Korona Proses Terjadinya Korona

direncanakan. Beberapa proyek EHV menghasilkan perencanaan atau design yang berbeda, dalam hal ini dipakai konduktor tunggal, dua, tiga, empat berkas di mana konduktor tersebut memiliki luas penampang yang berbeda.

II.3 Korona

Korona adalah peluahan sebagian yang terjadi pada permukaan konduktor di saluran transmisi ketika tekanan dielektrik yaitu intensitas medan listrik gradien tegangan permukaan dari konduktor melebihi tegangan tembus di sekitar udara. Korona pada saluran transmisi menyebabkan rugi-rugi daya, interferensi radio dan televisi, dan gangguan berisik di sekitar saluran transmisi. Pada level tegangan ekstra tinggi, konduktor tersebut merupakan sumber utama dari timbulnya gangguan berisik, interferensi radio, interferensi televisi, dan rugi- rugi korona. Pengertian korona berdasarkan American StandardsAssociation adalah peluahan sebagian partial dischargeditandai dengan timbulnya cahaya violet karena terjadiionisasi udara disekitar permukaan konduktor ketikagradien tegangan permukaan konduktor melebihi nilai kuatmedan kritis disruptifnya. Terjadinya korona juga ditandaidengan suara mendesis hissing dan bau ozone O 3 .Korona makin nyata kelihatan pada bagian yang kasar,runcing, dan kotor. Peristiwa korona semakin sering terjadijika pada saluran transmisi diterapkan tegangan yang lebihtinggi daripada tegangan kritis dan ketika udara yanglembab serta cuaca buruk. Pada kondisi cuaca yang kering, konduktor secara normal beroperasi dibawah level deteksi korona, oleh karena itu sangat sedikit sumber korona yang ada. Pada kondisi udara yang lembab menyebabkan banyaknya jumlah korona yang terjadi dan menghasilkan ledakan noise burst of noise. Universitas Sumatera Utara Faktor –Faktor yang mempengaruhiterjadinya korona antara lain: 1. Kondisi Atmosfer 2. Diameter konduktor 3. Kondisi permukaan konduktor 4. Jarak konduktor antar fasa 5. Tegangan Lima faktor diatas menjadi penentu perhitunganterhadap gradien tegangan permukaan konduktor. Gradientegangan permukaan konduktor merupakan faktor yangmempengaruhi besar nilai rugi korona, gangguan berisik Audible Noise, dan interferensi radio Radio Interference.

II.4 Proses Terjadinya Korona

Bila dua kawat sejajar yang penampangnya kecil dibandingkan dengan jarak antar kawat tersebut diberi tegangan bolak-balik, maka akan terjadi korona. Pada tegangan yang cukup rendah tidak terlihat apa-apa. Bila tegangan dinaikkan maka akan terjadi korona secara bertahap. Pertama kali, kawat kelihatan bercahaya yang berwarna ungu muda, mengeluarkan suara berdesis hissing dan berbau ozon. Jika tegangan dinaikkan terus, maka karakteristik diatas akan terlihat semakin jelas, terutama pada bagian yang kasar, runcing atau kotor serta cahaya bertambah besar dan terang. Bila tegangan masih terus dinaikkan akan terjadi busur api. Korona mengeluarkan panas; hal ini dapat dibuktikan dari pengukuran dengan wattmeter. Dalam keadaan udara lembab, korona menghasilkan asam nitrogen nitrous acid, yang menyebabkan kawat menjadi berkarat bila kehilangan daya yang cukup besar. Universitas Sumatera Utara Apabila tegangan searah yang diberikan, maka pada kawat positif korona menampakkan diri dalam bentuk cahaya yang seragam pada permukaan kawat, sedangkan pada kawat negatifnya hanya pada tempat-tempat tertentu saja. Korona terjadi karena adanya ionisasi dalam udara, yaitu adanya kehilangan elektron dari molekul udara. Oleh karena lepasnya elektron dan ion, maka jika disekitarnya terdapat medan listrik, maka elektron-elektron bebas ini mengalami gaya yang mempercepat geraknya, sehingga terjadilah tabrakan dengan molekul lainnya. Akibatnya timbul elektron dan ion yang baru. Proses ini berjalan terus-menerus dan jumlah elektron dan ion bebas menjadi berlipat ganda bila gradien tegangan cukup besar, peristiwa ini dinamakan dengan korona. Ionisasi udara mengakibatkan redistribusi gradien tegangan. Bila redistribusi ini sedemikian rupa, sehingga gradien udara di antara dua kawat lebih besar dari gradien udara normal maka terjadilah lompatan api. Bila hanya sebagian saja daripada udara antara dua kawat terionisasikan, maka korona merupakan sampul envelope mengelilingi kawat. Gradien tegangan seragam yang dapat menimbulkan ionisasi kumulatif di udara normal 25 o C, 760 mmHg adalah 30 kVcm. II.5 Tegangan Kritis Disruptif dan Visual Tegangan kritis disruptif adalah tegangan minimal yang dibutuhkan untuk terjadinya ionisasi pertama kali dipermukaan konduktorsaat kondisi cuaca cerah. Pada tegangan kritis disruptifbelum tampak adanya cahaya violet yang menandakan terjadinya korona. Kekuatan dielektrik pada kondisi udara standar dengan suhu 25 o C dan tekanan 76 cmHg adalah 30 kVcm. Kekuatan dielektrik Universitas Sumatera Utara sebanding dengan kepadatan udara. Kepadatan udara dapat dirumuskan sebagai berikut: � = 0,3921. � 273 + � 2.4 Dimana: δ = faktor kerapatan udara p = tekanan udara mmHg t = suhu udara o C Sedangkan besarnya tegangan kritis disruptif menurut Peek, setelah memperhitungkan kondisi permukaan konduktor dengan menggunakan faktor ketidakteraturan, tegangan kritis disruptif dapat dirumuskan sebagai berikut: � � = 21,1. �. �. �. �� � � 2.5 Dimana: E d = tegangan kritis disruptif fasa ke netral kV rms δ = faktor kerapatan udara r = jari-jari konduktor cm s = jarak antar fasa cm Universitas Sumatera Utara Tegangan kritis visual adalah tegangan minimumpada saat timbul cahaya violet disekitar permukaankonduktor saat korona terjadi. Berdasarkan penelitianPeek dihasilkan persamaan sebagai berikut: � � = 21,1. �. � � . �. �1 + 0,0301 √�. � � �� � � �� 2.6 Keterangan: V v = tegangan kritis visual kV rms δ = faktor kerapatan udara r = jari-jari konduktor cm s = jarak antar fasa cm m v = faktor keseragaman konduktor 0m o ≤1

II.6 Konduktor Berkas