BAB VI ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL
6.1. Analisis
6.1.1. Analisis Tingkat Kebisingan dengan Paparan Bising
Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia No.Per.13MENX2011 yaitu untuk nilai ambang batas tingkat
kebisingan 85 dB dengan 8 jam kerjahari, sedangkan hasil pengolahan data yang diperoleh bahwa seluruh area Departemen Precured Liner memiliki waktu kerja
maksimum di bawah 8 jam kerjahari. Bila dibandingkan dengan waktu kerja aktual saat ini, dosis kebisingan telah melebihi nilai ambang batas yang ditetapkan
oleh OSHA Occupational Safety and Health, yaitu DND ≤ 1 atau 100. Dosis
kebisingan yang melebihi 1 atau 100 adalah kondisi kebisingan yang dapat membahayakan bagi kesehatan dan keselamatan operator dalam bekerja.
Berdasarkan pengolahan yang dilakukan diperoleh persentase nilai DND sebesar 367 - 793. Hal ini menandakan bahwa dosis kebisingan telah melebihi standar
yang telah ditetapkan. Grafik perbandingan nilai DND aktual dengan ambang
batas nilai DND dapat dilihat pada Gambar 6.1.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 6.1. Daily Noise Dose Setiap Operator
Berdasarkan data yang diperoleh bahwa paparan kebisingan di area kerja Departemen Precured Liner telah melebihi standar yang telah ditetapkan. waktu
paparan yang diizinkan dapat dilihat pada Tabel 6.1.
Tabel 6.1. Rekapitulasi Perhitungan Daily Noise DoseDND Titik
Ls dB Ti Jam
DND Keterangan
1 95,1
1,19 673
Tidak Aman 2
96,9 1,01
793 Tidak Aman
3 94,4
1,28 627
Tidak Aman 4
96,6 1,03
773 Tidak Aman
5 94,8
1,22 653
Tidak Aman 6
92,6 1,58
507 Tidak Aman
7 94,5
1,26 633
Tidak Aman 8
90,9 2,03
393 Tidak Aman
9 90,5
2,18 367
Tidak Aman
Rata-rata 94,03
1,42 602
Tidak Aman
Keterangan: Ls = Tingkat Kebisingan Siang Hari
Ti = Waktu Paparan Maksimum yang Diizinkan DNDDaily Noise Dose Menurut NIOSH kriteria dosis aman adalah tidak lebih
dari 100
Grafik perbandingan waktu kerja actual dengan waktu kerja ideal dapat dilihat pada gambar 6.2. di bawah.
200 400
600 800
1000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 P
ene tua
n D N
D
Titik Pengukuran
Daily Noise Dose DND
Normal Daily Noise
Dose DND Aktual
Universitas Sumatera Utara
.
Gambar 6.2. Perbandingan Waktu Kerja Aktual dengan Waktu Kerja Ideal
Berdasarkan Gambar 6.2. terlihat bahwa waktu kerja aktual lebih besar dibandingkan dengan waktu kerja ideal. Hal ini diakibatkan karena tingginya
tingkat paparan kebisingan. Semakin tinggi tingkat kebisingan maka semakin rendah pula waktu maksimum yang diizinkan.
Hubungan tingkat kebisingan dan paparan kebisingan dapat dilihat dari nilai koefisien korelasi yang menunjukkan tingkat hubungan kebisingan yang
tinggi atau rendah. Nilai korelasi dan persamaan regresi dapat dilihat pada Tabel 6.2 di bawah ini.
Tabel 6.2. Hubungan Tingkat Kebisingan dengan Paparan Bising Variabel
Rata-rata Persamaan Regresi Koefisien
Korelasi
Tingkat Kebisingan dB 94,75
Y = 0,665x – 56,69 1
Paparan Bising 602
Berdasarkan Tabel 6.2, dapat dilihat bahwa koefisien korelasi sebesar 1 yang menandakan koefisien hubungan yang sangat tinggi. Hal ini menandakan
bahwa perubahan tingkat kebisingan dB sangat mempengaruhi tingginya paparan kebisingan . Dengan kata lain, semakin tinggi tingkat kebisingan dB
maka semakin tinggi pula paparan kebisingan yang diterima operator.
0,00 2,00
4,00 6,00
8,00 10,00
1 2
3 4
5 6
7 8
9
Wa k
tu Jam
Titik Pengukuran
Waktu Kerja Ideal Waktu Kerja
Aktual
Universitas Sumatera Utara
6.1.2. Analisis Persentase Work dan Idle
Tingkat kinerja operator diidentifikasi melalui persentasi work dan idle selama 2 minggu, dimana dala satu minggu pengamatan dilakukan selama 5 hari.
Persentase waktu produktif pekerja secara rata-rata sebesar 69,5. Hal ini menandakan bahwa kinerja operator belum maksimal yang disebabkan tingginya
intensitas kebisingan yang diterima oleh operator pada saat kerja. Rekapitulasi waktu produktif operator secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 6.3.
Tabel 6.3. Perhitungan Waktu Produktif Rata-rata
Minggu Total Rata-rata
Work Idle Total
L Waktu
Produktif Durasi
Kerja Jam
I 71
25 96
9 73,9
5,9 II
71 25
96 9
73,6 5,9
Rata-rata 71
25 96
9 73,8
5,9
Berdasarkan Tabel 6.3 di lakukan uji regresi untuk melihat hubungan waktu produktif terhadap aktivitas work operator dapat ditunjukkan pada Gambar
6.3.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 6.3. Hubungan Waktu produktif Terhadap Aktivitas Work
Berdasarkan Tabel 6.2, dapat dilihat bahwa koefisien korelasi R sebesar 1 yang menunjukkan hubungan yang sangat tinggi.
6.1.3. Analisis Penurunan Pendengaran Operator
Berdasarkan hasil penelitian Jayawardana “tingkat kebisingan menjadi masalah yang serius dan menjadi resiko bahaya terhadap pendengaran pekerja di industri”.
Menurut Occupational Safety and Health Administration OSHA nilai derajat ketulian dapat ditunjukkan pada Tabel 6.4.
Tabel 6.4. Derajat Ketulian Menurut OSHA Derajat Ketulian
dB Keterangan
0 - 25 dB Normal
26 – 40 dB Tuli Ringan
41 – 60 dB Tuli Sedang
61 – 90 dB Tuli Berat
100 dB Tuli Sangat Berat
Sumber : OSHA
Berdasarkan Gambar 6.4. dapat dilihat bahwa kemampuan pendengaran operator sudah melebihi nilai ambang dengar normal yang disebabkan oleh
tingginya tingkat kebisingan yang berasal dari Departemen Precured Liner.
y = 2,8x + 68,2 R² = 1
71 71
72 72
73 73
74 74
1 2
3
W a
k tu
P ro
d u
k ti
f
Aktivitas Work
Universitas Sumatera Utara
6.1.4. Analisis Noise Mapping
Berdasarkan hasil pengolahan data yang diambil dari 9 titik pengukuran, nilai equivalen dari setiap titik yang mewakili dari setiap bagian waktu
pengukuran kemudian digunakan untuk membuat peta kebisingan dengan menggunakan Software Surfer 11.0. Berdasarkan pemetaan ruang dikatakan
bahwa seluruh bagian Departemen Precured Liner dalam kondisi yang tidak aman bagi operator. Hal ini dipengaruhi karena tingkat kebisingan yang
ditimbulkan oleh mesin parut pada Departemen Precured Liner melebihi nilai ambang batas berdasarkan standar Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Republik Indonesia No.Per.13MENX2011 yaitu 85 dB, sehingga mengakibatkan kondisi tidak aman bagi pekerja pada Departemen Precured Liner
yang terpapar selama 8 jam kerjaper hari. 6.2.
Pembahasan Hasil 6.2.1. Penanggulangan Kebisingan Secara Engineering Control
Menurut National Institute for Occupational Safety and Health NIOSH proses penanggulangan kebisingan dapat dilakukan secara engineering control.
Salah satu metode dalam engineering control adalah dengan menambahkan barrier. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Branko Redicevic dkk
dengan judul Design of Noise Protection Of Industrial Plants-Case Study Of A Plywood Factory mendeskripsikan bahwa dengan menambahkan barrier pada
sumber bunyi dapat mereduksi tingkat kebisingan.
Universitas Sumatera Utara
Beberapa faktor yang mempengaruhi perancangan barrier di lantai produksi adalah:
1. Material barrier Pemilihan material barrier harus dilakukan dengan baik yaitu memiliki
kriteria kedap suara. Berdasarkan hasil penelitian Zvanko Petrovic, dkk mendeskripsikan bahwa barrier berbahan logam yang dikombinasikan dengan
karet dapat mereduksi kebisingan sampai 14 dB. Berdasarkan penelitian tersebut maka pemilihan material untuk rancangan barrier berbahan logam
yang dikombinasikan dengan karet sangat sesuai untuk diterapkan pada Departemen Precured Liner.
2. Bentuk barrier Perancangan bentuk barrier di rancang dengan menutupi keseluruhan mesin,
dimodifikasi dengan bentuk portable untuk mempermudah operator dalam melakukan maintanance.
3. Posisi barrier Posisi barrier ditempelkan langsung ke dinding departemen dengan menutupi
seluruh bagian mesin dan pada bagian depan barrier dibuat lobang kecil untuk memudahkan operator memasukkan cooland pada saat mesin sudah
panas sehingga dengan penambahan barrier tidak mengganggu jalannya proses produksi. Unit produksi Departemen Precured Liner sebelum
penambahan barrier dapat dilihat pada Gambar 6.5. Mekanisme fungsi barrier sebagai penghalang kebisingan yang bersal dari mesin parut dapat
dilihat pada Gambar 6.7.
Universitas Sumatera Utara
4. Dimensi barrier Perancangan yang dilakukan juga memperhatikan dimensi barrier. Dimensi
barrier disesuaikan dengan ukuran panjang mesin yaitu 135 cm. Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung nilai noise reduction yaitu:
NR = 20 log [2.π.N
0.5
tan2.π.N
0.5
] + 5 dB .......1
Gambar 6.7. Mekanisme Pengurangan Tingkat Kebisingan Oleh Barrier
Dimana A = 0,1 m, B = 1,78 m, d = 0,15 m
Sehingga: N = 0,006fA+B-d
= 0,00610000,1 + 1,78 – 0,15 = 7,73 NR
= 20 log [2.π.N
0.5
tan2.π.N
0.5
] + 5 dB = 20 log [2x 3,14x 7,73
0.5
tan2 x 3,14x 7,73
0.5
] + 5 dB = 20 log [6,960,10] + 5 dB
= 20 log 69,6 + 5 dB = 20 1,84 + 5 dB
= 41,8 dB Rekapitulasi nilai Noise Reduction NR ketika menggunakan barrier
sebagai penghalang kebisingan dengan melakukan simulasi diberikan kelonggaran lolosnya gelombang bunyi dari barrier sebesar 5 dB dapat dilihat
pada Tabel 6.5.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 6.5. Rekapitulasi Nilai Noise Reduction NR No
Ketinggian Barrier M
Noise Reduction
dB Kelonggaran Lolosnya
Gelombang Bunyi Melalui Barrier
dB Total Noise
Reduction dB
1 1,78
36,8 5
41,8
Deskripsi dimensi rancangan barrier yang akan dilakukan dapat dilihat pada Tabel 6.6. dan hasil rancangan barrier dapat dilihat pada Gambar 6.7.
Gambar 6.7. Rancangan Bentuk Barrier Tabel 6.6. Deskripsi Dimensi Rancangan
Dimensi Satuan cm
Lebar 135
Panjang 135
Tinggi 178
Tebal 0,5
Tingkat kebisingan yang diterima oleh operator di setiap posisi memiliki hasil yang berbeda-beda. Tabulasi tingkat kebisingan yang diterima oleh operator
sebelum dan sesudah dilakukan penanggulangan dengan barrier dapat dilihat pada Tabel 6.7.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 6.7. Perbandingan Tingkat Kebisingan Sebelum dan Sesudah Reduksi Titik
Keadaan Sebelum
Penanggulangan Noise
Reduction dB
NAB dB
Keadaan Sesudah
Penanggulangan Keterangan
1 95,1
41,8 85
53,3 Aman
2 96,9
41,8 85
55,1 Aman
3 94,4
41,8 85
52,6 Aman
4 96,6
41,8 85
54,8 Aman
5 94,8
41,8 85
53,0 Aman
6 92,6
41,8 85
50,8 Aman
7 94,5
41,8 85
52,7 Aman
8 90,9
41,8 85
49,1 Aman
9 90,5
41,8 85
48,7 Aman
Berdasarkan Tabel 6.6. dapat dilihat perbandingan Ls sebelum dan sesudah direduksi pada Gambar 6.8.
Gambar 6.8. Perbandingan Ls Sebelum dan Sesudah Direduksi
Berdasarkan data tingkat kebisingan setelah dilakukan penanggulangan, maka dapat digambar peta kontur kebisingan sebagaimana ditunjukkan pada
Gambar 6.10.
20 40
60 80
100 120
1 2
3 4
5 6
7 8
9
T ing
k a
t K ebi
si ng
a n
dB
Titik Pengukuran
Ls Sebelum Reduksi
Ls Sesudah Reduksi
Universitas Sumatera Utara
Gambar 6.9. Peta Kebisingan Sesudah Penanggulangan
Keterangan: =
≤ 85 dB Aman
Berdasarkan Gambar 6.9. bahwa tingkat kebisingan pada Departemen Precured Liner sudah berada di bawah NAB berdasarkan standart Keputusan
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No.Per.13MENX2011 yaitu 85 dB
untuk 8 jam kerjahari.
Universitas Sumatera Utara
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN