BAB 3 BAHAN DAN METODE
3.1. Waktu dan Tempat
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret hingga April 2015 di kawasan PPOS Bukit Lawang Taman Nasional Gunung Leuser, Kecamatan
Bahorok, Kabupaten Langkat Sumatera Utara seperti terlihat pada Gambar 3.1.
Gambar 3.1. Peta Lokasi Penelitian Pusat Penelitian Orangutan Sumatera PPOS
3.2 Deskripsi Area 3.2.1 Letak dan Luas
Kawasan Hutan Bukit Lawang Taman Nasional Gunung Leuser TNGL memiliki luas area 75.175 ha. Secara administratif, lokasi penelitian termasuk
dalam kawasan desa Bukit Lawang, Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat Selatan, Sumatera Utara dan masuk kedalam wilayah kerja SPTN Wilayah V
Bohorok, BPTN Wilayah III Stabat. Secara geografis terletak pada 3 30’ – 3
45’
Lokasi Penelitian
Universitas Sumatera Utara
Lintang Utara dan 98 0’ – 98
15’ Bujur Timur, terletak pada ketinggian 100-700 mdpl.
3.2.2. Kondisi Fisik 3.2.2.1. Topografi
Dari hasil pengamatan di lapangan, pada umumnya memiliki topografi relatif rata sampai dengan curam serta memiliki kemiringan sekitar 35
yang rawan akan bahaya erosi.
3.2.2.2. Curah Hujan
Berdasarkan informasi dari Kementerian Kehutanan 2010 diperoleh data curah hujan kawasan Bukit Lawang Taman Nasional Gunung Leuser adalah rata-
rata 2000-3200 mm pertahunnya.
3.2.2.3. Tipe Iklim
Menurut Schmidt-Ferguson dalam Kartasapoetra 2004 tipe iklim di kawasan Bukit Lawang TNGL adalah tipe A dengan rata-rata curah hujan bulanan
sekitar 1300 mmtahun, pada musim kemarau curah hujan tidak pernah berkurang dari 100 mmtahun serta penyebaran hujan bulanan hampir merata setiap tahun.
3.2.2.4. Suhu dan Kelembaban Udara
Dari Departemen Kehutanan 2010 menjelaskan bahwa suhu udara rata- rata 21,1
C – 27,5 C, sedangkan kelembaban nisbi 80-100.
3.2.3. Kondisi Biologi 3.2.3.1. Flora
Kawasan TNGL terdapat 8,500 spesies tumbuhan yang berbeda hidup di
berbagai habitat. Casuarina sp., Pala hutan Myristica sp., Camphor atau Kapur barus Dryobalanops aromatica, pohon Nibung, Rotan Calamus sp., pohon
Bakau atau Api-api Avicennia sp. dan Pandan Pandanus sp.. Pohon matoa Pometia pinnata tumbuh di sepanjang tepi sungai. Di hutan dataran rendah,
pepohonan seperti Meranti Shorea sp., Keruing Dipterocarpus sp., Camphor dan Damar Hopea sp. dan beberapa pohon buah liar, seperti Durian hutan
Universitas Sumatera Utara
Durio zibethinus, Mangga Mangifera indica, pisang hutan, buah leci dan buah cempedak hutan tumbuh melimpah ruah. Di pegunungan dan hutan cemara,
tumbuh beberapa spesies lumut dan bunga-bunga hutan: anggrek gentians, bunga primula, stroberi, tanaman obat-obatan, anggrek-anggrek hutan juga dan Rafflesia
arnoldii juga tumbuh disini.
3.2.3.2. Fauna
Kawasan TNGL terdapat 194 spesies reptil dan amfibi, 387 spesies burung dan 127 spesies mamalia. Mamalia yang terdapat di habitat tersebut diantaranya
Siamang Symphalangus syndactylus, Monyet ekor panjang M acaca
fascicularis, Beruk M. nemestrina, Gajah sumatera Elephas maximus
sumatranus, Harimau sumatera Panthera tigris sumatrae, Berang-berang
Lutra sp., Tupai terbang merah besar Petaurista petaurista, Anjing hutan Cuon alpinus, Babi hutan Arctonyx collaris, Kukang abu-abu Nycticebus
coucang, Kancil Tragulus javanicus, Napu Tragulus napu, Rusa muncak Muntiacus muntjak, Kijang Cervus unicolor, Macan dahan Neofelis
nebulosa, Kucing hutan Prionailurus planiceps, Kucing emas t emminck
Catopuma temminckii, Kucing hutan kuwuk Prionailurus bengalensis. Reptil dan amfibi diantaranya B
uaya rawa Crocodylus palustris, B
uaya air asinEstuarine
Crocodylus porosus, Katak terbang Rhacaphorus pardalis, Ular
tiung Crysopelus sp., Kadal terbang Draco volans,
Kura-kura hawksbill Eretmochelys imbricata, Penyu belimbing
Dermochelys coriacea, Biawak Varanus salvator. Burung diantaranya Kuau raja Argusianus argus,
KangkarengRangkong perut putih Anthracoceros albirostris, Rangkong badak
Buceros rhinoceros, Elang laut
perut putih Haliaetus leucogaster,
Beo kepala biru
Loriculus galgulus, Elang tiram Pandion haliaetus.
Universitas Sumatera Utara
3.2.4. Lokasi Penelitian 3.2.4.1. Lokasi Hutan
Habitat hutan yang dijadikan tempat penelitian pada jalur tracking di kawasan PPOS Bukit Lawang, dapat dilihat pada peta Gambar 3.2.
Gambar 3.2. Lokasi Penelitian pada Jalur Tracking PPOS Bukit Lawang yang ditandai dengan garis hitam diatas.
3.2.4.2. Formasi Hutan Jalur penelitian pada jalur treking di hutan Gambar 3.4. terletak pada
titik koordinat awal 03 32’ 54,8” LU dan 098
07’ 15,1” BT. Pada ketinggian lokasi ini berkisar antara 237 mdpl, sedangkan pada titik koordinat terakhir 03
32’ 35,3” LU dan 098 07’ 04,0” BT. Pada ketinggian lokasi ini berkisar antara
247 mdpl. Kondisi jalur trek lokasi ini relatif rata dan landai.
Lokasi Penelitian Jalur Tracking
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.4. Kondisi Jalur Penelitian di Dalam Hutan
3.2.4.3. Lokasi Sungai Habitat pinggir sungai 3.3 yang dijadikan tempat penelitian pada jalur tracking
di kawasan PPOS Bukit Lawang.
Gambar 3.3. Lokasi Penelitian pada Jalur Tracking PPOS Bukit Lawang yang ditandai dengan garis merah diatas.
3.2.4.4. Formasi Sungai Jalur penelitian pada jalur treking di hutan Gambar 3.5. terletak pada
titik koordinat awal 03 32’ 54,3” LU dan 098
07’ 13,3” BT. Pada ketinggian lokasi ini berkisar antara 186 mdpl, sedangkan pada titik koordinat terakhir 03
Lokasi Penelitian Jalur Sungai
Universitas Sumatera Utara
33’ 15,9” LU dan 098 06’ 19,8” BT. Pada ketinggian lokasi ini berkisar antara
245 mdpl. Kondisi jalur trek lokasi ini rata dan sedikit berliku.
Gambar 3.5. Kondisi Jalur Penelitian di Pinggir Sungai
3.3. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kamera digital Canon Zoom Lens 20 X, kompas, termometer, higrometer, lux meter, Global Positioning System
GPS, buku identifikasi, kertas papilot, jarum suntik 1 ml, pinset, spidol permanen, kotak spesimen, alat tulis, kapas, kaca pembesar lup, insecting net,
dan jarum pentul. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Alkohol 70,
stereofoam, kertas mm milimeter, kapur barus, silika gel.
3.4. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei eksploratif dan pemotretan. Penentuan lokasi pengamatan dilakukan secara
Purposive Sampling
berdasarkan daerah
penyebaran jenis
kupu-kupu Rhopalocera. Metode ini merupakan metode penentuan lokasi penelitian secara
sengaja yang dianggap representatif.
3.5. Pelaksanaan Penelitian 3.5.1. Cara Kerja
3.5.1.1. Metode Survei Eksploratif
Pengamatan kupu-kupu dilakukan dengan metode survei eksploratif metode jelajah. Pengamatan kupu-kupu dilakukan dari hutan sampai ke tepi sungai. Jalur
pengamatan dilakukan dengan dua kali ulangan sepanjang ± 8 km dari hutan ke
Universitas Sumatera Utara
tepi sungai. Jalur tracking pada lokasi hutan dengan panjang 4000 m dan lebar ke kiri dan kanan masing-masing 5 m dengan lebar jalur tracking ±1,5 m dan pada
lokasi sungai dengan panjang 4000 m dan lebar ke kiri dan kanan masing-masing 2 m dengan lebar jalur tracking ±1 m. Pengambilan data jenis kupu-kupu di
lakukan pada saat aktivitas kupu-kupu tinggi dari pukul 07.00-11.00 wib. Semua jenis kupu-kupu yang ditemui di lapangan dicatat Nasir, 1999 dalam Syam dkk.,
2014.
Jalur Treking 4000 m ±1,5 m
Sungai Bahorok
Area Ladang Masyarakat dan Penginapan
Jalur Survey ± 8 km
Gambar 3.6. Jalur Survey dilakukan dari Tepi Hutan sampai Tepi Sungai dalam Pengamatan Kupu-kupu Rhopalocera di
Lapangan
5 m
5 m
Jalur Treking 4000 m ± 1 m
2 m
2 m
Universitas Sumatera Utara
3.5.1.2. Metode Pemotretan
Metode ini digunakan untuk kupu-kupu yang sulit ditangkap maupun terbang dengan cepat. Jika kupu-kupu ini tidak tertangkap, maka bisa digunakan
dengan cara memotret kupu-kupu yang sedang hinggap di suatu tempat agar mendapatkan data yang akurat.
3.5.2. Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel kupu-kupu yang ada di areal titik pengamatan ditangkap dengan menggunakan insecting net kemudian digunakan pinset yang
berujung tumpul untuk mengambilnya dari dalam jaring dan diusahakan tidak menyentuh sisik-sisik pada sayapnya supaya tidak lepas dan rusak. Pada bagian
toraks dan abdomen kupu-kupu disuntikkan dengan menggunakan Alkohol 70 dan dimasukkan kedalam kertas papilot, yaitu kertas minyak yang dipotong dan
dilipat berbentuk segitiga. Pada kertas papilot untuk tiap spesimen harus dicatat data untuk label, yaitu nama lokasi, tanggal koleksi, kode sampel dan ciri-ciri
habitat. Kemudian diberi kapur barussilika gel dan disimpan dalam wadah yang tertutup. Selanjutnya sampel kupu-kupu yang didapatkan dibawa ke laboratorium
Taksonomi Hewan, Departemen Biologi, FMIPA USU untuk di identifikasi.
Gambar 3.7. Cara membuat kertas papilot
[Sumber: Safrinet, 2000]
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.8. Perentangan Sayap Kupu-Kupu [Sumber: Lutfiana, 2013]
3.5.3. Identifikasi Sampel
Untuk pelaksanaan identifikasi kupu-kupu dilakukan dengan cara menyesuaikannya dengan gambar kupu-kupu yang sudah teridentifikasi dengan
menggunakan buku-buku acuan dan disertasi S3 menurut : Guide Butterflies Peggie dan Amir, 2006, Butterflies of the Oriental Region D’Abrera B, 1985,
Danaidae. In: Tsukada E ed. Butterflies of the South East Asian Islands 2 Japanese version Morishita K, 1981, Nymphalidae 1. In: Tsukada E ed.
Butterflies of the South East Asian Islands 4 Japanese version Tsukada, E, Nishiyama Y, Kaneko M, 1985, Pieridae. In: Tsukada E ed. Butterflies of the
South East Asian Islands 2 Japanese version Yata O, 1981, Butterflies of Lowland East Kalimantan and Their Potential to Assess the Quality of
Reforestation Attempt Harmonis, 2013, The Complete Butterflies of Australia Braby, 2004 dan www.ifoundbutterflies.org
3.6. Analisis Data
Data yang diperoleh di lapangan dikelompokkan berdasarkan famili dan spesies lalu dimasukkan ke dalam grafik batang dan dianalisa secara deskriptif
Universitas Sumatera Utara
dengan mengamati ciri-ciri morfologi, meliputi ciri umum tubuh bentuk antena, pola venasi sayap, bentuk dan warna sayap Lutfiana, 2013.
Gambar 3.9. Karakter Morfologi yang diukur Makhzuni, 2013
Universitas Sumatera Utara
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Jumlah Jenis Kupu-kupu Masing-masing Famili yang Terdapat di PPOS Bukit Lawang
Secara keseluruhan, jumlah jenis kupu-kupu yang berhasil ditemukan pada dua lokasi hutan dan tepi sungai di PPOS Bukit Lawang sebanyak 76 spesies yang
terdiri dari 4 famili, yaitu famili Papilionidae 9 spesies, Lycaenidae 14 spesies, Pieridae 15 spesies dan Nymphalidae 38 spesies. Jumlah jenis kupu-kupu yang
ditemukan di PPOS Bukit Lawang secara keseluruhan berdasarkan familinya dapat dilihat pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1. Jumlah Keseluruhan Jumlah Jenis Kupu-kupu Setiap Famili
Dari Gambar 4.1., terlihat bahwa Famili Papilionidae merupakan famili yang paling sedikit jumlahnya ditemukan, yaitu sebanyak 9 spesies dapat dilihat
pada Lampiran 2. Sedikitnya jumlah jenis Papilionidae ditemukan karena saat
penelitian dilakukan dalam kondisi cuaca mendung, disamping itu sedikitnya ditemukan tanaman pakan. Helmiyetti, et.al., 2012, menyatakan bahwa aktifitas
9 14
15 38
5 10
15 20
25 30
35 40
Papilionidae Lycaenidae
Pieridae Nymphalidae
Ju m
lah Je
n is
Famili
Universitas Sumatera Utara