Gambaran Kualitas Hidup Pasien Luka Kaki Diabetik yang Menjalani Perawatan Luka Kaki di Asri Wound Care Centre

(1)

(2)

(3)

(4)

LAMPIRAN 3

Inform Consent

Gambaran Kualitas Hidup Pasien Luka Kaki Diabetik yang Menjalani Perawatan Luka Kaki di Asri Wound Care Centre

Oleh:

Fatricia Br Girsang

Saya adalah mahasiswi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara sedang melakukan penelitian dengan tujuan untuk mengidentifikasi gambaran kualitas hidup pasien dengan luka kaki diabetik yang menjalani perawatan luka kaki di Asri Wound Care Centre Medan.

Saya mengharapkan kesedian Bapak/Ibu untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Penelitian ini tidak memberikan dampak yang membahayakan. Jika Saudara bersedia maka saya akan memberikan kuesioner untuk mengidentifikasi kualitas hidup saudara agar dijawab. Peneliti mengharapkan jawaban yang saudara berikan sesuai dengan kondisi yang dihadapi saudara tanpa dipengaruhi oleh orang lain

Partisipasi Saudara bersifat sukarela, sehingga Saudara bebas untuk mengundurkan diri setiap saat tanpa sanksi apapun. Semua informasi yang Saudara berikan akan dirahasiakan dan hanya akan dipergunakan dalam penelitian ini.


(5)

Bapak dan Ibu bersedia menjadi responden dalam penelitian ini, maka silahkan menandatangani lembar persetujuan ini.

Medan, 2016 Responden

Peneliti

Fatricia Br Girsang NIM. 121101061


(6)

LAMPIRAN 4 Instrumen penelitian

Kuesioner penelitian gambaran kualitas hidup pasien dengan luka kaki diabetik yang menjalani perawatan luka kaki di Asri Wound Care Centre

Kode Responden : (diisi oleh peneliti)

Petunjuk Pengisian :

1. Bacalah dengan cermat dan teliti pada setiap item pertanyaan

2. Pilihlah salah satu jawaban yang menurut Bapak/Ibu paling sesuai dengan kondisi yang dialami dengns member tanda checklist pada pilihan yan dipilih.

3. Isilah titik-titik yang tersedia dengan jawaban yang benar.

A. Karakteristik Responden

Nomor Responden :

Usia : ………..

Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan

Pendidikan terakhir : SD SMA

SMP Perguruan tinggi

Lain-lain sebutkan : ……….. Status Pernikahan : Belum Menikah Duda / Janda

Menikah Bercerai

Riwayat Penyakit :


(7)

satu kotak yang paling sesuai dengan jawaban anda.

1. Secara umum, bagaimana pendapat anda mengenai kondisi kesehatan Anda?

Sempurna Sangat baik Baik Cukup Buruk

2. Dibandingkan dengan satu tahun yang lalu, bagaimana kondisi kesehatan Anda saat ini?

Saat ini jauh lebih baik daripada satu tahun yang lalu Saat ini agak lebih baik daripada satu tahun yang lalu Sama saja daripada satu tahun yang lalu

Saat ini agak lebih buruk daripada satu tahun yang lalu Saat ini jauh lebih buruk daripada satu tahun yang lalu


(8)

3. Pertanyaan berikut berhubungan dengan kegiatan-kegiatan yang mungkin Anda lakukan sehari-hari. Apakah kondisi kesehatan Anda sekarang membatasi diri Anda untuk melakukan kegiatan-kegiatan tersebut? Jika ya, sejauh mana?

Ya, Sangat membatasi

Ya, sedikit membatasi

Tidak, sama sekali tidak membatasi a. Kegiatan yang menguras energi,

seperti berlari, mengangkat beban berat, ikut serta dalam olahraga berat

b. Kegiatan yang tidak terlalu menguras energi, seperti

memindahkan meja, bersepeda, dan bekerja di kebun/ halaman c. Membawa barang keperluan

sehari-hari, seperti belanjaan d. Menaiki beberapa anak tangga e. Menaiki satu anak tangga f. Menekuk leher/tangan/kaki,

berlutut atau membungkuk membungkukkgan badan g. Berjalan lebih dari satu

kilometer

h. berjalan beberapa ratus meter i. Berajalan seratus meter j. Mandi atau berpakaian sendiri


(9)

masalah berikut ini berkaitan dengan pekerjaan anda atau kegiatan sehari-hari anda yang lain, sebagai akibat dari kesehatan fisik anda?

Selalu Hampir Selalu

Kadang-kadang

Jarang Tidak pernah a. Mengurangi jumlah waktu

yang anda pergunakan untuk bekerja atau melakukan aktivitas-aktivitas lainnya b. Mencapai hasil yang lebih

sedikit daripada yang diinginkan

c. Membatasi jenis pekerjaan atau aktivitas yang bisa anda lakukan

d. Mengalami kesulitan untuk melakukan pekerjaan atau kegiatan yang lain (sebagai contoh, membuat anda harus berusaha lebih keras

5. Selama 4 minggu terakhir, seberapa sering anda pernah mengalami masalah-masalah berikut ini berkaitan dengan pekerjaan anda atau kegiatan sehari-hari anda yang lain, sebagai akibat dari masalah-masalah emosional (seperti depresi atau cemas)?

Selalu Hampir selalu

Kadang-kadang

Jarang Tidak pernah a. Mengurangi jumlah waktu

yang anda pergunakan untuk bekerja atau melakukan aktivitas-aktivitas lainnya

b. Mencapai hasil yang lebih sedikit daripada yang anda inginkan

c. Melakukan pekerjaan atau kegiatan-kegiatan lainnya secara kurang hati-hati dibandingkan biasanya


(10)

6. Selama 4 minggu terakhir, sejauh mana kesehatan fisik atau masalah emosional telah mengganggu kegiatan sosial yang biasa Anda lakukan dengan keluarga, teman, tetangga, atau kelompok?

Tidak sama sekali Agak

Cukup Banyak Sangat

7. Seberapa sering Anda merasa nyeri selama empat minggu terakhir?

Tidak ada Sangat ringan Ringan Sedang Parah Sangat parah

8. Selama empat minggu terakhir, bagaimana rasa nyeri mengganggu Anda dalam kegiatan sehari-hari (baik pekerjaan/ kegiatan di dalam dan di luar rumah)?

Tidak sama sekali Agak

Cukup Banyak Sangat


(11)

bagaimana kondisi Anda selama empat minggu terakhir. Untuk masing-masing pertanyaan, pilihlah jawaban yang paling sesuai dengan apa yang Anda rasakan. Seberapa sering Anda merasakannya dalam kurun waktu empat minggu terakhir.

Selalu Hampir selalu

Kadang -kadang

Jarang Tidak pernah a. Apakah anda penuh

semangat dalam menjalani kehidupan

b. Pernahkah anda sangat gelisah?

c. Pernahkah anda sedemikian putus asa hingga tidak ada satupun yang dapat membuat anda ceria?

d. Pernahkah anda merasa tenang dan penuh damai? e. Apakah anda memiliki

banyak energi? f. Apakah anda merasa

kehabisan tenaga? g. Apakah anda kehabisan

tenaga

h. Pernahkah anda merasa bahagia?

i. Apakah anda merasa lelah

10. Selama empat minggu terakhir, sejauh mana masalah kesehatan fisik dan masalah emosional Anda mengganggu kegiatan sosial yang Anda lakukan? (misalnya: mengunjungi teman, keluarga, dll)

Selalu

Hampir selalu Kadang-kadang Jarang


(12)

11. Benarkah atau salahkah pernyataan berikut ini? Pasti benar

Hampir benar

Tidak tahu

Hampir salah

Pasti salah a. Saya tampaknya sedikit lebih

mudah jatuh sakit dibandingkan orang lain b. Saya sama sehatnya dengan

seseorang yang saya kenal c. Saya merasa bahwa kesehatan

saya akan semakin buruk d. Kondisi kesehatan saya luar


(13)

(14)

(15)

(16)

Reliability

Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items

.930 36

Item-Total Statistics Scale Mean if Item

Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item Deleted

VAR00001 1644.50 207902.500 .457 .928

VAR00002 1634.50 206085.833 .466 .928

VAR00003 1657.00 198034.444 .513 .928

VAR00004 1642.00 196462.222 .589 .927

VAR00005 1617.00 196934.444 .616 .926

VAR00006 1657.00 194145.556 .644 .926

VAR00007 1637.00 201678.889 .442 .929

VAR00008 1602.00 200806.667 .581 .927

VAR00009 1647.00 193356.667 .671 .926

VAR00010 1637.00 199401.111 .525 .928

VAR00011 1622.00 203662.222 .793 .926

VAR00012 1607.00 199590.000 .461 .929

VAR00013 1647.00 203106.667 .560 .927


(17)

VAR00016 1647.00 208384.444 .699 .928

VAR00017 1647.00 204634.444 .723 .927

VAR00018 1634.50 200585.833 .771 .925

VAR00019 1602.00 203251.111 .628 .927

VAR00020 1649.50 207519.167 .438 .928

VAR00021 1635.00 208916.667 .262 .930

VAR00022 1629.50 202802.500 .527 .927

VAR00023 1602.00 208473.333 .340 .929

VAR00024 1629.50 200635.833 .627 .926

VAR00025 1599.50 209491.389 .262 .930

VAR00026 1619.50 211791.389 .131 .932

VAR00027 1624.50 208602.500 .373 .929

VAR00028 1584.50 213363.611 .101 .931

VAR00029 1614.50 201369.167 .854 .925

VAR00030 1602.00 213973.333 .102 .931

VAR00031 1627.00 208945.556 .394 .929

VAR00032 1627.00 202917.778 .489 .928

VAR00033 1657.00 202895.556 .848 .926

VAR00034 1652.00 204528.889 .557 .927

VAR00035 1629.50 201746.944 .793 .926


(18)

LAMPIRAN 6

Statistics

Usia JenisKelamin

Pendidikan Terakhir

Status Pernikahan

LamaMenderitaLuka KakiDiabetik

N Valid 20 20 20 20 20

Missing 0 0 0 0 0

Frequency Table

Usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Dewasa Tengah 15 75.0 75.0 75.0

Dewasa Lanjut 5 25.0 25.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

JenisKelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Laki-laki 8 40.0 40.0 40.0

Perempuan 12 60.0 60.0 100.0


(19)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid SD 1 5.0 5.0 5.0

SMP 9 45.0 45.0 50.0

SMA 7 35.0 35.0 85.0

PerguruanTinggi 3 15.0 15.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

StatusPernikahan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Menikah 18 90.0 90.0 90.0

Janda 2 10.0 10.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

LamaMenderitaLukaKakiDiabetik

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid < 1 tahun 13 65.0 65.0 65.0

> 1 tahun 7 35.0 35.0 100.0


(20)

LAMPIRAN 7

Statistics Fungsi Fisik Keterbatasan Peran Karena Masalah Fisik Nyeri Tubuh Kesehatan

SecaraUmum Energi

Fungsi Sosial Keterbatasan Peran KarenaMasalah Emosional Kesehatan Mental

N Valid 20 20 20 20 20 20 20 20

Missing 0 0 0 0 0 0 0 0

Frequency Table

FungsiFisik

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Validp Buruk 16 80.0 80.0 80.0

Baik 4 20.0 20.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

KeterbatasanPeranKarenaMasalahFisik

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Buruk 16 80.0 80.0 80.0

Baik 4 20.0 20.0 100.0


(21)

NyeriTubuh

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Buruk 13 65.0 65.0 65.0

Baik 7 35.0 35.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

KesehatanSecaraUmum

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Buruk 18 90.0 90.0 90.0

Baik 2 10.0 10.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

Energi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Buruk 3 15.0 15.0 15.0

Baik 17 85.0 85.0 100.0


(22)

FungsiSosial

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Buruk 16 80.0 80.0 80.0

Baik 4 20.0 20.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

KeterbatasanPeranKarenaMasalahEmosional

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Buruk 15 75.0 75.0 75.0

Baik 5 25.0 25.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

KesehatanMental

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(23)

Descriptive Statistics

N Mean

FungsiFisik 20 38.75

KeterbatasanPeranKarenaMasa

lahFisik 20 31.25

NyeriTubuh 20 48.62

KesehatanSecaraUmum 20 33.75

Energi 20 62.81

FungsiSosial 20 39.37

KeterbatasanPeranKarenaMasa

lahEmosional 20 47.50

KesehatanMental 20 72.75


(24)

(25)

(26)

(27)

(28)

(29)

(30)

(31)

Taksasi Dana

No. Daftar Biaya Jumlah

I Proposal:

1. Biaya print referensi Rp. 50.000

2. Fotocopy referensi Rp. 100.000

3. Biaya print revisi selama proses pengerjaan proposal

Rp. 50.000

4. Biaya print proposal Rp. 50.000

5. Ijin survey awal di RSUP HAM Rp. 75.000 II. Skripsi

6. Biaya ijin uji reliabilitas Rp. 125.000 7. Souvenir untuk responden Rp. 75.000

8. Biaya print dan kertas Rp. 100.000

9. Biaya transportasi Rp. 100.000

10. Biaya tak terduga Rp. 400.000


(32)

Lampiran 17 Daftar Riwayat Hidup

Nama : Fatricia Br Girsang

Tempat, tanggal lahir : Medan, 28 September 1994 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Kristen

Riwayat Pendidikan :

No Tahun Nama Institusi

1. 1998-2000 TK Kaisarea

2. 2000-2006 SD Kaisarea

3. 2006-2009 SMP Putri Cahaya

4. 2009-2012 SMA Cahaya


(33)

DAFTAR PUSTAKA

Abbot, C. A., Garrow, A. P., Carrington, A. L., Morris, J., Van Ross, E. R., & Boulton, A. J. (2005). Foot ulcer risk is lower in South-Asian and African-Caribbean compared with European diabetic patiens in the U.K. Diabetes Care, 28, 1869-1875.

Abetz, L., Sutton, M., Brady, L., McNulty, P., & Gagnon, D. D (2002). The diabetic foot ulcer scale (DFS): A quality of life instrument for use in clinical trials. Practical Diabetes, 19, 167-175.

Angina, L.L. (2010). Hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan kepatuhan pasien Diabetes Mellitus dalam melaksanakan program diet di poli penyakit dalam RSUD Cibabat Cimahi. Jurnal ilmiah mahasiswa Universitas Surabaya. Vol.2. Retrieved July, 11, 2016, from https://journal.ubaya.ac.id.

Almeida, S. A. D., Silveira, M. M., Santo, P. F. E., Pereira, R. D. C., & Salome, G. M (2013) Assessment of the quality of life of patients with diabetes mellitus and foot ulcers. Rev Bras Cir Plást, 28, 142-146.

American College of Foot and Ankle Surgeons (2015). Diabetic Complications and Amputation Prevention. Retrieved September 27, 2015, from http://www.foothealthfacts.org/footankleinfo/diabetic-amputation

American Diabetes Association (2014). Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus. Retrieved September 25, 2015, from http://care.diabetesjournals.org

Arikunto, S. (2006). Prosedur penelitian: Suatu pendekatan praktik. Edisi Revisi VI. Jakarta : Rineka Cipta.

Bowling, A. (2003). Current state of the art in quality of life measurement. In: A. J. Carr., I. J. Higginson., P. G. Robinson (Eds). Quality of Life, 1-8. London: BMJ Books.

Bradburry, S., Price, P. (2011). The impact of diabetic foot ulcer pain on patient quality of life. Wound UK, 7, 32-49.

Centers for Disease Control and Prevention (2014). Diabetes Report Card.

Retrieved September 28, 2015, from

www.cdc.gov/diabetes/library/reports/congress.html

Centers for Disease Control and Prevention (2011). HRQOL Concepts. Retrieved November 8, 2015, from www.cdc.gov/hrqol/concept.html


(34)

48

Frykberg, R. G. (2002). Diabetic foot ulcers: Pathogenesis and management. American Family Physician, 66, 1655-1662.

Gilpin, H., & Lagan, K. (2008). Quality of life aspects associated with diabetic foot ulcers : A review. The Diabetic Foot Journal, 11, 56-62.

Gitarja, W.S. (2008). Perawatan luka diabetes. Bogor : WOCARE Publishing. Hinchliffe, R. J., adros, G., Apelqvist, J., Bakker, K., Fiedrichs, S., Lammer, J., …

Schapers, N. C. (2012). A systematic review of the effectiveness of revascularization of the ulcerated foot in patients with diabetes and peripheral arterial disease. Diabetes Metabolism Research and Reviews, 28, 179–217. doi:10.1002/dmrr.2249

Hurlock, E.B. (1980). Psikologi Perkembangan – Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, Edisi V. Jakarta: Erlangga.

International Diabetes Federation (2014) . IDF Diabetes. Retrieved September 26, 2015, from http://www.idf.org/diabetesatlas

Jain, A. K. C., & Joshi, S. (2013). Diabetic Foot Classifications: Review of Literature. Medicine Science, 2(3), 715-721. doi:10.5455/medsscience.2013.02.8069

Kusumadewi, M.D. (2011). Peran stresor harian, optimisme dan regulasi diri terhadap kualitas hidup individu dengan Diabetes Melitus Tipe 2. Jurnal psikologi Islam vol.8. Retrieved July, 11, 2016, from http://psikologi.uin-malang.ac.id/

Mansour, A. A., & Jabber, A, M. (2005). Diabetic foot : Correlation between clinical abnormalities and electrophysiological studies. Basrah Journal of Surgery.

Maryunani, A. (2013). Perawatan Luka Modern Praktis pada Wanita dengan Luka Diabetes. Jakarta: Trans Info Media.

Moons, P., Marquet, K., Budts, W., & De Geest, S. (2004). Validity, reliability and responsiveness of the “Schedule for the Evaluation of Individual Quality of Life – Direct Weighting” (SEIQoL-DW) in congenital heart disease. Health and Quality of Life Outcomes, 2.

Nasiriziba, F., Rasouli, D., Safei, Z., Rokhafrooz, D., & Rahmani, A. (2015). Factors Associated With Quality of Life in Patients With Diabetic Foot Ulcers. Jundishapur J Chronic Dis Care, 4, 1-4.

Nursalam. (2009). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Edisi kedua. Jakarta : Salemba Medika.


(35)

Ogulensi, J. (2008). Challenges Of Caring For Diabetic Foot Ulcers In Resource-Poor Settings. The Internet Journal of Advanced Nursing Practice, 10, 1-8. Pernambucco, C. S., Rodrigue, B. M., Bezerra, J. C. P., Carrielo, A., & Dias de,

A. (2011). Quality of life, elderly and physical activity. Health, 4, 88-93. Polit, D. F., & Beck, C. T. (2012). Nursing research: principle and methods. 7ed.

Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins

Price, P. (2004). The diabetic foot: Quality of life. Clinical Infectious Diseases, 39, 29-31.

Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI (2014). Situasi dan Analisis Diabetes. Retrived September 26, 2015, from http://www.depkes.go.id RAND Corporation., & Ware J. E (1996). The Short-Form-36 Health Survey. In I.

McDowell (2006). Measuring Health: A Guide to Rating Scales and Questionnaires. 3rd ed (pp 649-645). London: Oxford University Press, Inc.

Registered Nurses’ Association of Ontario (2013). Assessment and Management of Foot Ulcers for People with Diabetes. Second Edition. Retrived November 4, 2015, from http://www.rnao.ca/bestpractices

Robbins, J. M., Strauss, G., Aron, D., Kuba, J., & Kaplan, Y (2008). Mortality Rates and Diabetic Foot Ulcers. Journal of the American Podiatric Medical Association, 98, 489-493.

Utami, T. D., Karim, D., & Agrina (2014). Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup pasien diabetes melitus dengan ulkus diabetikum. JOM PSIK, 1, 1-7.

Verdugo, M. A., Navas, P., Gómez, L. E., & Schalock, R. L. (2012). The concept of quality of life and its role in enhancing human rights in the field of intellectual disability. Journal of Intellectual Disability Research, 56, 1036-1045. doi:10.1111/j.1365-2788.2012.01585.x

Vileikyte, L. (2005). The Psycho-social impact of diabetes foot damage. Diabetes Voice, 50, 11-13.

Walters, N., & Holloway, S. (2013). Personal perceptions of the impact of diabetic foot disease on employment. Diabetic Foot Canada, 1, 32-39. Walters, S. J. (2009). Quality of Life Outcomes in Clinical Trials and Health-care

evaluation. United Kingdom: John Wiley & Sons Ltd

Ware, J. E. (1996). The SF Community- SF-36® Health Survey Update. Retrived April, 28, 2016, from http://www.sf36.org/tools/SF36.shtml#VERS2


(36)

50

Waspadji, S. (2006). Kaki Diabetes. In: A.W. Sudoyo., B. Setiyohadi., I. Alwi., M. Simadibrata K., & S. Setiati (Eds). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 4th ed (pp. 1911-1914). Jakarta; Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FK UI.

Woo, K. Y., Santos, V., & Gamba, M (2013). Understanding diabetic foot. Nursing2013 Journal, 43, 36-42.

World Health Organization (2015). Diabetes. Retrived October 13, 2015, from http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs312/en/index.html

Wound International (2013). International Best Practice GuidelinesWound Management in Diabetic Foot Ulcers. Retrived November, 22, 2015, from http://www.woundsinternational.com

Zeleníková, R., Bužgová, R., Janíková, E., & Jarošová, D (2014). Evaluation of quality of life of patients with diabetic foot syndrome in selected health care facilities of Moravian Silesian region. Ošetřovatelství a porodní asistence, 5, 2-8.


(37)

KERANGKA PENELITIAN 1. Kerangka Penelitian

Kerangka konsep ini bertujuan untuk menggambarkan kualitas hidup pasien luka kaki diabetik yang menjalani perawatan luka kaki di Asri Wound Care Centre Medan. Berdasarkan latar belakang dan tinjauan pustaka, maka kerangka konsep dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

Skema 3.1 Kerangka penelitian kualitas hidup pasien luka kaki diabetik yang menjalani perawatan luka kaki di Asri Wound Care Centre Medan

Kualitas hidup pasien luka kaki diabetik

a. Fungsi fisik

b. Keterbatasan peran fisik c. Nyeri tubuh

d. Kesehatan secara umum

e. Vitalitas / Energi f. Fungsi sosial

g. Keterbatasan peran karena masalah emosional h. Kesehatan mental

Buruk Baik


(38)

2. Definisi Operasional

Tabel 3.1. Depenisi operasional variabel penelitian

Variabel Definisi Operasional Alat ukur Hasil Ukur Skala

Kualitas hidup pasien luka kaki diabetik Persepsi atau pandangan individu dalam menghadapi masalah luka pada kaki yang merupakan komplikasi dari penyakit DM yang dideritanya Kuesioner SF-36v2 yang teridiri dari 36 pertanyaan 0-50 kualitas hidup buruk 51-100 kualitas hidup baik Ordinal Kualitas hidup berdasarkan domain fungsi fisik Kemampuan pasien dalam melakukan kegiatan sehari-hari Kuesioner SF-36v2 terdiri dari 10 pertanyaan 0-50 kualitas hidup buruk 51-100 kualitas hidup baik Ordinal Kualitas hidup berdasarkan domain keterbatasan peran karena masalah fisik Kesehatan fisik mengganggu pekerjaan/aktivitas Kuesioner SF-36v2 terdiri dari 4 pertanyaan 0-50 kualitas hidup buruk 51-100 kualitas hidup baik Ordinal Kualitas hidup berdasarkan domain nyeri tubuh

Rasa sakit atau tidak nyaman yang

dirasakan pasien

Kuesioner SF-36v2 terdiri dari 2 pertanyaan 0-50 kualitas hidup buruk 51-100 kualitas hidup baik Ordinal Kualitas hidup berdasarkan domain kesehatan secara umum Persepsi pasien terhadap status kesehatan secara umum Kuesioner SF-36v2 terdiri dari 5 pertanyaan 0-50 kualitas hidup buruk 51-100 kualitas hidup baik Ordinal


(39)

Variabel Definisi Operasional Alat ukur Hasil Ukur Skala Kualitas hidup berdasarkan domain vitalitas/energi

Rasa lelah dan semangat yang dirasakan dalam melakukan aktivitas sehari-hari Kuesioner SF-36v2 terdiri dari 4 pertanyaan 0-50 kualitas hidup buruk 51-100 kualitas hidup baik Ordinal Kualitas hidup berdasarkan domain fungsi sosial Aktivitas pasien dengan teman, keluarga, dan lingkungannya Kuesioner SF-36v2 terdiri dari 2 pertanyaan 0-50 kualitas hidup buruk 51-100 kualitas hidup baik Ordinal Kualitas hidup berdasarkan domain keterbatasan peran karena masalah emosional Masalah emosional mengganggu pekerjaan/aktivitas Kuesioner SF-36v2 terdiri dari 3 pertanyaan 0-50 kualitas hidup buruk 51-100 kualitas hidup baik Ordinal Kualitas hidup berdasarkan domain kesehatan mental Perasaan bahagia, cemas, depresi, mempengaruhi kehidupan pasien Kuesioner SF-36v2 terdiri dari 5 pertanyaan 0-50 kualitas hidup buruk 51-100 kualitas hidup baik Ordinal


(40)

BAB 4

METODELOGI PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain deskriptif yang bertujuan untuk mengidentifikasi kualitas hidup pasien luka kaki diabetik yang menjalani perawatan luka kaki di Asri Wound Care Centre Medan.

2. Populasi dan Sampel

2.1 Populasi Penelitian

Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien dengan luka kaki diabetik yang menjalani perawatan luka kaki di Asri Wound Care Centre Medan. Jumlah pasien dengan luka kaki diabetik di Asri Wound Care Centre pada bulan Januari sampai September 2015 adalah 310 orang.

2.2 Sampel Penelitian

Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2012). Teknik sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah accidental sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan secara kebetulan ada atau tersedia (Notoajmodjo, 2012). Sampel dalam penelitian ini berjumlah 20 pasien luka kaki diabetik.


(41)

3. Lokasi dan Waktu penelitian

3.1Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Asri Wound Care Centre, Jalan Suluh Gg. Mahmud No.41 Medan, Sumatera Utara. Alasan peneliti mengambil lokasi tersebut karena Asri Wound Care Centre merupakan klinik perawatan luka modern yang lebih spesifik dalam menangani luka diabetik.

3.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2015 – Juli 2016, dan pengumpulan data dilakukan pada bulan Juni 2016

4. Pertimbangan Etik

Penelitian ini dilakukan setelah mendapatkan pengesahan dari Komisi Etik Penelitian Keperawatan dan mendapatkan izin dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, lalu mengirimkan surat izin ke Asri Wound Care Centre sebagai tempat penelitian. Setelah mendapat persetujuan dari Pimpinan Asri Wound Care Centre peneliti mulai mengumpulkan data dengan memberikan lembar persetujuan (informed consent) kepada responden yang diteliti. Sebelum responden mengisi dan menandatangani lembar persetujuan, peneliti menjelaskan maksud, tujuan, prosedur penelitian dan penelitian ini bersifat sukarela sesuai dengan ketentuan yang berlaku tanpa adanya tekanan baik secara fisik maupun psikologis. Peneliti menanyakan kesediaan responden untuk berpartisipasi dalam penelitian dengan menandatangani lembar persetujuan tersebut. Responden memiliki hak untuk menolak keikutsertaannya dalam penelitian ini


(42)

27

Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data. Peneliti cukup memberikan kode pada masing-masing lembar tersebut. Kerahasiaan catatan tentang data responden dijaga dengan tidak menuliskan nama responden pada instrumen penelitian tetapi hanya menuliskan inisial nama saja untuk menjaga kerahasiaan semua informasi yang diberikan.

5. Instrumen penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dibuat dalam bentuk kuesioner, pada bagian pertama instrumen berisi data demografi yang meliputi: usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir, status pernikahan, dan lama menderita luka kaki diabetik. Data demografi bertujuan untuk mengetahui karakteristik responden dan mendeskripsikannya dalam distribusi frekuensi dan presentase.

Instrumen kedua berisi kuesioner untuk mengukur kualitas hidup dengan menggunakan instrumen SF-36v2TM . SF-36v2TM terdiri dari 36 pertanyaan dan

dibagi dalam 8 domain, tiap-tiap pertanyaan mempunyai tipe dan pilihan jawaban yang berbeda. Nilai dari tiap-tiap pertanyaan yang di peroleh berdasarkan pilihan jawaban responden di kuesioner diubah ke transformed score. Transformed score merupakan nilai dalam rentang 0 – 100 yang sudah ditentukan (RAND Corporation & Ware, 1996). Selanjutnya, menentukan nilai rata-rata dari setiap domain. Ware mengatakan dalam The SF Community (2016) bahwa kualitas hidup dikatakan baik apabila nilai rata-rata lebih dari 50, dan dikatakan buruk jika nilai rata-rata kurang dari 50


(43)

Untuk menilai kualitas hidup pasien luka kaki diabetik terdiri dari 8 domain, sebagai berikut :

1. Fungsi fisik ada 10 pertanyaan pada nomor 3a, 3b, 3c, 3d, 3e, 3f, 3g, 3h, 3i, dan 3j. Terdiri dari 3 pilihan jawaban, jika jawaban 1 maka skor 0, jawaban 2 = 50, jawaban 3= 100.

2. Keterbatasan peran karena masalah fisik ada 4 pertanyaan pada nomor 4a, 4b, 4c, dan 4d. Terdiri dari 4 pilihan jawaban, jika jawaban 1= 0, jawaban 2= 25, jawaban 3= 50, jawaban 4=75, jawaban 5=100.

3. Nyeri tubuh ada 2 pertanyaan pada nomor 7 terdiri dari 6 pilihan jawaban dengan skor jawaban 1= 100, jawaban 2= 80, jawaban 3= 60, jawaban 4= 40, jawaban 5= 20, dan jawaban 6= 0. Nomor 8 terdiri dari 5 pilihan jawaban, jawaban 1= 100, jawaban 2= 75, jawaban 3= 50, jawaban 4= 25, dan jawaban 5 = 0

4. Kesehatan secara umum ada 5 pertanyaan pada nomor 1, 11b, dan 11d. terdiri dari 5 pilihan jawaban dengan skor jawaban 1= 100, jawaban 2= 75, jawaban 3= 50, jawaban 4= 25, dan jawaban 5 = 0. Untuk pertanyaan nomor 11a, dan 11c terdiri dari 5 pilihan jawaban jika jawaban 1= 0, jawaban 2= 25, jawaban 3= 50, jawaban 4=75, jawaban 5=100.

5. Energi/vitalitas ada 4 pertanyaan pada nomor 9a, dan 9e, terdiri dari 5 pilihan jawaban dengan skor jawaban 1= 100, jawaban 2= 75, jawaban 3= 50, jawaban 4= 25, dan jawaban 5 = 0. Untuk pertanyaan nomor 9g, dan 9i terdiri dari 5 pilihan jawaban, jika jawaban 1= 0, jawaban 2= 25, jawaban 3= 50, jawaban 4= 75,


(44)

29

6. Fungsi sosial ada 2 pertanyaan pada nomor 6, terdiri dari 5 pilihan jawaban dengan jawaban 1= 100, jawaban 2= 75, jawaban 3= 50, jawaban 4= 25, dan jawaban 5= 0. Pertanyaan nomor 10 terdiri dari 5 pilihan jawaban, jika jawaban 1= 0, jawaban 2= 25, jawaban 3= 50, jawaban 4= 75, jawaban 5= 100.

7. Keterbatasan peran karena masalah emosional ada 3 pertanyaan pada nomor 5a, 5b, dan 5c. Terdiri dari 5 pilihan jawaban dengan skor jawaban jawaban 1= 0, jawaban 2= 25, jawaban 3= 50, jawaban 4= 75, jawaban 5= 100.

8. Kesehatan mental ada 5 pertanyaan, pada nomor 9b, 9c, dan 9f, terdiri dari 5 pilihan jawaban dengan skor jawaban 1= 0, jawaban 2= 20, jawaban 3= 40, jawaban 4= 60, jawaban 5= 80, dan jawaban 6= 100.Untuk pertanyaan nomor 9h 1= 100, jawaban 2= 75, jawaban 3= 50, jawaban 4= 25, dan jawaban 5 = 0.

6. Uji Validitas dan Reabilitas Instrumen

6.1 Uji Validitas

Validitas merupakan pengukuran dan pengamatan yang berarti keandalan instrumen dalam mengumpulkan data. Intrumen harus dapat mengukur apa yang seharusnya di ukur (Nursalam, 2009). Intrumen SF-36v2TM merupakan intrumen baku yang sudah tervalidasi dan sudah di

terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh International Quality of Life Assesment (IQOLA).

6.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan pada 10 responden yang merupakan pasien luka kaki diabetik di poliklinik penyakit dalam RSUP H. Adam Malik Medan. Dari hasil analisa yang digunakan dengan Cronbach Alpha


(45)

didapatkan nilai koefisien reliabilitas 0,93 sehingga peneliti menyimpulkan bahwa kuesioner tersebut sudah reliable untuk digunakan sebagai instrument dalam penelitian ini. Suatu instrumen dikatakan reliabel bila koefisiennya 0,70 atau lebih (Polit & Beck, 2012).

7. Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan terlebih dahulu mendapatkan izin pelaksanaan penelitian dari institusi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan izin dari Asri Wound Care Centre Medan. Setelah mendapatkan izin penelitian, peneliti melaksanakan pengumpulan data penelitian. Peneliti menjelaskan kepada calon responden tentang tujuan, manfaat, dan proses pengisian kuesioner sebelum menanyakan kesediaannya untuk terlibat. Selanjutnya peneliti meminta kesediaan calon responden untuk menandatangani informed consent sebagai bentuk persetujuan bersedia menjadi responden. Kemudian peneliti membacakan isi kuesioner untuk dijawab oleh responden. Selanjutnya peneliti mengolah/menganalisa data yang telah terkumpul.

8. Analisis Data dan Pengolahan Data

Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis univariate yang bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik variabel penelitian (Notoatmodjo, 2012). Pengolahan data dilakukan melalui beberapa tahap yang terdiri dari editing untuk memeriksa kembali kelengkapan data responden serta memastikan bahwa semua pernyataan telah diisi. Selanjutnya setiap kuesioner diberi kode (coding) untuk memudahkan peneliti dalam melakukan tabulasi data


(46)

31

observasi ke dalam program komputer (entry data) dan dilakukan pengolahan data dengan menggunakan teknik komputerisasi, dan hasilnya akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase. Data demografi akan ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan presentase.


(47)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai gambaran kualitas hidup. Jumlah responden pada penelitian ini berjumlah 20 orang. Penelitian dilakukan pada bulan Juni 2016.

1.1 Karateristik Demografi pasien

Data demografi pasien disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan usia, jenis kelamin, status pernikahan, dan lama menderita luka kaki diabetik.


(48)

333 3

Tabel 5.1. Karakteristik pasien luka kaki diabetik yang menjalani perawatan luka kaki di Asri Wound Care Centre (n=20)

No Karakterisitik Frekuensi

(n)

Persentase (%)

1. Usia (Hurlock, 1980) : 18 - 40 tahun (dewasa awal) 41 - 60 tahun (dewasa tengah) >61 tahun (dewasa akhir)

0 15 5 - 75,0 25,0

2. Jenis Kelamin:

Laki-laki Perempuan 8 12 40,0 60,0

3. Pendidikan Terakhir :

SD SMP SMA Perguruan Tinggi 1 9 7 3 5,0 45,0 35,0 15,0

4. Status Pernikahan:

Belum Menikah Menikah Duda/Janda Bercerai 0 18 2 0 - 90,0 10,0 -

5. Lama Menderita Luka Kaki Diabetik

<1 Tahun > 1 Tahun

13 7

65,0 35,0 3

Dari tabel 5.1. diketahui bahwa jumlah pasien yang paling banyak adalah berusia 40-61 tahun yaitu sebanyak 15 pasien (75%), diikuti dengan yang berusia > 61 tahun sebanyak 5 pasien (25%), jenis kelamin terbanyak adalah perempuan sebanyak 12 pasien (60%). Pendidikan terakhir pasien kebanyakan adalah SMP (45%) diikuti SMA (35%). Status pernikahan paling banyak adalah menikah yaitu 18 pasien (90%). Kebanyakan dari pasien menderita luka kaki diabetik < 1 tahun sebanyak 13 pasien (65%).


(49)

1.2 Gambaran Kualitas Hidup Pasien Luka Kaki Diabetik

Berdasarkan hasil penelitian dapat dillihat gambaran kualitas hidup pasien luka kaki diabetik pada tabel berikut ini.

Tabel 5.2. Gambaran Kualitas Hidup Pasien Luka Kaki Diabetik yang Menjalani Perawatan Luka Kaki di Asri Wound Care Centre (n=20)

No Kualitas Hidup Frekuensi

(n)

Persentase (%)

1. Buruk 12 60,0

2. Baik 8 40,0

Secara keseluruhan gambaran kualitas hidup pasien luka kaki diabetik paling banyak dalam kategori buruk sebanyak 12 pasien (60%), dan kategori baik sebanyak 8 pasien (40%).

1.2.1 Kualitas Hidup Pasien Luka Kaki Diabetik berdasarkan Domain Fungsi Fisik.

Berdasarkan hasil penelitian dapat dillihat gambaran kualitas hidup pasien luka kaki diabetik berdasarkan domain fungsi fisik pada tabel berikut ini.

Tabel 5.3 Gambaran Kualitas Hidup Pasien Luka Kaki Diabetik yang Menjalani Perawatan Luka Kaki di Asri Wound Care Center berdasarkan Domain Fungsi Fisik (n=20)

No Kualitas Hidup Frekuensi

(n)

Persentase (%)

1. Buruk 16 80,0

2. Baik 4 20,0

Total 20 100

Berdasarkan tabel 5.3, dapat dilihat bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 16 orang (80%) memiliki kualitas hidup berdasarkan fungsi fisik yang buruk


(50)

353 3

1.2.2 Kualitas Hidup Pasien Luka Kaki Diabetik berdasarkan Domain Keterbatasan Peran karena Masalah Fisik.

Berdasarkan hasil penelitian dapat dillihat gambaran kualitas hidup pasien luka kaki diabetik berdasarkan domain keterbatasan peran karena masalah fisik pada tabel berikut ini.

Tabel 5.4 Gambaran Kualitas Hidup Pasien Luka Kaki Diabetik yang Menjalani Perawatan Luka Kaki di Asri Wound Care Center berdasarkan Domain Keterbatasan Peran karena Masalah Fisik (n=20)

No Kualitas Hidup Frekuensi

(n)

Persentase (%)

1. Buruk 16 80,0

2. Baik 4 20,0

Total 20 100

Berdasarkan tabel 5.4, dapat dilihat bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 16 orang (80%) memiliki kualitas hidup berdasarkan keterbatasan peran karena masalah fisik yang buruk.

1.2.3 Kualitas Hidup Pasien Luka Kaki Diabetik berdasarkan Domain Nyeri Tubuh.

Berdasarkan hasil penelitian dapat dillihat gambaran kualitas hidup pasien luka kaki diabetik berdasarkan domain nyeri tubuh pada tabel berikut ini.

Tabel 5.5 Gambaran Kualitas Hidup Pasien Luka Kaki Diabetik yang Menjalani Perawatan Luka Kaki di Asri Wound Care Center berdasarkan Domain Nyeri Tubuh (n=20)

Kualitas Hidup Frekuensi

(n)

Persentase (%)

Buruk 13 65,0

Baik 7 35,0


(51)

Berdasarkan tabel 5.5 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 13 orang (65%) memiliki kualitas hidup berdasarkan nyeri tubuh yang buruk.

1.2.4. Kualitas Hidup Pasien Luka Kaki Diabetik berdasarkan Domain Kesehatan Secara Umum.

Berdasarkan hasil penelitian dapat dillihat gambaran kualitas hidup pasien luka kaki diabetik berdasarkan domain kesehatan secara umum pada tabel berikut ini

Tabel 5.6 Gambaran Kualitas Hidup Pasien Luka Kaki Diabetik yang Menjalani Perawatan Luka Kaki di Asri Wound Care Center berdasarkan Domain Kesehatan Secara Umum (n=20)

Kualitas Hidup Frekuensi

(n)

Persentase (%)

Buruk 18 90,0

Baik 2 10,0

Total 20 100

Berdasarkan tabel 5.6, dapat dilihat bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 18 orang (90%) memiliki kualitas hidup berdasarkan domain kesehatan secara umum yang buruk.

1.2.5. Kualitas Hidup Pasien Luka Kaki Diabetik berdasarkan Domain Energi/vitalitas

Berdasarkan hasil penelitian dapat dillihat gambaran kualitas hidup pasien luka kaki diabetik berdasarkan domain energi pada tabel berikut ini

Tabel 5.7 Gambaran Kualitas Hidup Pasien Luka Kaki Diabetik yang Menjalani Perawatan Luka Kaki di Asri Wound Care Center berdasarkan Domain Energi (n=20)

No Kualitas Hidup Frekuensi

(n)

Persentase (%)

1. Buruk 3 15,0


(52)

373 3

Berdasarkan tabel 5.7, dapat dilihat bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 17 orang (85%) memiliki kualitas hidup berdasarkan domain energi yang baik.

1.2.6. Kualitas Hidup Pasien Luka Kaki Diabetik berdasarkan Domain Fungsi Sosial.

Berdasarkan hasil penelitian dapat dillihat gambaran kualitas hidup pasien luka kaki diabetik berdasarkan domain fungsi sosial pada tabel berikut ini

Tabel 5.8 Gambaran Kualitas Hidup Pasien Luka Kaki Diabetik yang Menjalani Perawatan Luka Kaki di Asri Wound Care Center berdasarkan Domain Fungsi Sosial (n=20)

Kualitas Hidup Frekuensi

(n)

Persentase (%)

Buruk 16 80,0

Baik 4 20,0

Total 20 100

Berdasarkan tabel 5.8, dapat dilihat bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 16 orang (80%) memiliki kualitas hidup berdasarkan domain fungsi sosial yang buruk.

1.2.7. Kualitas Hidup Pasien Luka Kaki Diabetik berdasarkan Domain Keterbatasan Peran karena Masalah Emosional.

Berdasarkan hasil penelitian dapat dillihat gambaran kualitas hidup pasien luka kaki diabetik berdasarkan domain keterbatasan peran karena masalah emosional pada tabel berikut ini


(53)

Tabel 5.9 Gambaran Kualitas Hidup Pasien Luka Kaki Diabetik yang Menjalani Perawatan Luka Kaki di Asri Wound Care Center berdasarkan Domain Keterbatasan Peran karena Masalah Emosional (n=20)

No Kualitas Hidup Frekuensi

(n)

Persentase (%)

1. Buruk 15 75,0

2. Baik 5 25,0

Total 20 100

Berdasarkan tabel 5.9, dapat dilihat bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 15 orang (75%) memiliki kualitas hidup berdasarkan domain keterbatsan peran karena masalah emosional yang buruk

1.2.8. Kualitas Hidup Pasien Luka Kaki Diabetik berdasarkan Domain Kesehatan Mental.

Berdasarkan hasil penelitian dapat dillihat gambaran kualitas hidup pasien luka kaki diabetik berdasarkan domain kesehatan mental pada tabel berikut ini

Tabel 5.10 Gambaran Kualitas Hidup Pasien Luka Kaki Diabetik yang Menjalani Perawatan Luka Kaki di Asri Wound Care Center berdasarkan Domain Kesehatan Mental (n=20)

No Kualitas Hidup Frekuensi

(n)

Persentase (%)

1. Buruk 0 -

2. Baik 20 100,0

Total 20 100

Berdasarkan tabel 5.10 dapat dilihat bahwa seluruh responden yaitu sebanyak 20 orang (100%) memiliki kualitas hidup berdasarkan domain kesehatan mental yang baik.


(54)

393 3

2. Pembahasan

Hasil penelitian ini disajikan dengan mengacu pada tujuan penelitian yaitu menggambarkan kualitas hidup pasien luka kaki diabetik yang menjalani perawatan luka kaki di Asri Wound Care Centre.

2.1Gambaran kualitas hidup pasien luka kaki diabetik

Kualitas hidup pasien luka kaki diabetik paling banyak dalam kategori buruk yaitu sebanyak 12 pasien (60%). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Almeida, dkk (2013) yang mendapatkan hasil bahwa pasien dengan luka kaki diabetes memiliki kualitas hidup yang rendah jika dilihat dari seluruh domain, dengan domain fungsi fisik, sosial, dan keterbatasan peran karena masalah emosional yang paling mempengaruhi. Zelenikova, dkk (2014) juga mengatakan bahwa luka kaki diabetik menyebabkan dampak yang negatif pada semua aspek kualitas hidup (Zelenikova, et al., 2014). Penurunan kualitas hidup pasien dengan luka diabetes disebabkan karena sifat penyakit yang kronik sehingga dapat berdampak pada pengobatan dan terapi yang dijalanim (Utami, et al., 2014).

Gilpin dan Lagan (2008) mengatakan bahwa berkurangnya mobilitas dan adaptasi dengan perubahan gaya hidup merupakan faktor utama menurunnya kualitas hidup pasien luka kaki diabetik. Luka kaki diabetik merupakan penyakit menahun yang kemungkinan besar mengalami gangguan dalam berbagai aspek kehidupan sehingga dapat mempengaruhi kualitas hidup (Utami, et al., 2014).


(55)

2.2 Kualitas hidup pasien luka kaki diabetik berdasarkan aspek fungsi fisik Kualitas hidup pasien luka kaki diabetik dilihat dari aspek fungsi fisik paling banyak dalam kategori buruk yaitu sebanyak 16 pasien (80%). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Zelenikova, dkk (2014) yang mendapatkan hasil bahwa pasien dengan luka kaki diabetik memiliki kualitas hidup yang lebih buruk dilihat dari domain fisik.

Luka kaki diabetik menyebabkan keterbatasan mobilitas pasien, sehingga meningkatkan ketergantungan pasien terhadap orang lain, hal ini juga dapat menyebabkan masalah dengan lingkungan sosial dan hubungan interpersonal sehingga menyebabkan menurunnya kualitas hidup pasien. (Vileikyte, 2005). 2.3 Kualitas hidup pasien luka kaki diabetik berdasarkan domain keterbatasan

peran karena masalah fisik

Kualitas hidup pasien luka kaki diabetik dilihat dari domain keterbatasan peran karena masalah fisik paling banyak dalam kategori buruk yaitu sebanyak 16 pasien (80%). Pasien luka kaki diabetik yang menjadi responden dalam penelitian ini pada umumnya sudah tidak bekerja lagi, hal ini disebabkan karena luka kaki yang diderita maupun karena faktor usia.

Penelitian yang dilakukan oleh Walters dan Holloway (2013), yang dilakukan terhadap 66 orang responden menghasilkan bahwa 65,2 % pasien tidak lagi bekerja dan 21,2 % pasien mengganti jenis pekerjaan karena luka kaki diabetik yang pasien derita. Penelitian yang dilakukan oleh Utami, dkk (2014) mendapatkan hasil bahwa rasa gelisah dan kesakitan terkadang membuat pasien tidak bisa bekerja seperti biasanya dan mengahambat


(56)

413 3

aktivitas atau rutinitas sehari-hari. Luka kaki diabetik menyebabkan berkurangnya lapangan pekerjaan bagi penderita, sehingga menyebabkan masalah dalam hal ekonomi yang dapat mempengaruhi kualitas hidup (Nasirizibia, et al., 2015).

2.4 Kualitas hidup pasien luka kaki diabetik berdasarkan domain nyeri tubuh Kualitas hidup pasien luka kaki diabetik dilihat dari domain nyeri tubuh paling banyak dalam kategori buruk yaitu sebanyak 13 pasien (65%). Pasien mengatakan rasa nyeri ada pada malam hari pada saat ingin tidur, dan ketika berjalan, sehingga hal ini menggangu aktivitas pasien sehari-hari dan mempengaruhi kualitas hidup pasien. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Bradbury dan Price (2011) yang menyatakan bahwa rasa nyeri yang dirasakan pasien terjadi ketika ingin tidur, berpakaian, berdiri dan berjalan maupun berjalan jarak pendek.

Vileikyte (2005) mengatakan bahwa rasa nyeri dapat menyebabkan depresi pada pasien, yang dapat menyebabkan menurunnya kualitas hidup dilihat dari domain kesehatan mental.

2.5 Kualitas hidup pasien luka kaki diabetik berdasarkan domain kesehatan secara umum

Kualitas hidup pasien luka kaki diabetik dilihat dari domain kesehatan secara umum paling banyak dalam kategori buruk yaitu sebanyak 18 pasien (90%). Penelitian yang dilakukan oleh Almeida, dkk (2013) mengatakan bahwa luka kaki diabetik menyebabkan perubahan gaya hidup, perubahan pola tidur, dan penderitaan pada pasien. Kondisi ini mencegah pasien melakukan


(57)

aktivitas sehari-hari, rekreasi, maupun kegiatan dengan keluarga, hal ini menyebabkan persepsi pasien tentang kesehatan secara umum tidak baik. 2.6 Kualitas hidup pasien luka kaki diabetik berdasarkan domain vitalitas/

energi

Kualitas hidup pasien luka kaki diabetik dilihat dari domain vitalitas/energi paling banyak dalam kategori baik yaitu sebanyak 17 pasien (85%). Dari hasil penelitian didapatkan bahwa pasien masih semangat menjalani kehidupan walaupun dengan luka yang pasien derita, sehingga pasien masih rutin menjalani perawatan luka kakinya, Dukungan dari keluarga membuat pasien lebih semangat untuk segera sembuh dari penyakitnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Almeida (2013) yang mengatakan bahwa dukungan sosial dari keluarga, teman atau pasangan merupakan sumber daya dan energi bagi pasien.

2.7 Kualitas hidup pasien luka kaki diabetik berdasarkan domain fungsi sosial

Kualitas hidup pasien luka kaki diabetik dilihat dari domain fungsi sosial paling banyak dalam kategori buruk yaitu sebanyak 16 pasien (80%). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Vileikyte (2005), yang mengatakan bahwa keterbatasan mobilitas menyebabkan masalah dengan lingkungan sosial dan hubungan interpersonal. Berdasarkan hasil penelitian di Asri Woud Care Centre didapatkan bahwa kebanyakan pasien sudah tidak lagi mengikuti kegiatan sosial di lingkungannya.


(58)

433 3

Pada umumnya pasien akan merasa rendah diri karena ketidakmampuan untuk tampil di lingkungan sosial dan menjalankan perannya dalam keluarga. Pasien menganggap dirinya sebagai beban dalam keluarga, dan pada akhirnya menyebabkan menurunnya kualitas hidup.

2.8Kualitas hidup pasien luka kaki diabetik berdasarkan domain keterbatasan peran karena masalah emosional

Kualitas hidup pasien luka kaki diabetik dilihat dari domain keterbatasan peran karena masalah emosional paling banyak dalam kategori buruk yaitu sebanyak 15 pasien (75%). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Utami, Karin, & Agrina (2014), peneliti mendapatkan hasil bahwa sebagian besar pasien mengatakan bahwa rasa gelisah dan kesakitan yang terkadang membuat pasien tidak dapat bekerja seperti biasanya dan menghambat aktivitas atau rutinitas sehari-hari.

Hasil penelitian Kusumadewi (2011) juga menyatakan bahwa selain fungsi fisik yang terganggu, perasaan cemas dan mudah tersinggung juga menimbulkan keterbatasan dalam aktivitas sosial yang mengakibatkan seseorang kurang sejahtera dan berdampak pada kualitas hidupnya.

2.9 Kualitas hidup pasien luka kaki diabetik berdasarkan domain kesehatan mental

Kualitas hidup seluruh pasien luka kaki diabetik (100%) dilihat dari domain kesehatan mental dalam kategori baik. Hasil penelitian didapatkan bahwa kebanyakan pasien memiliki pasangan, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup pasien. Hal tersebut disebabkan karena pasien mendapatkan


(59)

dukungan dari pasangannya. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Anggina (2010), yang mendapatkan hasil bahwa dukungan pasangan merupakan segala perilaku dan sikap positif yang diberikan kepada individu yang sakit atau mengalami masalah kesehatan.

Vileikyte (2005) mengatakan bahwa tidak ada hubungan depresi dengan luka kaki diabetik, hal ini bisa disebabkan karena pasien yang menderita luka kaki diabetik menerima dukungan keluarga dan pengobatan yang cukup yang dapat mencegah terjadinya depresi. Berbeda dengan pendapat Marcelino & Carvalho (2005 dalam Almeida, et al., 2013) yang mengatakan bahwa pasien luka kaki diabetes merasa khawatir, frustasi, dan putus asa,yang disebabkan karena penyakit yang dideritanya dan komplikasi yang menyertainya. Pasien juga mungkin memiliki harga diri yang rendah, cemas, serta depresi. Gilpin & Lagan (2008) juga mengatakan bahwa sebagian besar pasien dengan luka kaki diabetes merasa depresi, frustasi, marah, dan merasa berasa bersalah akibat keterbatasan yang disebabkan oleh penyakit tersebut.

Hasil penelitian yang berbeda menunjukkan bahwa pasien luka kaki diabetik harus dipantau gejala depresi atau gangguan kesehatan mental lainnya dan diberikan penanganan yang sesuai jika diperlukan (Vileikyte, 2005).


(60)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan

Kualitas hidup pasien luka kaki diabetik secara keseluruhan berada dalam kategori buruk. Kualitas hidup berdasarkan domain fungsi fisik, keterbatasan peran karena masalah fisik, nyeri tubuh, kesehatan secara umum, fungsi sosial, dan keterbatasan peran karena masalah emosional berada dalam kategori buruk, tetapi pada domain energi/vitalitas dan domain kesehatan mental menunjukkan kualitas hidup baik. Keterbatasan fisik akibat dari luka kaki diabetik yang di derita menyebabkan pasien bergantung kepada keluarga maupun orang disekitar dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Oleh karena itu dukungan dari keluarga dan orang di sekitar pasien dapat memberikan dampak positif terhadap kualitas hidup pasien luka kaki diabetik.

2. Saran

2.1Bagi Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi tentang kualitas hidup pasien luka kaki diabetik, sehingga dapat menambah pengetahuan,dan memberikan pemahaman yang lebih baik terhadap pasien yang menderita luka kaki diabetik

2.2Bagi Praktik Keperawatan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pasien memiliki kualitas hidup dalam kategori buruk, maka diharapkan perawat dapat


(61)

memberikan asuhan keperawatan dan dukungan kepada pasien untuk meningkatkan kualitas hidupnya.

2.3Bagi Penelitian Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi peneliti selanjutnya untuk meneliti aspek-aspek lain yang mempengaruhi kualitas hidup pasien luka kaki diabetik dengan menggunakan metode penelitian yang berbeda.


(62)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Diabetes Melitus (DM)

1.1Pengertian Diabetes Melitus

Diabetes Melitus (DM) adalah sekelompok penyakit yang ditandai dengan kadar gula darah yang tinggi (hiperglikemia). Ketika seseorang memiliki diabetes, maka tubuh tidak dapat memproduksi insulin dengan cukup atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif. Jika gula darah menumpuk dalam tubuh dan tidak terkontrol, dapat menyebabkan komplikasi kesehatan yang serius, seperti penyakit jantung, stroke, penyakit ginjal, kebutaan, amputasi tungkai dan kaki, dan kematian dini (CDC, 2014).

1.2 Kaki Diabetes

American College of Foot and Ankle Surgeons (2015) menyatakan bahwa orang dengan diabetes rentan untuk mengalami masalah pada kaki, sering kali terjadikarena dua komplikasi diabetes, yaitu : kerusakan saraf (neuropati) dan sirkulasi darah ke kaki yang buruk. Neuropati menyebabkan mati rasa di kaki, hilangnya kemampuan untuk merasakan rasa sakit dan ketidaknyamanan di kaki, sehingga penderita tidak merasakan adanya cedera atau iritasi di kaki. Sirkulasi darah yang buruk di kaki menyebabkan luka di kaki sulit untuk sembuh. Memiliki diabetes meningkatkan risiko terjadinya berbagai masalah


(63)

pada kaki. Selain itu, dengan diabetes, masalah kaki yang kecil dapat berubah menjadi komplikasi yang serius.

1.2.1 Gangguan pada kuku (kuku masuk ke dalam jaringan)

Kuku kaki yang tumbuh ke dalam kulit di sisi kuku Keadaan ini disebabkan oleh perawatan kuku yang tidak tepat, misalnya pemotongan kuku yang salah, dan kebiasaan mencungkil kuku. Hal ini sering terjadi tanpa disadari karena adanya neuropati. Jika tidak segera ditangani akan menyebabkan infeksi.

1.2.2 Hammer toes

Pemakaian sepatu yang terlalu sempit dapat menimbulkan luka pada jari- jari kaki, sehingga terjadi peradangan. Dengan adanya neuropati dan peradangan yang lain pada ibu jari kaki menyebabkan terjadinya perubahan bentuk jari kaki seperti martil (hammer toe).

1.2.3 Kulit kering dan pecah-pecah

Sirkulasi darah yang buruk dan neuropati dapat membuat kulit kaki kering. Hal ini mungkin tampak tidak berbahaya, tetapi kulit kering dapat mengakibatkan kulit menjadi pecah-pecah yang mungkin dapat menjadi luka dan dapat menyebabkan infeksi.

1.2.4 Calluses atau kapalan

Penggunaan sepatu yang tidak sesuai dapat menyebabkan penekanan yang berulang-ulang pada daerah tertentu di kaki, dengan adanya kondisi neuropati pada penderita Diabetes Melitus hal tersebut


(64)

9

pengerasan pada kulit di kaki (calluses). Jika tidak segera ditangani dengan tepat, maka akan berlanjut menjadi kulit kering dan pecah – pecah, dan luka kaki yang disebabkan oleh penurunan sirkulasi darah dan neuropati.

1.2.5 Charcot foot

Merupakan kelainan bentuk kaki yang kompleks. Charcot foot terjadi karena hilangnya sensasi pada kaki, tidak terdeteksinya tulang yang patah yang menyebabkan kerusakan jaringan lunak pada kaki. Neuropati menyebabkan rasa sakit atau nyeri akibat fraktur terjadi tanpa disadari dan pasien terus berjalan, akhirnya menyebabkan deformitas. Pada kondisi yang berat dapat menyebabkan cacat, dan bahkan amputasi.

1.2.6 Luka kaki

Karena sirkulasi darah yang buruk dan neuropati pada kaki, luka atau lecet dapat dengan mudah berubah menajdi luka atau borok yang terinsfeksi dan sulit untuk sembuh. Jika tidak ditangani dengan tepat maka akan mengakibatkan amputasi pada kaki maupun kematian.

2. Luka Kaki Diabetik

2.1 Pengertian Luka Kaki Diabetik

Gitarja (2008) mengatakan bahwa luka adalah rusaknya kesatuan atau komponen jaringan, dimana secara spesifik terdapat substansi jaringan yang rusak atau hilang. Luka kaki diabetik merupakan luka yang terjadi pada pasien diabetes yang melibatkan gangguan pada saraf periferal dan autonomik (Maryunani, 2013). Frykberg (2002) menyatakan bahwa luka kaki diabetik


(65)

adalah luka atau lesi pada pasien DM yang dapat mengakibatkan ulserasi aktif dan merupakan penyebab utama amputasi kaki.

2.2 Etiologi Luka Kaki Diabetik

Menurut Wounds International (2013) kebanyakan pasien dengan luka kaki diabetik disebabkan oleh adanya peripheral neuropathy dan peripheral arterial disease (PAD)atau keduanya.

2.2.1 Peripheral Neuropathy (Kerusakan Saraf Perifer)

Peripheral Neuropathy menyebabkan luka kaki diabetik yang diakibatkan dari kerusakan saraf sensorik, motorik, dan otonomik. Pasien dengan kerusakan saraf sensori tidak menyadari adanya trauma pada kulit. Kehilangan sensasi menyebabkan pasien rentan mengalami trauma fisik, kimia, dan panas. Lecet, kemerahan, atau perdarahan pada kulit disebabkan oleh gerakan yang berlebihan atau alas kaki yang buruk, Jika hal ini terus berlanjut akan menyebabkan terjadinya luka kaki (Woo, Santos, dan Gamba, 2013). Pada pasien dengan kerusakan saraf motorik menyebabkan deformitas pada kaki, seperti hammer toes, dan kaki claw yang mengakibatkaan tekanan yang abnormal pada tonjolan tulang, hal ini menyebabkan rentan terjadinya luka pada kaki. Sedangkan pasien dengan kerusakan saraf otonomik biasanya terkait dengan kulit kering, yang dapat mengakibatkan terjadinya fissure, cracking, dan callus, yang jika terus berlanjut akan menjadi luka kaki.


(66)

11

2.2.2 Peripheral Arterial Disease (PAD)

Pasien dengan DM dua kali lebih mungkin untuk memiliki PAD daripada pasien yang tidak menderita DM. Peripheral Arterial Disease meningkatkan risiko terjadinya luka, infeksi dan amputasi sebagai akibat dari iskemik yang menyebabkan penurunan pasokan darah dan perfusi jaringan ke ekstremitas bawah. Perlu di ingat bahwa kerika terjadi penurunan aliran darah arteri, microangiopaty (disfungsi pembuluh darah kecil) berpengaruh pada penyembuhan luka yang buruk.

Luka kaki diabetik biasanya terjadi karena dua atau lebih faktor penyebab secara bersamaan. Unsur intrinsik seperti neuropati, PAD, dan deformitas pada kaki disertai dengan trauma ekternal seperti penggunaan alas kaki yang buruk, luka pada kaki seiring berjalannya waktu dapat menjadi luka kaki diabetik. Neuropati Sensori Perifer

2.3 Pengkajian Luka Kaki Diabetik

Registered Nurses’ Association of Ontario (2013) mengemukakan bahwa pengkajian luka kaki diabetik terdiri dari, mengukur panjang dan kedalam luka, jenis eksudat, bau, kulit disekitar luka, nyeri, dan klasifikasi / stadium luka.

2.3.1 Mengukur Panjang, Lebar dan kedalaman luka.

Hal ini sangat penting untuk mengevaluasi apakah luka semakin membaik menuju hasil yang diinginkan. Mengukur kedalaman luka harus diiringi dengan pengukuran panjang dan lebar luka, untuk memberikan data kuantitatif untuk secara akurat menentukan penyembuhan luka.


(67)

Mengukur kedalaman luka dilakukan dengan lembut dengan memasukkan swab tongkat steril atau probe ke dalam luka.

2.3.2 Eksudat

Karakteristik eksudat pada luka memberikan informasi penting tentang status luka. RNAO merekomendasikan menggambarkan jenis eksudat diamati dari luka menggunakan terminologi umum sebagai berikut:

Tabel 2.1. Karakteristik eksudat pada luka kaki diabetik

Jenis Eksudat

Cairan kuning jernih tanpa darah, atau nanah

Serosa

Tipis, berair, merah pucat menjadi merah muda

Seroanguinosa

Berdarah, merah terang Sanguinous

Tebal, berawan, mustard kuning atau cokelat

Purulent / bernanah

2.3.3 Bau

Semua luka, terutama yang diobati dengan moisture retentive dressings, dapat memancarkan bau, dan penting untuk menilai karakteristik bau dari luka tersebut. Perubahan bau mungkin menunjukkan perubahan dalam keseimbangan bakteri. Luka yang infeksi sering mengeluarkan bau yang khas khas dan tidak menyenangkan. Luka nekrotik cenderung memiliki lebih banyak bau dari luka bersih. Luka


(68)

13

yang terinfeksi anaerob, gangren, cenderung menghasilkan bau tajam atau busuk yang berbeda.

2.3.4 Kulit disekitar Luka

Kondisi kulit disekitar luka memberikan informasi penting tentang status luka sehingga dapat memilih intervensi dan pengobatan pada luka. Hal-hal yan harus diperhatikan kerika mengkaji kulit disekita luka adalah : 1) Warna dan suhu kulit, kemerahan mungkin menunjukkan tekanan tak henti-hentinya atau peradangan berkepanjangan. Peningkatan suhu (eritema) di daerah luka juga dapat menunjukkan infeksi pada luka, 2) Pembentukan kalus, 3) Edema/pembengkakan yang dapat menunjukkan terjadinya infeksi.

2.3.5 Nyeri

Terjadinya nyeri pada luka adalah indikator kuat dari infeksi luka kronis. Nyeri yang terjadi sering digambarkan seperti rasa terbakar dan tertusuk, dan nyeri biasanya muncul ketika terjadi gerakan atau perubahan posisi kaki.

2.3.6 Klasifikasi / Stadium Luka kaki diabetik

Salah satu yang tertua dan mungkin klasifikasi yang paling terkenal adalah klasifikasi yang diusulkan oleh Wagner dan Meggitt pada tahun 1970-an. Klasifikasi ini dikenal sebagai "Wagner Classification" di Amerika Serikat dan menggunakan enam grade dalam menglasifikasikan luka kaki diabetik.


(69)

Stadium 0 : Tidak terdapat lesi. Kulit dalam keadaan baik, tetapi dengan bentuk tulang kaki yang menonjol (charcot arthropathies).

Stadium 1 : Luka superfisial (sebagian atau keseluruhan)

Stadium 2 : Lesi terbuka dengan penetrasi ke tulang atau tendon (dengan goa)

Stadium 3 : Penetrasi daam, osteomyelitis, pyarhrosis, plantar abses atau infeksi

Stadium 4 : Gangrene sebagian, menyebar hingga sebagian dari jari kaki, kulit sekitarnya selulitis, gangrene lembab / kering. Stadium 5 : Seluruh kaki dalam kondisi nekrotik dan gangrene. 2.4Patofisiologi Luka Kaki Diabetik

Terjadinya luka kaki diabetik diawali dengan adanya hiperglikemia pada penyandang DM yang menyebabkan kelainan neuropati dan kelainan pem buluh darah. Neuropati, baik neuropati sensorik maupun motorik dan autonomik akan mengakibatkan berbagai perubahan pada kulit dan otot, yang kemudian menyebabkan terjadinya perubahan distribusi tekanan pada telapak kaki dan selanjutnya mempermudah terjadinya luka.

3. Kualitas Hidup

3.1 Pengertian Kualitas Hidup

Kualitas hidup menurut WHO (2004) didefinisikan sebagai persepsi individu mengenai posisi individu dalam hidup, konteks budaya dan sistem


(70)

15

yang ditetapkan dan perhatian seseorang. Bowling (2003) mengatakan bahwa kualitas hidup merupakan konsep yang dinamis, dimana nilai-nilai dan evaluasi diri dari kehidupan dapat berubah dari waktu ke waktu dalam menghadapi kehidupan, kesehatan, dan pengalaman.

Kualitas hidup merupakan konsep multidimensi yang luas yang biasanya meliputi evaluasi subjektif dari domain kehidupan yang positif maupun negatif. Meskipun kesehatan merupakan salah satu domain penting dari kualitas hidup, ada domain lain juga misalnya, pekerjaan, perumahan, sekolah, lingkungan, domain budaya, nilai - nilai, dan spiritualitas juga merupakan domain penting dari kualitas hidup (CDC, 2011).

Walters (2009) menyatakan bahwa pengukuran kualitas hidup di dalam praktik klinis menjadikan komunikasi dengan pasien menjadi lebih mudah dan membantu mencari tahu informasi tentang berbagai masalah yang dapat mempengaruhi pasien.

Verdugo, Navas, Gómez, dan Schalock (2012) mengatakan bahwa kualitas hidup mencerminkan empat prinsip berikut : 1) kualitas hidup terdiri dari faktor-faktor yang sama untuk semua orang, 2) kualitas hidup merupakan pengalaman seseorang ketika kebutuhannya terpenuhi dan ketika individu memiliki kesempatan untuk meningkatkan pengaturan aktivitas hidup, 3) kualitas hidup terdiri dari komponen subjektif dan objektif, dan 4) kualitas hidup merupakan konsep multidimensi yang dapat dipengaruhi oleh faktor individu maupun faktor lingkungan.


(71)

Moons, Marquet, Budts, dan de Geest (2004) menyebutkan ada 6 kriteria dalam kualitas hidup: 1) kualitas hidup tidak boleh digunakan secara bergantian dengan status kesehatan ataupun kemampuan fisik, 2) kualitas hidup lebih bergantung pada penilaian subjektif daripada parameter objektif, 3) tidak ada perbedaan yang jelas antara indikator - indikator kualitas hidup dengan faktor - faktor yang menentukan kualitas hidup, 4) kualitas hidup dapat berubah dari waktu ke waktu, namun tidak banyak, 5) kualitas dapat dipengaruhi baik secara positif maupun negatif, 6) penilaian kualitas hidup secara keseluruhan lebih disukai daripada kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan (health-related quality of life).

Kualitas hidup merupakan tingkat kepuasaan hidup secara keseluruhan baik positif maupun negatif yang dipengaruhi oleh persepsi individu dari domain - domain penting bagi kehidupan mereka, yang berhubungan dengan kesehatan maupun tidak (Moons, et al., 2004). Faktor – faktor lain seperti keluarga, pekerjaan, kesehatan, dll mungkin memiliki dampak positif maupun negatif bagi kualitas hidup seseorang.

3.2 Faktor – faktor yang mempengaruhi kualitas hidup 3.2.1 Usia

Kualitas hidup individu dengan usia muda akan lebih baik karena kondisi fisiknya yang lebih baik dibandingkan yang berusia tua (Utami, Karim, & Agrina, 2014)


(72)

17

3.2.2 Status pernikahan

Utami, Karim, dan Agrina (2014) mengatakan bahwa pasien yang mempunyai pasangan atau sudah menikah memiliki kualitas hidup yang tinggi. Hal tersebut disebabkan karena pasien mendapatkan dukungan dari pasangannya.

3.2.3Pekerjaan

Moons dan koleganya (2004) mengatakan bahwa terdapat perbedaan kualitas hidup antara individu yang berstatus sebagai pelajar, penduduk yang bekerja, individu yang tidak bekerja (atau sedang mencari pekerjaan), dan individu yang tidak mampu bekerja (atau memiliki disablity tertentu).

3.3 Aspek-aspek yang mempengaruhi kualitas hidup pasien luka kaki diabetik 3.3.1 Aspek fisik

Luka kaki diabetik memberikan dampak yang signifikan terhadap kesehatan fisik seseorang, khususnya berkurangnya mobilitas yang diakibatkan oleh luka kaki diabetik (Gilpin & Lagan, 2008).

3.3.2 Aspek psikologis

Berbagai penelitian mengungkapkan bahwa orang – orang dengan luka kaki diabetik menghadapi banyak masalah psikologis dan emosional (Gilpin dan Lagan 2008). Brod M (1998 dalam Gilpin & Lagan, 2008) mengatakan bahwa sebagian besar individu dengan luka kaki diabetik mengalami frustasi, marah dan rasa bersalah yang diakibatkan oleh penyakit yang di derita.


(73)

3.3.3 Aspek sosial

Ashford, McGee, & Kinmond (2000 dalam Gilpin & Lagan, 2008) Menyatakan bahwa seseorang dengan luka kaki diabetik banyak bergantung pada keluarga dan teman – teman mereka untuk melaksanakan tugas yang tidak mampu mereka lakukan, seperti mengganti balutan luka, dan merawat luka. Hal ini terkadang dapat menyebabkan masalah hubungan keluarga. Seluruh individu melaporkan bahwa kehilangan mobilitas berarti bahwa mereka tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari, seperti berbelanja atau mandi.

3.3.4 Aspek ekonomi

Brod M (1998 dalam Gilpin & Lagan, 2008) mengatakan bahwa seseorang yang hidup dengan luka kaki diabetik akan berpengaruh terhadap kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan, yang mengakibatkan adanya masalah pada keuangan. Sekitar 50% individu melaporkan tidak lagi berkerja karena luka kaki diabetik yang dimilikinya dan 50% lagi mengatakan bahwa karirnya terbatas.

4. Kuesioner SF-36

Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah Short Form 36 atau SF-36 dari The Medical Outcomes Study berisi 36 item yang didesain sebagai alat ukur kualitas hidup. SF-36 pada awalnya diterbitkan pada tahun 1988, dan pada tahun 1996, SF-36 mulai dievaluasi dengan versi 2.0 (SF-36v2TM) dengan bentuk pertanyaan yang lebih sederhana dan lebih mudah digunakan. Untuk memudahkan


(74)

19

beberapa bahasa termasuk bahasa Indonesia tanpa mengubah makna aslinya dan telah di publikasi (RAND Corporation & Ware, 1996).

SF-36 merupakan instrumen umum yang paling sering digunakan, misalnya penelitian yang dilakukan oleh Ribu et al. (2007), Valensi et al. (2011), Yekta et al. (2011) yang merupakan penelitian kualitas hidup pada pasien dengan sindrom kaki diabetes (Zelenikova, et al., 2014). Sebagai instrumen generik, SF - 36 dirancang untuk dapat diterapkan pada berbagai jenis dan tingkat keparahan kondisi kesehatan (RAND Corporation & Ware, 1996).

SF-36 adalah sebuah kuesioner yang mengukur kualitas hidup pasien berdasarkan 8 domain sebagai berikut (Almeida, Silveira, & Santo et., al 2013) :

1. Fungsi fisik

Terdiri dari 10 pertanyaan yang menilai kemampuan pasien melakukan aktivitas fisik seperti mandi, berpakaian, berjalan, membungkuk, dan menaiki tangga. Nilai yang rendah menunjukkan keterbatasan semua aktivitas tersebut, sedangkan nilai yang tinggi menunjukkan kemampuan melakukan semua aktivitas fisik.

2. Keterbatasan peran karena masalah fisik

Terdiri dari 4 pertanyaan yang mengevaluasi seberapa besar kesehatan fisik pasien mengganggu pekerjaan atau aktivitas sehari-hari. Nilai yang rendah menunjukkan bahwa kesehatan fisik menimbulkan masalah terhadap pekerjaan/aktivitas sehari-hari. Nilai yang tinggi menunjukkan kesehatan fisik tidak menimbulkan maslah terhadap pekerjaan ataupun aktivitas sehari-hari.


(75)

3. Nyeri tubuh

Terdiri dari 2 pertanyaan yang mengevaluasi intensitas nyeri dan efek nyeri terhadap aktivitas sehari-hari. Nilai yang rendah menunjukkan rasa nyeri yang parah dan sangat membatasi aktivitas. Nilai yang tinggi menunjukkan tidak ada rasa nyeri yang dirasakan sehingga tidak mengganggu aktivitas sehari-hari.

4. Kesehatan secara umum

Terdiri dari 5 pertanyaan yang mengevaluasi persepsi pasien terhadap status kesehatan. Nilai yang rendah menunjukkan persepsi terhadap kesehatan diri sendiri buruk atau semakin memburuk. Nilai yang tinggi menunjukkan persepsi terhadap kesehatan diri sendiri sangat baik.

5. Vitalitas / Energi

Terdiri dari 4 pertanyaan yang mengevaluasi tingkat kelelahan, dan semangat. Nilai yang rendah menunjukkan perasaan lelah, dan tidak semngat. Nilai yang tinggi menunjukkan perasaan penuh semangat.

6. Fungsi Sosial

Terdiri dari 2 pertanyaan yang mengevaluasi tingkat kesehatan fisik atau masalah emosional mengganggu aktivitas sosial. Nilai yang rendah menunjukkan aktivitas sosial yang sering terganggu. Nilai yang tinggi menunjukkan tidak ada gangguan pada aktivitas sosial sehari-hari.

7. Keterbatasan peran karena masalah emosional

Terdiri dari 3 pertanyaan yang mengevaluasi tingkat dimana masalah emosional mengganggu pekerjaan atau aktivitas sehari-hari. Nilai yang rendah


(76)

21

tidak dapat bekerja seperti biasanya. Nilai yang tinggi menunjukkan tidak ada gangguan dalam pekerjaan atau aktivitas sehari-hari karena masalah emosional.

8. Kesehatan mental

Terdiri dari 5 pertanyaan yang mengevaluasi sejauhmana perasaan cemas, depresi, kebahagiaan, dan kesejahteraan mempengarugi kehidupan. Nilai yang rendah menunjukkan perasaan depresi dan putus asa sepanjang waktu. Nilai yang tinggi menunjukkan perasaan penuh kedamaian, bahagia, dan tenang.


(77)

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit yang paling sering diderita di Indonesia maupun di dunia saat ini. International Diabetes Federation (IDF) menyatakan bahwa pada tahun 2014 ada 387 juta orang yang hidup dengan DM, dan telah menjadikan DM sebagai penyebab kematian ke tujuh di dunia. Lebih dari 80% kematian yang disebabkan oleh DM terjadi di negara – negara berpenghasilan rendah dan menengah (WHO, 2015).

Dua ratus ribu orang meninggal setiap tahunnya di Amerika Serikat karena DM. Lebih dari 29 juta orang atau 9,3% dari populasi Amerika Serikat menderita DM (CDC, 2014). Sedangkan di Eropa menurut data IDF 7,9% dari penduduknya menderita DM. IDF juga menyatakan bahwa jumlah orang dewasa yang terkena DM akan meningkat sebesar 55% pada tahun 2035.

International Diabetes Federation (IDF) tahun 2014 menyatakan bahwa prevalensi DM di Indonesia sekitar 5,81% dari populasi penduduknya. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 proporsi penduduk Indonesia dengan diabetes melitus adalah 6,9%. Prevalensi yang terdiagnosis dokter tertinggi terdapat di DI Yogyakarta (2,6%), DKI Jakarta (2,5%), Sulawesi Utara (2,4%), dan Kalimantan Timur (2,3%). Sedangkan prevalensi diabetes melitus di Sumatera Utara yaitu 1,8% (Kemekes RI, 2014).

Diabetes melitus (DM) disebut juga sebagai silent killer karena sering tidak disadari oleh penyandangnya dan saat diketahui sudah terjadi komplikasi.


(78)

2

DM dapat mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan dan komplikasi, seperti retinopati, penyakit kardiovaskular, nefropati, dan masalah pada kaki. Komplikasi pada kaki merupakan salah satu masalah yang paling umum terjadi pada penderita DM. Beberapa masalah pada kaki diabetik yaitu, perubahan bentuk kaki karena atrofi otot ataupun perubahan tulang dan sendi seperti Bunion, Hammer Toes (ibu jari martil), Charcot Foot, dan luka kaki diabetik.

Luka kaki diabetik disebabkan karena status hiperglikemia pasien DM yang menyebabkan neuropati dan vaskulopati. Kerusakan pembuluh darah (vaskulopati) akibat dari kadar gula darah yang tinggi dalam waktu yang lama dapat mengganggu aliran darah sehingga kaki tidak mendapat nutrisi yang cukup, yang menjadikan kaki lemah, mudah luka dan sulit untuk sembuh jika terjadi luka. Kondisi neuropati juga memperburuk keadaan pasien DM karena mengakibatkan kepekaan terhadap rasa nyeri, panas, dan dingin berkurang, sehingga pasien tidak sadar kakinya terluka. Jika kaki yang terluka tidak ditangani, maka akibatnya dapat terjadi komplikasi dan menyebabkan ulserasi dan bahkan amputasi.

Mansour dan Alavai (2005) menyatakan bahwa luka kaki diabetik terdapat pada 15% kasus diabetes melitus dan 80% - 85% kasus amputasi disebabkan oleh luka kaki diabetik. Young, Boulton, Maclod, Williams, & Sonksen (1993 dalam Abbot, et al., 2005) menemukan bahwa 6000 pasien dengan diabetes di Inggris, 2% diantaranya ditemukan memiliki luka kaki diabetik dan 2,5% telah menjalani amputasi. Dari total amputasi yang dilakukan di Amerika Serikat, 50% amputasi disebabkan oleh luka kaki diabetik. Telah diperkirakan bahwa setiap 20 detik satu


(1)

vi

4. Pihak RSUP H. Adam Malik Medan yang telah memberikan izin untuk melakukan uji reliabilitas intrumen penelitian.

5. Teristimewa untuk keluarga tercinta, kedua orang tua yang selalu memberi dukungan baik moril maupun materil, serta senantiasa mendoakan peneliti dalam proses pengerjaan skripsi ini, dan kepada saudara-saudara peneliti yang lain yang juga turut mendoakan peneliti.

6. Terima kasih juga kepada sahabat peneliti yang banyak memberikan dukungan dan semangat serta berbagi suka dan duka dalam proses pengerjaan skripsi ini.

7. Teman-teman seperjuangan S1 stambuk 2012 Fakultas Keperawatan USU, yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak memberikan masukan, berbagi pengetahuan dan mendukung peneliti.

Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa dan penuh kasih melimpahkan berkat karunia-Nya kepada semua pihak yang telah banyak membantu peneliti. Peneliti menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Harapan peneliti, skripsi ini dapat bermanfaat bagi peningkatan pengetahuan dan pengembangan profesi. Akhir kata, peneliti mengucapakan terima kasih.

Medan, Agustus 2016


(2)

vii

Daftar Isi

Halaman

Halaman Judul ...i

Halaman Persetujuan ...ii

Halaman Pengesahan ...iii

Abstrak ...iv

Kata Pengantar ...v

Daftar Isi ...vii

Bab 1. Pendahuluan ...1

1. Latar Belakang ...1

2. Pertanyaan penelitian ...5

3. Tujuan Penelitian ...5

4. Manfaat Penelitian ...6

Bab 2. Tinjauan Pustaka ...7

1. Diabetes Melitus ...8

1.1 Definisi Definisi Diabetes Melitus ...8

1.2 Kaki Diabetes...8

2. Luka kaki diabetik...9

2.1 Pengertian luka kaki diabetik ...9

2.2 Etiologi luka kaki diabetik...10

2.3 Pengkajian luka kaki diabetik ...11

2.4 Patofisiologi luka kaki diabetik ...14

3. Kualitas Hidup ...14

3.1 Pengertian kualitas hidup ...14

3.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup ...16

3.3 Aspek-aspek yang mempengaruhi kualitas hidup ...17

4. Kuesioner SF-36 ...18

Bab 3. Kerangka Penelitian ...22

1. Kerangka Konsep ...22

2. Definisi Operasional ...23

Bab 4. Metodologi Penelitian ...25

1. Desain Penelitian ...25

2. Populasi dan Sampel ...25

2.1 Populasi Penelitian ...25

2.2 Sampel Penelitian ...25

3. Lokasi dan Waktu Penelitian ...26

4. Pertimbangan Etik ...26

5. Instrumen Penelitian ...27

6. Validitas dan Reliabilitas Penelitan ...29

6.1 Uji Validitas ...29

6.2 Uji Reliabilitas ...30

7. Pengumpulan Data...30

8. Analisa Data dan Pengolahan Data ...31

Bab 5. Hasil Penelitian dan Pembahasan ...32

1. Hasil Penelitian ...32


(3)

viii

1.2 Gambaran kualitas hidup pasien luka kaki diabetik ...33

2. Pembahasan...38

2.1 Kualitas hidup pasien luka kaki diabetik berdasarkan domain fungi fisik ...38

2.2 Kualitas hidup pasien luka kaki diabetik berdasarkan domain keterbatasan peran karena masalah fisik fisik ...39

2.3 Kualitas hidup pasien luka kaki diabetik berdasarkan domain nyeri tubuh....39

2.4 Kualitas hidup pasien luka kaki diabetik berdasarkan domain kesehatan secara umum ...40

2.5 Kualitas hidup pasien luka kaki diabetik berdasarkan domain Vitalitas/energi ...40

2.6 Kualitas hidup pasien luka kaki diabetik berdasarkan domain fungsi sosial ..41

2.7 Kualitas hidup pasien luka kaki diabetik berdasarkan domain keterbatasan peran karena masalah emosional ...42

2.8 Kualitas hidup pasien luka kaki diabetik berdasarkan domain kesehatan mental...42

Bab 6. Kesimpulan dan Saran ...45

1. Kesimpulan ...45

2. Saran ...45


(4)

ix Daftar Lampiran

Lampiran 1. Jadwal Tentatif Penelitian Lampiran 2. Lembar Bukti Bimbingan Lampiran 3. Inform Consent

Lampiran 4. Instrumen Penelitan Lampiran 5. Reliabilitas

Lampiran 6. Master Data Demografi Pasien Lampiran 7. Hasil Analisa Data Demografi

Lampiran 8. Master Data kualitas hidup secara keseluruhan Lampiran 9. Hasil analisa data kualitas hidup secara keseluruhan

Lampiran10. Master Data kualitas hidup berdasarakan domain keterbatasan peran karena masalah fisik

Lampiran 11. Master Data kualitas hidup berdasarakan domain nyeri tubuh

Lampiran 12. Master Data kualitas hidup berdasarakan domain kesehatan secara umum Lampiran 13. Master Data kualitas hidup berdasarakan domain vitalitas/energi

Lampiran 14. Master Data kualitas hidup berdasarakan domain fungsi sosial

Lampiran 15. Master Data kualitas hidup berdasarkan domain keterbatasn peran karena masalah emosional

Lampiran 16. Master Data kualitas hidup berdasarakan domain kesehatan mental Lampiran 17. Nilai rata-rata kualitas Hidup

Lampiran 18. Komisi Etik

Lampiran 19. Surat Izin Survei Awal Lampiran 20. Surat Balasan Survei Awal Lampiran 21. Surat Izin Uji Reliabilitas Lampiran 22. Surat Balasan Uji Reliabilitas Lampiran 23. Surat Izin Penelitian

Lampiran 24. Taksasi Dana Lampiran 25. Riwayat Hidup


(5)

x

Daftar Skema

Skema Halaman

3.1. Skema Gambaran kualitas hidup pasien luka kaki diabetik yang menjalani perawatan luka kaki di Asri Wound Care Centre. ...22


(6)

xi

Daftar Tabel

Halaman

Tabel 2.1. Karakteristik eksudat pada luka kaki diabetik ...12 Tabel 3.2. Definisi Operasional ...23 Tabel 4.1. Skor dari tiap-tiap pertanyaan di kuesioner ...29 Tabel 5.1. Karakteristik pasien luka kaki diabetik yang menjalani perawatan luka

kaki di Asri Wound Care Centre ...32 Tabel 5.2. Gambaran kualitas hidup pasien luka kaki diabetik yang menjalani

perawatan luka kaki di Asri Wound Care Centre ...33 Tabel 5.3. Gambaran kualitas hidup pasien luka kaki diabetik yang menjalani

perawatan luka kaki di Asri Wound Care Centre berdasarkan Domain Fungsi

Fisik ...34 Tabel 5.4. Gambaran kualitas hidup pasien luka kaki diabetik yang menjalani

perawatan luka kaki di Asri Wound Care Centre berdasaran Domain Keterbatasan

peran karena masalah fisik ...34 Tabel 5.5. Gambaran kualitas hidup pasien luka kaki diabetik yang menjalani

perawatan luka kaki di Asri Wound Care Centre berdasaran Domain Nyeri Tubuh ...35 Tabel 5.6. Gambaran kualitas hidup pasien luka kaki diabetik yang menjalani

perawatan luka kaki di Asri Wound Care Centre berdasaran Domain Kesehatan

secara umum ...36 Tabel 5.7. Gambaran kualitas hidup pasien luka kaki diabetik yang menjalani

perawatan luka kaki di Asri Wound Care Centre berdasaran Domain Energi /

Vitalitas ...36 Tabel 5.8. Gambaran kualitas hidup pasien luka kaki diabetik yang menjalani

perawatan luka kaki di Asri Wound Care Centre berdasaran Domain Fungsi Sosial...37 Tabel 5.9. Gambaran kualitas hidup pasien luka kaki diabetik yang menjalani

perawatan luka kaki di Asri Wound Care Centre berdasaran Domain Keterbatasan

peran karena masalah emosional ...37 Tabel 5.10. Gambaran kualitas hidup pasien luka kaki diabetik yang menjalani

perawatan luka kaki di Asri Wound Care Centre berdasaran Domain Kesehatan