Analisis Statistik Pengaruh Kurs, BI Rate, Indeks Djia, Indeks HSI dan Indeks Nikkei 225 terhadap Indeks-Indeks di BEI Tahun 2008-2012

87

2. Analisis Statistik

Dalam bab ini penulis menganalisis data yang telah terkumpul. Data yang telah dikumpulkan tersebut berupa data IHSG, JII, LQ45 dan Kompas 100 dari perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia tahun 2008 sampai tahun 2012 dan juga berupa data makro ekonomi Kurs dan BI Rate serta indeks bursa internasional Indeks DJIA, HSI, Nikkei225 periode 2008 sampai 2012. Hasil pengolahan data berupa informasi untuk menganalisis apakah Kurs, Tingkat Suku Bunga Bank Indonesia BI Rate, Indeks DJIA, HSI dan Nikkei225 memiliki pengaruh terhadap IHSG, JII, Indeks LQ45 dan Kompas100 serta berapa besar pengaruhnya.

2.1 Uji Normalitas

Sebelum melakukan uji statistik langkah awal yang harus dilakukan adalah screening terhadap data yang akan diolah. Salah satu asumsi penggunaan uji statistik parametrik adalah asumsi normality. Asumsi normalitas merupakan asumsi bahwa setiap variabel dan semua kombinasi linier dari variabel berdistribusi normal. Jika asumsi ini dipenuhi, maka nilai residual dari analisis juga berdistribusi normal dan independen. Ghazali, 2012:29. 88 Tabel 4.10 Uji Normalitas IHSG One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 60 Normal Parameters a Mean .0000000 Std. Deviation 1.85846164E2 Most Extreme Differences Absolute .070 Positive .057 Negative -.070 Kolmogorov-Smirnov Z .543 Asymp. Sig. 2-tailed .930 a. Test distribution is Normal. Sumber : data diolah Dari tabel 4.10 di dapat besarnya nilai Kolmogorov- Smirnov adalah sebesar 0,543 dengan tingkat signifikan pada 0,930 hal ini menunjukan H0 diterima yang berarti data residual terdistribusi normal. Gambar 4.10 Grafik P-P Plot Terhadap Variabel IHSG 89 Berdasarkan Gambar 4.10 di atas, terlihat bahwa penyebaran data titik menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal yang berarti bahwa data berdistribusi normal atau model regresi memenuhi asumsi normalitas. Tabel 4.11 Uji Normalitas JII D ari tabel 4.11 di dapat besarnya nilai Kolmogorov-Smirnov adalah sebesar 0,608 dengan tingkat signifikan pada 0,854 hal ini menunjukan H0 diterima yang berarti data residual terdistribusi normal. Gambar 4.11 Grafik P-P Plot Terhadap Variabel JII One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 60 Normal Parameters a Mean .0000000 Std. Deviation 26.47536180 Most Extreme Differences Absolute .078 Positive .078 Negative -.061 Kolmogorov-Smirnov Z .608 Asymp. Sig. 2-tailed .854 a. Test distribution is Normal. Sumber : data diolah 90 Berdasarkan Gambar 4.11 di atas, terlihat bahwa penyebaran data titik menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal yang berarti bahwa data berdistribusi normal atau model regresi memenuhi asumsi normalitas. Tabel 4.12 Uji Normalitas LQ45 Sumber : data diolah Dari tabel 4.12 di dapat besarnya nilai Kolmogorov-Smirnov adalah sebesar 0,711 dengan tingkat signifikan pada 0,693 hal ini menunjukan H0 diterima yang berarti data residual terdistribusi normal. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardize d Residual N 60 Normal Parameters a Mean .0000000 Std. Deviation 30.61795016 Most Extreme Differences Absolute .092 Positive .050 Negative -.092 Kolmogorov-Smirnov Z .711 Asymp. Sig. 2-tailed .693 a. Test distribution is Normal. 91 Gambar 4.12 Grafik P-P Plot Terhadap Variabel LQ45 Berdasarkan Gambar 4.12 di atas, terlihat bahwa penyebaran data titik menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal yang berarti bahwa data berdistribusi normal atau model regresi memenuhi asumsi normalitas. Tabel 4.13 Uji Normalitas Kompas100 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 60 Normal Parameters a Mean .0000000 Std. Deviation 39.44027301 Most Extreme Differences Absolute .090 Positive .051 Negative -.090 Kolmogorov-Smirnov Z .696 Asymp. Sig. 2-tailed .719 a. Test distribution is Normal. 92 Dari tabel 4.13 di dapat besarnya nilai Kolmogorov- Smirnov adalah sebesar 0,696 dengan tingkat signifikan pada 0,719 hal ini menunjukan H0 diterima yang berarti data residual terdistribusi normal. Gambar 4.13 Grafik P-P Plot Terhadap Variabel Kompas 100 Berdasarkan Gambar 4.13 di atas, terlihat bahwa penyebaran data titik menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal yang berarti bahwa data berdistribusi normal atau model regresi memenuhi asumsi normalitas.

2.2 Uji Heteroskedastisitas

Sebagaimana diketahui bahwa salah satu asumsi yang harus dipenuhi agar taksiran parameter dalam model regresi bersifat BLUE Best linier Unbias Estimator maka var u 1 harus sama dengan σ 2 konsatan, atau dengan kata lain , semua residual atau error mempunyai varian yang sama. Kondisi ini disebut dengan homoekedastisitas. Sedangkan bila varian tidak konsisten atau berubah-ubah disebut dengan heteroskedastisitas. 93 Nachrowi Usman, 2006:109. Data yang baik adalah data yang homoskedastisitas. Untuk menguji heteroskedastisitas terdapat berbagai macam cara, dan yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah uji Glejser. Tabel 4.14 Uji Heteroskedastisitas terhadap variabel IHSG Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. B Std. Error Beta 1 Constant 6.189 4.093 1.512 .144 KURS .000 .000 -.374 -1.022 .317 BI_RATE -10.798 22.054 -.187 -.490 .629 DJIA -4.133E-5 .000 -.110 -.330 .744 HSI .000 .000 -.743 -1.350 .189 N225 .000 .000 .419 .862 .397 a. Dependent Variable: AbsUt Sumber : data diolah Dalam tabel 4.14 dapat di lihat hasil tampilan output SPSS dengan jelas menunjukan bahwa tidak ada satupun variabel independen yang signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen nilai AbsUt IHSG. Hal ini terlihat dari probabilitas signifikansinya di atas tingkat kepercayaan 5. Jadi dapat disimpulkan model regresi tidak mengandung adanya heteroskedastisitas homoskedastisitas. 94 Gambar 4.14 Scatter Plot Terhadap Variabel IHSG Berdasarkan tampilan pada Scatterplot dalam Gambar 4.14 di atas, terlihat bahwa plot menyebar secara acak di atas maupun di bawah angka nol pada sumbu Regression Studentized Residual . Oleh karena itu maka berdasarkan uji heteroskedastisitas menggunakan metode analisis grafik, pada model regresi yang terbentuk dinyatakan tidak terjadi gejala heteroskedastisitas. Tabel 4.15 Uji Heteroekedastisitas terhadap variabel JII Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 Constant .038 .078 .482 .632 KURS -2.460E-6 .000 -.118 -.474 .637 .275 3.641 BI_RATE .393 .340 .273 1.157 .253 .306 3.271 DJIA -2.648E-8 .000 -.003 -.013 .990 .441 2.270 HSI -1.076E-6 .000 -.187 -.549 .586 .146 6.847 N225 4.003E-7 .000 .036 .130 .897 .225 4.439 a. Dependent Variable: Absut Sumber : Data diolah 95 Dalam tabel 4.15 dapat di lihat hasil tampilan output SPSS dengan jelas menunjukan bahwa tidak ada satupun variabel independen yang signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen nilai AbsUt JII. Hal ini terlihat dari probabilitas signifikansinya di atas tingkat kepercayaan 5. Jadi dapat disimpulkan model regresi tidak mengandung adanya heteroskedastisitas homoskedastisitas. Gambar 4.15 Scatter Plot Terhadap Variabel JII Berdasarkan tampilan pada Scatterplot dalam Gambar 4.15 di atas, terlihat bahwa plot menyebar secara acak di atas maupun di bawah angka nol pada sumbu Regression Studentized Residual . Oleh karena itu maka berdasarkan uji heteroskedastisitas menggunakan metode analisis grafik, pada model regresi yang terbentuk dinyatakan tidak terjadi gejala heteroskedastisitas. 96 Tabel 4.16 Uji Heteroskedastisitas terhadap variabel LQ45 D D alam tabel 4.16 dapat di lihat hasil tampilan output SPSS dengan jelas menunjukan bahwa tidak ada satupun variabel independen yang signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen nilai AbsUt LQ45. Hal ini terlihat dari probabilitas signifikansinya di atas tingkat kepercayaan 5. Jadi dapat disimpulkan model regresi tidak mengandung adanya heteroskedastisitas homoskedastisitas. Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Toleranc e VIF 1Constant -.008 .071 -.109 .914 KURS 5.226E-8 .000 .003 .011 .991 .275 3.641 BI_RATE .524 .309 .408 1.698 .095 .306 3.271 DJIA 8.951E-7 .000 .097 .484 .630 .441 2.270 HSI 8.888E-7 .000 .173 .499 .620 .146 6.847 N225 -3.453E-6 .000 -.344 -1.230 .224 .225 4.439 a. Dependent Variable: Absut Sumber : data diolah 97 Gambar 4.16 Scatter Plot Terhadap Variabel LQ45 Berdasarkan tampilan pada Scatterplot dalam Gambar 4.16 di atas, terlihat bahwa plot menyebar secara acak di atas maupun di bawah angka nol pada sumbu Regression Studentized Residual . Oleh karena itu maka berdasarkan uji heteroskedastisitas menggunakan metode analisis grafik, pada model regresi yang terbentuk dinyatakan tidak terjadi gejala heteroskedastisitas. 98 Tabel 4.17 Uji Heteroskedastisitas terhadap variabel Kompas100 Sumber : data diolah Dalam tabel 4.17 dapat di lihat hasil tampilan output SPSS dengan jela menunjukan bahwa tidak ada satupun variabel independen yang signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen nilai AbsUt Kompas100. Hal ini terlihat dari probabilitas signifikansinya di atas tingkat kepercayaan 5. Jadi dapat disimpulkan model regresi tidak mengandung adanya heteroskedastisitas homoskedastisitas. Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 Constant .046 .069 .669 .507 KURS -2.601E-6 .000 -.146 -.573 .569 .275 3.641 BI_RATE .371 .297 .302 1.249 .217 .306 3.271 DJIA -1.199E-6 .000 -.136 -.673 .504 .441 2.270 HSI 1.007E-6 .000 .205 .587 .560 .146 6.847 N225 -3.231E-6 .000 -.337 -1.196 .237 .225 4.439 a. Dependent Variable: Absut 99 Gambar 4.17 Scatter Plot Terhadap Variabel Kompas 100 Berdasarkan tampilan pada Scatterplot dalam Gambar 4.17 di atas, terlihat bahwa plot menyebar secara acak di atas maupun di bawah angka nol pada sumbu Regression Studentized Residual . Oleh karena itu maka berdasarkan uji heteroskedastisitas menggunakan metode analisis grafik, pada model regresi yang terbentuk dinyatakan tidak terjadi gejala heteroskedastisitas.

2.3 Uji Autokorelasi

Salah satu asumsi regresi linier adalah tidak terdapatnya autokorelasi. Autokorelasi ialah korelasi antara sesama urutan pengamatan dari waktu ke waktu. Ada beberapa alasan mengapa autokorelasi terjadi yaitu Rodoni, 2005: 86 : 100  Inertia, yaitu adanya momentum yang masuk kedalam variabel-variabel X yang terus menerus sehingga sesuatu akan terjadi dan mempengaruhi nilai-nilai pada variabel- variabel X-nya.  Terjadi penyimpangan spesifikasi karena adanya variabel X lain yang tidak dimasukkan pada model.  Bentuk fungsi yang salah.  Adanya lags tenggang waktu.  Manipulasi data yang mengakibatkan data tidak akurat. Untuk memeriksa adaya autokorelasi, biasanya dipakai uji Durbin-Watson dengan hipotesis seperti di bawah ini: Tabel 4.18 Tabel untuk menentukan ada tidaknya autokorelasi dengan uji Durbin Watson Tolak H , berarti ada autokore lasi positif Tidak dapat diputus kan Tidak menolak H , berarti tidak ada autokorelasi Tidak dapat diputus kan Tolak H , berarti ada autokorel asi negatif d L d U 2 4-d U 4-d L 1,408 1,767 2,233 2,592 Dengan hipotesis yang akan di uji adalah sebagai berikut: H : Tidak ada Autokorelasi H a : Ada autokorelasi 101 Tabel 4.19 Uji Autokorelasi Terhadap Variabel IHSG Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin- Watson 1 .980 a .960 .957 194.25971 .919 a. Predictors: Constant, N225, DJIA, BI_RATE, KURS, HSI b. Dependent Variable: IHSG Sumber : data diolah Berdasarkan tabel diatas didapat nilai Durbin Watson sebesar 0.919. Nilai ini akan di bandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan nilai signifikansi 5, jumlah sampel 60 n dan jumlah variabel independen 5 k=5, maka di dapat nilai d L = 1.408 dan nilai d U = 1.767. oleh karena nilai DW 0.919 lebih kecil dari batas d L , maka dapat disimpulkan bahwa ada autokorelasi positif. Oleh karena adanya autokorelasi maka nilai standard error SE dan nilai t-statistik tidak dapat dipercaya sehingga diperlukan pengobatan. Pengobatan autokorelasi tergantung dari nilai ρ yang dapat diestimasi dengan cara nilai ρ diestimasi dengan metode Theil-Nagar d ρ = n 2 1 – d2 + k 2 = 60 2 1 – 0,9152 + 5 2 = 0,5532 n 2 – k 2 60 2 – 5 2 Hasil estimasi ρ kemudian di transformasikan kedalam model persamaan dan hasil output setelah dilakukan pengobatan oleh penulis adalah sebagai berikut : 102 Tabel 4.20 Pengobatan Autokorelasi Terhadap Variabel IHSG Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .954 a .911 .902 .05449 1.878 a. Predictors: Constant, LN_N225Iit, LN_BI_RATEit, LN_KURSit, LN_DJIAit, LN_HSIit b. Dependent Variable: LN_IHSGit Sumber : data diolah Setelah dilakukan pengobatan didapatkan nilai Durbin Watson sebesar 1.878 nilai ini lebih besar dari batas atas d U 1.767 dan kurang dari 4 – 1.767 4 - d U , maka H0 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi. Tabel 4.21 Uji Autokorelasi Terhadap Variabel JII Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin- Watson 1 .973 a .946 .941 27.67394 .898 a. Predictors: Constant, N225, DJIA, BI_RATE, KURS, HSI b. Dependent Variable: JII Sumber : data diolah Berdasarkan tabel diatas didapat nilai Durbin Watson sebesar 0.898. Nilai ini akan di bandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan nilai signifikansi 5, jumlah sampel 60 n dan jumlah variabel independen 5 k=5, maka di dapat nilai d L = 1.408 dan nilai d U = 1.767. Oleh karena nilai DW 0.898 103 lebih kecil dari batas d L , maka dapat disimpulkan bahwa ada autokorelasi positif. Oleh karena adanya autokorelasi maka nilai standard error SE dan nilai t-statistik tidak dapat dipercaya sehingga diperlukan pengobatan. Pengobatan autokorelasi tergantung dari nilai ρ yang dapat diestimasi dengan cara nilai ρ diestimasi dengan metode Theil-Nagar d : ρ = n 2 1 – d2 + k 2 = 60 2 1 – 0,7712 + 5 2 = 0,6258 n 2 – k 2 60 2 – 5 2 Hasil estimasi ρ kemudian di transformasikan kedalam model persamaan dan hasil output setelah dilakukan pengobatan oleh penulis adalah sebagai berikut : Tabel 4.22 Pengobatan Autokorelasi Terhadap Variabel JII Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .924 a .853 .839 .05414 2.036 a. Predictors: Constant, LN_N225it, LN_BI_RATEit, LN_KURSit, LN_DJIAit, LN_HSIit b. Dependent Variable: LN_JIIit Sumber : data diolah Setelah dilakukan pengobatan didapatkan nilai Durbin Watson sebesar 2.036 nilai ini lebih besar dari batas atas d U 1.767 dan kurang dari 4 – 1.767 4 - d U , maka H0 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi. 104 Tabel 4.23 Uji Autokorelasi Terhadap Variabel LQ45 Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin- Watson 1 .977 a .955 .951 32.00407 .926 a. Predictors: Constant, N225, DJIA, BI_RATE, KURS, HSI b. Dependent Variable: LQ45 Sumber : data diolah Berdasarkan tabel diatas didapat nilai Durbin Watson sebesar 0.926. Nilai ini akan di bandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan nilai signifikansi 5, jumlah sampel 60 n dan jumlah variabel independen 5 k=5, maka di dapat nilai d L = 1.408 dan nilai d U = 1.767. oleh karena nilai DW 0.919 lebih kecil dari batas d L , maka dapat disimpulkan bahwa ada autokorelasi positif. Oleh karena adanya autokorelasi maka nilai standard error SE dan nilai t-statistik tidak dapat dipercaya sehingga diperlukan pengobatan. Pengobatan autokorelasi tergantung dari nilai ρ yang dapat diestimasi dengan cara nilai ρ diestimasi dengan metode Theil-Nagar d ρ = n 2 1 – d2 + k 2 = 60 2 1 – 0,58952 + 5 2 = 0,6006 n 2 – k 2 60 2 – 5 2 Hasil estimasi ρ kemudian di transformasikan kedalam model persamaan dan hasil output setelah dilakukan pengobatan oleh penulis adalah sebagai berikut : 105 Tabel 4.24 Pengobatan Autokorelasi Terhadap Variabel LQ45 Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin- Watson 1 .945 a .892 .882 .04945 1.980 a. Predictors: Constant, LN_N225it, LN_BI_RATEit, LN_KURSit, LN_DJIAit, LN_HSIit b. Dependent Variable: LN_LQ45it Sumber : data diolah Setelah dilakukan pengobatan didapatkan nilai Durbin Watson sebesar 1.980 nilai ini lebih besar dari batas atas d U 1.767 dan kurang dari 4 – 1.767 4 - d U , maka H0 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi. Tabel 4.25 Uji Autokorelasi Terhadap Variabel Kompas 100 Sumber : data diolah Berdasarkan tabel diatas didapat nilai Durbin Watson sebesar 0.983. Nilai ini akan di bandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan nilai signifikansi 5, jumlah sampel 60 n dan jumlah variabel independen 5 k=5, maka di dapat nilai d L = 1.408 dan nilai d U = 1.767. oleh karena nilai DW 0.919 Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin- Watson 1 .980 a .960 .956 41.22579 .983 a. Predictors: Constant, N225, DJIA, BI_RATE, KURS, HSI b. Dependent Variable: KOMPAS100 106 lebih kecil dari batas d L , maka dapat disimpulkan bahwa ada autokorelasi positif. Oleh karena adanya autokorelasi maka nilai standard error SE dan nilai t-statistik tidak dapat dipercaya sehingga diperlukan pengobatan. Pengobatan autokorelasi tergantung dari nilai ρ yang dapat diestimasi dengan cara nilai ρ diestimasi dengan metode Theil-Nagar d ρ = n 2 1 – d2 + k 2 = 60 2 1 – 0,8942 + 5 2 = 0,5639 n 2 – k 2 60 2 – 5 2 Hasil estimasi ρ kemudian di transformasikan kedalam model persamaan dan hasil output setelah dilakukan pengobatan oleh penulis adalah sebagai berikut : Tabel 4.26 Pengobatan Autokorelasi Terhadap Variabel Kompas100 Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin- Watson 1 .955 a .912 .904 .04987 1.978 a. Predictors: Constant, LN_N225it, LN_BI_RATEit, LN_KURSit, LN_DJIAit, LN_HSIit b. Dependent Variable: LN_KOMPAS100it Sumber : Data diolah Setelah dilakukan pengobatan didapatkan nilai Durbin Watson sebesar 1.978 nilai ini lebih besar dari batas atas d U 1.767 dan kurang dari 4 – 1.767 4 - d U , maka H0 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi. 107

2.4 Uji Multikolinieritas

Asumsi model regresi berganda yang harus dipenuhi selanjutnya adalah bahwa dalam model persamaan regresi tidak terjadi korelasi yang signifikan antar variabel bebasnya. Dalam stastistika, tidak terjadi multikolinieritas. Multikolinieritas adalah kondisi adanya hubungan linier antarvariabel independen. Multikolinieritas dapat dilihat dari nilai tolerance dan variance inflation factor VIF. Kedua ukuran ini menunjukan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukan adanya multikolinieritas adalah nilai tolerance ≤ 0.10 atau sama dengan nilai VIF ≥ 10. Ghazali, 2012:105 Tabel 4.27 Uji Multikolinieritas Terhadap IHSG Model Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 Constant KURS ,276 3,626 BI_RATE ,297 3,367 DJIA ,442 2,262 HSI ,144 6,965 N225 ,210 4,765 Sumber : Data diolah 108 Pada hasil output diatas dapat dilihat bahwa nilai variabel independen yang memiliki nilai tolerance lebih dari 0,10 dan memiliki nilai VIF pada semua variabel independen kurang dari 10 jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada masalah multikolinieritas antarvariabel independen dalam model regresi. Tabel 4.28 Uji Multikolinieritas Terhadap JII Model Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 Constant KURS ,276 3,626 BI_RATE ,297 3,367 DJIA ,442 2,262 HSI ,144 6,965 N225 ,210 4,765 Sumber : Data diolah Pada hasil output diatas dapat dilihat bahwa nilai variabel independen yang memiliki nilai tolerance lebih dari 0,10 dan memiliki nilai VIF pada semua variabel independen kurang dari 10 jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada masalah multikolinieritas antarvariabel independen dalam model regresi. Tabel 4.29 Uji Multikolinieritas Terhadap LQ45 Model Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 Constant KURS ,276 3,626 BI_RATE ,297 3,367 DJIA ,442 2,262 HSI ,144 6,965 N225 ,210 4,765 Sumber : Data diolah 109 Pada hasil output diatas dapat dilihat bahwa nilai variabel independen yang memiliki nilai tolerance lebih dari 0,10 dan memiliki nilai VIF pada semua variabel independen kurang dari 10 jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada masalah multikolinieritas antarvariabel independen dalam model regresi. Tabel 4.30 Uji Multikolinieritas Terhadap Kompas100 Model Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 Constant KURS ,276 3,626 BI_RATE ,297 3,367 DJIA ,442 2,262 HSI ,144 6,965 N225 ,210 4,765 Sumber : Data diolah Pada hasil output diatas dapat dilihat bahwa nilai variabel independen yang memiliki nilai tolerance lebih dari 0,10 dan memiliki nilai VIF pada semua variabel independen kurang dari 10 jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada masalah multikolinieritas antarvariabel independen dalam model regresi.

3. Uji Hipotesis

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh The Fed Rate, Indeks Dow Jones Dan Nikkei 225 Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2013

9 83 85

The effect of inflation, exchange rate, straits times index, and nikkei 225 Index Toward Jakarta Composite Index (IHSG)

1 15 84

Analisis Pengaruh SBI, Kurs Rupiah, Harga Emas Dunia, Indeks Hang Seng dan Indeks Nikkei 225 terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) (studi kasus Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2008-2011)

0 2 109

PENGARUH INDEKS DJI, INDEKS NKY 225, INDEKS SSE, INDEKS KOSPI, DAN INDEKS STI TERHADAP IHSG

3 18 84

Pengaruh Indeks Nikkei 225 Dan Inflasi Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Pada Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2010-2014

2 5 69

Pengaruh Suku Bunga Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed Rate), Indeks Dow Jones, Indeks Nikkei 225 dan Indeks Hang Seng Terhadap Indeks Saham Harga Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia Periode 2010 - 2015.

0 0 14

ANALISIS PENGARUH INDEKS NYSE, INDEKS NIKKEI 225, FOREIGN BUY DAN FOREIGN SELL TERHADAP INDEKS SEKTOR PROPERTI DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2006-2010.

0 1 15

PENGARUH INFLASI, BI RATE, KURS USDIDR, INDEKS SHCOMP, DAN INDEKS NIKKEI 225 TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) (Studi Pada Bursa Efek Indonesia Periode 2015-2017)

0 0 9

PENGARUH DJIA, NCI, NIKKEI 225, HSI TERHADAP INDEKS LQ 45 DI BURSA EFEK INDONESIA - Perbanas Institutional Repository

0 0 11

ANALISIS PENGARUH BI RATE, KURS RUPIAH, INDEKS NIKKEI 225 TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN DI BEI TAHUN 2011-2014

0 0 13