“Terwujudnya otonomi daerah yang nyata, dinamis dan bertanggung jawab” yang berarti bahwa pemberi otonomi daerah didasarkan pada faktor-faktor perhitungan
dan tindakan atau kebijaksanaan yang benar-benar menjamin daerah yang bersangkutan untuk mengurus rumah tangganya sendiri.
Sehubungan dengan paparan di atas, maka ditetapkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang menggantikan Undang-
undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang sebelumnya adalah Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang pokok-pokok pemerintahan
di daerah. Salah satu perubahan yang sangat penting dalam penyelenggaraan pemerintahan di daerah adalah disatukannya pengaturan mengenai pemerintahan
daerah dengan pemerintahan desa. Apabila sebelumnya pemerintahan daerah dan pemerintahan desa diatur dalam dua paket undang-undang yang berbeda, maka
dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004, selain mengatur tentang pemerintahan desa sehingga terjadinya penghematan produk hukum serta
pembagian kekuasaan antara pusat dan daerah.
C. Pengawasan Dalam Penyelenggaraan Pemerintah Daerah
Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintahan di
daerah dimaksudkan sebagai upaya nyata dan terpadu dalam menjalankan asas desentralisasi. Penguatan asas tersebut hanya dilihat dari sejauh mana pelaksanaan
otonomi daerah oleh pemerintahan di daerah mampu dibina dan diawasi secara benar dan bertanggung jawab. Pembinaan dan pengawasan menjadi penting, sebab
Universitas Sumatera Utara
tidak jarang hal tersebut menemukan berbagai kendala atau berbeda dengan realitasnya di lapangan.
1. Pengertian Umum Pengawasan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia karangan WJS. Poerwadarminta
28
28
WJS. Poerwadarmita., Kamus Besar Bahasa Indoensia, Balai Pustaka, Jakarta, 1986, Hal. 153
, pengawasan adalah bentuk kata berimbuhan pe-an, berasal dari kata “awas” yang berarti dapat melihat baik-baik, waspada dan lain-lain. Dengan
kata lain pengawasan dapat diartikan kurang lebih “mampu mengetahui secara cermat dan seksama”, sebagai bentuk kata kerja. Untuk dapat melakukan
pengawasan diperlukan orangsubjek yang disebut “pengawas”, dapat berbentuk orang perorangan maupun bentuk BadanLembagaInstansi, yang mempunyai
tugas sebagai mata dan telinga PimpinanManager suatu organisasi. Semakin berkembangnya suatu organisasi, serta semakin luas dan banyaknya
urusanpekerjaan yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan organisasi, membuat PimpinanManager tidak mempunyai waktu dan kesempatan yang
cukup untuk mengawasi jalannya organisasi secara pribadi, maka untuk itu memerlukan untuk mendelegasikan kewenangannyamenggunakan tenaga staf
sebagai ganti dirinya dengan tugas khusus mengawasi organisasi apakah segala macam pekerjaan dilaksanakan sesuai rencana yang telah ditetapkan sebelumnya,
secara berdaya guna, berhasil guna dan tepat dalam rangka mencapai tujuan organisasi.
Universitas Sumatera Utara
Selanjutnya Soejamto,
29
SP. Siagian memberikan definisi pengawasan sebagai berikut proses pengamatan daripada pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin
supaya semua pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.
memberikan batasan mengenai pengertian pengawasan adalah segala usaha atau kegiatan untuk mengetahui dan menilai
kegiatan yang sebenarnya mengenai pelaskanaan dan menilai kenyataan apakah sesuai dengan semestinya atau tidak. Sedangkan istilah pengawasan dalam bahasa
Inggris, disebut “Controlling” diterjemahkan dengan istilah pengawasan dan pengendalian, sehingga istilah controlling ini lebih luas artinya daripada
pengawasan. Dikalangan para ahli telah disamakan pengertian “controlling” ini dengan pengawasan, jadi pengawasan termasuk pengendalian. Ada juga yang
tidak setuju disamakannya makna istilah “controlling” ini dengan pengawasan karena controlling pengertiannya lebih luas daripada pengawasan. Dikatakan
bahwa pengawasan adalah hanya kegiatan mengamati saja atau hanya melihat sesuai dengan rencana dan melaporkan hasil kegiatan sedangkan controlling
disamping melakukan pengawasan juga melakukan kegiatan pengendalian yakni menggerakkan, memperbaiki dan meluruskan menuju arah yang benar.
30
Selanjutnya M. Manullang
31
29
Sujamto., Beberapa Pengertian Tentang Pengawasan, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1983, hal. 32.
30
SP. Siagian., Pengawasan dan Pengendalian di Bidang Pemerintahan, UI Press, Jakarta, 1994, Hal. 57.
31
M. Manullang, Manajemen Personalia, Ghalia Indoensia, Jakarta, 1976, Hal. 32
mengatakan pendapatnya mengenai pengertian dari pengawasan yaitu suatu proses untuk menetapkan pekerjaan apa
yang sudah dilaksanakan, menilai dan mengoreksi bila perlu dengan maksud supaya pekerjaan sesuai dengan rencana semula.
Universitas Sumatera Utara
Kemudian dalam kata pengawasan ada istilah yang disebut dengan pemeriksaan dimana pemeriksaan ini diartikan oleh Soejamto,
32
Menurut Panglaykin dan Hazil sebagai berikut :
“Pemeriksaan adalah suatu cara atau bentuk kritik pengawasan yang dilakukan dengan jalan mengamati, menyelidiki atau mempelajari pekerjaan akan
segala dokumen dan keterangan-keterangan lainnya yang bersangkutan dengan pelaksanaan pekerjaan tersebut akan menerangkan hasilnya dalam Berita Acara
Pemeriksaan”.
33
a. Pelaksanaan pengawasan itu menitikberatkan kepada pekerjaan-pekerjaan
yang sedang berjalan; , pengawasan adalah kegiatan yang
meliputi aspek-aspek mengawasi, penelitian, apakah yang dicapai itu sesuai dan sejalan dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan lengkap dengan
perencanaankebijaksanaan, program dan lain sebagainya. Dengan demikian dapat diambil suatu pengertian bahwa pengawasan merupakan jaminan atau penjagaan
supaya dapat diperoleh hasil yang sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa:
b. Pengawasan tersebut adalah suatu proses pengamatan untuk mencapai sasaran
tugas dengan baik dan bukan untuk mencari kesalahan seseorang yaitu tidak mengutamakan mencapai siapa yang salah;
c. Apabila ditemukan kesalahan, penyimpangan dan hambatan supaya diteliti apa
penyebabnya dan mengusahakan cara memperbaikinya; d.
Pengawasan itu merupakan proses yang berlanjut, yang dilaksanakan terus- menerus, sehinga dapat diperoleh hasil pengawasan yang berkesinambungan.
32
Soejamto, Op.cit, Hal. 18
33
Panglaykin., dan Hazil., Wetwork Perencanaan dan Pengawasan Aktivitas Perusahaan, BPFE UGM, Yogyakarta, 1986, Hal. 91.
Universitas Sumatera Utara
Pengawasan atas penyelenggaraan otonomi daerah dimaksudkan untuk mencapai beberapa tujuan yaitu untuk:
34
a. Mencapai tingkat kinerja tertentu;
b. Menjamin susunan administrasi yang baik dalam operasi unit-unit pemerintah
daerah baik secara internal maupun dalam hubungannya dengan lembaga- lembaga lain;
c. Memperoleh perpaduan yang maksimum dalam pengelolaan pembangunan
daerah dan nasional; d.
Melindungi warga masyarakat dari penyalahgunaan kekuasaan di daerah; e.
Mencapai integritas nasional; dan f.
Pembinaan dan pengawasan tetap dijaga agar tidak membatasi inisiatif dan tanggung jawab daerah, di samping itu hal ini merupakan upaya
menyelaraskan nilai efisiensi dan demokrasi.
Ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 ditentukan tentang pengawasan fungsional sebagaimana juga telah diatur dalam Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2007 tentang Pedoman Tata Cara Pengawasan Atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah khususnya pada Pasal 3
ayat 1 dan 2 ditentukan bahwa pengawasan atas penyelenggaran pemerintahan daerah dilaksanakan oleh Pejabat Pengawas Pemerintah dan dikoordinasikan oleh
Inspektur Jenderal. Kembali ditegaskan bahwa pelaksanaan pengawasan funsional tersebut dilakukan oleh sebuah badan yang merupakan bagian dari perangkat
daerah yang termasuk dalam kategori lembaga teknis daerah dan salah satu tugas lembaga teknis daerah itu adalah pengawasan seperti ketentuan dalam Pasal 12
ayat 1, 2, 3 dan 5 Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah.
Adapun azas-azas yang harus dipatuhi dalam melakukan pengawasan antara lain sebagai berikut :
34
Penjelasan Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan Atas Penyelenggaraan Pemerintah Daerah.
Universitas Sumatera Utara
1.
Azas legalitas, yaitu pelaksanaan pengawasan haruslah berdasarkan pada suatu kewenangan yang diatur menurut Peraturan Perundang-undangan.
2.
Azas pengawasan terbatas, yaitu pengawasan yang dibatasi pada sasaran yang telah dijadikan pedoman pada waktu kewenangan tersebut diberikan.
3.
Azas motivasi, yaitu bahwa alasan-alasan untuk melaskanakan pengawasan harus dapat mendukung keputusan yang diambil berdasarkan pengawasan tadi
dan keputusan tersebut haruslah dimotivasi oleh masyarakat luas.
4.
Azas kecermatan, yaitu dalam melakukan pengawasan harus bersifat hati-hati dan teliti.
5.
Azas kepercayaan, yaitu bahwa hasil pengawasan itu harus dapat dipertanggungjawabkan pada pihak manapun.
2. Maksud dan Tujuan Pengawasan
Setiap kekuasaan sekecil apapun cenderung untuk disalahgunakan. Oleh sebab itu, dengan adanya keleluasan bertindak dari aparatur negara dalam lingkup
pemerintahan yang memasuki semua sektor kehidupan masyarakat, yang kadang- kadang dapat menimbulkan kerugian bagi masyarakat itu sendiri. Maka sangat
wajar apabila timbul suatu keinginan untuk mengadakan suatu sistem pengawasan terhadap jalannya pemerintahan, yang merupakan jaminan agar jangan sampai
keadaan negara menjerumus ke arah diktator, dengan tanpa batas melaksanakan kewenangannya yang bertentangan dengan ciri negara hukum.
35
35
SF. Marbun., Dimensi-Dimensi Pemikiran Hukum Administrasi Negara, UII Press, Yogyakarta , 2001, Hal. 261
Oleh karena itu, sistem pengawasan memiliki maksud dan tujuan sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
a.
Agar terciptanya jaminan perlindungan hukum bagi masyarakat agar pemerintah tidak melakukan tindakan yang sewenang-wenang dalam
pelaksanaan tugasnya;
36
b.
Agar juga ada perlindungan hukum bagi pemerintah dalam bertindak yang berarti segala tindakan pemerintah sesuai dengan aturan hukum dan tidak
melakukan perbuatan yang salah menurut hukum;
37
c.
Pengawasan itu sendiri menilai suatu pelaksanaan tugas secara de facto;
38
d.
Tujuan dari pengawasan hanya terbatas pada pencocokan apakah kegiatan yang dilaksanakan telah sesuai dengan tolak ukur yang telah ditetapkan
sebelumnya dalam hal ini berwujud dalam suatu rencana.
39
Pengawasan selalu terkait dengan sistem manajemen apalagi jika dihubungkan dengan sistem manajemen pemerintahan, maka oleh karena itu
pengawasan akan selalu diperlukan untuk menjamin pelaksanaan, perencanaan, dan tugas-tugas pemerintah sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Apabila
dihubungkan dengan pemerintahan yang dalam hal ini mempunyai tugas salah satunya menjalankan serta menciptakan iklim usaha atau kondisi yang baik pada
negara untuk kepentingan pembangunan, dan dalam rangka proses menciptakan pembangunan yang kondusif itu maka peranan pengawasan pun akan sangat
penting. Hal ini sejalan dengan pendapat Ismail Saleh., yang menyebutkan bahwa:
40
”Pengawasan sebagai faktor pengaman pembangunan tidak boleh diabaikan, bahkan ia merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses pembangunan itu
36
Ibid., hal. 262
37
Ibid
38
Nimatul Huda., Otonomi Daerah Filosofi, Sejarah dan Problematika, Pustaka Pelajar, 2005, hal. 68
39
Ibid
40
Ismail Saleh., Ketertiban dan Pengawasan, Haji Mas Agung, Jakarta , 1988, Hal. 1-2.
Universitas Sumatera Utara
sendiri. Tanpa adanya pengawasan pembangunan akan terjadi banyak kebocoran, dan kebocoran itu pada dasarnya mampu menggagalkan pembangunan.
Sehubungan dengan hal itu, maka seiring dengan lajunya pembangunan maka pengawasan pun tidak boleh surut. Semakin meningkatnya pembangunan maka
pengawasan pun semakin tidak boleh surut. Dan tujuan pengawasan yang utama adalah ikut berusaha memperlancar roda pembangunan, serta mengamankan hasil-
hasil pembangunan.”
Dapat dikatakan bahwa untuk menjamin hasil optimal yang diharapkan dari kegiatan aparatur pemerintahan dalam mengemban tugas pembangunan,
diperlukan pengawasan secara berkesinambungan dan berlangsung terus-menerus sesuai sesuai dengan tingkat perkembangan pembangunan dan rencana yang telah
ditetapkan. Menurut Manullang
41
Selanjutnya Josef Riwu Kaho menyebutkan tujuan dari pengawasan: tujuan pengawasan adalah agar pelaksanaan
pekerjaan sesuai dengan instruksi yang dikeluarkan untuk mengetahui kesulitan- kesulitan yang dihadapi yang sekaligus dapat diambil tindakan-tindakan
perbaikan.
42
a. Untuk mengetahui apakah pelaskanaan pemerintahan telah sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan atau belum; b.
Untuk mengetahui kesulitan apa yang dijumpai oleh para pelaksana sehingga dengan demikian dapat diambil langkah-langkah guna perbaikan dikemudian
hari;
c. Mempermudah atau meringankan tugas-tugas pelaksanaan karena pelaksanaan
tidak mungkin dapat melihat kemungkinan-kemungkinan kesalahan yang dibuatnya karena kesibukan-kesibukan sehari-hari; dan
d. Pengawasan bukanlah mencari-cari kesalahan, akan tetapi untuk memperbaiki
kesalahan
Sedangkan menurut Soewarno Handayaningrat,
43
41
M. Manullang., Op. cit., hal. 68.
42
Josep Riwo M Kaho., Analisa Hubungan Pemerintah Pusat dan Daerah di Indoensia, Bina Aksara, Jakarta:, 1982, Hal. 30.
43
Hadayaningrat Soewarno., Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen, Gunung Agung, Jakarta, 1981, Hal. 71.
mengatakan bahwa pengawasan bertujuan, ”Agar hasil pelaskanaan pekerjaan diperoleh secara
Universitas Sumatera Utara
berdaya guna efisien dan berhasil guna efektif, sesuai dengan rencana yang telah ditentukan”. Secara garis besarnya, dalam penelitian ini diperoleh bahwa
tujuan pengawasan itu adalah: a.
Agar terciptanya aparatur pemerintah yang berwibawa, bersih dan bertanggung jawab yang didukung oleh situasi system manajemen
pemerintahan yang berdaya guna dan berhasil guna serta ditunjang oleh partisipasi masyarakat yang terkonstruktif dan terkendali dalam wujud
pengawasan masyarakat yang objektif, sehat serta bertanggung jawab;
b. Agar terselenggaranya tertib administrasi di lingkungan aparatur pemerintah
serta menumbuhkan disiplin kerja yang sehat; dan c.
Agar terdapat kelugasan dalam menjalankan peranan, tugas, fungsi atau kegiatan yang tumbuh budaya malu dari dalam diri masing-masing aparatur,
rasa bersalah dan berdosa yang lebih mendalam untuk berbuat hal-hal yang tercela terhadap masyarakat dan jajarannya.
Dari pendapat di atas dapat dikatakan bahwa pengawasan itu merupakan alat pengontrol, pembimbing serta pencegah, kemudian melakukan tindakan
perbaikan untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan.
3. Prinsip-Prinsip dan Landasan Pengawasan Untuk mendapatkan pengawasan yang efektif dan efisien tentunya tidak
terlepas dari prinsip-prinsip yang yang menjadi landasan dan terkandung dalam pengawasan itu sendiri. Adapun prinsip-prinsip yang terkandung dalam
melakukan pengawasan tersebut adalah sebagai berikut: a.
Objek yang menghasilkan fakta. Pengawasan harus objektif dan harus dapat menemukan fakta atau bukti konkrit tentang pelaksanaan pekerjaan dan
berbagai faktor yang mempengaruhinya.
Universitas Sumatera Utara
b. Pengawasan berpedoman pada kebijakan yang berlaku. Untuk mengetahui dan
menilai ada tidaknya indikasi penyimpangan dan kesalahan, haruslah bertolak pangkal dari keputusan pimpinan yang tercantum dalam:
1 Peraturan-peraturan yang telah ditetapkan;
2 Pedoman kerja yang telah digariskan;
3 Rencana kerja yang telah ditetapkan; dan
4 Tujuan dan sasaran yang ditetapkan.
c. Preventif. Pengawasan harus bersifat mencegah sedini mungkin terjadinya
penyimpangan atau kesalahan. Oleh karena itu pengawasan harus dilakukan dengan menilai rencana yang akan dilakukan.
d. Pengawasan Bukan Tujuan. Pengawasan hendaknya tidak dijadikan tujuan,
namun hanya sarana untuk menjamin dan meningkatkan efisiensi dan efektifitas pencapaian suatu tujuan organsiasi.
e. Efisiensi. Pengawasan harus dilakukan secara efisien, bukan justru
menghambat efisiensi pelaksanaan pekerjaan. f.
Menemukan apa saja yang salah. Pengawasan terutama harus ditujukan mencari apa yang salah, penyebab kesalahan dan bagaimana sifat kesalahan
tersebut. g.
Hasil temuan dari hasil pengawasan berupa pemeriksaan haruslah diikuti dengan tindak lanjut.
Adapun landasan dari pelaksanaan pengawasan Indonesia antara lain sebagai berikut:
1. Landasan Idil. Pelaksanaan pembangunan di lingkungan pemerintah khususnya
pembangunan di bidang pengawasan adalah berdasarkan Pancasila sebagai landasan idil dan Undang-undang Dasar 1945 sebagai landasan konstitusional.
Universitas Sumatera Utara
Dalam hubungan itu yang penting bagi pembangunan, pengawasan harus dijiwai oleh norma-norma luhur Pancasila yang berfungsi mengatur, membatasi dan
mengarah pada pola sikap, pola pikir dan pola tindak dalam pelaksanaan pengawasan. Di samping itu pelaksanaannya harus memperhatikan kaidah-kaidah
hukum yang berlaku baik bersumber dari Undang-Undang Dasar 1945 maupun sumber-sumber hukum yang lain yang dijabarkan dari hukum dasar tersebut.
2. Landasan Formil. Untuk melaksanakan pembangunan di bidang pengawasan diperlukan
pedoman. Oleh karena itu landasan formil bagi pelaksanaan pembangunan di bidang pengawasan di Indonesia mengacu pada Program Pembangunan Nasional
Propenas. Program Pembangunan Nasional Propenas sebagai pedoman pelaksanaan
pembangunan yang ditetapkan lima tahun sekali oleh presiden bersama Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia MPR-RI untuk tahun 2001
menyatakan bahwa penyelenggaraan negara yang menyeluruh untuk pembangunan tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta
mewujudkan kemajuan di segala bidang yang menempatkan Bangsa Indonesia sederajat dengan bangsa-bangsa lain di dunia.
Landasan kebijaksanaan pengawasan dalam organisasi pemerintah adalah Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Tap MPR No.IIMPR1998 tentang
Garis-Garis Besar Haluan Negara GBHN yang telah menggariskan pokok-pokok arah dan kebijaksanaan pembangunan aparatur pemerintah sebagai berikut :
1. Pembangunan aparatur pemerintah diarahkan untuk menciptakan
aparatur yang efisien, efektif, bersih dan berwibawa serta mampu melaksanakan seluruh tugas umum pemerintahan dan pembangunan
dengan sebaik-baiknya dengan dilandasi semangat dan sikap
Universitas Sumatera Utara
pengabdian pada masyarakat, bangsa dan Negara. Dalam hubungan ini kemampuan aparatur pemerintah untuk merencanakan, melaksanakan,
mengawasi dan mengendalikan pembangunan perlu ditingkatkan.
2. Disamping itu, kebijaksanaan dan langkah-langkah penertiban aparatur
pemerintah perlu dilanjutkan dan semakin ditingkatkan, terutama dalam rangka menanggulangi masalah korupsi, penyalahgunaan wewenang,
kebocoran dan pemborosan kekayaan dan keuangan Negara, pemungutan liar serta berbagai bentuk penyelewengan lainnya yang
dapat menghambat pelaksanaan pembngunan serta merusak citra dan kewibawaan aparatur pemerintah.
Untuk itu, perlu ditingkatkan secara lebih terpadu pengawasan dan langkah-langkah penindakannya serta dikembangkan kesetiakawanan social dan
disiplin nasional. 3. Landasan Fungsional
Perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian merupakan fungsi manajemen yang harus diemban atau dilaksanakan oleh aparat pemerintah sebagai
penyelenggara negara. Dengan demikian berarti keharusan melaksanakan manajemen yang berdaya guna dan berhasil guna khususnya dalam proses
pengawasan merupakan landasan fungsional yang diemban oleh pejabat negara yang menempati posisi pimpinan dari tingkat yang paling rendah sampai tingkat
yang paling tinggi. Berdasarkan landasan tersebut berarti pula bahwa kewenangan
pengawasan berada pada pejabatpimpinan, baik pejabatpimpinan struktural sebagai atasan terhadap bawahannya, maupun pejabat pimpinan sesuai dengan
tugas yang dipimpinnya maupun pimpinan proyek. 4. Subyek Pengawasan
Pada prinsipnya pengawasan adalah salah satu unsur penting dalam rangka peningkatan pendayagunaan aparatur pemerintah dalam mendukung keberhasilan
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Berdasarkan pengertian di atas maka
Universitas Sumatera Utara
pengawas tersebut adalah pegawai yang bertugas melakukan pengawasan, yang meliputi dua pengertian pokok yaitu para petugas pengawasan fungsional dan para
pejabat atau pimpinan yang karena jabatannya harus senantiasa melakukan pengawasan dan pengendalian seluruh pelaksanaan tugas yang dilakukan oleh
perangkatnya. Dalam melakukan pengawasan kepribadian pengawas hendaknya dilandasi
sifat jujur, berani, bijaksana dan bertanggung jawab, selain itu juga harus memiliki keahlian atau kemampuan teknik yang diperlukan dalam bidang
tugasnya. Sehubungan dengan hal tersebut Sujamto
44
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2007 tentang pedoman tata cara pengawasan penyelenggaraan Pemerintahan Daerah,
bahwa pengawasan fungsional menurut Pasal 9 adalah kegiatan pengawasan penyelenggaraan Pemerintahan Daerah oleh Pejabat Pengawas dilakukan melalui
kegiatan pemeriksaan, monitoring dan evaluasi. Dalam Peraturan Pemerintah berpendapat bahwa ada tiga
kelompok atau tiga garis keahlian yang diperlukan oleh setiap pengawas, yaitu : a. Keahlian atau pengetahuan yang menyangkut obyek yang diawasidiperiksa;
b. Keahlian tentang teknik atau cara melakukan pemeriksaan; dan c. Keahlian dalam menyampaikan hasil pengawasanpemeriksaan
Dengan demikian jelas bahwa fungsi pengawasan mempunyai landasan yang kuat, baik landasan idil, landasan formil maupun landasan fungsional.
Selanjutnya kepada pimpinan suatu organisasi pemerintahan tertentu dibentuk perangkat pengawasan fungsional yang bertugas membantu pimpinan dalam
segala tingkat untuk melakukan kegiatan serta meningkatkan mutu pengawasan.
44
Sujamto., Op. cit., hal. 2-3.
Universitas Sumatera Utara
Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah pada Pasal 28 ayat 1 berbunyi, “Aparat
pengawas intern pemerintah melakukan pengawasan sesuai fungsi dan kewenangannya melalui :
a. Pemeriksaan dalam rangka berakhirnya masa jabatan kepala daerah;
b. Pemeriksaan berkala atau sewaktu-waktu maupun pemeriksaan terpadu;
c. Pengujian tehadap laporan berkala dan atau sewaktu-waktu dari unit
satuan kerja; d.
Pengusutan atas kebenaran laporan mengenai adanya indikasi terjadinya penyimpangan, korupsi, kolusi dan nepotisme;
e. Penilaian atas manfaat dan keberhasilan kebijakan, pelaksanaan program
dan kegiatan; dan f.
Monitoring dan evaluasi pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah dan pemerintahan desa.”
Dalam pasal 44 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2005 disebutkan bahwa pemerintah memberikan penghargaan kepada
pemerintahan daerah, kepala daerah dan atau wakil kepala daerah, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, perangkat daerah, pegawai negeri sipil daerah,
kepala desa, perangkat desa, dan anggota badan permusyawaratan desa. Disamping hal tersebut, pemerintah dapat memberi sanksi sesuai dengan Pasal 45
ayat 2 yaitu dapat berupa : a.
Penataan kembali suatu daerah otonom, b.
Pembatalan pengangkatan pejabat; c.
Penangguhan dan pembatalan suatu kebijakan daerah; d.
Administratif; dan atau e.
Finansial.
Universitas Sumatera Utara
D. Inspektorat Provinsi