BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam sistem penyelenggaraan pemerintahan khususnya penyelenggaraan pemerintahan daerah, maka instrumen pemerintahan memegang peran yang sangat
penting dan vital guna melancarkan pelaksanaan fungsi dan tugas pemerintahan daerah. Instrumen pemerintahan daerah merupakan alat atau sarana yang ada pada
pemerintah daerah untuk melakukan tindakan atau perbuatan pemerintahan yang memuat berbagai jenis atau macam instrumen pemerintahan daerah. Dengan kata
lain, yang dimaksud dengan instrumen pemerintahan daerah adalah alat atau sarana yang dapat digunakan oleh pemerintah daerah dalam melaksanakan fungsi
dan tugasnya. Instrumen pemerintahan daerah merupakan bagian dari instrumen penyelenggaraan pemerintahan negara dalam arti luas.
Hal ini kemudian memberikan peluang kepada pemerintah daerah untuk dapat menerapkan kebijakan-kebijakan yang dianggap perlu demi kesejahteraan
rakyat di daerah masing-masing. Keadaan ini kemudian mendorong pemerintah daerah untuk mengambil dan memberlakukan kebijakan-kebijakan yang bersifat
mengatur keadaan di daerah dengan mengeluarkan berbagai macam perundang- undangan antara lain Peraturan Daerah yang kemudian disingkat menjadi Perda
yang merupakan salah satu instrumen hukum penyelenggaraan pemerintah daerah di samping instrumen hukum yang lain yang berupa sarana dan prasarana547 yang
digunakan dalam menjalankan tugas dan fungsinya dalam pemerintahan yang digolongkan ke dalam public domain.
Universitas Sumatera Utara
Sebagaimana tertuang pada bagian Penjelasan Umum Undang-undang No. 32 Tahun 2004 menyatakan bahwa :
Prinsip otonomi daerah menggunakan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam arti daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur semua
urusan opemerintahan di luar yang menjadi urusan pemerintah yang ditetapkan dalam Undang-undang ini. Daerah memiliki kewenangan
membuat kebijakan daerah untuk memberi pelayanan, peningkatan peran serta, prakarsa, dan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan pada
peningkatan kesejahteraan rakyat, dengan demikian dapat dilihat bahwa sejalan dengan prinsip tersebut dilaksanakan pula prinsip otonomi yang
nyata dan bertanggung jawab. Prinsip otonomi nyata adalah suatu prinsip bahwa untuk menangani urusan pemerintahan dilaksanakan
berdasarkan tugas, wewenang, dan kewajiban yang senyatanya telah ada dan berpotensi untuk tumbuh, hidup dan berkembang sesuai dengan
potensi dan kekhasan daerah. Dengan demikian isi dan jenis otonomi bagi setiap daerah tidak selalu sama dengan daerah lainnya, adapun yang
dimaksud dengan otonomi yang bertanggungjawab adalah otonomi yang dalam penyelenggaraannya harus benar-benar sejalan dengan tujuan dan
maksud pemberian otonomi, yang pada dasarnya untuk memberdayakan daerah termasuk meningkatkan kesejahteraan rakyat yang merupakan
bagian utama dari tujuan nasional, dan seiring dengan prinsip itu penyelenggaraan otonomi daerah harus selalu berorientasi pada
peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan selalu memperhatikan kepentingan dan aspirasi yang tumbuh dalam masyarakat. Selain itu
penyelenggaraan otonomi daerah juga harus menjamin keserasian hubungan antara daerah dengan daerah lainnya, artinya mampu
membangun kerjasama antardaerah untuk meningkatkan kesejahteraan bersama dan mencegah ketimpangan antar daerah. Hal yang tidak kalah
pentingnya bahwa otonomi daerah juga harus mampu menjamin hubungan yang serasi antar daerah dan pemerintah, artinya harus mampu
memelihara dan menjaga keutuhan wilayah Negara dan tetap tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam rangka mewujudkan tujuan
Negara. Oleh sebab itu, agar otonomi daerah dapat dilaksanakan sejalan dengan tujuan yang hendak dicapai, pemerintah wajib melakukan
pembinaan yang berupa pemberian pedoman seperti dalam penelitian, pengembangan, perencanaan dan pengawasan. Di samping itu, diberikan
pula standar, arahan, bimbingan, pelatihan, supervisi, pengendalian, koordinasi, pementauan, dan evaluasi. Bersamaan itu pemerintah wajib
memberikan fasilitas yang berupa pemberian peluang kemudahan, bantuan, dan dorongan kepada daerah agar dalam melaksanakan otonomi
dapat dilakukan secara efisien dan efektif sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Menurut B.C. Smith dalam konteks demokrasi, local government atau pemerintahan daerah dapat dikaji dalam dua dua kategori utama yaitu:
Universitas Sumatera Utara
There are that claim local government is good for national democracy; and there are those where the major concern is with the benfits to the
locality of local democracy. Each can be further subdivided into three sets of interrelated values. At the national level these values relate to political
education, training in leadership and political stability. At the local level the relevant values are equality, liberty and responsiveness
.
1
Lebih lanjut menurut Sri Soemantri
2
1.
Bahwa negara Republik Indonesia terdiri atas daerah provinsi, daerah provinsi terdiri atas daerah kabupaten dan kota yang mempunyai
pemerintahan daerah yang diatur dengan undang-undang; pembagian kekuasaan dalam negara
yang berbentuk Kesatuan, seperti Indonesia, asasnya adalah seluruh kekuasaan dalam negara berada di tangan pemerintah pusat. Walaupun demikian hal itu tidak
berarti bahwa seluruh kekuasaan berada di tangan pemerintah pusat, karena ada kemungkinan mengadakan dekonsentrasi kekuasaan ke daerah lain dan hal ini
tidak diatur dalam konstitusi. Hal ini berbeda dengan negara kesatuan yang bersistem desentralisasi. Dalam konstitusi negara tersebut terdapat suatu ketentuan
mengenai pemencaran kekuasaan tersebut desentralisasi. Secara yuridis formal, landasan hukum dari penyelenggaraan
pemerintahan daerah di Indonesia adalah Pasal 18 UUD 1945 yang mengamanatkan beberapa hal yaitu :
2.
Pemerintah daerah tersebut baik propinsi maupun kabupaten dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi
dan tugas pembantuan;
3.
Susunan dan tata cara penyelenggaraan pemerintahan daerah diatur dalam undang-undang.
1
Smith. B.C. Decentralization, The territorial Dimension of The State. George Allen Unwin, London. 1985. Hal. 19
2
Sri Soemantri, Prosedur dan Sistem Perubahan Konstitusi, Alumni, Bandung, 1987. Hal. 65
Universitas Sumatera Utara
Ada beberapa pengertian tentang pemerintahan daerah atau lokal yang dapat dirujuk, diantaranya G.M. Harris
3
1. A local government is a political sub division of soverign nation or
state. dalam bukunya Comparative Local
Government mengatakan bahwa: The term local government may have one of two meanings, it may
signify: 1 the government of all part of a country by means of local agents appointed and responsible only to the central government. This is
part of centralized system and my he called local state government. 2 Government by local baddies, feely elected wich while subjected to the
supremacy of national government are endowed in some respect with power, discreation and responsibility, wich they can exercise without
control cover their decision by the higher authority, this is called in many countries as communal autonomy.
De Guman dan Tapales dalam buku Josef Riwu tidak mengajukan suatu batasan apapun tentang pemerintahan daerah, hanya mereka menyebutkan lima
unsur pemerintahan lokal sebagai berikut:
2. It is constituted by law.
3. It has governing body which is locally selected.
4. Undertakes role making activities.
5. It perform service within its jurisdiction.
4
Sementara itu Josef Riwu Kaho mendefinisikan local government
sebagai berikut : Bagian dari pemerintah suatu negara atau bangsa yang berdaulat yang
dibentuk secara politis berdasarkan undang-undang yang memiliki lembaga atau badan yang menjalankan pemerintahan yang dipilih
masyarakat daerah tersebut, dan dilengkapi dengan kewenangan untuk membuat peraturan, memungut pajak serta memberikan pelayanan
kepada warga yang ada di dalam wilayah kekuasaannya.
5
Dalam sejarahnya, di Indonesia pernah dikenal istilah daerah swatantra, yang sekarang ini dikenal dengan pemerintahan daerah. Pemerintahan umum
3
Martin Jumung, Politik Lokal dan Pemerintah Daerah dalam Perspektif Otonomi Daerah, Pustaka Nusantara, Jakarta, 2005, Hal 34
4
Josef Riwu Kaho, Prospek Otonomi Daerah di Negara RI, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1998, Hal 43
5
Ibid, Hal 67
Universitas Sumatera Utara
pusat di daerah pada masa kemerdekaan disebut pamong praja, masa pemerintahan Kolonial Belanda disebut
dengan Binnenlandsbestuur,
Bestuurdiants, pemerintahan pangreh, praja. Pemerintahan khusus pusat di daerah disebut jawatan atau dinas pusat di daerah atau dinas vertikal. Jadi pemerintahan
lokal tidak sama dengan pemerintahan daerah. Pemerintahan lokal meliputi pamong praja, jawatan vertikal dan pemerintahan daerah.
Jika kita melihat pada Undang-undang No. 32 Tahun 2004 mengartikan pemerintah daerah adalah sebagai kepala daerah beserta perangkat daerah otonom
yang lain sebagai badan eksekutif daerah. Daerah otonom menurut undang- undang ini adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas daerah
tertentu berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam ikatan Negara
Republik Indonesia. Negara Republik Indonesia adalah negara kesatuan, dalam
penyelenggaraan pemerintahannya menekankan azas desentralisasi yang secara utuh dilaksanakan di daerah provinsi, kabupatenkota untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat dilakukan menurut prakarsanya sendiri serta didasari oleh aspirasi rakyat sesuai yang diamanatkan oleh Undang-
undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. Perbedaan mendasar antara pelaksanaan otonomi daerah dan era orde baru
dengan pelaksanaan otonomi daerah setelah keluarnya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 terletak pada azas desentralisasi. Pada masa orde baru penerapan
otonomi daerah hanya dengan prinsip nyata dan bertanggung jawab, sedangkan
Universitas Sumatera Utara
setelah keluarnya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 penerapan otonomi daerah menekankan prinsip luas, nyata dan bertanggung jawab.
6
1. Masih banyak calon daerah otonom yang merasa tidak sanggup untuk
melaksanakan otonomi karena tidak adanya sumber penerimaan daerah. Otonomi daerah yang menganut prinsip luas, nyata dan bertanggung jawab
membutuhkan pemahaman yang tepat terhadap wawasan kebangsaan dimana pemahaman tersebut antara lain sosial budaya, ekonomi, politik, hukum,
pertahanan, keamanan, penanaman nilai-nilai kebangsaan serta rasa cinta tanah air. Sebab tanpa pemahaman yang tepat, maka kebebasan ini dapat menjadi
ancaman disintegrasi bangsa antara lain:
2. Banyak daerah yang tergolong kaya ingin memisahkan diri, seolah-olah
mereka selama ini menganggap mensubsidi daerah lain. 3.
Daerah provinsi seperti tidak rela untuk menerima kenyataan bahwa kewenangannya yang ada selama ini akan hilang.
4. Dan lain-lain kebijaksanaan pemerintah pusat.
Wujud otonomi nyata, yang tertuang dalam Pasal 10 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 disebutkan bahwa:
1 Pemerintah daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh Undang-undang ini ditentukan menjadi urusan pemerintah.
2 Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
daerah sebagaimana dimaksud pada ayat 1, pemerintahan daerah
6
M. Ryaas Rasyid., Otonomi Daerah Dalam Negara Kesatuan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2000, Hal. 284-285.
Universitas Sumatera Utara
menjalankan otonomi seluas-luasnya untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.
Oleh karena itu otonomi daerah yang luas membutuhkan pengawasan yang baik agar roda pembangunan di daerah berjalan sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai oleh Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 yaitu pemerataan dan keadilan.
Pemerintahan Daerah pada hakekatnya merupakan sub sistem dari pemerintahan nasional dan secara implisit pembinaan dan pengawasan terhadap
Pemerintahan Daerah merupakan bagian integral dari sistem penyelenggaraan pemerintahan. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang merupakan lembaga
perwakilan rakyat sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah berkedudukan setara dan bersifat kemitraan dengan pemerintah daerah.
7
7
Penjelasan Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan Dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.
Pembinaan atas penyelenggaraan Pemerintahan Daerah adalah upaya yang dilakukan oleh pemerintah danatau Gubernur selaku wakil pemerintah di daerah
untuk mewujudkan tercapainya tujuan penyelenggaraan otonomi daerah, meliputi koordinasi pemerintahan antar susunan pemerintahan, pemberian pedoman dan
standar pelaksanaan urusan pemerintahan, pemberian bimbingan, supervisi dan konsultasi pelaksanaan urusan pemerintahan, pendidikan dan pelatihan bagi
kepala daerahwakil kepala daerah, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, perangkat daerah, pegawai negeri sipil daerah, kepala desa, anggota badan
permusyawaratan desa, dan masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
Pasal 20 Peraturan Pemerintah 79 Tahun 2005 Pedoman Pembinaan Dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah meliputi:
8
a. Pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah provinsi;
b. Pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah kabupatenkota; dan
c. Pelaksanaan urusan pemerintahan desa.
Selanjutnya pada pasal 24 ayat 1 dan 2 Peraturan Pemerintah 79 Tahun 2005 Pedoman Pembinaan Dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah mengatakan
9
1 Pengawasan terhadap urusan pemerintahan di daerah dilaksanakan oleh
Aparat Pengawas Intern Pemerintah sesuai dengan fungsi dan
kewenangannya. 2
Aparat Pengawas Intern Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat 1 adalah Inspektorat Jenderal Departemen, Unit Pengawasan Lembaga
Pemerintah Non Departemen, Inspektorat Provinsi, dan Inspektorat KabupatenKota.
Pengawasan terhadap kebijakan Pemerintah Daerah merupakan bagian integral dari sistem penyelenggaran pemerintahan Negara. Karena hal tersebut
maka dibentuk suatu badan di daerah yang bertugas melakukan pembinaan dan pengawasan secara umum di daerah yaitu Inspektorat. Badan ini dibentuk dalam
rangka mencapai beberapa tujuan antara lain: 1.
Mencapai suatu tingkat kinerja tertentu; 2.
Menjamin susunan pengelolaan administrasi yang terbaik dalam pengorganisasian unit-unit kerja pemerintahan daerah baik secara internal
maupun hubungannya dengan lembaga-lembaga lain;
8
Pasal 20 Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan Dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.
9
Pasal 24 ayat 1 dan 2 Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan Dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.
Universitas Sumatera Utara
3. Untuk memperoleh perpaduan yang maksimal dalam pengelolaan
pembangunan daerah dan nasional; 4.
Untuk melindungi warga masyarakat dari penyalahgunaan kekuasaan pemerintahan daerah;
5. Untuk tercapainya integritas nasional; dan
6. Pembinaan dan pengawasan tetap terjaga agar tidak membatasi inisiatif dan
tanggung jawab daerah disamping itu hal ini merupakan upaya menyelaraskan nilai efisien dan demokrasi.
Inspektorat Provinsi adalah merupakan unsur pengawas pembinaan dan penyelenggaraan pemerintahan daerah provinsi, kabupaten dan kota yang
mempunyai tugas melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah provinsi, kabupaten dan kota, pelaksanaan urusan
pemerintahan di daerah provinsi, dan pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah kabupatenkota.
Otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonomi untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Daerah otonom adalah merupakan kesatuan masyarakat hukum yang
mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri
berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pada Provinsi Sumatera Utara, pelaksanaan pembinaan dan pengawasan dilakukan oleh Inspektorat. Namun target yang ingin dicapai dari kinerja badan ini
Universitas Sumatera Utara
bertolak belakang dan masih belum mencapai tujuan yang diinginkan, kenyataan bahwa masih banyak terdapat berbagai bentuk penyelewengan dalam
penyelenggaraan pemerintahan merupakan bukti yang riil masih kurangnya pembinaan dan pengawasan, baik yang dilakukan oleh aparat pengawasan
fungsional yang bersangkutan maupun yang dilakukan oleh pimpinanatasan langsung. Sehingga menarik untuk dikaji mengapa kinerja Inpektorat di Provinsi
Sumatera Utara belum mencapai target yang diinginkan. Bertolak dari permasalahan tersebut diatas, maka perlu diteliti tentang hal
tersebut dengan mengangkat judul : “PERANAN INSPEKTORAT SUMATERA UTARA DALAM PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH DI
PROVINSI SUMATERA UTARA Studi pada Inspektorat Provinsi Sumatera Utara”.
B. Perumusan Masalah