Umum Metode B.P.A

BAB IV PENGARUH VARIASI KONDUKTOR BERKAS TERHADAP

GANGGUAN BERISIK DAN INTERFERENSI RADIO PADA SALURAN TRANSMISI 275 kV GALANG-BINJAI

IV.1 Umum

Dalam rangka meningkatkan keandalan sistem kelistrikan nasional, maka pemerintah PLN mencanangkan program 10.000 MW yang meliputi pembangunan pembangkit, saluran transmisi, gardu induk, dan saluran distribusi baru, serta peningkatan kapasitas sistem yang sudah ada. Salah satu bagian dari program 10.000 MW di luar sistem Jawa-Bali adalah pembangunan sistem interkoneksi Sumatera yang bertegangan 275 kV. Pembangunan sistem interkoneksi Sumatera ini selain bertujuan untuk meningkatkan keandalan sistem kelistrikan di Sumatera, juga untuk mendukung pembangunan proyek interkoneksi Jawa-Sumatera. Saluran transmisi 275 kV Galang-Binjai merupakan bagian dari sistem interkoneksi Sumatera. Transmisi ini berjarak 61,15km dan ditopang oleh menara sebanyak 155 unit dengan daya yang disalurkan pada keadaan stabil adalah 45,1 MW. Transmisi ini menggunakan saluran ganda dan berkas konduktor ACSR tipe Zebra. Universitas Sumatera Utara

IV.2 Perhitungan Nilai Gangguan Berisik AudibleNoise

Sebelum menghitung nilai Gangguan Berisik Audible Noise pada saluran transmisi 275 kV Galang-Binjai, perlu diketahui terlebih dahulu beberapa informasi berikut , antara lain: 1. Konstruksi Menara • Tipe Menara : Saluran Ganda • Panjang Bottom Cross Arm : 14,3 m • Panjang Middle Cross Arm : 13,8 m • Panjang Upper Cross Arm : 13,4 m • Ketinggian Bottom Cross Arm : 46,5 m • Jarak antar Cross Arm : 7,45 m 2. Isolator • Panjang Rantai Isolator : 3,95 m • Andongan : 7,5 m 3. Kawat Penghantar • Tipe : Zebra • Diameter : 28,6 mm • Jarak antar berkas : 26 cm • Susunan : Dua Berkas • Luas penampang nominal : 400 mm 2 • Kemampuan Hantar Arus KHA: 940 A Universitas Sumatera Utara • Pemilihan kawat penghantar berdasarkan daya yang disalurkan oleh saluran transmisi Galang-Binjai dimana tiap konduktor berkas dapat menghantarkan arus ± 2000 Ampere atau perfasa dapat menghantarkan arus ± 4000 Ampere 4 kA IV.2.1 Perhitungan Gangguan Berisik Audible Noise pada Saluran Ganda Penghantar Berkas dengan Dua Sub-Konduktor Konfigurasi Saluran Transmisi Vertikal 1. Menghitung Gradien Tegangan Maksimum Permukaan Konduktor Kawat penghantar yang direncanakan untuk transmisi Galang-Binjai: • Tipe : Zebra • Diameter : 28,6 mm = 2,86 cm • Jari-jari : 14,3 mm • Susunan : Dua Berkas • s : 26 cm Gambar 4.1 Menghitung Nilai Gangguan Berisik dengan Dua Sub-konduktor R R’ S’ T’ T S M 1 m Permukaan tanah h s s s s s s Universitas Sumatera Utara Diasumsikan kedua menara transmisi yang menopang kawat penghantar memiliki ketinggian yang sama serta permukaan tanah di bawah saluran transmisi memiliki kontur yang sama. Sesuai dengan asumsi tersebut, maka titik kritis berada di tengah-tengah saluran di antara kedua menara. Berdasarkan informasi yang diperoleh di atas, maka nilai-nilai variabel yang terdapat pada gambar 4.1 adalah: • X1 = 13,4 m • X2 = 13,8 m • X3 = 14,3 m • h = ketinggian bottom cross arm-panjang rantai isolator-andongan- 1 m = 34,05 m = 3405 cm • Prediksi perhitungan Gangguan Berisik Audible Noise dilakukan pada pinggir ruang bebas horisontal SUTET 275 kV saluran ganda yaitu 13 m. Ketinggian titik uji sesuai dengan kriteria Perryyaitu 1 m di atas permukaan tanah dan berada di tengah-tengah gawang transmisi Dengan menggunakan persamaan 2.12, dapat dihitung besar dari gradien tegangan maksimum permukaan konduktor dengan susunan dua berkas.  Untuk fasa R’ = fasa T � � = 2 � 1 � + 1 �� � ��� 4 � � + �� 2 � � � � � = 2 � 1 2,86 + 1 26 � 275 √3 ��� 4.3405 2,86 + �� 2.3405 26 � Universitas Sumatera Utara � � = 8,77 ����  Untuk fasa S’ = fasa S � � = 2 � 1 � + 1 �� � ��� 4 � � + �� 2 � � � � � = 2 � 1 2,86 + 1 26 � 275 √3 ��� 4.4150 2,86 + �� 2.4150 26 � � � = 8,53 ����  Untuk fasa T’ = fasa R � � = 2 � 1 � + 1 �� � ��� 4 � � + �� 2 � � � � � = 2 � 1 2,86 + 1 26 � 275 √3 ��� 4.4895 2,86 + �� 2.4895 26 � � � = 8,336 ����

2. Menghitung jarak radial tiap fasa i ke lokasi yang diamati

Pada gambar 4.1, dapat dihitung jarak radial masing-masing fasa ke titik yang akan dihitung yaitu titik M. �� ′ = �34,05 2 + 5,85 2 = 34,54 � �� ′ = �41,5 2 + 6,1 2 = 41,94 � �� ′ = �49,95 2 + 6,3 2 = 49,35 � �� = �48,95 2 + 19,7 2 = 52,76 � �� = �41,5 2 + 19,9 2 = 46,02 � Universitas Sumatera Utara �� = �34,05 2 + 20,15 2 = 39,56 �

3. Menghitung Nilai Gangguan Berisik Audible Noise

Dalam Tugas Akhir ini menggunakan dua metode yang dijelaskan pada bab III, yaitu metode B.P.A dan metode TLCALC 2001.

a. Metode B.P.A

�� � = 120 ��� 10 � � � + 55��� 10 � − 11,4��� 10 �� − 115,4 ��� Fasa R’: g m = 8,77 kVcm ; d = 2,86 cm ; Di = 34,54 m �� � ′ = 120 ��� 10 8,77 + 55 ��� 10 2,86 − 11,4��� 10 34,54 − 115,4 ��� ���′ = 5,32 ��� Fasa S’: g m = 8,53 kVcm ; d = 2,86 cm ; Di = 41,94 m �� � ′ = 120 ��� 10 8,53 + 55 ��� 10 2,86 − 11,4��� 10 41,94 − 115,4 ��� ���′ = 2,92 ��� Fasa T’: g m = 8,336 kVcm ; d = 2,86 cm ; Di = 49,35 m �� � ′ = 120 ��� 10 8,336 + 55 ��� 10 2,86 − 11,4��� 10 49,35 − 115,4 ��� ���′ = 0,9 ��� Fasa T: g m = 8,77 kVcm ; d = 2,86 cm ; Di = 39,56 m �� � = 120 ��� 10 8,77 + 55 ��� 10 2,86 − 11,4��� 10 39,56 − 115,4 ��� ��� = 4,65 ��� Fasa S: g m = 8,53 kVcm ; d = 2,86 cm ; Di = 46,02 m Universitas Sumatera Utara �� � = 120 ��� 10 8,53 + 55 ��� 10 2,86 − 11,4��� 10 46,02 − 115,4 ��� ��� = 2,46 ��� Fasa R: g m = 8,336 kVcm ; d = 2,86 cm ; Di = 52,76 m �� � = 120 ��� 10 8,336 + 55 ��� 10 2,86 − 11,4��� 10 52,76 − 115,4 ��� ��� = 0,61 ��� Setelah menghitung level AN pada tiap-tiap fasa, maka total AN dari enam fasa tersebut adalah: �� = 10��� 10 � 10 0,1. ��� 6 �=1 �� = 10��� 10 10 0,532 + 10 0,292 + 10 0,09 + 10 0,465 + 10 0,246 + 10 0,061 �� = 10,39 ���

b. Metode TLCALC 2001