Pengaruh Kurs, BI Rate, Indeks Djia, Indeks HSI dan Indeks Nikkei 225 terhadap Indeks-Indeks di BEI Tahun 2008-2012

(1)

PENGARUH KURS, BI RATE, INDEKS DJIA, INDEKS HSI DAN

INDEKS NIKKEI 225 TERHADAP INDEKS-INDEKS DI BURSA EFEK

INDONESIA TAHUN 2008-2012

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

IKA WULANDARI NIM : 109081000040

JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

PENGARUH KURS, BI RATE, INDEKS DJIA, INDEKS HSI DAN

INDEKS NIKKEI 225 TERHADAP INDEKS-INDEKS DI BURSA EFEK

INDONESIA TAHUN 2008-2012

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh Ika Wulandari NIM : 109081000040

Dibawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr Ahmad Rodoni, MM Indoyama Nasarudin SE., MAB. NIP. 19690203 200112 1 003 NIP. 19741127 200112 1 002

JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(3)

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

Hari ini Selasa, 09 April 2013telah dilakukan ujian komprehensif atas mahasiswa: Nama : Ika Wulandari

NIM : 109081000040 Jurusan : Manajemen

Judul Skripsi :”Analisis Pengaruh Kurs, Tingkat Suku Bunga Bank Indonesia (BI Rate), Indeks DJIA, Indeks Hsi dan Indeks Nikkei225 Terhadap Indeks-indeks Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2012”.

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut diatas dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk melanjutan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 09 April 2013

1. Yoghi Citra Pratama, SE., M.Si. NIP: 19830717 201101 1 011

( )

Ketua

2. Ade Suherlan, SE., MBA. NIP. 19800525 200912 1 001

( )

Sekretaris

3. Titi Dewi Warninda, SE., M.Si NIP. 19731221 200501 2 002

( )


(4)

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Hari ini, Senin 26 Agustus 2013 telah melakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa : Nama : Ika Wulandari

Nim : 109081000040

Jurusan : Manajemen/Keuangan

Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Kurs, BI Rate, Indeks DJIA, Indeks HSI, dan Indeks Nikkei225 Terhadap Indeks-indeks di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2008-2012

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama Ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan LULUS dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 26 Agustus 2013

1. Herni Ali, HT, SE.,MM. ( ) NIDN : 0422125902 Ketua

2. Titi Dewi Warninda, SE., MSi ( )

NIP: 19731221 200501 2002 Sekretaris

3. Amalia, SE., M.S.M ( )

NIP: 19731221 2005 01 2 002 Penguji Ahli

4. Prof. Dr. Ahmad Rodoni ( )

NIP: 19690203 20112 1 003 Pembimbing 1

5. Indo Yama Nasarudin SE., MAB. ( )


(5)

i

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Ika Wulandari

No. Induk Mahasiswa : 109081000040

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Jurusan : Manajemen

Konsentrasi : Keuangan

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:

1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungjawabkan.

2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain.

3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa ijin pemilih karya.

4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.

5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya ini.

Jikalau ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggung jawabkan, ternyata memang ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar peryataan di atas, maka saya siap untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Ciputat, Agustus 2013 Yang Menyatakan,


(6)

ii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama : Ika Wulandari

2. Tempat tanggal lahir : Jakarta, 18 Oktober 1991

3. Alamat : Jln. Sukarela RT. 001 RW. 07 Paninggilan, Ciledug Tangerang Banten 15153

4. Telepon : 085694860180

5. E-mail : ikawulandari18@gmail.com

II. PENDIDIKAN

1. SDN Paninggilan 4 Tahun 1997-2003

2. SMPN 11 Tangerang Tahun 2003-2006

3. SMAN 3 Tangerang Tahun 2006-2009

4. S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2009-2013

III. LATAR BELAKANG KELUARGA

1. Ayah : Parno

2. Ibu : Waginem

3. Alamat : Jln. Sukarela RT. 001 RW. 07 Paninggilan, Ciledug Tangerang Banten 15153

IV. PENGALAMAN ORGANISASI

2004 : Anggota Rohis SMPN 11 Tangerang

V. PELATIHAN DAN SEMINAR YANG DIIKUTI

1. 20 Mei 2010 : Seminar Nasional Insurance Goes To Campus “Peran Asuransi Dalam Era Globalisasi”.


(7)

iii

2. 11 Juni 2010 : Public Discussion “Membangun Brand Image Melalui Strategi Public Relation dan Event”

3. 03 Agustus 2010 : Mata Kuliah Praktikum Qira`at dan Ibadah.

4. 10 Mei 2011 : CAFTA dan Tantangan Ekonomi Kerakyatan dalam Menghadapi Perekonomian Global”.

5. 8 Juni 2012 : A Training Course On: “Sekolah Pasar Modal” Basic Training of Fundamental & Technical Analysis.

6. 3 September 2012 : Kuliah Kerja Sosial Bebas Terkendali (KKSBT)/ Magang


(8)

iv

ABSTRACT

This Research aimed to analyzed the effect of exchange rate, BI Rate, Dow Jones Industrial Average (DJIA) Index, HangSeng Index, and Nikkei225 Index on conventional capital market (IHSG), Islamic capital market (JII), LQ45 and Kompas100. With data used time series from 2008 to 2012. The statistical test used was multiple linier regresion analysis. With significantly level 5%.

The result of this result showed that exchange rate, BI Rate and DJIA significantly affect the variables IHSG, JII, LQ45 and Kompas100. Then Nikkei225 index also significantly affect the variables IHSG, LQ45 and Kompas100. While HangSeng index is not significantly affect the variables IHSG, JII, Lq45 and Kompas100. With the adjusted R2 of IHSG is 0,957 or 95,7%, JII is 0,941 or 94,1%, LQ45 is 0,951 or 95,1% and Kompas100 is 0,956 or 95,6%.

Keywords : IHSG, JII, LQ45, Kompas100, Exchange Rate, BI Rate, DJIA Index, HSI Index, and Nikkkei225 Index.


(9)

v

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kurs, BI Rate, indeks DJIA, indeks (HangSeng) HSI dan indeks Nikkei225 terhadap indeks-indeks di Bursa Efek Indonesia yang diwakilkan oleh IHSG, JII, LQ45 dan Kompas100. Dengan menggunakan data time series pada periode tahun 2008-2012. Metode yang digunakan adalah analisis regresi berganda. Dengan tingkat signifikansi sebesar 5%.

Hasil penelitian menunjukan bahwa kurs, BI Rate, indeks DJIA berpengaruh signifikan terhadap IHSG, JII, LQ45,dan Kompas100. Kemudian Indeks Nikkei 225 berpengaruh signifikan terhadap IHSG, LQ45 dan Kompas100. Sedangkan indeks HangSeng tidak bepengengaruh terhadap IHSG, JII, LQ45 dan Kompas100. Dengan nilai adjusted R2 pada IHSG sebesar 0,957 atau 95,7%, JII sebesar 0,941 atau 94,1%, LQ45 sebesar 0,951 atau 95,1% dan Kompas100 sebesar 0,956 atau 95,6%.

Kata Kunci : IHSG, JII, LQ45, Kompas100, Kurs, BI Rate, Indeks DJIA, Indeks HSI, dan Indeks Nikkkei225


(10)

vi

KATA PENGANTAR

Assalamu`alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Alhamdulillahirobbil’alamin puji syukur kehadirat Allah SWT yang tiada hentinya melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada seluruh hambanya, tak terkecuali penulis. Shalawat serta salam tidak lupa kami haturkan kepada Baginda Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya yang telah membawa kita dari jaman yang gelap gulita ke jaman yang terang benderang. Atas rahmat Allah SWT penulis dapat menyelasaikan skripsi yang berjudul :” Analisis Pengaruh Kurs, BI Rate, Indeks DJIA, Indeks HSI dan Indeks Nikkei225 Terhadap Indeks-Indeks di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2012”. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi.

Selama menjalani masa perkuliahan sekitar empat tahun banyak sekali ilmu, pengalaman dan cerita yang penulis dapat baik dari para dosen pengajar, para staf dan karyawan FEB UIN Syarif Hidayatullah serta dari teman-teman seperjuangan yang bersama-sama menjalani masa perkuliahan dengan suka dan duka yang didapat.

Pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan beribu-ribu terima kasih pada semua pihak yang telah membantu serta memberikan motivasi dan dukungan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. Rasa terima kasih ini ingin penulis tujukan kepada :


(11)

vii

1. ALLAH SWT, yang selalu memberikan rahmat dan hidayahnya kepada penulis. Terima kasih atas jalan terbaik-Nya.

2. Kedua Orang Tuaku, bapak dan mama yang tiada henti memberikan semangat, motivasi dan dukungan baik secara materil maupun nonmateril secara ikhlas tanpa pamrih. Terima kasih buat kasih sayang, dan cinta yang selalu dicurahkan kepada penulis hingga sampai saat ini. Semoga Allah SWT selalu memberikan kesehatan dan kebahagian kepada mereka. Amin.

3. Untuk adikku tercinta, Ilham Dwi Saputra yang telah memberikan doa dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang selalu memberikan motivasi kepada penulis selama menimba ilmu di FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni selaku dosen pembimbing I dan bapak Indoyama Nasarudin SE., MAB. Selaku dosen pembimbing II yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Terima kasih untuk semua waktu, ilmu dan motivasinya sehingga skripsi dapat terselesaikan.

6. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membagikan ilmu dan pengalam kepada penulis selama kurang lebih empat tahun ini. Semoga ilmu yang disampaikan bermanfaat dan di balas oleh Allah SWT sebagai amal bakti. Amin.


(12)

viii

7. Seluruh staf dan karyawan FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan masalah administrasi dan lain-lainnya.

8. Andri Saputro yang selalu setia dan tak pernah bosan menemani penulis dalam penyusunan skripsi ini. Terima kasih untuk doa, semangat, dukungan dan motivasi yang tiada hentinya kepada penulis.

9. Teman-teman seperjuangan : Eka Adianti Wigati, Eis Hartati, Ade Tiyar Desty, Melissa Akmal, Fitria Saraswati, Mutia Dwi Amira, Dety Inayati dan Siti Sulhah yang telah mengisi hari-hari penulis selama menuntut ilmu di FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Banyak cerita dan pengalaman yang tak terlupakan yang telah kita lewati bersama. Semoga silahturahmi ini akan terus terjaga sampai tua nanti. Amin. Gonna miss you guys.

10. Imas Atik Aisyah yang sudah banyak membantu dan memberikan motivasi penulis dan teman seperjuangan dalam penyusunan skripsi. Terima untuk semuanya.

11. Teman- teman manajemen A dan Manajemen Keuangan yang telah melewati hari-hari penuh perjuangan selama masa perkuliahan.

12. Rima Nur Amalina yang selalu ada disetiap penulis membutuhkannya. Terima kasih untuk semua motivasi dan nasihat yang diberikan. Semoga silahturahmi ini selalu terjaga dengan baik walaupun jarak memisahkan kita. Amin.

Penulis menyadari betul bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dengan rendah hati penulis mengharapkan saran dan kritik yang


(13)

ix

membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap skripsi dapat memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan bagi penulis sendiri pada khususnya. Akhir kata penulis sampaikan permohonan maaf apabila dalam perjalanan panjang ini penulis melakukan kesalahan dan kekhilafan dalam bertutur maupun dalam bertindak.

Wassalamu`alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Jakarta, Juli 2013


(14)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ... i

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... ii

ABSTRACT ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 12

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 13

1. Tujuan Penelitian ... 13

2. Manfaat Penelitian ... 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 16

A. Pasar Modal ... 16

B. Indeks harga Saham Gabungan ... 18

C. JII ... 25

D. Indeks LQ45 ... 28

E. Indeks Kompas100 ... 30

F. Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ... 31

G. Indeks HangSeng ... 33

H. Indeks Nikkei 225 ... 34

I. Tingkat Suku Bunga Bank Indonesia (BI Rate) ... 35


(15)

xi

K. Keterkaitan Antar Variabel ... 40

L. Penelitian Terdahulu ... 42

M. Kerangka Pemikiran ... 45

N. Perumusan Hipotesa ... 48

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 50

A. Ruang Lingkup Penelitian ... 50

B. Metode Penentuan sampel ... 50

C. Metode Pengumpulan data ... 51

D. Metode Analisis ... 53

1. Uji Multikolinieritas ... 53

2. Uji Heteroskedastisitas ... 54

3. Uji autokorelasi ... 55

4. Uji Normalitas ... 57

5. Analisis Regresi Berganda ... 58

6. Uji Adjusted R Square (R2) ... 56

7. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) ... 60

8. Uji Signifikansi Individual (Uji Satistik t) ... 61

E. Operasional Variabel ... 62

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 66

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ... 66

B. Hasil dan Pembahasan ... 68

1. Analisis Deskriptif... 68

2. Analisis statistik ... 87

2.1 Uji Normalitas ... 87

2.2 Uji Heteroskedastisitas ... 92

2.3 Uji Autokorelasi ... 99

2.4 Uji Multikolinieritas ... 107

3. Uji Statistik ... 110

3.1 Uji Statistik Persamaan I (IHSG) ... 110

3.2 Uji Statistik Persamaan II (JII) ... 116


(16)

xii

3.4 Uji Statistik Persamaan IV (Kompas100) ... 126

C. Interpretasi ... 134

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ... 140

A. Kesimpulan ... 140

B. Implikasi ... 141

C. Saran Untuk Penelitian Yang Akan Datang ... 142

DAFTAR PUSTAKA ... 143


(17)

xiii

DAFTAR TABEL

No. Keterangan Halaman

2.1 Penelitian Terdahulu 42

3.1 Tabel untuk menentukan ada tidaknya autokorelasi dengan uji Durbin Watson 56

4.1 Tabel Kurs Rupiah Terhadap Dolar 69

4.2 Tabel Tingkat Suku Bunga Bank Indonesia (BI Rate) 71 4.3 Tabel Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) 73

4.4 Tabel Indeks HangSeng 75

4.5 Tabel Indeks Nikkei225 77

4.6 Tabel Indeks Harga Saham Gabungan 79

4.7 Tabel Jakarta Islamic Indeks 81

4.8 Tabel LQ45 83

4.9 Tabel Kompas100 85

4.10 Uji Normalitas IHSG 88

4.11 Uji Normalitas JII 89

4.12 Uji Normalitas LQ45 90

4.13 Uji Normalitas Kompas100 91

4.14 Uji Heteroskedastisitas Terhadap Variabel IHSG 93 4.15 Uji Heteroskedastisitas Terhadap Variabel JII 94 4.16 Uji Heteroskedastisitas Terhadap Variabel LQ45 96 4.17 Uji Heteroskedastisitas Terhadap Variabel Kompas100 98 4.18 Tabel untuk menentukan ada tidaknya autokorelasi dengan uji Durbin Watson 100

4.19 Tabel Uji Autokorelasi Terhadap Variabel IHSG 101 4.20 Pengobatan Uji Autokorelasi Terhadap Variabel IHSG 102 4.21 Tabel Uji Autokorelasi Terhadap Variabel JII 102 4.22 Pengobatan Uji Autokorelasi Terhadap Variabel JII 104 4.23 Tabel Uji Autokorelasi Terhadap Variabel LQ45 104 4.24 Pengobatan Uji Autokorelasi Terhadap Variabel LQ45 105


(18)

xiv

4.25 Tabel Uji Autokorelasi Terhadap Variabel Kompas100 106 4.26 Pengobatan Uji Autokorelasi Terhadap Variabel Kompas100 107

4.27 Uji Multikolinieritas IHSG 108

4.28 Uji Multikolinieritas JII 109

4.29 Uji Multikolinieritas LQ45 109

4.30 Uji Multikolinieritas Kompas100 110

4.31 Uji F Terhadap Variabel IHSG 111

4.32 Uji t Terhadap Variabel IHSG 112

4.33 Uji Adjusted R2 Terhadap Variabel IHSG 115

4.34 Uji F Terhadap Variabel JII 116

4.35 Uji t Terhadap Variabel JII 117

4.36 Uji Adjusted R2 Terhadap Variabel JII 120

4.37 Uji F Terhadap Variabel LQ45 121

4.38 Uji t Terhadap Variabel LQ45 122

4.39 Uji Adjusted R2 Terhadap Variabel LQ45 125

4.40 Uji F Terhadap Variabel Kompas100 126

4.41 Uji t Terhadap Variabel Kompas100 127

4.42 Uji Adjusted R2 Terhadap Variabel Kompas100 130 4.43 Hasil Uji F, Uji t dan Adjusted R square Semua Model persamaan 131


(19)

xv

DAFTAR GAMBAR

No. Keterangan Halaman

1.1 Grafik Pergerakan Indeks-indeks di BEJ 5

2.1 Kerangka Pemikiran 47

4.1 Grafik pergerakan Kurs Rupiah Terhadap Dolar 70

4.2 Grafik pergerakan BI Rate 72

4.3 Grafik pergerakan Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) 74 4.4 Grafik pergerakan Indeks HangSeng (HSI) 76 4.5 Grafik pergerakan Indeks Nikkei225 78 4.6 Grafik pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan 80 4.7 Grafik pergerakan Jakarta Islamic Indeks 82

4.8 Grafik pergerakan Indeks LQ45 84

4.9 Grafik pergerakan Indeks Kompas100 86

4.10 Grafik p-p Plot terhadap Variabel IHSG 88 4.11 Grafik p-p Plot terhadap Variabel JII 89 4.12 Grafik p-p Plot terhadap Variabel LQ45 91 4.13 Grafik p-p Plot terhadap Variabel Kompas100 92

4.14 Scatterplot Terhadap Variabel IHSG 94

4.15 Scatterplot Terhadap Variabel JII 95

4.16 Scatterplot Terhadap Variabel LQ45 97


(20)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

No. Keterangan Halaman

1. Data Mentah 147

2. Persamaan I (IHSG) 150

3. Persamaan II (JII) 153

4. Persamaan III (LQ45) 156


(21)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Investasi adalah suatu hal yang sangat dicita-citakan masyarakat pada umumnya agar bertambahlah harta yang dimiliki oleh masyarakat tersebut. Macam-macam instrumen investasi yang ada di masyarakat pada umumnya hanya berkisar pada instrumen-instrumen yang umum dan telah banyak dikenal seperti tanah, rumah, emas, deposito. Seiring dengan berkembangnya jaman, maka perkembangan di bidang keuangan khususnya di bidang investasi pun semakin marak, dengan bermunculannya macam-macam instrumen investasi yang bisa jadi malah menimbulkan kebingungan yang tentunya tidak terlalu mudah juga dipahami oleh masyarakat awam. (Antolis & Dossugi, 2008 : 142).

Salah satu tempat untuk melakukan investasi adalah di pasar modal. Pasar modal dibangun dengan tujuan menggerakan perekonomian suatu negara melalui kekuatan swasta dan mengurangi beban negara. Negara memiliki kekuatan dan kekuasaan untuk mengatur bidang perekonomian tetapi tidak harus memiliki perusahaan sendiri. Jika kegiatan ekonomi dapat dilaksanakan oleh pihak swasta, maka negara tidak perlu ikut campur agar tidak membuang-buang biaya. Akan tetapi, negara mempunyai kewajiban


(22)

2 membuat perundang-undangan agar pihak swasta dapat bersaing dengan jujur dan tidak terjadi monopoli. (Samsul, 2006:43).

Dalam pasar modal terdapat beberapa macam indeks-indeks yang di publikasikan oleh Bursa Efek Indonesia, diantaranya adalah IHSG, JII, LQ45, Kompas 100, indeks papan atas, dan berbagai macam indeks di setiap sektor. Indeks-indeks ini dapat dijadikan acuan (benchmark) atau indikator yang menggambarkan pergerakan saham. Dipasar modal sebuah indeks diharapkan memiliki lima fungsi, yaitu (Darmadji & Fakhruddin, 2001:95) :

1. Sebagai indikator trend pasar.

2. Sebagai indikator tingkat keuntungan.

3. Sebagai tolak ukur (benchmark) kinerja suatu portofolio. 4. Memfasilitasi pembentukan portofolio dengan strategi pasif. 5. Memfasilitasi berkembangnya produk derivatif.

Di tahun 2009 indeks JII meningkat dari tahun sebelumnya yang terkena dampak krisis global, meningkat cukup baik sebesar 2009.993 point sehingga indeks JII meningkat kembali mencapai level 417.182 point. Indeks JII sudah sangat baik pada tahun 2010 meskipun peningkatannya hanya sebesar 115.719 point sehingga indeks JII menjadi 532.901 point. Peningkatan yang cukup baik dan stabil pada akhir tahun 2011 sebesar 537.031 point meskipun sempat terjadi penurunan di pertengahan tahun 2011. (Cholidah, 2012: 8).


(23)

3 Berdasarkan data dari situs resmi Bursa Efek Indonesia, pada penutupan akhir tahun 2011 lalu indeks JII mencapai pada posisi 537,031 poin. Sedangkan pada penutupan pada akhir tahun 2012 lalu, posisi indeks JII berada di kisaran 594,789 poin. Ini artinya indeks JII mengalami pertumbuhan kurang lebih sebesar 10 % dari tahun sebelumnya. Pertumbuhan positif yang ditorehkan oleh JII sebagai salah satu indeks saham syariah di Indonesia.

Indeks Harga Saham Gabungan mengalami peningkatan yang semakin pesat sejak krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1998. Hal ini ditunjukkan dari perkembangan nilai IHSG dan nilai transaksi. Nilai IHSG mengalami peningkatan hingga 400 persen dari tahun 2000 hingga 2008. Kondisi ini juga diikuti nilai transaksi yang terus semakin meningkat. Nilai IHSG yang semakin tinggi merupakan bentuk kepercayaan investor atas kondisi ekonomi Indonesia yang semakin kondusif. (Pasaribu, 2009).

Pada akhir tahun 2007 IHSG menunujukan pada angka 2,745.83 poin, kemudian di akhir tahun 2008 menunjukan penurunan yang cukup jauh yakni di 1,355.41 poin. Penurunan ini dikarenakan adanya krisis ekonomi yang melanda Amerika Serikat pada tahun 2008 yang menyebabkan keguncangan perekonomian global. Peristiwa ini menyebabkan terpuruknya Wallstreet. Jatuhnya indeks saham terbesar tersebut ikut mengguncang pasar saham di beberapa negara lainnya di dunia termasuk Indonesia.


(24)

4 Pada akhir tahun 2009 IHSG terus menunjukan peningkatan yakni pada 2,534.36 poin, ini menunjukan tingkat kepercayaan masyarakat mulai kembali pada periode ini. Pada akhir tahun 2010 mencapai pada titik 3,703.51 poin. IHSG semakin hari semakin menunjukan eksistensinya. Kemudian pada akhir tahun 2011 IHSG menembus angka 3,821.99 poin. Hingga pada akhir tahun 2012 IHSG menunjukan angka 3,703.51 poin. Angka yang menggemberikan, hal ini menunjukan bahwa pasar modal Indonesia cukup menarik bagi para investor.

Pada akhir tahun 2008 indeks LQ45 menunjukan angka 270,23 angka ini semakin menunjukan peningkatan hingga pada akhir tahun 2012 indeks LQ45 menembus angka 735,04. Trend yang terjadi setiap tahunnya menunjukan peningkatan yang signifikan di indeks LQ45 ini. Indeks LQ45 ini berisi emiten-emiten yang memiliki likuiditas yang tinggi, sehingga tingkat kepercayaan investor pun semakin tinggi untuk menanamkan modalnya pada bursa efek, dan pada akhirnya akan meningkatkan angka indeks LQ45 ini.

Indeks Kompas100 berisikan perusahaan publik yang di perdagangakan di Bursa Efek dan secara resmi indeks kompas100 diterbitkan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) bekerjasama dengan koran Kompas pada hari Jumat tanggal 10 Agustus 2007. Saham-saham yang terpilih untuk dimasukkan dalam indeks Kompas100 ini selain memiliki likuiditas yang tinggi, serta nilai kapitalisasi pasar


(25)

5 yang besar, juga merupakan saham-saham yang memiliki fundamental dan kinerja yang baik.

Indeks kompas100 juga menunjukan tren yang baik. Dimana setiap tahun angka indeks ini menunjukan peningkatan. Pada akhir tahun 2008 indeks Kompas100 berada pada angka 330,86. Kemudian semakin meningkat di tiap tahunnya hingga pada akhir tahun 2012 indeks ini menembus angka 946,27 naik sekitar 3 kali lipat dari tahun 2008.

Berdasarkan uraian di atas terlihat bahwa indeks harga saham gabungan (IHSG), Jakarta Islami Index (JII), indeks LQ45 dan Kompas100 mengalami pergerakan dari tahun ke tahun. Kondisi ekonomi dalam dan luar negeri memberikan pengaruhnya sendiri terhadap indeks saham di Indonesia. Berikut adalah gambaran perkembangan IHSG, JII, LQ45 dan Kompas100.

Gambar 1.1

Grafik pergerakan Indeks-Indeks di BEJ

Sumber : yahoo finance (data diolah)

0,00 500,00 1.000,00 1.500,00 2.000,00 2.500,00 3.000,00 3.500,00 4.000,00 4.500,00 5.000,00

2008 2009 2010 2011 2012

IHSG JII LQ45 KOMPAS100


(26)

6 Banyak faktor yang dapat mempengaruhi Indeks Saham, antara lain perubahan tingkat suku bunga bank sentral, keadaan ekonomi global, tingkat harga energi dunia, kestabilan politik suatu negara, dan lain-lain (Witjaksono, 2010:18). Selain faktor tersebut, perilaku investor sendiri dan kondisi perekonomian negara tersebut juga akan memberi pengaruh terhadap pergerakan Indeks Saham.

Perekonomian Indonesia yang berangsur-angsur pulih dan membaik tampaknya memberikan pengaruh yang berarti bagi pasar modal Indonesia yang beberapa tahun terakhir ini menjadi salah satu instrumen investasi yang menarik bagi investor lokal dan asing. Hal ini terlihat dari perkembangan indikator-indikator di pasar modal sendiri, seperti indeks LQ45 dan IHSG. Dalam melakukan pemilihan investasi di pasar modal, nilai harga saham menjadi pertimbangan yang tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi pasar saham itu sendiri. Faktor-faktor tersebut adalah lingkungan mikro ekonomi yang berasal dari dalam perusahaan penerbit seperti kinerja perusahaan, kondisi keuangan dan kebijakan finansial yang diambil. Faktor lingkungan makro ekonomi seperti perubahan kurs, tingkat inflasi, dan indeks saham di pasar Amerika yang pengaruhnya tidak dapat diabaikan sebagai dampak globalisasi pasar modal yang keadaannya diluar kendali oleh perusahaan emiten atau oleh bursa itu sendiri.


(27)

7 Krisis ekonomi global mulai pertengahan tahun 2008 telah mendorong jatuhnya nilai IHSG sebesar 50 persen dalam kurun waktu yang relatif singkat (satu tahun). Krisis yang berasal dari Amerika Serikat telah meruntuhkan perekonomian di benua Eropa dan Asia, khususnya negara berkembang. Indonesia sebagai negara berkembang mendapat pengaruh yang cukup besar dari krisis finasial global. Berbagai kebijakan diambil pemerintah untuk meredam pengaruh buruk dari krisis, mulai dari menaikkan tingkat suku bunga, menaikkan bahan bakar minyak, maupun memperketat lalu lintas mata uang asing. (Pasaribu, dkk. 2009).

Dalam Ishomuddin (2010) pasar modal yang ada di Indonesia merupakan pasar yang sedang berkembang yang dalam perkembangannya sangat rentan terhadap kondisi makroekonomi secara umum serta kondisi ekonomi global dan pasar modal dunia. Faktor ekonomi baik dalam negeri maupun luar negeri merupakan faktor di luar fundamental perusahaan yang mempunyai pengaruh terhadap keadaan pasar modal. Pengaruh makro ekonomi tersebut tidak akan dengan seketika mempengaruhi kinerja perusahaan, tetapi secara perlahan dalam jangka panjang. Sebaliknya, harga saham akan terpengaruh dengan seketika oleh perubahan faktor makroekonomi tersebut karena investor lebih cepat bereaksi. Ketika perubahan makroekonomi itu terjadi, para investor akan memperhitungkan dampaknya baik yang positif maupun negatif terhadap kinerja


(28)

8 perusahaan beberapa tahun kedepan, kemudian mengambil keputusan membeli, menjual atau menahan saham yang bersangkutan (Samsul, 2006: 65). Oleh karena itu, harga saham lebih cepat menyesuaikan diri terhadap perubahan variabel makroekonomi daripada kinerja perusahaan yang bersangkutan.

Akibat globalisasi maka, perekonomian suatu negara akan dipengaruhi oleh kondisi perekonomian dunia. Kapitalisme dan liberalisme telah membuat posisi negara yang mempunyai sumber daya besar akan lebih memengaruhi perekonomian dunia. Dengan kata lain, baik atau buruknya kondisi perekonomian dunia lebih di tentukan oleh negara-negara “kuat” tersebut. (Nachrowi & Usman, 2006:56).

Dengan semakin terbukanya pasar modal antar negara, maka beberapa emiten di Bursa Efek Jakarta juga mencatatkan sahamnya di bursa luar negeri (dual listing). Pergerakan harga saham pada sejumlah bursa internasional cenderung berfluktuasi yang tentunya akan memberikan dampak terhadap IHSG yang disebabkan karena adanya saham perusahaan Indonesia yang dual listing. Dengan keterbukaan pasar antar negara, investor asing dapat meningkatkan return tanpa adanya peningkatan dalam resiko melakukan diversifikasi portofolio internasional. Diversifikasi ini telah memberikan efek terhadap tingkat permintaan saham di Bursa Efek Jakarta. Peningkatan permintaan saham akan mempengaruhi harga saham yang


(29)

9 bersangkutan dan indeks harga saham gabungan (IHSG). (Nurdiansyah, 2009 : 3)

Fluktuasi indeks juga terjadi pada pasar modal luar negeri. Seperti pada pasar modal Amerika yang ditunjukan dengan indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) yang mengalami pergerakan setiap harinya. Pada akhir tahun 2008, dimana Amerika dilanda krisis ekonomi dan pada akhirnya berdampak buruk bagi pasar modal Amerika. Dimana para investor menarik dananya dari pasar modal untuk menghindari resiko kerugian sehingga menyebabkan indeks DJIA mengalami penurunan yang drastis hingga pada titik terendah di harga 7.062,93 pada bulan Februari 2009. Namun seiring berjalannya waktu perekonomian Amerika kembali membaik dan indeks DJIA juga ikut membaik hingga pada akhir tahun 2012 indeks DJIA mencapai angka 13.437,13 hampir dua kali lipat dari harga terendahnya pada tahun 2008.

Terpuruknya pasar modal Amerika juga berpengaruh terhadap pasar modal negara-negara lainnya. Tidak terkecuali Indonesia, HongKong dan Jepang. Pada pasar modal HongKong yang diwakilkan oleh indeks HangSeng terjadi penurunan indeks hingga pada angka 12.811,57 pada bulan Februari 2009 sebagai akibat dari terpuruknya ekonomi Amerika. Namun ketika kondisi sudah semakin membaik indeks HangSeng juga mengalami peningkatan hingga indeks tertinggi


(30)

10 pada angka 22,656,92. Selama periode tahun 2009 hingga tahun 2012 indeks HangSeng Ini terus mengalami pergerakan tiap harinya.

Indeks Jepang yang diwakilkan oleh indeks Nikkei 225 juga tak luput dari adanya krisis yang terjadi di Amerika. Pada Februari 2009 indeks Nikkei 225 mengalami titik terendahnya yaitu sebesar 7.568,42. Setelah pertengahan tahun 2009 indeks Nikkei mulai menunjukan tren yang positif dimana mulai ada peningkatan harga. Hingga akhir tahun 2012 indeks Nikkei 225 terus bergerak fluktuatif mengikuti kondisi perekonomian Jepang maupun negara-negara lainnya serta faktor-faktor lainnya.

Beberapa penelitian telah dilakukan diantaranya, indeks Dow Jones dan tingkat suku bunga SBI berpengaruh terhadap IHSG, dan bentuk hubungan indeks Dow jones berbentuk hubungan positif atau searah sedangkan tingkat suku bungan SBI berbentuk hubungan negatif atau berbanding terbalik ( Toni Heryana, 2009). Variabel kurs (nilai tukar) berpengaruh signifikan terhadap IHSG sedangkan tingkat inflasi, tingkat suku bunga deposito dan jumlah uang beredar tidak berpengaruh signifikan terhadap IHSG (Jatiningsih dan Musdholifah, 2007).

Penelitian dari Moh Mansur (2005) mengenai perkembangan indeks harga saham bursa global dalam hubungannya dengan besarnya indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta. Penelitian ini menggunakan tujuh bursa global, yakni : KOSPI, HSI,


(31)

11 Nikkei 225, TAIEX, Dow Jones, FTSE, dan ASX. Metode yang digunakan adalah Path Analysis. Hasil penelitian menunjukan bahwa pengaruh ketujuh indeks bursa saham global secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan tetapi secara individual hanya indeks bursa KOSPI, Nikkei 225, TAIEX, dan ASX saja yang mempengaruhi indeks harga saham gabungan di BEJ.

Nachrowi dan Usman (2007) melakukan penelitian terhadap indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA), Nikkei dan SET (index Thailand) serta nilai tukar rupiah terhadap dolar menjelaskan bahwa indeks DJIA dan Nikkei menunujukan hubungan yang positif dan searah, sedangkan indeks SET dan nilai tukar rupiah terhadap dolar menunjukan hasil yang negatif dan berhubungan terbalik.

Melihat fakta bahwa pergerakan indeks harga saham yang tersedia di bursa efek Jakarta yang dari hari kehari bergerak fluktuatif yang diakibatkan oleh beberapa faktor seperti faktor variabel makroekonomi, pergerakan indeks bursa internasional dan masih banyak lainnya. Dan berdasarkan hasil penelitian-penelitian terdahulu maka peneliti akan meneliti: “Analisis Pengaruh Kurs Rupiah Terhadap Dolar, BI Rate, Indeks Dow Jones, Indeks Hang seng, Indeks Nikkei 225 terhadap indeks-indeks di Bursa Efek Indonesia”.

Kelebihan penelitian ini dari penelitian sebelumnya adalah bahwa penelitian ini bukan hanya melihat pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan indeks pasar bukan hanya dari indeks harga


(32)

12 saham gabungan (IHSG) tetapi juga melihat bagaimana pengaruhnya terhadap indeks syariah (JII), indeks LQ 45 dan indeks Kompas100. Keempat indeks ini dapat dianggap mewakili pasar modal Indonesia, karena indeks-indeks ini mencakup perusahaan-perusahaan yang mempunyai kapitalisasi besar di pasar modal Indonesia. Selain itu penelitian ini juga melihat pengaruh perubahan indeks-indeks luar negeri yang diduga memiliki pengaruh terhadap pergerakan pasar modal Indonesia. Indeks luar negeri yang digunakan adalah indeks DJIA yang dianggap mewakili indeks pasar modal Amerika dan indeks HangSeng dan indeks Nikkei 225 yang dianggap mewakili indeks Asia. Penelitian ini penting untuk dilakukan untuk sebagai acuan bagi investor yang ingin menginvestasikan dananya di pasar modal Indonesia dengan melihat indeks-indeks yang digunakan sebagai cerminan kondisi pasar modal Indonesia dan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan indeks-indeks tersebut.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang seperti yang di jelaskan di atas maka yang menjadi masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah terdapat pengaruh kurs rupiah terhadap dolar, BI rate, indeks Dow Jones, indeks Hang Seng, dan indeks Nikkei 225 secara simultan terhadap IHSG, JII, LQ45 dan Kompas 100.


(33)

13 2. Apakah terdapat pengaruh kurs rupiah terhadap dolar secara parsial

terhadap IHSG, JII, LQ45 dan Kompas 100.

3. Apakah terdapat pengaruh BI Rate secara parsial terhadap IHSG, JII, LQ45 dan Kompas 100.

4. Apakah terdapat pengaruh Indeks DJIA secara parsial terhadap IHSG, JII, LQ45 dan Kompas 100.

5. Apakah terdapat pengaruh Indeks HangSeng (HSI) secara parsial terhadap IHSG, JII, LQ45 dan Kompas 100.

6. Apakah terdapat pengaruh Indeks Nikkei225 secara parsial terhadap IHSG, JII, LQ45 dan Kompas 100.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Untuk menganalisis apakah terdapat pengaruh kurs rupiah terhadap dolar, BI rate, indeks Dow Jones, indeks Hang Seng, dan indeks Nikkei 225 secara simultan terhadap IHSG, JII, LQ45 dan Kompas 100.

b. Untuk menganalisis apakah terdapat pengaruh kurs rupiah terhadap dolar secara parsial terhadap IHSG, JII, LQ45 dan Kompas 100.

c. Untuk menganalisis apakah terdapat pengaruh BI Rate secara parsial terhadap IHSG, JII, LQ45 dan Kompas 100.


(34)

14 d. Untuk menganalisis apakah terdapat pengaruh Indeks DJIA

secara parsial terhadap IHSG, JII, LQ45 dan Kompas 100. e. Untuk menganalisis apakah terdapat pengaruh Indeks

HangSeng (HSI) secara parsial terhadap IHSG, JII, LQ45 dan Kompas 100.

f. Untuk menganalisis apakah terdapat pengaruh Indeks Nikkei225 secara parsial terhadap IHSG, JII, LQ45 dan Kompas 100.

2. Manfaat Penelitian a. Bagi Peneliti

Dengan adanya penelitian ini di harapkan dapat memperdalam dan memperluas wawasan mengenai seberapa besar pengaruh dari indeks bursa internasional dan variabel makro dapat mempengaruhi indeks-indeks di Bursa Efek Indonesia.

b. Bagi Investor

Penelitian ini di harapkan dapat bermanfaat sebagai salah satu bahan refensi dan penyedia informasi sehingga dalam melakukan investasi tidak mengalami kerugian dan juga dapat menjadi bahan pertimbangan sebelum melakukan investasi di pasar modal, khususnya dengan memperhatikan pengaruh dari indeks bursa internasional, dan variabel makro ekonomi terhadap indeks-indeks di Bursa Efek Indonesia.


(35)

15 c. Bagi Akademisi

Penelitian ini dapat di jadikan bahan perbandingan terhadap penelitian. Penelitian terdahulu yang sejenis, karena penelitian tersebut menggunakan ruang, metode dan waktu yang berbeda-beda sehingga dapat di jadikan sebagai bahan pembelajaran. d. Bahan Pembaca dan Pengembangan penelitian selanjutnya

Sebagai sumber referensi dan tambahan pengetahuan dan kerangka pengembangan penelitian selanjutnya yang sejenis, dan dapat di jadikan sumber ilmu pengetahuan keuangan dan menambah kepekaan terhadap gejolak kondisi ekonomi makro.


(36)

16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pasar Modal

Mohamad Samsul (2006 : 43) pasar modal adalah tempat atau sarana bertemunya antara permintaan dan penawaran atas instrumen keuangan jangka panjang, umumnya lebih dari 1 tahun. Hukum mendefinisikan pasar modal sebagai “Kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.

Menurut Husnan (2001:3) mendefinisikan pasar modal sebagai pasar untuk barbagai instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjual belikan dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah maupun perusahaan swasta. Sedangkan menurut Kamaruddin (2004:17) Pasar modal merupakan sarana pembentuk modal dan akumulasi dana yang diarahkan, untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengarahan dana guna menunjang pembiayaan pembangunan nasional.

Siamat (2004:487) pasar modal dalam arti sempit adalah suatu tempat yang terorganisasi dimana efek-efek diperdagangkan yang disebut bursa efek. Bursa efek atau Stock Exchange adalah suatu sistem


(37)

17 yang terorganisasi yang mempertemukan penjual dan pembeli efek yang dilakukan baik secara langsung maupun dengan melalui wakil wakilnya. Fungsi bursa efek ini antara lain adalah menjaga kontinuitas pasar dan menciptakan harga efek yang wajar melalui mekanisme permintaan dan penawaran.

Efek –efek yang terdapat dipasar modal diperdagangakan dalam 4 (empat) kategori pasar, yakni pasar perdana, pasar sekunder, pasar ketiga dan pasar keempat. (Samsul, 2006: 46) :

 Pasar perdana adalah tempat atau sarana bagi perusahaan yang untuk pertama kali menawarkan saham atau obligasi ke masyarakat umum. Emiten menawarkan efek kepada masyarakat luas melalui penjamin emisi, dan penjamin emisi menunjuk beberapa agen penjual untuk menjangkau investor yang tersebar di kota-kota besar seluruh negeri.

 Pasar kedua atau pasar sekunder adalah tempat atau sarana transaksi jual-beli efek antarinvestor dan harga dibentuk oleh investor melalui perantara efek. Diakatakan tempat karena secara fisik para perantara efek berada dalam satu gedung dilantai perdagangan (trading floor), seperti di Bursa efek Jakarta.

 Pasar ketiga adalah sarana transaksi jual-beli efek antara market maker serta investor dan harga dibentuk oleh market maker. Investor dapat memilih market maker yang memberi harga terbaik. Sampai saat ini, Indonesia belum memiliki pasar ketiga.


(38)

18

 Pasar keempat adalah sarana transaksi jual-beli antar investor jual dan investor beli tanpa melalui perantara efek. Transaksi dilakukan secara tatap muka antar investor jual dan investor beli untuk saham atas pembawa.

Dalam kegiatannya, pemerintah telah memberikan berbagai fasilitas kepada perusahaan yang menawarkan saham atau obligasi kepada masyarakat dengan memberikan kemudahan-kemudahan dan juga memberikan peraturan-peraturan agar kepentingan masyarakat terjamin, sehingga setiap perusahaan yang akan go public diteliti kelayakannya. Pasar modal di Indonesia sudah dikenal sejak tahun 1912, tetapi karena suasana politik dan ekonomi kegiatannya terhenti dan baru bisa aktif lagi tahun 1976 (Kamaruddin, 2004:17).

B. Indeks Harga Saham Gabungan

Menurut Samsul (2006: 185), Indeks Harga Saham gabungan (composite stock price indeks = CSPI) merupakan indeks gabungan dari seluruh jenis saham yang tercatat di bursa efek. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diterbitkan oleh bursa efek. Sementara itu, pihak di luar bursa efek tidak tertarik menerbitkan IHSG karena indeks tersebut masih kalah manfaatnya dengan indeks parsial, seperti untuk keperluan hedging.

Abdul Halim (2005: 12-14) indeks harga saham (IHS) merupakan ringkasan dari pengaruh simultan dan kompleks dari berbagai macam


(39)

19 variabel yang berpengaruh, terutama tentang kejadian-kejadian ekonomi. Bahkan saat ini IHS tidak saja menampung kejadian-kejadian ekonom, tetapi juga menampung kejadian-kejadian sosial, politik, dan keamanan. Dengan demikian, IHS dapat dijadikan barometer kesehatan ekonomi suatu negara dan sebagai dasar melakukan analisis statistik atas kondisi pasar terakhir (current market).

Menggunakan semua Perusahaan Tercatat sebagai komponen perhitungan Indeks. Agar IHSG dapat menggambarkan keadaan pasar yang wajar, Bursa Efek Indonesia berwenang mengeluarkan dan atau tidak memasukkan satu atau beberapa Perusahaan Tercatat dari perhitungan IHSG. Dasar pertimbangannya antara lain, jika jumlah saham Perusahaan Tercatat tersebut yang dimiliki oleh publik (free float) relatif kecil sementara kapitalisasi pasarnya cukup besar, sehingga perubahan harga saham Perusahaan Tercatat tersebut berpotensi mempengaruhi kewajaran pergerakan IHSG. (www.idx.co.id).

IHSG adalah milik Bursa Efek Indonesia. Bursa Efek Indonesia tidak bertanggung jawab atas produk yang diterbitkan oleh pengguna yang mempergunakan IHSG sebagai acuan (benchmark). Bursa Efek Indonesia juga tidak bertanggung jawab dalam bentuk apapun atas keputusan investasi yang dilakukan oleh siapapun Pihak yang menggunakan IHSG sebagai acuan (benchmark).


(40)

20 Mengapa IHS sering dikatakan merupakan cermin dari fenomena ekonomi, sosial, politik, dan keamanan suatu negara? Logika berpikirnya sebagai berikut. Sebagaimana diketahui bahwa, saham sebagai bukti kepemilikan perusahaan merupakan suatu surat berharga atau efek yang diterbitkan oleh perusahaan yang terdaftar di bursa efek (go public). Fluktuasi harga saham ditentukan oleh kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba. Apabila laba yang diperoleh perusahaan relatif tinggi, maka kemungkinan besar bahwa dividen yang dibayarkan juga relatif tinggi. Apabila deviden yang dibayarkan relatif tinggi, akan berpengaruh positif terhadap harga saham di bursa, dan investor akan tertarik untuk membelinya. Akibatnya permintaan akan saham tersebut menjadi meningkat. Peningkatan harga saham ini akan menimbulkan capital gain bagi para pemegangnya. Sementara itu, kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba tersebut tidak saja ditentukan oleh kemampuan manajemen dalam mengelola sumber daya yang ada, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor lain diluar perusahaan, seperti kondisi sosial masyarakat, politik, dan keamanan. Semuanya itu akan berpengaruh terhadap kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba, yang pada gilirannya akan berpengaruh juga terhadap fluktuasi harga saham. Disinilah fenomena ekonomi, sosial, politik, dan keamanan berperan dalam penentuan kesehatan ekonomi suatu negara.


(41)

21 Agar dapat melakukan investasi dipasar modal dengan baik, maka investor harus mengatahui IHS. Dalam Halim (2005:12-14) di BEJ terdapat 6 (enam) jenis indeks, yaitu:

1. Indeks Harga Saham Individual (IHSI), menggunakan saham masing-masing perusahaan, dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan simbol :

IHSIt : indeks harga saham individual pada hari ke-t

NPt : nilai pasar pada hari ke-t, diperoleh dari jumlah lembar saham yang tercatat dibursa dikalikan dengan harga pasar per lembar.

ND : nilai dasar, BEJ memberi nilai dasar IHSI 100 ketika saham diluncurkan pada pasar perdana dan berubah sesuai dengan perubahan pasar.

2. Indeks Harga Saham Sektoral (IHSS), menggunakan saham masing-masing sektor usaha. Di BEJ indeks sektoral di bagi atas 9 (sembilan) sektor usaha, yaitu:

a. Sektor usaha primer (ekstraktif) meliputi : 1) Pertanian

2) Pertambangan

IHSIt = ��


(42)

22 b. Sektor usaha sekunder (manufaktur) meliputi :

1) Industri dasar dan kimia 2) Aneka industri

3) Industri barang konsumsi

c. Sektor usaha tersier (jasa) meliputi : 1) Properti dan real estat

2) Infrastruktur, utilitas, dan tranportasi 3) Keuangan

4) Perdagangan, jasa, dan investasi

3. Indeks LQ45 (ILQ45), menggunakan saham yang terpilih berdasarkan likuiditas perdagangan saham dan sesuaikan setiap enam bulan sekali (setiap awal Februari dan Agustus). Dengan demikian saham yang termasuk dalam indeks tersebut akan selalu berubah.

4. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), menggunakan seluruh saham yang tercatat di bursa efek, dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan simbol :

IHSGt : indeks harga saham gabungan pada hari ke-t

� t =NPt


(43)

23 NPt : nilai pasar pada hari ke-t, diperoleh dari jumlah lembar saham yang tercatat di bursa dikalikan dengan harga pasar per lembar.

ND : nilai dasar, BEJ memberi nilai dasar IHSG 100 pada tanggal 10 Agustus 1982.

IHSG untuk tanggal 10 Agustus 1982 selalu disesuaikan dengan kejadian-kejadian seperti: penawaran saham perdana, initial public offering-IPO), right issues, company listing, dan konversi. Rumus untuk mencari nilai dasar yang baru karena adanya kejadian-kejadian tersebut adalah:

NDB : nilai dasar baru NDL : nilai dasar lama NPL : nilai pasar lama NPT : nilai pasar tambahan

5. Indeks syariah atau Jakarta Islamic Index (JII), menggunakan saham yang memenuhi kriteria investasi dalam syariat islam. Saham-saham yang masuk dalam JII adalah emiten yang kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan syariah islam. Usaha-usaha berikut dikeluarkan dalam perhitungan JII, antara lain :

NDB =NPL +NPT


(44)

24 a. Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi.

b. Usaha lembaga keuangan yang konvensional (mengandung unsur riba).

c. Usaha yang memproduksi, mendistribusikan serta memperdagangkan makanan dan minuman yang tergolong haram.

d. Usaha yang memproduksi, mendistribusikan dan atau menyediakan barang-baranga atau jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat.

6. Indeks papan utama atau Main Board Index (MBI) dan Indeks Papan pengembangan atau Development Board Index (DBI).

MBI dibentuk dengan menggunakan saham-saham yang dipilih berdasarkan kriteria berikut. Pertama, perusahaan telah melakukan kegiatan operasional dalam usaha utama (core business) yang sama sekurang-kurangnya selama 36 (tiga puluh enam) bulan terakhir. Kedua, Laporan Keuangan Auditan perusahaan memperoleh pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) selama 2 (dua) tahun terakhir. Ketiga, berdasarkan Laporan Keuangan Auditan terakhir, perusahaan memiliki Aktiva Bersih Berwujud (net tangible assets) sekurang-kurangnya Rp. 100 miliar, dan tidak mengalami kondisi/gugatan perkara yang secara material diperkirakan dapat mempengaruhi kelangsungan usaha. DBI


(45)

25 dibentuk dengan menggunakan saham perusahaan-perusahaan yang tidak memenuhi seluruh kriteria diatas.

Secara garis besar, ada tiga faktor utama yang berpengaruh terhadap pergerakan IHSG yaitu (Pananda Pasaribu, 2009) : faktor domestik, faktor asing, dan faktor aliran modal ke Indonesia. Faktor domestik berupa faktor-faktor fundamental suatu negara seperti inflasi, pendapatan nasional, jumlah uang yang beredar, suku bunga, maupun nilai tukar rupiah. Berbagai faktor fundamental tersebut dianggap dapat berpengaruh pada ekspektasi investor yang akhirnya berpengaruh pada pergerakan Indeks. Faktor asing merupakan salah satu implikasi dari bentuk globablisasi dan semakin terintegrasinya pasar modal di seluruh dunia. Kondisi ini memungkinkan timbulnya pengaruh dari bursa-bursa yang maju (developed) terhadap bursa-bursa yang sedang berkembang. Krisis yang mengakibatkan jatuhnya bursa Amerika Serikat yang terjadi belakangan ini telah menyeret bursa di Asia pada krisis tahun 1997, termasuk bursa Indonesia.

C. Jakarta Islamic Indeks (JII)

Jakarta Islamic Index (JII) merupakan indeks yang dikembangkan oleh BEJ yang bekerja sama dengan Danareksa Invesment Management untuk merespons kebutuhan informasi yang berkaitan dengan investasi syariah. Jakarta Islamic Indeks (JII)


(46)

26 merupakan subset dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang diluncurkan pada tanggal 3 Juli 2000 dan menggunakan tahun 1 Januari 1995 sebagai base date (dengan nilai 100). JII melakukan penyaringan (filter) terhadap saham yang listing. Rujukan dalam penyaringannya adalah fatwa syariah yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional (DSN). Berdasarkan fatwa inilah BEJ memilah emiten yang unit usahanya sesuai dengan syariah. (Rodoni, 2009: 52).

Indeks syariah atau biasa dikenal dengan JII (Jakarta Islamic Index) merupakan salah satu indeks saham yang ada di Indonesia untuk jenis saham-saham yang memenuhi kriteria syariah dalam perhitungan indeks harga rata-rata sahamnya. JII telah dikembangkan sejak tanggal 3 Juli 2000. Pembentukan instrumen syariah ini untuk mendukung pembentukan Pasar Modal Syariah yang kemudian diluncurkan di Jakarta pada tanggal 14 Maret 2003 atas kerjasama antara Pasar Modal Indonesia (dalam hal ini PT Bursa Efek Jakarta) dengan PT Danareksa Investment Management (PT DIM). Setiap periodenya, saham yang masuk JII berjumlah 30 saham yang memenuhi kriteria syariah. JII menggunakan hari dasar tanggal 1 Januari 1995 dengan nilai dasar 100. Mekanisme Pasar Modal Syariah meniru pola serupa di Malaysia yang digabungkan dengan bursa konvensional seperti Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya. (Cholidah, 2012:29).

Tujuan pembentukan JII adalah untuk meningkatkan kepercayaan investor untuk melakukan investasi pada saham berbasis


(47)

27 syariah dan memberikan manfaat bagi pemodal dalam menjalankan syariah islam untuk melakukan investasi di bursa efek. JII juga diharapkan dapat mendukung proses transparasi dan akuntabilitas saham berbasis syariah di Indonesia. JII menjadi jawaban atas keinginan investor yang ingin menanamkan dananya secara syariah tanpa takut tercampur dengan dana ribawi. Selain itu, JII menjadi tolak ukur kinerja (benchmark) dalam memilih portofolio saham yang halal.

Perbedaan mendasar antara indeks konvensional dengan indeks islam adalah indeks konvensional memasukan seluruh saham yang tercatat dibursa dengan mengabaikan aspek halal haram, yang penting saham emiten yang terdaftar (listing) sudah sesuai aturan yang berlaku. (Rodoni, 2009: 52).

Karena proses penyaringan ketat. Tidak jarang emiten-emiten yang masuk kategori blue chip ditolak masuk JII, contohnya adalah saham Gudang Garam dan HM Sampurna, meskipun kedua perusahaan rokok ternama ini memiliki nilai kapitalisasi yang besar (mencapai 17-20% dari total kapitalisasi pasar BEJ). Ia tidak lolos uji syariah, karena tergolong usaha produk barang yang bersifat mudharat.

Contoh emiten lain adalah PT. Multi Bintang dan PT. Delta Jakarta (keduanya) produsen minuman beralkohol serta bank-bank dan asuransi-asuransi konvensional yang menganut sistem riba. Maka yang terpilih hanyalah emiten-emiten unggulan yang lulus uji untuk tiga


(48)

28 kategori : seleksi syariah, seleksi nilai kapitalisasi dan seleksi nilai Volume transaksi. (Rodoni, 2009: 57).

Menurut penelitian Departemen Keuangan yang bekerja sama dengan BAPEPAM (2005), ada beberapa hal yang menjadi faktor penyebab lambatnya perkembangan pasar modal syariah, antara lain: 1. Tingkat pengetahuan dan pemahaman tentang pasar modal syariah 2. Ketersediaan informasi tentang pasar modal syariah

3. Minat pemodal atas efek syariah

4. Kerangka peraturan tentang penerbitan efek syariah 5. Pola pengawasan (dari sisi syariah) oleh lembaga terkait 6. Pra-proses (persiapan) penerbitan efek syariah

7. Kelembagaan atau institusi yang mengatur dan mengawasi kegiatan pasar modal syariah di Indonesia.

D. Indeks LQ45

Indeks LQ45 adalah indeks dengan nilai kapitalisasi pasar dari 45 saham yang paling likuid dan memiliki nilai kapitalisasi yang besar hal itu merupakan indikator likuidasi. Indeks LQ45, menggunakan 45 saham yang terpilih berdasarkan Likuiditas perdagangan saham dan disesuaikan setiap enam bulan (setiap awal bulan Februari dan Agustus). Dengan demikian saham yang terdapat dalam indeks tersebut akan selalu berubah. (www.jurnal-sdm.blogspot.com)


(49)

29 Beberapa kriteria - kriteria seleksi untuk menentukan suatu emiten dapat masuk dalam perhitungan indeks LQ45 adalah (www.bisnisindex.com) :

a. Kriteria yang pertama adalah :

1. Berada di TOP 95 % dari total rata – rata tahunan nilai transaksi saham di pasar reguler.

2. Berada di TOP 90 % dari rata – rata tahunan kapitalisasi pasar. b. Kriteria yang kedua :

1. Merupakan urutan tertinggi yang mewakili sektornya dalam klasifikasi industri BEJ sesuai dengan nilai kapitalisasi pasarnya.

2. Merupakan urutan tertinggi berdasarkan frekuensi transaksi. Faktor –faktor yang berperan dalam pergerakan Indeks LQ 45, yaitu :

1. Tingkat suku bunga SBI sebagai patokan (benchmark) portofolio investasi di pasar keuangan Indonesia,

2. Tingkat toleransi investor terhadap risiko.

3. Saham – saham penggerak indeks (index mover stocks) yang notabene merupakan saham berkapitalisasi pasar besar di BEJ.

Faktor – faktor yang berpengaruh terhadap naiknya Indeks LQ45 adalah :


(50)

30 1. Penguatan bursa global dan regional menyusul penurunan harga

minyak mentah dunia.

2. Penguatan nilai tukar rupiah yang mampu mengangkat indeks LQ45 ke zone positif.

Tujuan indeks LQ45 adalah sebagai pelengkap IHSG dan khususnya untuk menyediakan sarana yang obyektif dan terpercaya bagi analisis keuangan, manajer investasi, investor dan pemerhati pasar modal lainnya dalam memonitor pergerakan harga dari saham-saham yang aktif diperdagangkan.

E. Indeks Kompas 100

Indeks KOMPAS 100 merupakan Indeks Harga Saham hasil kerjasama Bursa Efek Indonesia dengan harian KOMPAS. Indeks ini meliputi 100 saham dengan proses penentuan sebagai berikut (Antolis dan Dossugi, 2008:148) :

1. Telah tercatat di BEJ minimal 3 bulan.

2. Saham tersebut masuk dalam perhitungan IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan).

3. Berdasarkan pertimbangan faktor fundamental perusahaan dan pola perdagangan di bursa, BEI dapat menetapkan untuk mengeluarkan saham tersebut dalam proses perhitungan indeks harga 100 saham. Masuk dalam 150 saham dengan nilai transaksi dan frekwensi transaksi serta kapitalisasi pasar terbesar di Pasar Reguler, selama 12


(51)

31 bulan terakhir. Dari sebanyak 150 saham tersebut, kemudian diperkecil jumlahnya menjadi 60 saham dengan mempertimbangkan nilai transaksi terbesar.

4. Dari sebanyak 90 saham yang tersisa, kemudian dipilih sebanyak 40 saham dengan mempertimbangkan kinerja: hari transaksi dan frekwensi transaksi serta nilai kapitalisasi pasar di pasar reguler, dengan proses sebagai berikut :

 Dari 90 sisanya, akan dipilih 75 saham berdasarkan hari transaksi di pasar reguler.

 Dari 75 saham tersebut akan dipilih 60 saham berdasarkan frekuensi transaksi di pasar reguler.

 Dari 60 saham tersebut akan dipilih 40 saham berdasarkan Kapitalisasi Pasar.

Daftar 100 saham diperoleh dengan menambahkan daftar saham dari hasil perhitungan butir (3) ditambah dengan daftar saham hasil perhitungan butir (4). Daftar saham yang masuk dalam KOMPAS 100 akan diperbaharui sekali dalam 6 bulan, atau tepatnya pada bulan Februari dan pada bulan Agustus.

F. Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA)

Dow Jones & Co didirikan pada tahun 1882 oleh Charles Bergstresser. Namun indeks rata-rata pertamanya tidak dipublikasikan di Wall Street Journal melainkan dipesaingnya yaitu Customers’s


(52)

32 Afternoon Letter. Awalnya tidak mengikut sertakan saham industrial. Fokus pada saham pertumbuhan pada masa itu, mayoritas saham perusahaan transportasi. Hal ini berarti indeks Dow Jones pertama menghitung sembilan saham perkereta apian, perkapalan dan perusahaan telekomunikasi. Rata-rata harga saham ini akhirnya berevolusi menjadi rata-rata transportasi. Sampai pada 26 Mei 1896, Dow dibagi menjadi indeks transportasi dan industrial, yang menciptakan apa yang kita kenal sebagai Dow Jones Industrial Averages. (wikipedia.org)

Pada awalnya, ditahun 1896 terdapat 12 perusahaan yang terdaftar di DJIA (Dow Jones Industrial Average). Jumlah tersebut diperbanyak menjadi 20 perusahaan pada tahun 1916, dan akhirnya menjadi 30 perusahaan sejak 1928 hingga sekarang. Penentuan perusahaan mana yang akan dimasukkan dan dikeluarkan dari Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditentukan oleh editor The Wall Street Journal. Perusahaan yang termasuk di dalam DJIA diantaranya: 3M, American International Group, Boeing, Citigroup, General Electric, Intel, Microsoft, Walt Disney Company, dan lain sebagainya. (www.bisnisindex.com)

Dalam duniainvestasi.com Indeks Dow Jones (Dow Jones Industrial Average/DJIA) adalah salah satu indeks pasar yang didirikan oleh editor The Wall Street Journal dan pendiri Dow Jones & Company, Charles Dow. Dow membuat indeks ini sebagai suatu cara


(53)

33 untuk mengukur performa komponen industri di pasar saham Amerika. Saat ini DJIA merupakan indeks pasar AS tertua yang masih berjalan. Sekarang, bursa saham ini terdiri dari 30 perusahaan terbesar di Amerika Serikat yang sudah secara luas go public. Pada awalnya di tahun 1896 terdapat 12 perusahaan yang terdaftar di DJIA. Jumlah keanggotaan bursa kemudian diperbanyak menjadi 20 pada tahun 1916 dan akhirnya menjadi 30 perusahaan sejak tahun 1928 hingga sekarang. Pada umumnya indikator harga saham di USA adalah the DJIA, Standard & Poor’s Composite, The New York Stock Exchange Composite index, The American Stock Exchange Market Value Index, The NASDAQ Composite.

Dalam Nachrowi dan Usman (2007 : 80) pengaruh Dow Jones terhadap IHSG secara tidak langsung memberikan gambaran betapa kuatnya pengaruh kinerja ekonomi kedua negara terhadap Indonesia. Ketika Amerika mempunyai kinerja baik, maka Indonesia akan menikmati pula kinerja tersebut. Tetapi ketika keduanya mempunyai kinerja buruk, maka akan berdampak buruk pula bagi Indonesia.

G. Indeks Hang Seng

Indeks Hang Seng (HSI) adalah indeks yang mencatat kapitalisasi pasar indeks saham di Hong Kong. Indeks Hang Seng ini merupakan indikator utama dari keseluruhan performa pasar di Hong Kong dimana HSI sendiri mewakili sekitar 67% dari kapitalisasi pasar disemua perusahaan yang listing di Bursa saham Hong Kong. HSI di mulai pada


(54)

34 tanggal 24 November 1969 yang dikelola oleh HSI Service Limited, yang merupakan anak perusahaan dimiliki Hang Seng Bank, bank terbesar yang terdaftar di Hong Kong dalam kapitalisasi pasar. (wikipedia.org).

Menurut Moh Mansur, 2005 Hang Seng Indeks (HSI) sebagai barometer terkemuka dari harga saham “blue-chip” di Hongkong, adalah salah satu indeks terkenal di kawasan Asia dan telah digunakan secara meluas oleh para manager keuangan sebagai performance benchmark mereka. Terdapat 33 perusahaan pilihan yang terdapat di Hang Seng Indeks semuanya adalah perusahaan terkemuka dan para investor institusi. Sejak diperkenalkannya Hang Seng Indeks dengan saham-saham terpilihnya telah merefleksikan kepentingan dari berbagai sektor industri.

Menurut Pasaribu (2009 : 17-18) Indeks Hang Seng mempunyai pengaruh yang signifikan atas pergerakan IHSG. Ketika Indeks Hang Seng turun maka IHSG juga akan mempunyai arah yang sama. Kondisi ini yang memungkinkan Indonesia terkena dampak krisis global walaupun kondisi ekonomi Indonesia relatif baik.

H. Indeks Nikkei 225

Nikkei 225 adalah indeks pasar saham di Jepang yang terdiri dari 225 saham-saham blue-chip yang terdaftar di papan atas bursa Tokyo sebagai indeks pengukur pergerakan harga saham. Metode


(55)

35 penghitungan indeks Nikkei 225 menggunakan Weighted Averaged Method seperti halnya perhitungan Dow Jones. (www.bisnisindex.com).

Dalam Nachrowi dan Usman (2007 : 80) pengaruh Nikkei terhadap IHSG secara tidak langsung memberikan gambaran betapa kuatnya pengaruh kinerja ekonomi kedua negara terhadap Indonesia. Ketika Jepang mempunyai kinerja baik, maka Indonesia akan menikmati pula kinerja tersebut. Tetapi ketika keduanya mempunyai kinerja buruk, maka akan berdampak buruk pula bagi Indonesia. Kemudian Moh Mansur (2006 : 217) menjelaskan bahwa indeks Nikkei 225 berpengaruh signifikan terhadap Indeks harga saham gabungan.

I. Tingkat Suku Bunga Bank Indonesia (BI Rate)

BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. BI Rate diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap Rapat Dewan Gubernur bulanan dan diimplementasikan pada operasi moneter yang dilakukan Bank Indonesia melalui pengelolaan likuiditas (liquidity management) di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan moneter. (www.bi.go.id).

Dengan mempertimbangkan pula faktor-faktor lain dalam perekonomian, Bank Indonesia pada umumnya akan menaikkan BI


(56)

36 Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan melampaui sasaran yang telah ditetapkan, sebaliknya Bank Indonesia akan menurunkan BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan berada di bawah sasaran yang telah ditetapkan.

Tingkat suku bunga dapat didefinisikan sebagai tingkat pengembalian aset yang mempunyai risiko mendekati nol. Investor dapat menggunakan tingkat bunga sebagai patokan (benchmark) untuk perbandingan bila ingin berinvestasi. Umumnya tingkat bunga mempunyai hubungan negatif dengan bursa saham. Bila pemerintah mengumumkan tingkat bunga yang lebih tinggi maka investor akan menjual sahamnya dan mengganti pada instrumen berpendapatan tetap yang memberikan tingkat bunga yang lebih tinggi. (Pasaribu, dkk. 2009 : 5).

J. Kurs

Siamat (2004:471) mengemukakan bahwa kurs adalah harga suatu mata uang yang dinyatakan dalam mata uang lain. Sukirno (2010:397) kurs valuta asing atau kurs mata uang asing menunjukan harga atau nilai mata uang sesuatu negara dinyatakan dalam nilai mata uang negara lain. Kurs valuta asing dapat juga didefinisikan sebagai jumlah uang domestik yang dibutuhkan, yaitu banyaknya rupiah yang dibutuhkan untuk memperoleh satu unit mata uang asing.

Menurut Hamdy (2010: 49). Kurs mata uang suatu negara dapat mengalami devaluasi dan revaluasi. Devaluasi diartikan sebagai suatu


(57)

37 tindakan pemerintah untuk menurunkan nilai mata uangnya (domestic currency) yang bertujuan (dalam jangka waktu relatif pendek) untuk : 1. Mendorong ekspor dan membatasi impor sehingga diharapkan

dapat memperbaiki posisi BOP atau BOT menjadi equilibrium atau mendekati equilibrium.

2. Mendorong penggunaan produksi dalam negeri.

3. Dengan BOP yang lebih equilibrium, diharapkan kurs valas dapat menjadi relatif lebih stabil.

Revaluasi adalah turunnya nilai mata uang negara-negara lain apabila dipertukarkan dengan mata uang domestik. Dengan kata lain, nilai tukar mata uang domestik menguat terhadap mata uang asing. Revaluasi diartikan sebagai suatu tindakan pemerintah untuk menaikan nilai mata uangnya terhadap mata uang asing yang dilakukan karena perekonomiannya sudah mencukupi atau mendekati full employed atau terjadi kecendrungan inflasi. Kebijakan ini dalam jangka pendek bertujuan untuk mengurangi agregat demand dan inflasi (Hamdy, 2010: 49).

Dalam Saputra (2010) fluktuasi nilai tukar mata uang biasanya hanya dipengaruhi oleh demand dan supply atas mata uang yang bersangkutan. Namun belakangan ini, pergerakan nilai tukar rupiah terhadap hard currencies (valuta asing yang nilainya kuat) dipengaruhi


(58)

38 oleh berbagai faktor yang kompleks. Faktor politik misalnya, memberi pengaruh yang signifikan.

Dalam Mankiw (2006 : 128) Para ekonom membedakan kurs menjadi dua, yaitu :

a) Kurs nominal (nominal exchange rate)

Adalah harga relatif dari mata uang dua negara simbolnya e. Sebagai contoh, jika kurs antara dolar AS dan yen Jepang adalah 120 per dolar, maka kita bisa menukar 1 dolar untuk 120 yen di pasar uang.

b) Kurs rill (real exchange rate)

Adalah harga relatif dari barang-barang di antara dua negara. Kurs riil menyatakan tingkat dimana kita bisa memperdagangkan barang-barang yang dari suatu negara untuk barang-barang dari negara lain.

Untuk melihat hubungan antara kurs rill dan kurs nominal, secara umum perhitungannya sebagai berikut:

Menurut Wiyani dan Wijanto (2004) dalam Harjum Muharam dan Zuraedah Nurafni MS (2008 : 25) pemicu kurs rupiah bergejolak antara lain:

� =Kurs Nominal × Harga Barang Domestik


(59)

39

 Efek memutar krisis keuangan dan moneter Thailand. Hal ini berkaitan dengan tindakan investor asing mengalihkan penanaman dana keluar dari ASEAN, karena menganggap negara-negara ASEAN memiliki masalah yang sama.

 Meningkatnya permintaan dollar berkaitan dengan besarnya kewajiban luar negeri pihak swasta yang jatuh tempo dan tidak di-rollover, dan juga didorong oleh naiknya kebutuhan untuk melakukan hedging pinjaman swasta luar negeri.

 Maraknya spekulasi pelaku pasar di dalam negeri dan luar negeri yang dapat dilakukan dengan relatif mudah,mengingat semakin berkembangnya transaksi derivatif dan pesatnya internasionalisasi rupiah.

 Berkurangnya kepercayaan masyarakat terhadap prospek dan kemampuan ekonomi Indonesia dalam menghadapi gejolak keuangan.

 Kecenderungan menguatnya nilai dollar terhadap hampir seluruh mata uang dunia, sehingga mendorong banyak investor mengalihkan dana mereka ke mata uana dollar

 Mudahnya masayarakat termakan isu.

Risiko nilai kurs merupakan risiko yang timbul akibat pengaruh perubahan nilai tukar mata uang domestik dengan mata uang negara lain (asing). Perusahaan yang menggunakan mata uang asing dalam menjalankan aktivitas operasional dan investasi akan menghadapi


(60)

40 resiko nilai tukar (kurs). Perubahan nilai tukar yang tidak diantisipasi oleh perusahaan akan berpengaruh pada nilai perusahaan tersebut. (Pasaribu, dkk. 2009 : 6).

Fluktuasi nilai tukar akan berpengaruh terhadap beberapa indikator makroekonomi demikian pula sebaliknya fluktuasi nilai tukar juga dapat dipengaruhi oleh beberapa indikator makroekonomi. Stabilisasi mata uang merupakan persoalan yang penting untuk mendorong kegiatan ekonomi dan menciptakan pertumbuhan ekonomi. Kebijakan stabilisasi nilai mata uang terkait dengan sistem devisa yang diterapkan pada suatu perekonomian. (Yuliadi, 2008:89).

K. Keterkaitan Antar Variabel

Dari hasil penelitian sebelumnya di temukan keterkaitan antar variabel dependen (IHSG, JII, LQ45 dan Kompas100) dengan variabel Independen (Kurs, BI Rate, indeks Dow Jones, indeks Hang Seng dan indeks Nikkei 225). Di bawah ini dijelaskan beberapa penelitian yang sama dengan berbagai variasi variabel :

1. Variabel kurs berpengaruh signifikan terhadap indeks indeks harga saham gabungan. Hubungan yang terjalin adalah hubungan negatif. Dimana ketika kurs Rupiah terhadap Dolar naik maka akan mengakibatkan indeks harga saham gabungan turun. Hal ini dimungkinkan oleh adanya pengalihan investasi dari pasar modal ke pasar valas, karena investor berusaha mendapatkan return yang


(61)

41 lebih besar di pasar valas. Selain itu naiknya nilai kurs US$ menjadi sinyal negatif bagi pasar modal, hal ini dikarenakan melemahnya Rupiah menyebabkan gairah investasi menurun karena investor lebih suka menanamkan modalnya keluar negeri. (Ishomuddin, 2010).

2. Variabel BI Rate berpengaruh signifikan terhadap variabel indeks harga saham gabungan dan hubungan yang terjadi adalah hubungan negatif dimana ketika BI Rate mengalami kenaikan maka indeks saham di Indonesia akan mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan BI Rate naik maka akan mendorong investor menjual saham dan menempatkan dananya di bank. Dana yang berada di bank lebih aman dibandingkan di bursa efek. Investasi di bank lebih aman dan berpendapatan tetap dibandingkan di bursa efek yang lebih beresiko namun menjanjikan keuntungan yang lebih besar dibandingkan yang dijanjikan oleh bank. (Nachrowi dan Usman,2007).

3. Variabel indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) berpengaruh signifikan dan memiliki hubungan yang positif terhadap indeks saham di pasar modal Indonesia. Globalisasi telah memungkinkan investor dari negara lain untuk berinvestasi di Indonesia. Oleh karena itu, perubahan di satu bursa juga akan ditransmisikan ke bursa negara lain, dimana bursa yang lebih besar akan mempengaruhi bursa yang kecil. Signifikannya pengaruh DJIA


(62)

42 terhadap IHSG membuktikan bahwa terdapat integrasi antara pasar saham di Amerika Serikat dengan pasar saham di Indonesia dalam kurun waktu penelitian. (Ishomuddin, 2012).

4. Variabel Indeks HangSeng (HSI) berpengaruh signifikan terhadap indeks saham di bursa efek Indonesia. Hubungannya adalah positif dimana ketika indeks HangSeng naik maka indeks saham di pasar modal Indonesia akan naik pula. Hal ini menunjukan bahwa ada keterkaitan antara satu bursa dengan bursa lain, khususnya bursa yang ada pada kawasan satu regional. (Pasaribu, 2009).

5. Variabel indeks Nikkei225 menurut penelitian yang dilakukan oleh Moh Mansur (2005) dikatakan bahwa indeks Nikkei 225 berpengaruh signifikan terhadap indeks di pasar modal Indonesia. dalam penelitian tersebut juga dikatakan bahwa pasar modal regional Asia dan Australia akan lebih mempengaruhi pasar modal Indonesia dibandingkan dengan pengaruh yang diberikan dari pasar modal dari kawasan Eropa dan Amerika.

L. Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

NO. Nama dan Judul Variabel Metode Hasil

1. Nachrowi dan Usman (2007). “ Prediksi IHSG Dengan Model Garch dan Model

X1 : Indeks Nikkei X2 : indeks DJIA X3 : indeks Thailand

GARCH dan ARIMA

Hasil penelitian semua variabel bebas mempunyai pengaruh signifikan terhadap IHSG. Indeks Nikkei dan DJIA secara tidak


(63)

43

Arima”. (SET)

X4 : kurs Y : IHSG

langsung

menggambarkan betapa kuatnya pengaruh antara kinerja ekonomi

kedua negara

terhadap indonesia sedangkan indeks Thailand SET dan kurs dolar ternyata mempunyai koefisien bertanda negatif. 2. Tegararief Ocki

Prakarsa dan Budi Hartono Kusuma (2008). “ Analisis Pengaruh Tingka Bunga SBI, Kurs Tengah BI, Tingkat Inflasi, dan Indeks Saham Dow Jones di New York Stock Exchange Dalam Memprediksi IHSG di BEJ”.

X1 : suku bunga SBI X2 : kurs tengah BI X3 : inflasi X4 : indeks Dow Jones Y : IHSG

Regresi berganda (Multiple Regression)

Hasil penelitian menyatakan bahwa variabel kurs tengah BI, tingkat inflasi, dan indeks saham

Dow Jones

berpengaruh

signifikan terhadap IHSG. Sedangkan variabel tingkat bunga SBI tidak berpengaruh terhadap IHSG.

3. Pananda Pasaribu, dkk. (2009). “ Pengaruh Variabel Makroekonomi terhadap IHSG”.

X1: inflasi triwulan X2: SBI triwulan X3: rata2 M2 X4: Kurs X5: PDB X6: transaksi berjalan X7: rata2 cadangan devisa X8: rata2 Net Buying asing triwulan X9:HSI

Regresi berganda (Multiple Regression)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar faktor domestik, yaitu inflasi, SBI, dan kurs

tengah tidak

berpengaruh terhadap pergerakan IHSG. Sedangkan faktor asing dan informasi mengenai aliran modal mempunyai pengaruh yang cukup signifikan atas pergerakan IHSG.


(64)

44 X10: Dow

Jones

X11: Minyak dunia

X12: FED rate Y: IHSG 4. Yu Hsing

(2011). “ Impacts Of Macroeconomic Variables On The Stock Market In Bulgaria And Policy Implications”. X1: real output X2: government deficit X3: money supply X4: domestic interest rate X5: exchange rate X6: inflasi X7: indeks pasar saham US

X8: euro area government bond yield Y : Bulgaria stock exchange GARCH Model Penelitian dengan menggunakan metode GARCH ini

menunjukan bahwa real GDP, rasio M2/GDP dan US stock market

berhubungan positif. Dan variabel

government deficit, exchange rate,

domestic interest rate, inflasi, dan euro area government bond yield berpengaruh negatif terhadap Bulgaria stock exchange

5. Seyed Mehdi Hosseini, dkk. (2011). “The Role of

Macroeconomic Variables on Stock Market Index

in China and India”.

X1 : harga minyak mentah X2 : uang beredar (M2) X3 :produksi industri (IP) X4 : inflasi Y1 : indeks China Y2 : indeks India Multivariate Cointegration dan Vector Error Correction Model (VECM)

Tulisan ini meneliti hubungan antara indeks pasar saham dan empat variabel makroekonomi, yaitu Harga minyak mentah (COP), uang beredar (M2), produksi industri (IP) dan tingkat inflasi (IR) di Cina dan India. Dalam Periode tahun 1999 sampai Januari 2009. Dengan menggunakan Multivariate


(65)

45 Cointegration dan Vector Error Correction Model, menunjukkan bahwa terdapat hubungan jangka panjang dan pendek antara variabel ekonomi makro dan indeks pasar modal di

masing-masing kedua negara.

Sumber : kumpulan penelitian terdahulu

Penelitian ini berbeda dari penelitian sebelumnya. Periode penelitian ini adalah Januari 2008 sampai Desember 2012. Penelitian ini menggunakan indeks harga saham luar negeri untuk melihat pengaruhnya terhadap indeks harga saham dalam negeri. Indeks harga saham yang digunakan adalah indeks saham dari saham yang kuat, seperti pasar saham di Amerika (Dow Jones), HongKong (HangSeng) dan Jepang (Nikkei225). Selain itu penelitian ini juga melihat pengaruh variabel-variabel bebasnya terhadap indeks harga saham syariah (JII) bukan hanya di lihat dari indeks konvensionalnya saja serta di lihat pula pengaruhnya terhadap indeks LQ45 dan indeks Kompas 100 yang nerupakan indeks-indeks yang terdapat di Bursa Efek Indonesia yang dapat dijadikan acuan dalam melakukan investasi.

M. Kerangka pemikiran

Sebelum melakukan pengolahan data, berikut ini akan dijelaskan kerangka pemikiran yang akan di lakukan dalam penelitian ini. Langkah-langkah yang akan di lakukan dalam penelitian ini, yaitu :


(66)

46 1. Langkah pertama dalam penelitian ini adalah menginput data antara variabel independen (BI Rate, Kurs Rupiah Terhadap Dolar, Indeks Dow Jones, Indeks Hang seng, Indeks Nikkei 225) dengan variabel dependen (IHSG, JII, Indeks LQ45 dan Indeks Kompas100) kemudian dilakukan uji asumsi klasik diantaranya adalah uji normalitas, multikolinieritas, autokorelasi dan heteroskedastisitas.

2. Tahap selanjutnya adalah dengan melakukan uji analisis regresi berganda, kemudian menguji koefisien determinasi, F simultan dan t parsial.

Secara sistematik alur penelitian terlihat pada gambar kerangka berfikir sebagai berikut:


(1)

155

Lampiran 3 persamaan iii (LQ45)

Uji Normalitas terhadap variabel LQ45

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 60

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation 30.61795016 Most Extreme Differences Absolute .092

Positive .050

Negative -.092

Kolmogorov-Smirnov Z .711

Asymp. Sig. (2-tailed) .693

a. Test distribution is Normal.

Normal P-P Plot Untuk Variabel LQ45

Uji Heteroskedastisitas Terhadap Variabel LQ45

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) -.008 .071 -.109 .914

KURS 5.226E-8 .000 .003 .011 .991 .275 3.641 BI_RATE .524 .309 .408 1.698 .095 .306 3.271 DJIA 8.951E-7 .000 .097 .484 .630 .441 2.270 HSI 8.888E-7 .000 .173 .499 .620 .146 6.847 N225 -3.453E-6 .000 -.344 -1.230 .224 .225 4.439 a. Dependent Variable: Absut


(2)

156

Scatterplot Terhadap Variabel LQ45

Uji Autokorelasi terhadap Variabel LQ45

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .977a .955 .951 32.00407 .926

a. Predictors: (Constant), N225, DJIA, BI_RATE, KURS, HSI a. Dependent Variable: LQ45

Uji Autokorelasi terhadap Variabel LQ45 (Sesudah Pengobatan)

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .945a .892 .882 .04945 1.980

a. Predictors: (Constant), LN_N225it@, LN_BI_RATEit@, LN_KURSit@, LN_DJIAit@, LN_HSIit@

b. Dependent Variable: LN_LQ45it@

Uji Multikolinieritas Terhdap LQ45

Model

Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 (Constant)

KURS ,276 3,626

BI_RATE ,297 3,367

DJIA ,442 2,262

HSI ,144 6,965


(3)

157

Tabel Anova terhadap Variabel LQ45

ANOVAb

Model

Sum of

Squares Df Mean Square F Sig. 1 Regression 1175903,192 5 235180,638 229,610 ,000a

Residual 55310,073 54 1024,261 Total 1231213,265 59

a. Predictors: (Constant), N225, DJIA, BI_RATE, KURS, HSI b. Dependent Variable: LQ45

Uji t parsial terhadap Variabel LQ45

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics B Std. Error Beta

Toleranc e VIF 1 (Constant

) 831,491 145,926 5,698 ,000

KURS -,049 ,010 -,278 -5,058 ,000 ,276 3,626 BI_RATE -3518,231 637,942 -,292 -5,515 ,000 ,297 3,367 DJIA ,045 ,004 ,510 11,755 ,000 ,442 2,262 HSI ,006 ,004 ,115 1,515 ,136 ,144 6,965 N225 -,019 ,006 -,211 -3,354 ,001 ,210 4,765 a. Dependent Variable: LQ45


(4)

158

Lampiran 4 Persamaan iv (Kompas100)

Uji Normalitas terhadap Variabel Kompas100

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 60

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation 39.44027301 Most Extreme Differences Absolute .090

Positive .051

Negative -.090

Kolmogorov-Smirnov Z .696

Asymp. Sig. (2-tailed) .719

a. Test distribution is Normal.

Normal P-P Plot Untuk Variabel Kompas100

Uji Heteroskedastisitas Terhadap variabel Kompas100

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 (Constant) .046 .069 .669 .507

KURS -2.601E-6 .000 -.146 -.573 .569 .275 3.641 BI_RATE .371 .297 .302 1.249 .217 .306 3.271 DJIA -1.199E-6 .000 -.136 -.673 .504 .441 2.270 HSI 1.007E-6 .000 .205 .587 .560 .146 6.847 N225 -3.231E-6 .000 -.337 -1.196 .237 .225 4.439 a. Dependent Variable: Absut


(5)

159

Scatterplot Terhadap Variabel Kompas100

Uji Autokorelasi terhadap Variabel Kompas100

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .980a .960 .956 41.22579 .983

a. Predictors: (Constant), N225, DJIA, BI_RATE, KURS, HSI b. Dependent Variable: KOMPAS100

Uji Autokorelasi terhadap Variabel Kompas100 (Sesudah pengobatan)

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .955a .912 .904 .04987 1.978

a. Predictors: (Constant), LN_N225it@, LN_BI_RATEit@, LN_KURSit@, LN_DJIAit@, LN_HSIit@

b. Dependent Variable: LN_KOMPAS100it@

Uji Multikolinieritas Terhdap Kompas100

Model

Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 (Constant)

KURS ,276 3,626

BI_RATE ,297 3,367

DJIA ,442 2,262

HSI ,144 6,965


(6)

160

Tabel Anova terhadap Variabel Kompas100

ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig. 1 Regression 2192027,805 5 438405,561 257,951 ,000a

Residual 91776,573 54 1699,566 Total 2283804,378 59

a. Predictors: (Constant), N225, DJIA, BI_RATE, KURS, HSI c. Dependent Variable: KOMPAS10

Uji t parsial terhadap Variabel Kompas100

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardize d Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics B

Std.

Error Beta

Toleranc e VIF 1 (Constant) 1113,142 187,973 5,922 ,000

KURS -,063 ,013 -,259 -4,988 ,000 ,276 3,626 BI_RATE -4736,767 821,760 -,289 -5,764 ,000 ,297 3,367 DJIA ,061 ,005 ,516 12,586 ,000 ,442 2,262 HSI ,009 ,005 ,129 1,792 ,079 ,144 6,965 N225 -,037 ,007 -,300 -5,037 ,000 ,210 4,765 a. Dependent Variable: KOMPAS100


Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh The Fed Rate, Indeks Dow Jones Dan Nikkei 225 Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2013

9 83 85

The effect of inflation, exchange rate, straits times index, and nikkei 225 Index Toward Jakarta Composite Index (IHSG)

1 15 84

Analisis Pengaruh SBI, Kurs Rupiah, Harga Emas Dunia, Indeks Hang Seng dan Indeks Nikkei 225 terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) (studi kasus Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2008-2011)

0 2 109

PENGARUH INDEKS DJI, INDEKS NKY 225, INDEKS SSE, INDEKS KOSPI, DAN INDEKS STI TERHADAP IHSG

3 18 84

Pengaruh Indeks Nikkei 225 Dan Inflasi Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Pada Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2010-2014

2 5 69

Pengaruh Suku Bunga Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed Rate), Indeks Dow Jones, Indeks Nikkei 225 dan Indeks Hang Seng Terhadap Indeks Saham Harga Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia Periode 2010 - 2015.

0 0 14

ANALISIS PENGARUH INDEKS NYSE, INDEKS NIKKEI 225, FOREIGN BUY DAN FOREIGN SELL TERHADAP INDEKS SEKTOR PROPERTI DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2006-2010.

0 1 15

PENGARUH INFLASI, BI RATE, KURS USDIDR, INDEKS SHCOMP, DAN INDEKS NIKKEI 225 TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) (Studi Pada Bursa Efek Indonesia Periode 2015-2017)

0 0 9

PENGARUH DJIA, NCI, NIKKEI 225, HSI TERHADAP INDEKS LQ 45 DI BURSA EFEK INDONESIA - Perbanas Institutional Repository

0 0 11

ANALISIS PENGARUH BI RATE, KURS RUPIAH, INDEKS NIKKEI 225 TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN DI BEI TAHUN 2011-2014

0 0 13