdiri atas dua faktor strategi, yaitu peluang dan ancaman atau tantangan. Peluang sebagai situasi dan faktor-faktor eksternal yang membantu organisasi mencapai atau bahkan bisa melampaui pencapaian sasarannya; sedangkan ancaman adalah faktor-faktor eksternal yang menyebabkan organisasi tidak dapat mencapai sasarannya. Dalam mengamati lingkungan eksternal, ada beberapa sektor yang peka secara strategi, artinya bisa menciptakan peluang, atau sebaliknya merupakan ancaman. Perkembangan teknologi misalnya, peraturan perundangundangan, atau situasi keuangan, dapat saja memberi keuntungan atau kerugian bagi organisasi (Salusu, 2001:53)

Dari bebapa pendapat yang disampai oleh beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi kinerha organisasi publik.


(32)

16

Dan faktor yang paling berpengaruh adalah faktor eksternal dan kapabilitas organisasi pemerintah itu sendiri.

C. Kinerja Pemerintahan

Kinerja pemerintah dalam lingkup kajian organisasi adalah secara makro, tujuan, dan cita-cita, dan harapan suatu organisasi yang diusahakan pencapaiannya dan perwujudannya melalui organisasi tersebut. Bahwa sekelompok orang yang memiliki kesetiaan kepentingan juga diusahakan pencapaiannya melalui organisasi, sedangkan pada tingkat individu, berbagai tujuan, keinginan, cita-cita, harapan, dan kebutuhannya hanya bisa tersalurkan, terpenuhi, dan terpuaskan dengan menggunakan jalur organisasional.

Dikatakan sedemikian maksudnya adalah karena adanya hubungan ketergantungan antara manusia dengan organisasi dalam arti bahwa manusia tidak mungkin lagi mencapai berbagai tujuannya tanpa menggunakan jalur organisasional dan sebagainya.

Sementara itu pengertian kinerja itu sendiri menurut Wibowo Berasal dari

pengertian „performance‟ yang memberikan pengertian sebagai hasil kerja atau

prestasi kerja.11 Namun, sebenarnya Amstrong dan Baron menjelaskan bahwa kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen, dan memberikan kontribusi pada ekonomi. Selanjutnya Sudarto menyatakan bahwa “Kinerja adalah sebagai hasil atau kerja dari suatu organisasi yang dilakukan oleh individu yang dapat ditunjukkan secara nyata dan dapat diukur.”12

11

Wibowo. (2007). Manajemen Kinerja. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Hal:7

12


(33)

17

Sejalan dengan pengertian kinerja di atas Mangkunegara menyatakan sebagai berikut:13

Kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance

(prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang). Pengertian kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat ditarik pengertian bahwa kinerja adalah perbuatan, penampilan, prestasi, daya guna dan unjuk kerja dari suatu organisasi atau individu yang dapat ditunjukkan secara nyata dan dapat diukur. Dengan adanya beberapa pengertian kinerja yang telah disebut diatas, kinerja perseorangan harus lebih diperhatikan karena kinerja organisasi merupakan hasil kumpulan kinerja perseorangan. Hal ini menunjukkan bahwa pegawai mempunyai peranan yang penting dalam suatu organisasi, oleh karena itu seorang pegawai negeri perlu berada pada kondisi yang unggul, artinya mampu mewujudkan perubahan dengan secara inovatif dan proaktif.

Sementara itu Mustopadidjaja menjelaskan bahwa untuk organisasi pemerintahan, kinerja pemerintahan yang baik (good government performance) bukan saja memerlukan kebijakan yang baik (good policy), tetapi juga system dan proses pelaksanaan kebijakan yang baik (good policy implementation system and process); dan kedua hal terakhir itu memerlukan system administrasi pemerintahan negara yang baik (good publik administration system) yang

13

A.A. Anwar Prabu Mangkunegara. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia, Cetakan Ke Tujuh PT. Remaja Rosdakarya, Bandung. Hal: 67


(34)

18

mensyaratkan adanya sumberdaya manusia yang baik dan diindahkannya prinsip "the right men and women and the right places".14 Kebijakan yang baik tidak akan menghasilkan kinerja yang baik apabila system dan proses pelaksanaannya tidak baik, dan kesemuanya itu juga tergantung pada kompetensi sumberdaya manusianya yang berperan dalam system dan proses kebijakan.

Pengertian ini mengisaratkan bahwa organisasi pemerintahan hendaknya menjadi organisasi peduli (carring) yang menjadikan pertimbangan moral menjadi dasar utama. Karakteristik dari organisasi ini adalah kepedulian kepada individu sebagai makhluk yang memiliki nilai-nilai eksistensi, keuntungan bukan merupakan tujuan utama tetapi lebih pada internalisasi kebutuhan dan kehendak organisasi, memberikan dorongan untuk mengaktualisasi dan mengembangkan potensi individu yang bermanfaat bagi tujuan organisasi. D. Indikator Kinerja Organisasi

Indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif atau kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan.15 Sementara menurut Lohman indikator kinerja adalah suatu variable yang digunakan untuk mengekspresikan secara kuantitatif efektifitas dan efisiensi proses dengan pedoman pada target-target dan tujuan organisasi.16

McDonald dan Lawton dalam Ratminto dan Atik Septi Winarsih mengemukakan indikator kinerja antara lain: output oriented measures

14

AR. Mustopadidjaya. 2002. Manajemen Proses Kebijakan Publik, Formulasi, Implementasi dan Evaluasi Kinerja. Jakarta: LAN

15

Mahsun, Mohamad, 2006. Pengukuran Kinerja Sektor Publik, Penerbit BPFE,Yogyakarta. Hal: 71

16


(35)

19

throughput, efficiency, effectiveness. Selanjutnya indikator tersebut dijelaskan sebagai berikut: 17

a. Efficiency atau efisiensi adalah suatu keadaan yang menunjukkan tercapainya perbandingan terbaik antara masukan dan keluaran dalam penyelenggaraan pelayanan public

b. Effectiveness atau efektivitas adalah tercapainya tujuan yang telah ditetapkan, baik dalam bentuk target, sasaran jangka panjang maupun misi organsiasi.

Winarsih mengemukakan indikator kinerja antar lain: economy, efficiency, effectiveness, equity. Secara lebih lanjut, indikator tersebut diuraikan sebagai berikut:18

a. Economy atau ekonomis adalah penggunaan sumber daya sesedikit mungkin dalam proses penyelenggaraan pelayanan publik.

b.Efficiency atau efisiensi adalah suatu keadaan yang menunjukkan tercapainya perbandingan terbaik antara masukan dan keluaran dalam penyelenggaraan pelayanan publik.

c. Effectiveness atau efektivitas adalah tercapainya tujuan yang telah ditetapkan, baik itu dalam bentuk target, sasaran jangka panjang maupun misi organisasi.

d. Equity atau keadilan adalah pelayanan publik yang diselenggarakan dengan memperhatikan aspek-aspek kemerataan.

17

Ratminto & Atik Septi Winarsih. 2005. Manajemen Pelayanan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

18


(36)

20

Lenvinne dalam Ratminto dan Atik Septi Winarsih mengemukakan indikator kinerja terdiri dari: responsiveness, responsibility, accountability.

a. Responsiveness atau responsivitas ini mengukur daya tanggap provider terhadap harapan, keinginan, aspirasi serta tuntutan customers.

b. Responsibility atau responsibilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan seberapa jauh proses pemberian pelayanan publik dilakukan dengan tidak melanggar ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan.

c. Accountability atau akuntabilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan seberapa besar tingkat kesesuaian antara penyelenggaraan pelayanan dengan ukuran-ukuran eksternal yang ada di masyarakat dan dimiliki oleh stakeholders, seperti nilai dan Norma yang berkembang dalam masyarakat.19

Berdasarkan beberapa definisi diatas, indikator kinerja adalah kriteria yang digunakan untuk menilai keberhasilan pencapaian tujuan organisasi yang diwujudkan dalam ukuran-ukuran tertentu. Untuk menilai kinerja organisasi ini tentu saja diperlukan indikator-indikator atau kriteria-kriteria untuk mengukurnya secara jelas, tanpa indikator yang jelas tidak akan ada arah yang dapat digunakan untuk menentukan mana yang relatif lebih efektif diantara alternatif alokasi sumber daya yang berbeda, alternatif desain-desain organisasi yang berbeda, dan diantara pilihan-pilihan pendistribusian tugas dan wewenang yang berbeda.

19


(37)

21 2. Pemerintah Kota

A. Pengertian Pemerintahan Kota

Pemerintah secara etimologis dalam bahasa Inggris disebut government atau dari bahasa Prancis disebut Gouvernement yang berasal dari bahasa latin Gubernaculum atau dalam bahasa yunani Kubernan yang berarti kemudi, dalam hal ini yang dimaksud adalah mengemudi jalannya negara untuk mencapai tujuan negara.20

Menurut Mohammad Yamin, yang dikutip oleh Ateng Syafrudin, Pemerintah ialah jawatan atau aparatur dalam susunan politik. Pemerintahan ialah tugas kewajiban alat negara. Istilah penguasa dipakai berulang-ulang dan berarti pemerintah yang berkuasa.21

Pengertian pemerintahan dalam arti luas adalah segala bentuk kegiatan atau aktifitas penyelenggaraan negara yang dilakukan oleh organ-organ atau alat – alat perlengkapan negara yang memiliki tugas dan fungsi sebagaimana digariskan oleh konstitusi, yaitu dilakukan oleh Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif dalam suatu organisasi kekuasaan yang disebut negara.22

Pemerintahan dalam arti sempit yaitu aktifitas atau kegiatan yang diselenggarakan oleh organ pemegang kekuasaan eksekutif sesuai dengan tugas dan fungsinya yang dalam hal ini dilaksanakan oleh Presiden ataupun Perdana Menteri sampai dengan level birokrasi yang paling rendah tingkatannya.23

20

Pudyatmoko , Y Sri, dan Tjandra, W. Riawan. 1996. Peradilan Tata Usaha Negara sebagai Salah Satu Fungsi Kontrol Pemerintah. Penerbitan Universitas Atma Jaya. Yogyakarta. Hal: 25.

21

Ateng Syafrudin. 1976. Pengaturan Koordinasi Pemerintahan di Daerah.Tarsito, Bandung. Hal: 3

22

Handoyo, B.Hestu Cipto. 2009. Hukum Tata Negara Indonesia. Universitas Atma Jaya. Yogyakarta. Hal: 119

23


(38)

22

Pemerintahan dalarn arti luas berarti kewenangan untuk kedamaian dan keamanan, baik ke dalam maupun ke luar. Oleh sebab itu, sebuah negara harus memiliki kekuasaan militer atau kemampuan untuk mengendalikan angkatan perang. Sebuah Negara juga harus memiliki kekuasaan legislatif, dalam artian kemampuan membuat dan merancang undang-undang. Bukan itu saja, sebuah negara juga harus mempunyai kekuatan finansial atau kemampuan untuk memenuhi keuangan masyarakat dalam rangka membiayai ongkos keberadaan negara dalam penyelenggaraan peraturan.24

Pemerintah Kota pada prinsipnya merupakan pemerintah yang menggunakan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah kota. Dengan demikian peran pemerintah kota adalah segala sesuatu yang dilakukan dalam bentuk cara tindak baik dalam rangka melaksanakan otonomi daerah sebagai suatu hak, wewenang, dan kewajiban pemerintah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang- undangan. Pemerintah daerah/kota adalah suatu sistem totalitas dari dari bagian-bagian yang saling ketergantungan dan saling berhubungan yang unsur utamanya terdiri dari kepala daerah dan DPRD yang secara formal mempunyai kewajiban dan hak untuk mengatur dan mengurus rumah tangga daerahnya.

Melihat penjelasan mengenai pemerintah daerah/kota, maka dapat dikatakan kota merupakan dari gabungan beberapa kecamatan yang ada disekitarnya. Pemerintahan Kota (Pemkot) dipimpin oleh seorang walikota. Kabupaten merupakan daerah bagian langsung dari provinsi. Kabupaten/Kota

24


(39)

23

dipimpin oleh Bupati/Walikota yang dibantu oleh seorang Wakil Walikota dan perangkat daerah lainnya. Dalam menyelenggarakan pemerintahan, setiap Kabupaten/Kota dibekali dengan hak dan kewajiban.25

B. Asas – Asas Pemerintahan Daerah

Asas–Asas Umum Pemerintahan Yang Baik atau disingkat AAUPB merupakan asas – asas umum pemerintahan yang lahir dari praktek penyelenggaraan negara dan pemerintahan sehingga bukan produk formal suatu lembaga negara seperti undang – undang Hotma Sibuea.26 Asas – asas umum pemerintahan yang baik lahir sesuai dengan perkembangan zaman untuk meningkatkan perlindungan terhadap hak – hak individu. Fungsi dari Asas – Asas Umum Pemerintahan Yang Baik, lebih lanjut menurut Hotma Sibuea didalam bukunya, adalah sebagai pedoman atau penuntun bagi pemerintah atau pejabat administrasi negara dalam rangka pemerintahan yang baik (good governance).

Menurut Ni‟matul dalam Pemerintahan Daerah terdapat asas – asas yang

menjadi dasar dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. Ada 3 (tiga) asas dalam pemerintahan daerah, yaitu: 27

(1) Asas desentralisasi

Beberapa pakar memberikan pendapat dan pemahaman tentang desentralisasi, namun pada dasarnya Dilihat dari pelaksanaan fungsi pemerintahan, desentralisasi atau otonomi itu menunjukkan : satuan –

25

Arsyad Lincolin. 2004. Ekonomi Pembangunan, Edisi Ke Empat. Yogyakarta. STIY YKPN

26

P. Sibuea, Hotma. 2010. Asas Negara Hukum, Peraturan Kebijakan, dan Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik. Jakarta : Erlangga. Hal: 151

27


(40)

24

satuan desentralisasi (otonom), lebih fleksibel dalam memenuhi berbagai perubahan yang terjadi dengan cepat, satuan – satuan desentralisasi dapat melaksanakan tugas dengan efektif dan lebih efisien, satuan – satuan desentralisasi lebih inovatif, serta satuan – satuan desentralisasi mendorong tumbuhnya sikap moral yang lebih tinggi, komitmen yang lebih tinggi dan lebih produktif

(2) Asas dekonsentrasi

Amrah Muslimin mengartikan dekonsentrasi yaitu pelimpahan sebagian dari kewenangan pemerintah pusat kepada alat – alat pemerintah pusat yang ada di daerah.

(3) Asas Tugas Pembantuan

Menurut Joeniarto, disamping pemerintah lokal yang berhak mengatur dan mengurus urusan rumah tangganya, dapat juga diberikan tugas – tugas pembagian pembantuan. Tugas pembantuan ialah tugas untuk ikut melaksanakan urusan pemerintah pusat atau pemerintah lokal yang berhak mengatur dan mengurus rumah tangga tingkat atasannya.28

C. Hak dan Kewajiban Pemerintah Daerah/Kota

Adapun hak-hak setiap daerah ialah sebagai berikut: (1) Mengatur dan mengurusi sendiri urusan pemerintahnya (2) Memilih pemimpin daerah

(3) Mengelola aparatur daerah

(4) Mendapatkan sumber-sumber pendapatan lain yang sah

28


(41)

25

(5) Mendapatkan hak lainnya yang diatur dalam peraturan perundang- undangan.

(6) Mengelolah kekayaan daerah

(7) Memungut pajak daerah dan retribusi daerah.

(8) Mendapatkan bagi hasil dari pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya lainnya yang berada di daerah.29

Adapun kewajiban setiap daerah ialah sebagai berikut:

(1) Melindungi masyarakat, menjaga persatuan, kesatuan , dan kerukunan nasional, serta keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

(2) Meningkatkatkan kualitas kehidupan masyarakat. (3) Mengembangkan kehidupan demokrasi.

(4) Mewujudkan keadilan dan pemerataan. (5) Meningkatkan pelayanan dasar pendidikan. (6) Menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan.

(7) Menyediakan fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak. (8) Mengembangkan sistem jaminan sosial.

(9) Menyusun perencanaan dan tata ruang daerah. (10) Mengembangkan sumber daya produktif di daerah. (11) Melestarikan lingkungan hidup.

(12) Mengelolah administrasi kependudukan. (13) Melestarikan nilai sosial budaya.

(14) Membentuk dan menerapkan peraturan perundang-undangan sesuai dengan kewenangannya.

29


(42)

26

(15) Kewajiban lain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.30

Pada praktiknya bahwa hak dan kewajiban daerah diwujudkan dalam bentuk rencana kerja pemerintah daerah. Rencana kerja tersebut dijabatkan dalam bentuk pendapatan, belanja, dan pembiayaan daerah (RAPBD). Kemudian dikelola dalam system pengelolaan keuangan daerah. Pemerintah kabupaten/kota memiliki kepala daerah dan wakil kepala daerah.

Pemerintah daerah terdiri atas Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Kepala daerah dibantu oleh seorang Wakil Kepala daerah. Kepala daerah Provinsi disebut Gubernur, dan wakilnya disebut Wakil Gubernur. Sementara itu, kepala Daerah Kabupaten/Kota disebut Bupati/Walikota dan wakilnya disebut Wakil Bupati/Wakil Walikota. Dalam menjalankan tugasnya Wakil Kepala Daerah bertanggung jawab kepada Kepala Daerah. Wakil kepala daerah dapat menggantikan kepala daerah apabila kepala daerah tidak dapat menjalankan tugasnya selama 6 bulan berturut-turut

D. Tugas, Fungsi serta Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (1) Tugas dan Fungsi

Pada prinsipnya dengan tugas dan fungsi pemerintah kepada publik akan membuahkan keadilan dalam masyarakat, pemberdayaan akan mendorong kemandirian masyarakat, dan pembangunan akan menciptakan kemakmuran dalam masyarakat.

Selanjutnya mengenai fungsi pemerintahan tersebut kemudian digolongkan menjadi 2 (dua) macam fungsi, yaitu:

1) Pemerintah mempunyai fungsi primer atau fungsi pelayanan (service),

30


(43)

27

sebagai provider jasa publik yang baik diprivatisasikan dan layanan sipil termasuk layanan birokrasi,

2) Pemerintah mempunyai fungsi sekunder atau fungsi pemberdayaan (empowerment), sebagai penyelenggara pembangunan dan melakukan program pemberdayaan.

Dengan luasnya dan kompleksnya tugas dan fungsi pemerintahan, menyebabkan pemerintah harus memikul tanggung jawab yang sangat besar. Untuk mengemban tugas yang berat itu, selain diperlukan sumber daya, dukungan lingkungan, dibutuhkan institusi yang kuat yang didukung oleh aparat yang memiliki perilaku yang sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di dalam masyarakat dan pemerintahan. Langkah ini perlu dilakukan oleh pemerintah, mengingat dimasa mendatang perubahan-perubahan yang terjadi di dalam masyarakat akan semakin menambah pengetahuan masyarakat untuk mencermati segala aktivitas pemerintahan dalam hubungannya dengan pemberian pelayanan kepada masyarakat.31 3. Tata cara Pelaksanaan Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan

Daerah

Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 73 tahun 2009 dijelaskan dalam pasal 1 ayat 5 tentang kinerja pemerintahan adalah atas penyelenggararaan urusan pemerintahan daerah yang diukur dari masukan, proses, keluaran, hasil, manfaat, dan/atau dampak. Hasil capaian tersebut kemudian didapatkan dari evaluasi kinerja pemerintah daerah sebagimana dijelaskan dalam ayat 6 yang kemudian disingkat EKPPD adalah suatu proses pengumpulan dan analisis data secara sistematis terhadap

31


(44)

28

kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah dengan menggunakan system pengukuran kinerja.

Dalam melakukan evaluasi tentunya dalam peraturan menteri ini dijelaskan tentang asas pelaksanaan EKPPD pada Bab II (dua) pasal 2 (dua) antara lain:

a. Spesifik b. byektif

c. Berkesinambungan d. Terukur

e. Dapat dibandingkan, dan f. Dapat dipertanggungjawabkan.

Namun pada Bab III (tiga) pasal 1 (satu) ayat 1 (satu) selain dari asas diatas sumber informasi yang digunakan dalam penilaian ini juga bersumber dari data pelengkap yang berupa:

g. Laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD; h. Informasi keuangan daerah

i. Laporan kinerja instansi pemerintah daerah

j. Laporan hasil pembinaan, penelitian, pengembangan, pemantauan, evaluasi dan pengawasan pelaksanaan urusan pemerintahan daerah.

k. Laporan hasil survey kepuasan masyarakat terhadap layanan pemerintahan daerah l. Laporan kepala daerah atas permintaan khusus

m. Rekomendasi/tanggapan DPRD terhadap LKPJ kepala daerah

n. Laporan yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah yang berasal dari lembaga independen.


(45)

29

o. Tanggapan masyarakat atas Informasi LPPD

p. Laporan dan/atau informasi lain yang akurat dan jelas penanggungjawabnya Peninjauan lapangan kepada daerah yang berprestasi sangat tinggi atau terbaik dan rendah berdasarkan Laporan Hasil Evaluasi Tim Daerah dilakukan penilaian kenyataan dilapangan meliputi:

a. Kesejahteraan masyarakat;

b. Pelayanan dasar kepada masyarakat;

c. Ketertiban, kebersihan dan keindahan lingkungan; d. Daya saing daerah dan/atau iklim investasi daerah;

e. Manajemen penyelenggaraan urusan pemerintahan; f. Sistem pelayanan perijinan satu atap;

g. Sarana dan prasarana jalan, dranaise, perekonomian dan perhubungan; dan

h. Sarana dan prasarana perkantoran pemerintahan daerah. F. Definisi Konsepsional

Definisi konsepsional adalah definisi yang di gunakan untuk menggambarkan secara tepat suatu fenomena yang akan di teliti. Definisi konsepsional ini juga di gunakan untuk menggambarkan secara abstrak tentang kejadian, keadaan kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian dalam ilmu sosial.32 Sedangkan maksut dari definisi konsepsional yaitu untuk menjelaskan mengenai pembatasan antara konsep yang satu dengan konsep yang lainya.

32


(46)

30

a. Kinerja adalah performance atau hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja merupkan indikator-indikator pendukung dan faktor penghambat kinerja pemerintahan dalam melaksanakan sebuah kebijakan

c. Pemerintah Kota pada prinsipnya merupakan pemerintah yang menggunakan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah Kota.

G. Definisi Operasional

Definisi oprasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana mengukur suatu variabel-variabel. Sedangkan variabel adalah suatu karakteristik yang mempunyai variasi/ukuran/score.33 Untuk mengetahui tingkta kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta maka indikator yang digunakan sebagai tolak ukurnya Kemudian untuk melihat bagaimana kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta dalam meraih kinerja pemerintahan terbaik kementrian dalam negeri tersebut. Beberapa indikator untuk mengetahui bagaimana kinerja tersebut. Dan adapun indikator yang peneliti gunakan adalah prinsip dasar Evaluasi Kinerja Penyelenggara Pemerintahan Daerah sebagai berikut:

a. Manajemen penyelenggaraan urusan pemerintahan b. Kesejahteraan masyarakat

c. Pelayanan dasar kepada masyarakat

33


(47)

31

d. Daya saing daerah dan/atau iklim investasi daerah H. Metode Penelitian

a. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor, penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau secara lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.34 Pada penelitian ini peneliti menggunakan study kasus (case study). Pendekatan studi kasus merupakan salah satu jenis penelitian kualitatif dimana peneliti melakukan eksplorasi secara mendalam terhadap program, kejadian, proses, aktivitas terhadap satu atau lebih orang

b. Sumber Data & Jenis Data a) Sumber Data

Menurut Sugiyono penentuan sampel atau informan dalam penelitian kualitatif berfungsi untuk mendapatkan informasi yang maksimum, karena itu orang yang dijadikan sampel atau informan sebaiknya yang memenuhi kriteria sebagai berikut:35

1) Mereka yang mengusai atau memahami program dan kinerja pemerintah Yogyakarta.

2) Mereka yang berkecimpung atau terlibat dalam kegiatan pemerintah Yogyakarta.

3) Mereka yang mempunyai cukup waktu untuk diwawancarai.

34

Moleong, Lexy J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif (edisi revisi). Bandung. PT Remaja Rosdakarya. Hal ¬4

35


(48)

32

4) Mereka tidak cenderung menyampaikan informasi hasil keemasan lembaga pemberdayaan masyarakat itu sendiri.

Dalam penelitian ini peneliti menetukan informan denga teknik purposive sampling, artinya dengan memilih narasumber yang benar-benar mengetahui faktor-faktor apa saja yang membuat pemerintah Yogyakarta terpilih sebagai kinerja pemerintahan terbaik. Sehingga narasumber akan dapat memberikan infromasi tentang program dan kinerja pemerintah Kota Yogyakarta. Informan dalam penelitian ini berasal dari unsur pemerintah, tokoh masyarakat, unsur akedemisi dan masyarakat setempat.

Adapun informan yang akan diminta informasi dan keterangan dalam penelitian ini adala:

a. Walikota Yogyakarta

b. Satuan kerja perangkat daerah Yogyakarta c. Masyarakat

d. Tokoh Masyarakat b) Jenis Data

Adapun sumber data yang dipakai dalam penelitian ini yaitu menggunakan: a) Data Primer

Data primer adalah semua informasi mengenai konsep penelitian (ataupun yang terkait dengannya) yang kita peroleh secara langsung dari unit analisa yang dijadikan sebagai obyek penelitian.36 Dalam

36

Rahmawati, Dian Eka. 2011. Diktat Mata Kuliah Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.


(49)

33

penelitian ini data primer bersumber dari hasil wawancara denga informan.

Tabel 1.2 Data Primer

Data Primer Sumber

Wawancara

Bagian Tata Pemerintah (20 Mei 2016)

Bagian Hubungan Masyarakat (25 Mei 2016)

Sub bagian Perencanaan Ekonomi Sosial dan Budaya BAPPEDA (23 Mei 2016)

Observasi Data temuan lapangan

Dokumentasi Berupa dokumen nota dinas

b) Data Sekunder

Data sekunder adalah semua informasi yang kita peroleh secara tidak langsung, melalui dokumen-dokumen yang mencatat keadaan konsep penelitian (ataupun yang terkait dengannya) di dalam unit analisa yang dijadikan obyek penelitian.37 Dalam penelitian ini data sekunder yang digunakan adalah peraturan perundang-undangan, literatur-literatur, dokumen-dokumen yang dikeluarkan oleh pemerintah yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti

37


(50)

34

Tabel 1.3 Data Sekunder

Data Sekunder Sumber

Dokumentasi

- Undang-undang no 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah

- LAKIP

- Dokument Standar Oprasional Pelayanan c. Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini penulis akan melakukan penelitian pada tataran pemerintah Kota Yogyakarta beserta Satuan Kerja Perangkat Daerah yang dalah hal ini selaku lembaga eksekutif yang menjalankan kebijakan pemerintah Kota Yogyakarta kedalam beberapa program dan kegiatan.

d. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk menggali informasi yang dibutuhkan pada penelitian ini adalah:


(51)

35 1) Wawancara

Pada teknik ini, peneliti mengadakan tatap muka dan berinteraksi Tanya jawab langsung dengan pihak responden atau subyek untuk memperoleh data. Wawancara dalam penelitian ini khususnya dalam taraf pemulaan, biasanya tidak berstruktur. Tujuan ialah memperoleh keterangan yang terinci dan mendalam mengenai pandangan orang lain. Pada mulanya belum dapat dipersiapkan sejumlah pertanyaan yang spesifik karena belum dapat diramalkan keterangan apa yang akan diberikan oleh responden, belum diketahui secara jelas kearah mana pembicaraan yang berkembang, karena itu wawancara tidak berstruktur, artinya responden dapat kebebasan dan kesempatan untuk mengeluarkan buah pikiran, pandangan dan perasaannya tanpa diatur ketat oleh peneliti. Setelah peneliti memperoleh sejumlah keterangan, peneliti dapat mengadakan wawancara yang lebih berstruktur yang disusun berdasarkan apa yang telah disampaikan oleh informan.38

Dengan demikian, maka cirri-ciri pokok dari wawancara, adalah sebagai berikut:

1) Didalam wawancara diperlukan perilaku yang senantiasa saling menyesuaikan diri, terutama dari pewawancara.

2) Wawancara sangat berguna untuk memperoleh data perihal sikap, perasaan, pikiran, kepercayaan, dan hal-hal yang mengingat faktor-faktor tersebut.

3) Wawancara memberikan kemungkinan-kemungkinan untuk mempergunakan perbagai tipe pertanyaan.

38


(52)

36

4) Perluasan ruang lingkup, dimungkinkan didalam wawancara.

5) Didalam wawancara seringkali tidak ada waktu untuk mempergunakan dan memformulasikan bahasa yang baik.

6) Dalam wawancara, maka yang diwawancarai mempunyai kedudukan yang terbuka maupun peranan yang terbuka.

7) Kadang-kadang pewawancara harus dilengkapi dengan data, apabila yang diwawacarai pada saat terentu menghendaki data tersebut

Menurut Stewart dan Cash, wawancara diartikan sebagai sebuah interaksi yang didalanmya terdapat pertukaran atau berbagai aturan, tanggung jawab, perasaan, kepercayaan, motif dan informasi.39 Pada penelitian ini wawancara yang dilakukan adalah wawancara mendalam (depth interview) untuk mendapatkan data yang sebenarnya dengan unit analisis: Pemerintah Kota yang meliputi Walikota, Satuan Kerja Perangkat Daerah yang terlibat serta pendapat masyarakat Yogyakarta tentang kinerja pemerintah.

2) Dokumentasi

Menurut Herdiansyah, studi dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data kualitatif dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh subjek sendiri atau oleh orang lain tentang subjek.40 Dalam penelitian ini, dokumentasi dilakukan dengan Cara mengambil data statistik, maupun dokumen perundang-undangan atau peraturan yang berkaitan dengan program yang dijalankan pemerintah Kota Yogyakarta tersebut.

39

Herdiansyah, Haris. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif: untuk ilmu-ilmu sosial. Jakarta. Salemba Humanika. Hal 118

40


(53)

37 3) Observasi

Observasi menurut Sugiyono yaitu observasi sebagai teknik pengumpulan data yang mempunyai ciri spesifik berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam, dan responden yang diamati tidak terlalu besar.41

Dalam penelitian ini, observasi dilakukan untuk mengamati fakta yang terjadi dilapangan. Sehingga data yang diperoleh digunakan untuk mendukung data yang dihasilkan dari wawancara mendalam.

e. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis dengan model analisis kualitatif, yaitu analisis yang bergerak dalam tiga komponen, yaitu (1) Reduksi Data (reduction), (2) Sajian Data (display) dan (3) Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi (conclusion drawing).42 Reduksi data yang dimaksud adalah data hasil wawancara serta dokumentasi yang diperoleh yang kemudian diidentifikasi agar lebih mudah dan fokus.

Setelah dilakukannya identifikasi pada data kemudian data dideskripsikan dalam bentuk sajian yang diperkuat dengan analisis untuk membuat kesimpulan. Sehingga proses analisis dimulai dengan melakukan strukturisasi data primer dari hasil wawancara dan obeservasi untuk dianalisis, kemudian memilah data sekunder yang terkait yang terkait dengan kajian permasalahan seperti program dalam rangka menunjuang keberhasilan pemerintah Kota Yogyakarta dalam

41

Sugiyono. 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung. ALFABETA Hal : 145

42


(54)

38

Meraih Penghargaan dari Kementrian Dalam Negeri, media cetak lainnya yang berupa jurnal dan buku referensi. Dari hasil analisis kedua jenis data tersebut kemudian ditarik kesimpulan sesuai tujuan dalam penelitian.

I. SISTEMATIKA PENULISAN

Dalam penulisan penelitian ini menjadi sebuah karya tulis, penulis membagi dalam beberapa Bab dimana diantara bab-bab tersebut saling berkaitan sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh:

1. Bab I

Pada Bab I penulis membagikan menjadi a) Latar belakang masalah

b) Rumusan masalah

c) Tujuan dan manfaat penelitian d) Kerangka teori

e) Definisi konsepsional f) Definisi oprasional g) Metodologi penelitian 2. Bab II

Pada Bab II penulis menjelaskan tentang deskripsi obyek penelitian yaitu profil daerah dan sejarah serta pengertian peran LPMD dalam pemberdayaan masyarakat desa.


(55)

39

Pada Bab III penulis Akan menjelaskan hasil analisa dan pengumpulan data yang akan peneliti lakukan.

4. Bab IV

Penutup, berisi penyimpulan, saran dan kata penutup yang dapat ditarik dari pembahasan-pembahasan yang sebelumnya.


(56)

1 BAB II

GAMBARAN OBYEK PENELITIAN A. Profil Pemerintah Kota Yogyakarta

1. Visi dan Misi Pemerintahan Kota Yogyakarta a. Visi Kota Yogyakarta

Terwujudnya Kota Yogyakarta sebagai Kota Pendidikan Berkualitas,Berkarakter dan Inklusif, Pariwisata Berbasis Budaya, dan Pusat Pelayanan Jasa, yang Berwawasan Lingkungan dan Ekonomi Kerakyatan.

b. Misi Kota Yogyakarta

1. Mewujudkan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik dan Bersih 2. Mewujudkan Pelayanan Publik yang Berkualitas

3. Mewujudkan Pemberdayaan Masyarakat dengan Gerakan Segoro Amarto 4. Mewujudkan Daya Saing Daerah yang Kuat

2. Sejarah Kota Yogyakarta

Berdirinya Kota Yogyakarta berawal dari adanya Perjanjian Gianti pada Tanggal 13 Februari 1755 yang ditandatangani Kompeni Belanda di bawah tanda tangan Gubernur Nicholas Hartingh atas nama Gubernur Jendral Jacob Mossel. Isi Perjanjian Gianti : Negara Mataram dibagi dua : Setengah masih menjadi Hak Kerajaan Surakarta, setengah lagi menjadi Hak Pangeran Mangkubumi. Dalam perjanjian itu pula Pengeran Mangkubumi diakui menjadi Raja atas setengah daerah Pedalaman Kerajaan Jawa dengan Gelar Sultan Hamengku Buwono Senopati Ing Alega Abdul Rachman Sayidin Panatagama Khalifatullah.


(1)

b. urusan pilihan.

(2) Urusan wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, meliputi prioritas dan non prioritas.

Pasal 21

Penilaian Total Indeks komposit kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2) dengan pemberian bobot sebagai berikut: a. Tingkat indeks capaian kinerja sebesar 95%

b. Tingkat indeks capaian kesesuan materi sebesar 5%

Pasal 22

Metode pemberian skor untuk indeks capaian kinerja dan kesesuaian materi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 meliputi:

a. Penggabungan pada IKK yang belum ada kriteria tingkat capaian melalui tahapan: 1. penggabungan IKK;

2. dilakukan normalisasi data melalui rumus; 3 dilakukan rata-rata nilai normalisasi; dan 4. pemberian skor.

b. Tanpa penggabungan pada IKK yang hanya 1 (satu) isian dari dua pilihan atau menyebutkan banyak daftar atau jumlah yang diisi dari daftar atau jumlah yang ditentukan. Pemberian skor pada masing IKK meliputi :

1. > (1,25% x rata-rata normalisasi) = 4

2. > (rata-rata normalisasi) sampai dengan 1,25% rata-rata normal =3 3. > (0,75% x rata-rata normalisasi) sampai dengan rata-rata normal =2 4. < (0 ,75% x rata-rata normalisasi) = 1

c. Tingkat pemberian skor : 1. Tingkat IKK;

2. Tingkat urusan; 3. Tingkat aspek;

4. Tingkat capaian kinerja;

5. Tingkat Indeks komposit kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah.

Pasal 23

Pengukuran kinerja menggunakan media yang terdiri dari: a. Template isian individu provinsi, kabupaten dan kota; dan

b. Template gabungan antar provinsi, kabupaten, kota dan gabungan nasional.

Pasal 24

(1) IKK aspek penilaian pada tataran pengambil kebijakan dan pelaksana kebijakan, dirumuskan oleh Tim Nasional yang secara teknis dilakukan Tim Teknis berdasarkan usulan yang diterima dari kementerian/lembaga dengan mempertimbangkan masukan dari pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota.

(2) IKK yang telah dirumuskan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi Indikator Kinerja Kunci capaian kinerja pada tataran pengambil kebijakan dan pelaksana kebijakan untuk Provinsi, Kabupaten dan Kota.

(3) IKK sebagaimana dimaksud pada ayat (2) digunakan olehTim Penilai untuk pengumpulan data dan melaporkan capaian kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dituangkan dalam Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dan Pasal 9 untuk digunakan Tim Nasional EPPD dan Tim Daerah sebagai dasar dalam melakukan EKPPD.


(2)

(4) IKK sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dilakukan penambahan, penyempurnaan dan/atau dimutakhirkan oleh Tim Nasional EPPD dengan mempertimbangkan usulan dari kementerian/lembaga dan masukan dari pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri.

BAB V PELAPORAN

Pasal 25

(1) Tim Daerah dalam pelaksanaan EKPPD kabupaten/kota dapat melakukan konfirmasi, validasi, verifikasi dan klarifikasi data kepada pemerintah kabupaten/kota dan SKPD provinsi.

(2) Hasil EKPPD yang dilakukan oleh Tim Daerah dilaporkan kepada Gubernur. (3) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas :

a. Laporan Hasil Evaluasi Individu untuk masing masing kabupaten/kota;

b. Laporan Hasil Sementara Pemeringkatan dan status kabupaten/kota dalam wilayah provinsi.

Pasal 26

(1) Laporan Hasil Evaluasi Individu untuk masing-masing kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 pada ayat (3) huruf a, disampaikan oleh Gubernur kepada Bupati/Walikota sebagai umpan balik terhadap LPPD kabupaten/kota paling lambat 9 (sembilan) bulan setelah berakhirnya tahun anggaran.

(2) Laporan Hasil Sementara Pemeringkatan dan status kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 pada ayat (3) huruf b memuat penetapan peringkat dan status sangat tinggi, tinggi, sedang dan rendah serta rekomendasi masing-masing daerah kabupaten/kota disampaikan Gubernur kepada Presiden melalui Menteri Dalam Negeri paling lambat 9 (sembilan) bulan setelah berakhirnya tahun anggaran.

(3) Laporan Hasil Sementara Pemeringkatan dan status sebagaimana dimaksud sebagaimana dimaksud pada ayat (2) digunakan Gubernur sebagai dasar pembinaan dan pengawasan lebih lanjut terhadap daerah kabupaten/kota sesuai peraturan perundang-undangan.

Pasal 27

(1) Tim Nasional EPPD dalam pelaksanaan EKPPD provinsi dapat melakukan: a. Konfirmasi, validasi, verifikasi dan klarifikasi data LPPD Provinsi; dan

b. Klarifikasi dan peninjauan lapangan terhadap hasil LHE-Sementara Pemeringkatan Kabupaten/Kota yang dilakukan oleh Tim Daerah.

(2) Penijauan lapangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, hanya terhadap daerah yang hasil LHE-Sementara yang dikategorikan sangat tinggi dan rendah.

Pasal 28

(1) Tim Nasional EPPD melaporkan hasil EKPPD kepada Menteri Dalam Negeri. (2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:

a. Laporan Hasil Evaluasi Individu untuk masing masing provinsi;

b. Laporan Hasil Pemeringkatan dan status provinsi dan kabupaten/kota secara nasional.

Pasal 29

(1) Laporan Hasil Evaluasi Individu untuk masing-masing provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 huruf a, disampaikan oleh Menteri Dalam Negeri kepada Gubernur sebagai umpan balik terhadap LPPD provinsi paling lambat 9 (sembilan) bulan setelah berakhirnya tahun anggaran.


(3)

(2) Laporan Hasil Pemeringkatan dan status provinsi dan kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 huruf b, memuat penetapan peringkat dan status sangat tinggi, tinggi, sedang dan rendah serta rekomendasi masing-masing daerah provinsi, dan kabupaten/kota.

(3) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan Menteri Dalam Negeri kepada Presiden paling lambat 12 (dua betas) bulan setelah berakhirnya tahun anggaran.

Pasal 30

Laporan Hasil Pemeringkatan dan status provinsi dan kab/kota secara nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 digunakan kementerian/lembaga dan gubernur sebagai dasar untuk melakukan pembinaan lebih lanjut dalam bentuk fasilitasi pengembangan kapasitas dan pengawasan kepada daerah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 31

(1) Penyusunan Laporan Hasil Evaluasi Individu dan Laporan Pemeringkatan sementara kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (2) huruf a dan huruf b, dan Laporan Hasil Evaluasi Individu provinsi sebagaimana dimaksud Pasal 28 ayat (2) huruf a, masih bersifat penilaian portofolio dengan cara desk evaluation.

(2) Penyusunan Laporan Pemeringkatan provinsi dan kabupaten/kota secara nasional dilakukan dengan cara :

a. penilaian portofolio; dan b. peninjauan lapangan.

(3) Penilaian portofolio sebagaimana dimaksud ayat 2 huruf a, dilakukan oleh Tim Teknis Nasional EPPD berdasarkan LPPD yang disampaikan Kepala Daerah kepada pemerintah;

(4) Peninjauan lapangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, dilakukan oleh Tim Teknis Nasional EPPD kepada 3 (tiga) besar Kabupaten/Kota provinsi yang memiliki kurang dari 20 Kabupaten/Kota dan/atau 5 (lima) besar Kabupaten/Kota provinsi yang memiliki lebih dari 20 Kabupaten/Kota;

(5) Peninjauan lapangan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) kepada daerah yang berprestasi sangat tinggi atau terbaik dan rendah berdasarkan Laporan Hasil Evaluasi Tim Daerah dilakukan penilaian kenyataan dilapangan meliputi:

a. kesejahteraan masyarakat;

b. pelayanan dasar kepada masyarakat;

c. ketertiban, kebersihan dan keindahan lingkungan; d. Daya saing daerah dan/atau iklim investasi daerah; e. manajemen penyelenggaraan urusan pemerintahan; f. sistem pelayanan perijinan satu atap;

g. sarana dan prasarana jalan, dranaise, perekonomian dan perhubungan; dan h. sarana dan prasarana perkantoran pemerintahan daerah.

(6) Tim Teknis Nasional dalam melakukan penilaian lapangan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) menggunakan kuesioner.

(7) Kuesioner sebagaimana dimaksud pada ayat (6) ditetapkan lebih lanjut oleh Direktur Jenderal Otonomi Daerah selaku Ketua Tim Teknis Nasional EPPD.

Pasal 32

(1) Pemeringkatan kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah provinsi dan kabupaten/kota secara nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (2) disusun berdasarkan peringkat, skors dan status.


(4)

(2) Pemeringkatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditandatangani oleh Direktur Jenderal Otonomi Daerah selaku Ketua Tim Teknis Nasional EPPD berdasarkan hasil Rapat Kerja Tim teknis Nasional.

(3) Peringkat, skors dan status sebagaimana pada ayat (1) terdiri atas: a. Provinsi, kabupaten dan kota di atas 10 (sepuluh) tahun;

b. Provinsi, kabupaten dan kota berusia diatas 3 (tiga) tahun dan dibawah 10 (sepuluh) tahun:

c. Kabupaten dan kota di dalam wilayah provinsi otonomi khusus berusia di atas 3 alga) tahun; dan

d. Provinsi, kabupaten dan kota berusia di atas 3 (tiga) tahun dan dibawah 10 (sepuluh) tahun dalam:

1. penyelenggaraan urusan wajib;

2. penyelenggaraan bidang pengelolaan keuangan daerah dan aset daerah; 3. penyelenggaraan bidang perencanaan pembangunan daerah; dan

4. penerapan standar pelayanan minimal.

(4) Pemeringkatan kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah sebagaiman dimaksud pada ayat (1) dilaporkan oleh Direktur Jenderal Otonomi Daerah kepada Menteri Dalam Negeri untuk dijadikan bahan dalam pemberian peringkat kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah provinsi, kabupaten dan kota secara nasional.

(5) Pemberian peringkat kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditetapkan dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri setelah mempertimbangkan hasil Sidang Tim Nasional EPPD.

Pasal 33

(1) Sidang Tim Nasional EPPD dihadiri minimal diatas 50 % dari jumlah anggota Tim Nasional dan/atau yang mewakili dan anggota DPOD.

(2) Sidang Tim Nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengkaji dan menetapkan peringkat kinerja pemerintahan daerah provinsi, kabupaten dan kota yang layak mendapat penganugrahan penghargaan dan sanksi dari Pemerintah yang terdiri atas: a. 3 terbaik dan 3 terendah Provinsi berusia di atas 10 (sepuluh) tahun;

b. 10 terbaik dan 10 terendah kabupaten berusia di atas 10 (sepuluh) tahun; c. 10 terbaik dan 10 terendah kota berusia di atas 10 (sepuluh) tahun;

d. 1 terbaik dan 1 terendah provinsi berusia diatas 3 (tiga) tahun dan dibawah 10 (sepuluh) tahun;

e. 5 terbaik dan 5 terendah kabupaten berusia diatas 3 (tiga) tahun dan dibawah 10 (sepuluh) tahun;

f. 3 terbaik dan 3 terendah kota berusia diatas 3 (tiga) tahun dan dibawah 10 (sepuluh) tahun;

g. 5 terbaik dan 5 terendah kabupaten dan kota di dalam wilayah provinsi otonomi khusus berusia di atas 3 (tiga) tahun;

h. 5 terbaik dan 5 terendah provinsi, kabupaten dan kota berusia diatas 3 (tiga) tahun dalam:

1. penyelenggaraan urusan wajib;

2. penyelenggaraan bidang pengelolaan keuangan daerah dan aset daerah; 3. penyelenggaraan bidang perencanaan pembangunan daerah; dan

4. penerapan standar pelayanan minimal.

(3) Hasil sidang Tim Nasional sebagaimana dimaksud pada Ayat (2) ditetapkan dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri.

Pasal 34

(1) Peringkat kinerja pemerintahan daerah provinsi, kabupaten dan kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (3) diumumkan pada Peringatan Hari Otonomi Daerah


(5)

setiap tanggal 25 April.

(2) Pemerintah daerah yang masuk kategori berprestasi sangat tinggi atau terbaik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (3), diberikan penghargaan kepada Lembaga Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dan Kepala Daerah.

(3) Penghargaan kepada Lembaga Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berupa Parasamya Purnakarya Nugraha.

(4) Penghargaan kepada Kepala Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berupa Bintang Maha Putra, Bintang Jasa, dan Satya Lencana.

(5) Pemberian penghargaan kepada Lembaga Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dan Kepala Daerah sesuai dengan peraturan perundangan-undangan.

Pasal 35

(1) Laporan Peringkat Kinerja Provinsi dan kab/kota secara nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 dan Pasal 28, setelah ditetapkan dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri, disampaikan kepada kementerian/lembaga dan provinsi, dan kabupaten/kota oleh Tim Teknis Nasional EPPD sebagai bahan pembinaan dalam bentuk peningkatan pengembangan kapasitas sesuai dengan Peraturan Perundangundangan.

(2) Laporan Peringkat Kinerja Provinsi dan kab/kota secara nasional selain digunakan untuk peningkatan pengembangan kapasitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat digunakan sebagai data awal dan patok banding untuk EKPPD tahun-tahun berikutnya. (3) Apabila 3 (tiga) tahun berturut-turut terdapat daerah berprestasi kinerja rendah

berdasarkan Laporan Hasil Evaluasi pemeringkatan daerah secara nasional, dilanjutkan pelaksanaan Evaluasi Kemampuan Penyelenggaraan Otonomi Daerah untuk digunakan DPOD memberi pertimbangan kepada Presiden terhadap kebijakan otonomi daerah atau pembentukan dan penghapusan/penggabungan daerah otonom.

BAB VI PEMBIAYAAN

Pasal 36

(1) Pelaksanaan EKPPD oleh pemerintah yang dilaksanakan oleh Tim Nasional, Tim Teknis, Tim Daerah dan Sekretariat Tim Nasional dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

(2) Pelaksanaan EKPPD oleh Tim Penilai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

(3) Tugas-tugas monitoring dan evaluasi pemerintahan kabupaten/kota oleh Wakil Gubernur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1) huruf c Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, diintegrasikan dengan penugasan Tim Daerah dengan menggunakan dana APBD provinsi.

(4) Pelaksanaan pengukuran evaluasi kinerja mandiri dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

BAB VII

KETENTUAN LAIN LAIN Pasal 37

(1) Bupati/Walikota di provinsi DKI Jakarta menyampaikan Laporan kinerja aspek tataran pelaksana kebijakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 kepada Gubernur DKI Jakarta dengan tembusan kepada Menteri Dalam Negeri.

(2) Laporan kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan Gubernur sebagai dasar untuk melakukan evaluasi kinerja Bupati/Walikota dan penyusunan LPPD Provinsi.


(6)

BAB VIII

KETENTUAN PENUTUP Pasal 38

(1) Pelaksaanaan EKPPD meliputi:

a. IKK tataran pengambil kebijakan dan pelaksana kebijakan; b. Pengukuran evaluasi kinerja mandiri;

c. Sistem pengukuran dan metode penilaian

(2) Uraian pelaksaaan EKPPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam lampiran Peraturan Menteri ini.

Pasal 39

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 31-12-2009

MENTERI DALAM NEGERI ttd


Dokumen yang terkait

Analisa Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Pada Pelaksanaan Anggaran Berbasis Kinerja (Studi Kasus: Pemerintah Daerah Kabupaten Labuhanbatu).

2 64 103

Studi Komperatif Pengukuran Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Sebelum Dan Setelah Otonomi Daerah (Studi Kasus Pada Pemerintah Kota Medan)

0 34 88

ANALISIS KINERJA ANGGARAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENYELENGGARAAN OTONOMI ANALISIS KINERJA ANGGARAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENYELENGGARAAN OTONOMI DAERAH DI KABUPATEN WONOGIRI.

0 1 9

PENGARUH KARAKTERISTIK DAERAH TERHADAP KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Indonesia).

1 2 13

PENGARUH KARAKTERISTIK INSPEKTORAT DAERAH TERHADAP KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Indonesia).

0 0 18

PENGARUH RUANG FISKAL DAN KARAKTERISTIK PEMERINTAH DAERAH TERHADAP KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAH DAERAH DAN INDIKASI KORUPSI (Studi Kasus Pada Pemerintah Daerah Kab/Kota Seluruh Indonesia Tahun 2010 - 2012).

0 1 18

Tampilkan DIP: HASIL EKPPD BERDASARKAN LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH (LPPD) TAHUN 2015

0 0 7

Pengaruh Patronase Kepala Daerah dengan Pengusaha Perkebunan Kelapa Sawit Terhadap Laju Deforestasi di Kabupaten Langkat Tahun

0 1 20

BAB VIII KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH - BAB 8 Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah

0 0 45

BAB VIII KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAH DAERAH - BAB VIII KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAH DAERAH

0 0 14