45
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Kualitas hidup pasien luka kaki diabetik secara keseluruhan berada dalam kategori buruk. Kualitas hidup berdasarkan domain fungsi fisik, keterbatasan
peran karena masalah fisik, nyeri tubuh, kesehatan secara umum, fungsi sosial, dan keterbatasan peran karena masalah emosional berada dalam kategori buruk,
tetapi pada domain energivitalitas dan domain kesehatan mental menunjukkan kualitas hidup baik. Keterbatasan fisik akibat dari luka kaki diabetik yang di derita
menyebabkan pasien bergantung kepada keluarga maupun orang disekitar dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Oleh karena itu dukungan dari keluarga dan
orang di sekitar pasien dapat memberikan dampak positif terhadap kualitas hidup
pasien luka kaki diabetik. 2.
Saran
2.1 Bagi Pendidikan Keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi tentang kualitas
hidup pasien luka kaki diabetik, sehingga dapat menambah pengetahuan,dan memberikan pemahaman yang lebih baik terhadap pasien yang menderita luka
kaki diabetik 2.2 Bagi Praktik Keperawatan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pasien memiliki kualitas hidup dalam kategori buruk, maka diharapkan perawat dapat
Universitas Sumatera Utara
memberikan asuhan keperawatan dan dukungan kepada pasien untuk meningkatkan kualitas hidupnya.
2.3 Bagi Penelitian Keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi peneliti
selanjutnya untuk meneliti aspek-aspek lain yang mempengaruhi kualitas hidup pasien luka kaki diabetik dengan menggunakan metode penelitian yang
berbeda.
Universitas Sumatera Utara
7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
1. Diabetes Melitus DM
1.1 Pengertian Diabetes Melitus
Diabetes Melitus DM adalah sekelompok penyakit yang ditandai dengan kadar gula darah yang tinggi hiperglikemia. Ketika seseorang
memiliki diabetes, maka tubuh tidak dapat memproduksi insulin dengan cukup atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif.
Jika gula darah menumpuk dalam tubuh dan tidak terkontrol, dapat menyebabkan komplikasi kesehatan yang serius, seperti penyakit jantung,
stroke, penyakit ginjal, kebutaan, amputasi tungkai dan kaki, dan kematian dini CDC, 2014.
1.2 Kaki Diabetes American College of Foot and Ankle Surgeons 2015 menyatakan bahwa
orang dengan diabetes rentan untuk mengalami masalah pada kaki, sering kali terjadi karena dua komplikasi diabetes, yaitu : kerusakan saraf neuropati dan
sirkulasi darah ke kaki yang buruk. Neuropati menyebabkan mati rasa di kaki, hilangnya kemampuan untuk merasakan rasa sakit dan ketidaknyamanan di
kaki, sehingga penderita tidak merasakan adanya cedera atau iritasi di kaki. Sirkulasi darah yang buruk di kaki menyebabkan luka di kaki sulit untuk
sembuh. Memiliki diabetes meningkatkan risiko terjadinya berbagai masalah
Universitas Sumatera Utara
8
pada kaki. Selain itu, dengan diabetes, masalah kaki yang kecil dapat berubah menjadi komplikasi yang serius.
1.2.1 Gangguan pada kuku kuku masuk ke dalam jaringan Kuku kaki yang tumbuh ke dalam kulit di sisi kuku Keadaan ini
disebabkan oleh perawatan kuku yang tidak tepat, misalnya pemotongan kuku yang salah, dan kebiasaan mencungkil kuku. Hal ini sering terjadi
tanpa disadari karena adanya neuropati. Jika tidak segera ditangani akan menyebabkan infeksi.
1.2.2 Hammer toes Pemakaian sepatu yang terlalu sempit dapat menimbulkan luka
pada jari- jari kaki, sehingga terjadi peradangan. Dengan adanya neuropati dan peradangan yang lain pada ibu jari kaki menyebabkan terjadinya
perubahan bentuk jari kaki seperti martil hammer toe. 1.2.3 Kulit kering dan pecah-pecah
Sirkulasi darah yang buruk dan neuropati dapat membuat kulit kaki kering. Hal ini mungkin tampak tidak berbahaya, tetapi kulit kering dapat
mengakibatkan kulit menjadi pecah-pecah yang mungkin dapat menjadi luka dan dapat menyebabkan infeksi.
1.2.4 Calluses atau kapalan Penggunaan sepatu yang tidak sesuai dapat menyebabkan
penekanan yang berulang-ulang pada daerah tertentu di kaki, dengan adanya kondisi neuropati pada penderita Diabetes Melitus hal tersebut
tidak dapat dirasakan. Hal ini menyebabkan timbulnya penebalan atau
Universitas Sumatera Utara
9
pengerasan pada kulit di kaki calluses. Jika tidak segera ditangani dengan tepat, maka akan berlanjut menjadi kulit kering dan pecah – pecah,
dan luka kaki yang disebabkan oleh penurunan sirkulasi darah dan neuropati.
1.2.5 Charcot foot
Merupakan kelainan bentuk kaki yang kompleks. Charcot foot terjadi karena hilangnya sensasi pada kaki, tidak terdeteksinya tulang yang patah
yang menyebabkan kerusakan jaringan lunak pada kaki. Neuropati menyebabkan rasa sakit atau nyeri akibat fraktur terjadi tanpa disadari dan
pasien terus berjalan, akhirnya menyebabkan deformitas. Pada kondisi yang berat dapat menyebabkan cacat, dan bahkan amputasi.
1.2.6 Luka kaki Karena sirkulasi darah yang buruk dan neuropati pada kaki, luka atau
lecet dapat dengan mudah berubah menajdi luka atau borok yang terinsfeksi dan sulit untuk sembuh. Jika tidak ditangani dengan tepat maka
akan mengakibatkan amputasi pada kaki maupun kematian.
2. Luka Kaki Diabetik
2.1 Pengertian Luka Kaki Diabetik Gitarja 2008 mengatakan bahwa luka adalah rusaknya kesatuan atau
komponen jaringan, dimana secara spesifik terdapat substansi jaringan yang rusak atau hilang. Luka kaki diabetik merupakan luka yang terjadi pada pasien
diabetes yang melibatkan gangguan pada saraf periferal dan autonomik Maryunani, 2013. Frykberg 2002 menyatakan bahwa luka kaki diabetik
Universitas Sumatera Utara
10
adalah luka atau lesi pada pasien DM yang dapat mengakibatkan ulserasi aktif dan merupakan penyebab utama amputasi kaki.
2.2 Etiologi Luka Kaki Diabetik Menurut Wounds International 2013 kebanyakan pasien dengan luka
kaki diabetik disebabkan oleh adanya peripheral neuropathy dan peripheral arterial disease PAD atau keduanya.
2.2.1 Peripheral Neuropathy Kerusakan Saraf Perifer Peripheral Neuropathy menyebabkan luka kaki diabetik yang
diakibatkan dari kerusakan saraf sensorik, motorik, dan otonomik. Pasien dengan kerusakan saraf sensori tidak menyadari adanya trauma pada kulit.
Kehilangan sensasi menyebabkan pasien rentan mengalami trauma fisik, kimia, dan panas. Lecet, kemerahan, atau perdarahan pada kulit
disebabkan oleh gerakan yang berlebihan atau alas kaki yang buruk, Jika hal ini terus berlanjut akan menyebabkan terjadinya luka kaki Woo,
Santos, dan Gamba, 2013. Pada pasien dengan kerusakan saraf motorik menyebabkan deformitas pada kaki, seperti hammer toes, dan kaki claw
yang mengakibatkaan tekanan yang abnormal pada tonjolan tulang, hal ini menyebabkan rentan terjadinya luka pada kaki. Sedangkan pasien dengan
kerusakan saraf otonomik biasanya terkait dengan kulit kering, yang dapat mengakibatkan terjadinya fissure, cracking, dan callus, yang jika terus
berlanjut akan menjadi luka kaki.
Universitas Sumatera Utara
11
2.2.2 Peripheral Arterial Disease PAD Pasien dengan DM dua kali lebih mungkin untuk memiliki PAD
daripada pasien yang tidak menderita DM. Peripheral Arterial Disease meningkatkan risiko terjadinya luka, infeksi dan amputasi sebagai akibat
dari iskemik yang menyebabkan penurunan pasokan darah dan perfusi jaringan ke ekstremitas bawah. Perlu di ingat bahwa kerika terjadi
penurunan aliran darah arteri, microangiopaty disfungsi pembuluh darah kecil berpengaruh pada penyembuhan luka yang buruk.
Luka kaki diabetik biasanya terjadi karena dua atau lebih faktor penyebab secara bersamaan. Unsur intrinsik seperti neuropati, PAD, dan
deformitas pada kaki disertai dengan trauma ekternal seperti penggunaan alas kaki yang buruk, luka pada kaki seiring berjalannya waktu dapat
menjadi luka kaki diabetik. Neuropati Sensori Perifer 2.3 Pengkajian Luka Kaki Diabetik
Registered Nurses’ Association of Ontario 2013 mengemukakan bahwa pengkajian luka kaki diabetik terdiri dari, mengukur panjang dan kedalam
luka, jenis eksudat, bau, kulit disekitar luka, nyeri, dan klasifikasi stadium luka.
2.3.1 Mengukur Panjang, Lebar dan kedalaman luka. Hal ini sangat penting untuk mengevaluasi apakah luka semakin
membaik menuju hasil yang diinginkan. Mengukur kedalaman luka harus diiringi dengan pengukuran panjang dan lebar luka, untuk memberikan
data kuantitatif untuk secara akurat menentukan penyembuhan luka.
Universitas Sumatera Utara
12
Mengukur kedalaman
luka dilakukan
dengan lembut
dengan memasukkan swab tongkat steril atau probe ke dalam luka.
2.3.2 Eksudat Karakteristik eksudat pada luka memberikan informasi penting
tentang status luka. RNAO merekomendasikan menggambarkan jenis eksudat diamati dari luka menggunakan terminologi umum sebagai
berikut: Tabel 2.1. Karakteristik eksudat pada luka kaki diabetik
Jenis Eksudat
Cairan kuning jernih tanpa darah, atau nanah
Serosa
Tipis, berair, merah pucat menjadi merah muda
Seroanguinosa
Berdarah, merah terang Sanguinous
Tebal, berawan, mustard kuning atau cokelat
Purulent bernanah
2.3.3 Bau Semua luka, terutama yang diobati dengan moisture retentive
dressings, dapat memancarkan bau, dan penting untuk menilai karakteristik bau dari luka tersebut. Perubahan bau mungkin
menunjukkan perubahan dalam keseimbangan bakteri. Luka yang infeksi sering mengeluarkan bau yang khas khas dan tidak menyenangkan. Luka
nekrotik cenderung memiliki lebih banyak bau dari luka bersih. Luka
Universitas Sumatera Utara
13
yang terinfeksi anaerob, gangren, cenderung menghasilkan bau tajam atau busuk yang berbeda.
2.3.4 Kulit disekitar Luka Kondisi kulit disekitar luka memberikan informasi penting tentang
status luka sehingga dapat memilih intervensi dan pengobatan pada luka. Hal-hal yan harus diperhatikan kerika mengkaji kulit disekita luka adalah :
1 Warna dan suhu kulit, kemerahan mungkin menunjukkan tekanan tak henti-hentinya atau peradangan berkepanjangan. Peningkatan suhu
eritema di daerah luka juga dapat menunjukkan infeksi pada luka, 2 Pembentukan kalus, 3 Edemapembengkakan yang dapat menunjukkan
terjadinya infeksi. 2.3.5 Nyeri
Terjadinya nyeri pada luka adalah indikator kuat dari infeksi luka kronis. Nyeri yang terjadi sering digambarkan seperti rasa terbakar dan
tertusuk, dan nyeri biasanya muncul ketika terjadi gerakan atau perubahan posisi kaki.
2.3.6 Klasifikasi Stadium Luka kaki diabetik Salah satu yang tertua dan mungkin klasifikasi yang paling terkenal
adalah klasifikasi yang diusulkan oleh Wagner dan Meggitt pada tahun 1970-an. Klasifikasi ini dikenal sebagai Wagner Classification di
Amerika Serikat dan menggunakan enam grade dalam menglasifikasikan luka kaki diabetik.
Universitas Sumatera Utara
14
Stadium 0 : Tidak terdapat lesi. Kulit dalam keadaan baik, tetapi
dengan bentuk tulang kaki yang menonjol charcot arthropathies.
Stadium 1 : Luka superfisial sebagian atau keseluruhan Stadium 2
: Lesi terbuka dengan penetrasi ke tulang atau tendon dengan goa
Stadium 3 : Penetrasi daam, osteomyelitis, pyarhrosis, plantar abses atau infeksi
Stadium 4 : Gangrene sebagian, menyebar hingga sebagian dari jari kaki, kulit sekitarnya selulitis, gangrene lembab kering.
Stadium 5 : Seluruh kaki dalam kondisi nekrotik dan gangrene. 2.4 Patofisiologi Luka Kaki Diabetik
Terjadinya luka kaki diabetik diawali dengan adanya hiperglikemia pada penyandang DM yang menyebabkan kelainan neuropati dan kelainan pem
buluh darah. Neuropati, baik neuropati sensorik maupun motorik dan autonomik akan mengakibatkan berbagai perubahan pada kulit dan otot, yang
kemudian menyebabkan terjadinya perubahan distribusi tekanan pada telapak kaki dan selanjutnya mempermudah terjadinya luka.
3. Kualitas Hidup