2006. Berbagai jenis kupu-kupu ada yang bersifat endemik, artinya sebaranya terbatas pada tempat
tertentu, seperti jenis Trogonoptera dan Ornithoptera. Selain itu banyak pula yang bersifat kosmopolit yang sebarannya sangat luas dan mudah
beradaptasi dengan berbagai kondisi lingkungan misalnya Papilio memnon Amir dkk., 2003 dalam Bariyah, 2011.
Smart 1975 dalam Saputro 2007, menyatakan bahwa keteraturan ukuran populasi dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor dependen saling
tergantung dan faktor independen tidak saling tergantung. Faktor dependen adalah faktor yang memiliki ketergantungan terhadap individu yang ada dalam
habitat, misalnya ketersediaan sumberdaya pakan dan ruang. Faktor independen ialah faktor yang mempengaruh yang sama kuat dalam suatu populasi, tanpa
memperhatikan jumlah dari satwa yang ada itu, misalnya iklim. Selanjutnya Smart 1975, menjelaskan bahwa pada kebanyakan kupu-kupu faktor dependen lebih
banyak berperan.
Berdasarkan aktivitasnya, kupu-kupu dikenal dua kelompok, yaitu kupu- kupu siang aktif siang hari atau diurnal dan ngengat aktif malam hari atau
nokturnal. Kupu-kupu siang mempunyai tubuh yang langsing, sayap pada umumnya berwarna cerah, indah dan menarik, serta antena pada ujungnya
membesar. Pada waktu istirahat sayapnya menutup dan tegak lurus dengan tubuh sehingga yang terlihat adalah permukaan sebelah bawah. Kupu-kupu malam
tubuhnya lebih gemuk, warna sayapnya kusam dan antena berbentuk seperti bulu ayam. Pada waktu istirahat sayapnya terbuka, menutup abdomen perut sehingga
yang terlihat adalah permukaan atas dari sayap Salmah dkk., 2002 dalam Maulidia, 2011.
2.6. Tanaman Pakan Kupu-kupu
Tanaman pakan merupakan tempat larva mendapatkan nutrisi penting dan zat-zat kimia yang diperlukan untuk memproduksi warna dan karateristik kupu-
kupu dewasa. Kupu-kupu apabila ditinjau dari kelakuan makannya dikategorikan sebagai herbivor atau fitofagus pemakan tumbuhan. Makanan kupu-kupu pada
waktu larva adalah vegetasi. Larva makan dengan cara mengunyah daun, sedangkan kupu-kupu dengan cara menghisap cairan dengan probosis. Tipe dan
Universitas Sumatera Utara
jumlah makanan yang dimakan oleh kupu-kupu dapat mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan, reproduksi, tingkah laku dan sifat-sifat morfologi
Sihombing, 1999 dalam Dewi, 2003 Tanaman penghasil nektar yang berfungsi sebagai pakan kupu-kupu
dewasa. Tanaman ini memiliki ciri-ciri utama yaitu warna bunga yang cerah. Berbeda halnya dengan larva, setelah kupu-kupu memasuki fase imago atau kupu
dewasa, kupu-kupu tidak memiliki tanaman pakan yang spesifik dan kupu-kupu menyukai tanaman bernektar Syaputra, 2011.
2.7. Peran dan Manfaat Kupu-Kupu
Kupu-kupu merupakan hewan yang menarik bagi manusia karena memiliki keindahan tubuhnya. Di alam, kehadiran kupu-kupu bermanfaat bagi manusia
karena membantu proses penyerbukan tumbuhan. Selain itu, kupu-kupu yang indah dan unik juga menjadi incaran para kolektor untuk perdagangan. Oleh
karena itu, kupu-kupu yang terdapat di Asia, terutama di Indonesia, telah menjadi komoditas Internasional. Keanekaragaman kupu-kupu di alam juga memberikan
informasi penting bagi para peneliti tentang kualitas lingkungan. Kupu-kupu ini dapat digunakan sebagai indikator perubahan lingkungan dan perubahan fungsi
alam Departemen Kehutanan, 2008 dalam Sumah, 2012.
Kupu-kupu memiliki beberapa manfaat baik untuk manusia, tanaman atau lingkungan, diantaranya:
1 Mempunyai nilai artistikkeindahan sehingga digunakan sebagai hiasan
dinding, meja, penindih kertas, tatakan gelas, tirai, dompet dan motif kecil. 2
Bahan penelitian biologi Bima, 2007 dalam Bariyah, 2011.
Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Taman Nasional Gunung Leuser TNGL merupakan salah satu kawasan pelestarian alam yang secara administrasi pemerintahan terletak di dua provinsi,
yaitu provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara. TNGL ini meliputi ekosistem asli dari pantai sampai pegunungan tinggi yang diliputi oleh
hutan lebat khas hutan hujan tropis. Bukit Lawang merupakan salah satu pintu masuk kawasan TNGL.
Bukit Lawang atau lebih dikenal sebagai Pusat Pengamatan Orangutan Sumatra PPOS memiliki luas ±200 ha, berada di Desa
Perkebunan Bukit Lawang, Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat, Propinsi Sumatera Utara. Bukit Lawang merupakan pusat rehabilitasi Orangutan jinak
untuk dilepasliarkan kembali ke alam Departemen Kehutanan, 2010. Wisata alam Bukit Lawang menjadi tujuan wisata andalan di Sumatera
Utara karena memiliki daya tarik dengan adanya satwa langka Orangutan Sumatra semi liar dan panorama hutan hujan tropis Departemen Kehutanan, 2010. Selain
itu di Bukit Lawang dapat dijumpai berbagai jenis flora dan fauna seperti kantong semar, meranti, keruing, damar laut, anggrek hutan, rafflessia, bunga bangkai,
cendawan, harimau, kupu-kupu, orangutan, siamang, kedih, beruang madu, kambing hutan dan lainnya yang merupakan khas hutan hujan tropis. Bukit
Lawang merupakan daerah perbukitan dengan ketinggian 150-300 m dari permukaan laut, dengan kondisi hutan yang masih relatif baik Wanggai, 2010.
Hutan adalah komunitas hidup yang terdiri dari asosiasi pohon dan vegetasi secara umum serta hewan lain. Dalam komunitas itu, tiap individu
berkembang, tumbuh menjadi dewasa, tua dan mati. Hutan adalah suatu komunitas biologik dari tumbuhan dan hewan yang hidup dalam kondisi tertentu,
berinteraksi secara kompleks dengan komponen lingkungan tak hidup abiotik yang meliputi faktor-faktor seperti tanah, iklim dan fisiografi. Lebih khusus, maka
hutan merupakan komunitas tumbuhan yang lebih didominasi oleh pohon dan
Universitas Sumatera Utara