Dalam Pasal 11 ayat 3 Peraturan Gubernur Nomor 38 Tahun 2011 tentang Uraian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Inspektorat Daerah Provinsi Sumatera Utara
dikatakan, “Dalam hal Inspektur berhalangan dalam melaksanakan tugas karena sesuatu hal, Sekretaris melaksanakan tugas-tugas Inspektur sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan”.
C. Obyek yang Diawasi Oleh Inspektorat Provinsi Sumatera Utara.
Inspektorat Provinsi Sumatera Utara memiliki bidang-bidang yang menjadi objek pengawasannya meliputi bidang pemerintahan dan social politik,
bidang perekonomian dan kesejahteraan rakyat, bidang aparatur dan tenaga kerja, bidang pendapatan dan kekayaan. Bidang-Bidang tersebut dipaparkan berikut ini :
a. Bidang Pemerintahan dan Sosial Politik, meliputi :
1. Pemerintahan Umum;
2. Pemerintahan Kabupaten;
3. Pemerintahan Kota;
4. Masalah Pertanahan; dan
5. Penyelenggaraan pembinaan sosial politik yang menjadi tugas dan
tanggung jawab Gubernur. b.
Bidang Perekonomian dan Kesejahteraan rakyat, meliputi : 1.
Perencanaan, Penyelenggaraan dan peningkatan sektor ekonomi; dan 2.
Menyelenggarakan pembinaan peningkatan kesejahteraan rakyat yang menjadi urusan rumah tangga daerah.
c. Bidang Aparatur dan Kepegawaian, meliputi :
Universitas Sumatera Utara
1. Penyelenggaraan pembinaan kepegawaian dan pendayagunaan aparatur;
dan 2.
Pengelolaan adminstrasi kepegawaian dan pendayagunaan aparatur. d.
Bidang Pendapatan dan Kekayaan, meliputi : 1.
Pengelolaan pembinaan, peningkatan pendapatan daerah; dan 2.
Pemeriksaan terhadap pengelolaan dan pembinaan kekayaan milik DaerahNegara.
Jika dilihat dari objek pengawasan bidang-bidang yang dinaungi Inspektorat Provinsi diatas maka terlihatlah bahwa objek yang diawasi instansi
tersebut sangatlah luas mencakup seluruh unit kerja Pemerintah Provinsi dan Kabupaten Kota serta Badan Usaha Milik Daerah BUMD dan seharusnya Bank
Pembangunan Daerah Sumatera Utara BPDSU. Kalau dilihat dari jumlah tenagapegawai pengawas pada Inspektorat
Provinsi itu sendiri sangat sedikit dan tidak sebanding dengan objek yang diawasi sehingga sulit untuk memperoleh hasil pengawasan yang baik. Untuk itu perlu
adanya peningkatan jumlah pegawai maupun kemampuan dari aparat pengawasan Sumber Daya Manusia itu sendiri sehingga akan menciptakan hasil
pengawasan yang baik.
D. Struktur Inspektorat Provinsi Sumatera Utara
Inspektorat Provinsi Sumatera Utara adalah lembaga yang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara adalah lembaga yang
dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 38 Tahun 2010 yang merupakan Unsur Penunjang Pemerintah Daerah yang dipimpin oleh
Universitas Sumatera Utara
seorang Inspektur yang berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada Gubernur melalui pembinaan Sekertaris Daerah. Inspektorat mempunyai
tugas untuk membantu Gubernur didalam pengawasan terhadap pelaksanaan urusan Pemerintah di Provinsi, pelaksanaan pembinaan atas penyelenggaraan
Pemerintahan KabupatenKota
dan Pelaksanaan urusan Pemerintahan KabupatenKota. Inspektorat Provinsi Sumatera Utara, sesuai dengan Pasal 2 ayat
4 Peraturan Gubernur Nomor 38 Tahun 2010 yaitu untuk melaksanakan tugas dan fungsi serta uraian tugas sebagaimana dimaksud pada ayat 1, ayat 2 dan
ayat 3. Dalam hal ini Inspektur Provinsi dibantu oleh : a.
Sekretaris, mempunyai tugas membantu Inspektur di bidang perencanaan, evaluasi, dan pelaporan serta administrasi umum. Masing-masing bidang
dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian. Sesuai Pasal 3 ayat 2, sekretaris menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :
i. Penyelenggaraan pembinaan, bimbingan, arahan, dan persiapan
penegakkan disiplin pegawai pada lingkup Sekretariat; ii.
Penyelenggaraan penyusunan dan penyempurnaan standar, norma, kriteria penyelenggaraan tugas dan fungsi Sekretariat;
iii. Penyelenggaraan instruksi pelaksanaan tugas lingkup Sekretariat;
iv. Penyelenggaraan penyusunan program kegiatan lingkup Sekretariat dan
Inspektorat; v.
Penyelenggaran penyiapan bahan koordinasi serta pengendalian rencana dan program kerja pengawasan;
vi. Penyelenggaraan penghimpunan, pengelolaan, penilaian dan penyimpanan
laporan hasil pengawasan aparat pengawasan fungsional daerah;
Universitas Sumatera Utara
vii. Penyelenggaraan Inventarisasi, penyusunan dan koordinasi penatausahaan
proses penanganan pengaduan. b.
Inspektur Pembantu Wilayah I, mempunyai tugas membantu Inspektur dalam melaksanakan pengawasan pada pelaksanaan urusan pemerintahan di
bidang administrasi umum pada Satuan Peangkat Daerah, serta pelaksanaan pembinaan dan pengawasan urusan pemerintahan di bidang administrasi
umum Pemerintah KabupatenKota. Berdasarkan Pasal 5 ayat 2, Inspektur Pembantu Wilayah I menyelenggarakan fungsi :
i. Penyelenggaraan pembinaan, bimbingan arahan kepada pegawaiauditor
pada lingkup Inspektorat Pembantu Wilayah I; ii.
Penyelenggaraan perencanaan dan pengusulan program pengawasan di Wilayah I dalam bidang pemerintahan umum, sesuai ketentuan
perundang-undangan; iii.
Penyelenggaraan pengkajian bahan kebijakan pengawasan; iv.
Penyelenggaran pengawasan dan fasilitasi pengawasan, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;
v. Penyelenggaraan penyusunan dan penyempurnaan standar, norma dan
kriteria pelaksanaan pengawasan, sesuai standar yang berlaku; vi.
Penyelenggaraan pemeriksaan, pengujian, evaluasi, monitoring, review dan penilaian tugas pengawasan, sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan; vii.
Penyelenggara koordinasi penyelenggaraan pengawasan, sesuai standar yang ditetapkan.
Universitas Sumatera Utara
c. Inspektur Pembantu Wilayah II, mempunyai tugas membantu Inspektur
dalam melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan urusan pemerintahan di bidang aparaturkepegawaian dan pelaksanaan pembinaan,
pengawasan urusan pemerintahan di bidang aparaturkepegawaian pada Satuan Perangkat Daerah, serta Pemerintah KabupatenKota. Berdasarkan
Pasal 6 ayat 2, Inspektur Pembantu Wilayah II menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:
i. Penyelenggaraan pembinaan, bimbingan, arahan, dan penegakkan
disiplin pada lingkungan Inspektur pembantu Wilayah II; ii.
Penyelenggaraan pengkajian perncanaan dan program kegiatan pengawasan di Wilayah II dalam bidang aparaturkepegawaian;
iii. Penyelenggaraan pengkajian bahandata kebijakan pengawasan, sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan; iv.
Penyelenggaraan pengawasan dan fasilitasi pengawasan, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
v. Penyelenggaraan pemeriksaan, pengujian, evaluasi, monitoring, review
dan penilaian tugas pengawasan, sesuai ketentuan peraturan perundang- undangan;
vi. Penyelenggara koordinasi penyelenggaraan pengawasan, sesuai standar
yang diterapkan. d.
Inspektur Pembantu Wilayah III, mempunyai tugas membantu Inspektur dalam melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan urusan
pemerintahan dibidang keuangan dan aset pada Satuan Kerja Pemerintah Provinsi Sumatera Utara serta pelaksanaan pembinaan dan pengawasan
Universitas Sumatera Utara
urusan pemerintahan di bidang keuangan dan aset di Pemerintah KabupatenKota. Sesuai Pasal 7 ayat 2, Inspektur Pembantu Wilayah III
menyelenggarakan fungsi: i.
Penyelenggaraan pembinaan, bimbingan, arahan dan persiapan penegakkan disiplin kepada pegawai pada lingkup Inspektur Pembantu
Wilayah III; ii.
Penyelenggaraan perencanaan dan pengusulan program kegiatan pengawasan di Wilayah III dalam bidang Keuangan dan Aset;
iii. Penyelenggaraan pengkajian bahan pengawasan, sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan; iv.
Penyelenggaraan penyusunan standar, norma dan criteria dalam bidang pengawasan pada lingkup tugas Inspektur Pembantu Wilayah III;
v. Penyelenggaraan pengawasan dan fasilitasi pengawasan, sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan; vi.
Penyelenggaraan pemeriksaan, pengujian, evaluasi, monitoring, review, dan penilaian tugas pengawasan;
vii. Penyelenggara koordinasi penyelenggaraan pengawasan, sesuai standar
yang ditetapkan. e.
Inspektur Pembantu Wilayah IV, mempunyai tugas membantu Inspektur dalam melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan urusan
pemerintahan di bidang kesejahteraan sosial pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Pemerintah Provinsi Sumatera Utara serta pelaksanaan pembinaan
dan pengawasan urusan pemerintahan di bidang kesejahteraan sosial
Universitas Sumatera Utara
pemerintah KabupatenKota. Sesuai dengan Pasal 8 ayat 2, Inspektur Pembantu Wilayah IV menyelenggarakan fungsi:
i. Penyelenggaraan pembinaan, bimbingan, arahan dan penegakkan disiplin
kepada pegawai pada lingkup Inspektur Pembantu Wilayah IV; ii.
Penyelenggaraan perencanaan dan program kegiatan pengawasan di Wilayah IV dalam bidang Kesejahteraan Sosial;
iii. Penyelenggaraan pengkajian bahan kebijakan pengawasan;
iv. Penyelenggaraan pengawasan dan fasilitasi pengawasan, sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan; v.
Penyelenggaran penyusunan dan penyempurnaan standar, norma dan kriteria pengawasan bidang kesejahteraan sosial;
vi. Penyelenggaraan pemeriksaan, pengujian, evaluasi, monitoring, review
dan penilaian tugas pengawasan; vii.
Penyelenggaraan koordinasi penyelenggaraan pengawasan, sesuai standar yang ditetapkan.
f. Inspektur Pembantu Khusus, mempunyai tugas membantu Inspektur dalam
melaksanakan pengawasan pemeriksaan, pengusutan dan pengujian terhadap kasus dan pengaduan yang bersifat khusus dan strategis atas
penyelenggaraan pemerintahan daerah. Berdasarkan Pasal 9 ayat 2, Inspektur Pembantu Khusus, menyelenggarakan fungsi:
i. Penyelenggaran pembinaan, bimbingan dan arahan kepada pegawai pada
lingkup Inspektur Pembantu Khusus; ii.
Penyelenggaraan perencanaan dan program kegiatan dalam bidang Inspektur Pembantu Khusus;
Universitas Sumatera Utara
iii. Penyelenggaraan pengkoordinasian pelaksanaan penanganan kasus dan
pengaduan masyarakat, sesuai standar yang ditetapkan; iv.
Penyelenggaraan penyusunan standar, norma dan criteria dalam bidang pengawasan pemeriksaan, pengusutan dan pengujian kasus dan
pengaduan; v.
Penyelenggaraan perumusan kebijakan dan fasilitasi penanganan kasus dan pengaduan;
vi. Penyelenggaraan penyusunan laporan dan pertanggung jawaban atas
pelaksanaan tugasnya, sesuai standar yang ditetapkan. g.
Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas pendukung pelaksanaan tugas dan fungsi Inspektorat Provinsi Sumatera Utara sesuai dengan
keahlian masing-masing.
Universitas Sumatera Utara
Skema Struktur Organisasi Inspektorat Provinsi Sumatera Utara
Sumber: Hasil Wawancara dengan Kasubbag Umum berdasarkan Perda No. 9 Tahun 2008.
Inspektur
Sekretariat
Subbag Evaluasi
dan Pelapo-
ran Subbag
Peren- canaan
Subbag Adminis-
trasi dan Umum
Irbanwil III
Irbanwil I
Irbanwil II
Irbanwil IV
Irban Khusus
Kelompok Jabatan
Fungsional
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan skema diatas, Inspektorat Daerah dipimpin oleh seorang Inspektur yang bertanggung jawab langsung kepada Gubernur Provinsi Sumatera
Utara serta secara teknis administratif mendapat pembinaan dari Sekretaris Daerah. Inspektur dibantu oleh beberapa Inspektur Pembantu Wilayah I, II, III, IV
pengawasan regular, dan Inspektur Pembantu Khusus pengaduan masyarakat. Jika dilihat ketentuan mengenai Tugas Pokok, Fungsi dan Uraian Tugas
Lembaga Teknis Daerah Provinsi Sumatera Utara diatur dalam Pasal 21 Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 9 Tahun 2008 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Provinsi Sumatera Utara. Selengkapnya ketentuan Pasal 21 ayat 2 dikatakan “Inspektorat Daerah
mempunyai tugas melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan urusan Pemerintahan di Daerah Provinsi, pelaksanaan pembinaan atas penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah KabupatenKota dan pelaksanaan urusan Pemerintahan di Daerah KabupatenKota serta tugas pembantuan”. Adapun yang menjadi Objek
Pemeriksaan Obrik pada tahun 2011 Inspektorat Provinsi Sumatera Utara sebanyak 74 obrik yang terdiri dari 33 KabupatenKota dan 41 unitsatuan kerja
perangkat daerah dengan perincian sebagai berikut : a.
20 Dinas, terdiri dari : 1
Dinas Kesehatan; 2
Dinas Pendidikan; 3
Dinas Pertanian; 4
Dinas Perkebunan; 5
Dinas Kehutanan; 6
Dinas Binamarga;
Universitas Sumatera Utara
7 Dinas Penata Ruangan dan Pemukiman;
8 Dinas Pengendalian Sumber Daya Air;
9 Dinas Perikanan dan Kelautan;
10 Dinas Kesejahteraan Sosial;
11 Dinas Komunikasi dan Informasi;
12 Dinas Pemuda dan Olahraga;
13 Dinas Pendapatan;
14 Dinas Kebudayaan dan Pariwisata;
15 Dinas Pertambangan dan Energi;
16 Dinas Peternakan;
17 Dinas Perhubungan;
18 Dinas Tenga Kerja dan Transmigrasi;
19 Dinas Perindustrian dan Perdagangan; dan
20 Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah.
b. 10 Badan, terdiri dari :
1 Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah;
2 Badan Kepegawaian Daerah;
3 Badan Lingkungan Hidup;
4 Badan Investasi dan Promosi;
5 Badan Pendidikan dan Pelatihan;
6 Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat;
7 Badan Penelitian dan Pengembangan;
8 Badan Perpustakaan, Arsip, dan Dokumentasi;
9 Badan Pemberdayaan dan Pemerintahan Desa; dan
Universitas Sumatera Utara
10 Badan Ketahanan Pangan.
c. 1 Kantor penghububung di Jakarta.
d. 4 Asisten Sekretaris Daerah 11 Biro setdaprovsu, terdiri dari:
1 Asisten Perekonomian dan Pembangunan, mencakup:
- Biro Perekonomian;
- Biro Administrasi Pembangunan; dan
- Biro Keuangan.
2 Asisten Pemerintahan, mencakup:
- Biro Hukum;
- Biro Pemerintahan;
- Biro Organisasi; dan
- Biro Otonomi Daerah.
3 Asisten Administrasi Umum, mencakup:
- Biro Perlengkapan dan Pengelolaan Aset; dan
- Biro Umum.
4 Asisten Kesejahteraan Sosial, mencakup:
- Biro Pemberdayaan Perempuan, Anak dan Keluarga
Berencana; dan -
Biro Bina Kemasyarakatan dan Sosial. e.
1 Sekretaris DPRD f.
3 BUMD, terdiri dari : 1
Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi; 2
Perusahaan Daerah Perkebunan; 3
Perusahaan Daerah Aneka Industri dan Jasa.
Universitas Sumatera Utara
g. Rumah Sakit Jiwa Daerah
h. Satuan Polisi Pamong Praja
Dampak dari kedudukan Inspektorat Provinsi Sumatera Utara dalam pelaksanaan peranannya di daerah Provinsi Sumatera Utara, dapat berdampak
positif dan dampak negatif sebagai berikut : 1.
Dampak Positif a.
Inspektorat selaku aparat pengawasan fungsional akan
menjalankanmelaksanakan peranannya sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
b. Peningkatan Sumber Daya Manusia SDM di lingkungan aparat
pengawas Pemerintahan Daerah Provinsi Sumatera Utara. 2.
Dampak Negatif a.
Terbatasnya ruang gerak Inspektorat selaku aparat pengawas dalam melaksanakan peranannya karena membawahi intervensi pimpinan serta
tidak independennya badan tersebut. b.
Terjadinya berbagai macam pembenturan kepentingan antara parat pengawas dengan pimpinan yang aka menyebabkan lemahnya pengawasan
tersebut dan akhirnya akan mengarah kepada Korupsi, Kolusi dan Nepotisme KKN.
c. Pada prinsipnya kedudukan Inspektorat yaitu melakukan peranan
pengawasan internal di lingkungan Departemen Dalam Negri Internal Audit. Namun Inspektorat Provinsi Sumatera Utara bertanggung jawab
langsung kepada Gubernur melalui Sekertaris Daerah Provinsi.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan kedudukan Inspektorat tersebut diatas maka dapat disimpulkan sementara bahwa pelaksanaan peranannya lebih banyak mengarah ke
unsure pembinaan disbanding pengawasan, sebelum dilakukan pengawasan dari luar external auditor oleh BPKBPKP.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV PERANAN INSPEKTORAT DALAM PELAKSANAAN OTONOMI
DAERAH DI PROVINSI SUMATERA UTARA
A. Pelaksanaan Pemeriksaan Dalam Rangka Pelaksanaan Tugas Pengawasan Oleh Inspektorat Provinsi Sumatera Utara.
Dalam pelaksanaan Pengawasannya, Inspektorat Daerah Provinsi Sumatera Utara melakukan pemeriksaan. Adapun pemeriksaan tersebut dibagi 2
macam yaitu : a.
Pemeriksaan Reguler Pemeriksaan regular adalah pemeriksaan rutin berkala yang dilakukan
oleh Inspektorat yang terdapat dalam program kerja tahunan Inspektorat Daerah Provinsi Sumatera Utara yang berpedoman pada Program Kerja Pemeriksaan
Tahunan PKPT yang telah disepakati bersama antara Inspektorat Jenderal Kementerian Dalam Negeri, Kementerian teknis lainnya serta Inspektorat
KabupatenKota sesuai dengan kebijakan atau peta pengawasan yang dikeluarkan Kementerian Dalam Negeri.
Dalam pelaksanaan pemeriksaan regular Inspektorat Daerah Provinsi Sumatera Utara dapat bekerja langsung atau melakukan pemeriksaan langsung
tanpa menunggu Surat Perintah Tugas SPT dari Gubernur karena telah disetujui dan ditugaskan ketika pengajuan program kerja.
Pedoman pemeriksaan regular diatur lebih lanjut dalam keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 158 tahun 1995 tentang Pedoman Pemeriksaan Reguler
Universitas Sumatera Utara
Aparat Pengawasan Fungsional dijajaran Departemen Dalam Negeri menyebutkan bahwa :
Pasal 1 Yang dimaksud dengan pemeriksaan adalah segala usaha atau kegiatan yang
dilakukan oleh pemeriksa atau para pemeriksa untuk mengetahui dan menilai dengan cermat dan seksama kenyataan yang sebenarnya mengenai sasaran dan
objek yang diperiksa apabila sesuai dengan Peraturan Perundangan yang berlaku atau rencana yang telah di tetapkan.
Pasal 2 Pemeriksaan bertujuan untuk memberikan saran kepada pimpinan satuan
kerjaobjek yang diperiksa dalam mengambil langkah-langkah perbaikan, penyempurnaan serta tindakan-tindakan lain yang dapat memperlancar dan
terlibatnya tugas umum pemerintahan. Pasal 3
Dalam melakukan pemeriksaan harus dilakukan kegiatan sebagai berikut : d.
Sebelum melakukan pemeriksaan dilapangan, tim pemeriksa harus membuat Program Kerja Pemeriksaan PKP, mengumpulkan informasi umum,
membuat daftar pertanyaan mengenai data objeksasaran yang akan diperiksa dan mempelajari Peraturan Perundang-undangan yang berkaitan dengan
objeksasaran yang diperiksa. e.
Dalam melakukan pemeriksaan di lapangan terlebih dahulu dilakukan pembicaraan dengan pemimpin satuan kerjaobjek yang akan diperiksa untuk
menjelaskan maksud, tujuan sasaran pemeriksaan.
Universitas Sumatera Utara
f. Setelah tim melaksanakan kegiatan sebagaimana yang dimaksud pada huruf b
diatas, selanjutnya dilakukan pengujian terhadap pengendalian manajemen yang meliputi organisasi, kebijaksanaan, prosedur, personalia, perencanaan,
akuntansi, pelaporan, pengawasan intern pada unit kerjaobjek dan peninjauan fisik lapangan bila diperlukan.
g. Para pemeriksa dalam melakukan pemeriksaan wajib menyiapkan Kertas
Kerja Pemeriksaan KKP dan melakukan pembahasan temuan hasil pemeriksaan dengan atasanpejabat yang diperiksa.
h. Setelah seluruh kegiatan pemeriksaan selesai, tim pembuat Naskah Hasil
Pemeriksaan NHP yang diserahkan kepada pimpinan satuan kerjaobjek yang diperiksa untuk diketahui dan dikomentari. Adapun Naskah Hasil
Pemeriksaan NHP terdiri dari : -
Temuan yaitu adanya permasalahan yang ditemukan saat pemeriksaan; -
Kondisi yaitu keadaan atau situasi permasalahan; -
Kriteria yaitu ketentuan yang seharusnya; -
Sebab yaitu apa yang menjadi penyebab permasalahan tersebut. -
Akibat yaitu dampak dari permasalahan tersebut; -
Komentar pejabat yang diperiksa berupa persetujuan atau menolak temuan tersebut; dan
- Rekomendasi atau saran yaitu perbaikan sesuai dengan ketentuan dan
harus dilaksanakan. Kemudian NHP tersebut dilakukan pengkajian ekspose dihadapan suatu
forum yang dipimpin oleh Inspektur atau yang mewakilinya dihadiri oleh para Inspektur Pembantu Wilayah Khusus dan Ketua-ketua Tim Pemeriksa serta tim
Universitas Sumatera Utara
yang bertugas ke lapangan diekspose secara bergantian sesuai dengan jadwal ekspose.
i. Setelah seluruh kegiatan selesai tim penyusun Laporan Hasil Pemeriksaan
LHP membuat laporan secara lengkap untuk dilaporkan kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah Provinsi Sumatera Utara Sekdaprovsu untuk
ditandatangani pengantar LHP tersebut yang akan disampaikan kepada Bupati dan Walikota se-Sumatera Utara dan Kepala SKPD Sumatera Utara yang
menjadi objek pemeriksaan. Laporan Hasil Pemeriksaan LHP disusun oleh tim pemeriksa pada
tingkat KabupatenKota yang terdiri dari 3 bagian : 1.
Simpulan dan Rekomendasi. 2.
Uraian dari hasil pemeriksaan, terdiri dari : a.
Data Umum mencakup dasar, tujuan, ruang lingkup, batasan, pendekatan serta status tindak lanjut hasil pemeriksaan yang lalu.
b. Hasil pemeriksaan mencakup :
1 Profil administrasi umum pemerintahan yang meliputi kebijakan
daerah, kelembagaan, pengelolaan sumber daya manusia, pengelolaan keuangan daerah, dan pengelolaan aset daerah.
2 Profil urusan pemerintahan.
c. Temuan dan Rekomendasi.
3. Penutup
Sedangkan pada tingkat SKPD Provinsi Sumatera Utara, Laporan Hasil Pemeriksaan LHP terdiri dari :
1. Simpulan dan Rekomendasi.
Universitas Sumatera Utara
2. Uraian hasil pemeriksaan, terdiri dari :
a. Pendahuluan mencakup dasar, tujuan, ruang lingkup, sifat, batasan,
pendekatan, data umum, informasi singkat tentang Objek Pemeriksaan Obrik; dan
b. Temuan dan Rekomendasi
3. Penutup.
Setiap laporan hasil pemeriksaan regular LHP ditandatangani oleh Ketua Tim dan Anggota serta Inspektur sebagai pejabat penanggung jawab yang
mengetahui. Pelaksanaan pengkajian forum dimaksud untuk melakukan pemeriksaan,
pemeriksa wajib mempedomani norma pemeriksaan aparat pengawasan fungsional.
Adapun tujuan dari pemeriksaan regular adalah untuk mengetahui dan menilai apakah penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan dari
pemerintahan terendah sampar pemerintahan yang tertinggi telah berjalan dengan tertib atau belum serta menilai sejauh mana tingkat pelayanan masyrakat telah
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Perundang-undangan yang berlaku. Sebagai contoh daripada pemeriksaan regular yaitu pemeriksaan setiap
tahun pada SKPD Provinsi, misalnya pada Dinas Pertanian, Dinas Perikanan, Dinas Kesehatan, dan lain-lain. Serta pada Kabupaten Kota seperti pada Kota
Medan, Tebing Tinggi, Tanjung Balai serta Kabupaten Deli Serdang, Serdang Bedagai, Labuhan Batu, dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
b. Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan khusus adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh Inspektorat terhadap kasus pengaduan yang masuk berdasarkan laporan masyarakat, kliping
koran maupun limpahan dari Irjen Kementerian Dalam Negeri, Sekretariat Negara, Komisi Pemberantasan Korupsi KPK, Badan Kepegawaian Negara
BKN, Ombuudsman dan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.
Dalam pelaksanaan pemeriksaan kasus tersebut, sebelum dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu menunggu perintah dari Gubernur yang dituangkan
dalam Surat Perintah Tugas SPT apakah kasus tersebut layak atau dapat diperiksa atau tidak.
Apabila layak atau dapat diperiksa maka barulah dibentuk suatu tim pemeriksa khusus dan terbitlah Surat Perintah Tugas yang dikeluarkan Inspektorat
Provinsi atas nama Gubernur yang ditandangani oleh Inspektur Provinsi Sumatera Utara.
Hasil pemeriksaan kasus tersebut dituangkan kedalam Laporan Hasil Pemeriksaan LHP yang kemudian direkomendasikan kepada BupatiWalikota
atau Kepala SKPD Provinsi untuk diproses lebih lanjut. Adapun tujuan pemeriksaan kasus yaitu agar dapat mengetahui sejauh
mana penyimpangan yang dilakukan oleh suatu instansi, badan atau perorangan serta menyangkut kompetensinya dalam pelaksanaan tugas yang dibebankan oleh
negara kepadanya baik tindak administrasi, pidana maupun perdata. Sebagai contoh pemeriksaan khusus adalah seorang PNS yang menikah lagi tanpa izin dari
istri pertama lalu istri yang bersangkutan mengadu kepada Gubernur melalui
Universitas Sumatera Utara
Kepala Badan Kepegawaian Daerah maka dibentuk tim untuk memeriksa PNS yang bersangkutan dan hasil pemeriksaan bila terbukti dapat dikenakan sanksi
administrasi sesuai dengan ketentuan administrasi yang berlaku.
B. Tindak Lanjut Hasil Pengawasan Sebelum dan Setelah Pemberlakuan Otonomi Daerah
Tindak lanjut hasil pengawasan yang dilakukan oleh Inspektorat merupakan suatu proses lanjutan dari hasil pemeriksaan oleh Inspektorat itu
sendiri dibagi dua kategori, yaitu : 1.
Kategori Kasus Ringan Penyelesaian kasus ringan seperti pegawai yang bolos jam kerja tanpa
adanya keterangan dan lain sebagainya dapat diselesaikan atau diputuskan oleh Inspektorat itu sendiri dengan tembusan kepada Gubernur melalui
Sekertaris Daerah Propinsi dan Pimpinan instansi yang bersangkutan. Misalnya, pada saat pemeriksaan regular ditemui PNS dari salah satu
SKPD yang tidak masuk kerja selama 2 minggu, lalu yang bersangkuatan direkomendasikan untuk dihukum sesuai dengan PP No. 30 Tahun 1980
yang dirubah dengan PP No.53 Tahun 2010 tentang Hukuman Disiplin. PNS tersebut dihukum dengan hukuman yang sesuai dengan tingkat
kesalahannya maka penyelesaian tindak lanjutnya cukup dengan hukuman yang dijatuhkan dengan kepala SKPD nya dan selanjutnya diselesaikan
pada sub bagian evaluasi dan laporan Inspektorat Provinsi Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
2. Kategori Kasus Berat
Penyelesaian kategori kasus berat sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 prosedur birokrasinya panjang dan agak rumit,
yaitu : a.
Apabila dalam pemeriksaan Inspektorat terbukti adanya suatu penyimpangankesalahan maka hasil dari pemeriksaan tersebut yang
dituangkan kedalam Laporan Hasil Pemeriksaan LHP kemudian direkomendasikan ke Inspektorat Provinsi.
b. Dari Inspektorat Jenderal pusat barulah dilakukan penindakan, baik
secara adminstratif, pidana maupun perdata yang dilakukan secara terpisah.
c. Dari penindakan Inspektorat Jenderal Pusat dilanjutkan ke Departemen
Negara BAKN pusat. Begitu pula dengan upaya hukumnya. Adapun penyelesaian kategori kasus berat setelah diberlakukannya
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 cukup diselesaikan didaerah yang bersangkutan yaitu dilakukan dengan cara beberapa tahapan-tahapan antara lain :
1. Apabila dalam pemeriksaan Inspektorat Provinsi terbukti adanya suatu
penyimpangankesalahan maka hasil dari pemeriksaan tersebut yang dituangkan kedalam Laporan Hasil Pemeriksaan LHP kemudian
direkomendasikan kepada BupatiWalikota atau Kepala SKPD Provsu. 2.
Setelah Laporan Hasil Pemeriksaan LHP diterima oleh Gubernur, lalu secepatnya Gubernur akan memerintahkan kepada tim penyelesaian kasus
yang dibentuk melalui Surat Keputusan Gubernur untuk menyelesaikan kasus tersebut. Adapun formasi tim penyelesaian kasus tersebut yaitu :
Universitas Sumatera Utara
Ketua : Sekertaris Daerah
Wakil Ketua : Inspektur Provinsi
Sekertaris : Kepala Badan Kepegawaian Daerah
Kepala Biro Hukum Kepala Biro Pemerintahan
Kepala Biro Pemberdayaan Perempuan Kepala Badan Kesbanglinmas
Dan beberapa Kepala Bagian Kepegawaian 3.
Setelah tim selesai melakukan rapat penyelesaian kasus dibuat Berita Acara Perkara BAP yang ditandangani oleh semua yang berkompeten
dalam tim tersebut yang akan diketahui indikasi kesalahan yang dilakukan, apakah bersifat administrasi, pidana atau perdata.
4. Dari hasil rapat tim penyelesaian kasus selanjutnya Kepala Badan
Kepegawaian membuat Surat Keputusan tentang hasil keputusan rapat tim kepada Gubernur.
5. Setelah Surat Keputusan tentang hasil rapat tim diterima oleh Gubernur
maka secepatnya Gubernur mengukuhkan putusan tersebut dengan Surat Keputusan Gubernur.
6. Apabila hanya terdapat indikasi administrasi maka penindakan kasus
tersebut dapat dilakukan oleh Gubernur dengan Surat Keputusan Gubernur itu sendiri berupa penundaan kenaikan pangkat, penurunan pangkat,
pemberhentian gaji sementara sampai dengan pemberhentian secara tidak hormat yang diusulkan kepada Kepala BKN serta diketahui pimpinan
instansi yang bersangkutan. Namun apabila terdapat indikasi tindak pidana
Universitas Sumatera Utara
ataupun perdata maka dapat dilimpahkan kepada pihak ketiga pengadilan dengan SK Gubernur dimana dalam penyelesaian perkaranya kapasitas
pihak Inspektorat sebagai ahli. 7.
Apabila terbukti terdapat tindak perkara pidana ataupun perdata dan telah dijatuhkan sanksi ganti rugi denda atau kekurangan. Namun secara
terpisah pula sanksi administrasi tetap diterapkan terhadap statusnya sebaga Pegawai Negeri Sipil PNS oleh Gubernur, setelah keluarnya
putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap. 8.
Secara administrasi walaupun telah dijatuhkan sanksi oleh Gubernur melalui Surat Keputusan namun masih dapat melakukan upaya hukum
melalui jalur Pengadilan Tata Usaha Negara PTUN sampai ke jenjang Kasasi Mahkamah Agung MA, begitu pula dengan penerapan sanksi
pidana maupun sanksi perdata, yang dilakukan secara terpisah pula. 9.
Untuk pemeriksaan regular rekomendasinya ditujukan langsung kepada pimpinan instansi yang bersangkutan dengan ditandatangani oleh
Gubernur. Namun, pimpinan unit kerja dapat juga menindak lanjuti hasil rekomendasi Inspektorat untuk diteruskan kepada tim penjatuhan
hukuman disiplin bagi temuan PNS yang melanggar PP Nomor 53 Tahun 2010 tentang Hukuman Disiplin PNS.
Universitas Sumatera Utara
C. Kendala-Kendala Dalam Pelaksanaan Tugas Inspektorat