HSS Nakayasu Hidrograf Satuan Sintetis HSS

Tb = 2,67.Tp 2-16 Gambar 2.2. Bentuk Hidrograf Satuan Sintetis SCS Suripin, 2004

2.5.4. HSS Gama I

Hidrograf Satuan Sintetik Gama I dikembangkan atas riset Dr. Sri Harto di 30 daerah pengaliran sungai di Pulau Jawa pada akhir dekade 1980-an yang mengkombinasikan antara Metode Strahler dan pendekatan Kraijenhorr van der Leur. Parameter yang diperlukan dalam analisa menggunakan HSS Gamma I antara lain: 1. Luas DAS A 2. Panjang alur sungai utama L 3. Panjang alur sungai ke titik berat DAS Lc 4. Kelandaian slope sungai S 5. Kerapatan jaringan kuras Drainage Density D Hidrograf Satuan Sintetik Gama I dibentuk oleh 3 tiga buah komponen dasar, yaitu : a Waktu Naik TR Persamaannya adalah : TR = 0,43 3 + 1,0665 . SIM + 1,2775 2-17 dimana TR = Waktu Naik jam L = Panjang sungai utama km SIM = Symmetri Factor merupakan parameter bentu DAS = WF x RUA WF = WUWL Gambar 2.3. Penentuan nilai WF b Debit Puncak QP Persamaannya adalah : Qp = 0,13836 . A 0,5886 . TR 0,4008 . JN 0,2381 2-18 Dimana: JN : Jumlah pertemuan sungai yaitu jumlah segmen ruas sungai- sungai orde I dikurangi satu QP : Debit Puncak m³det TR : Waktu naik jam A : Luas DAS km² c Waktu Dasar TB Persamaannya adalah : TB = 27,4132. TR -,0,1457 . S -0,0986 . SN 0,7344 . RUA 0,2574 2-19 dimana : TB : Waktu dasar jam S : Kemiringan DAS SN : Source Frequency = Perbandingan antara jumlah segmen sungai tingkat I dengan jumlah segmen semua sungai semua tingkat. RUA = Relative Upstream Area = Perbandingan luas DAS sebelah hulu dan luas DAS Gambar 2.4. Penentuan RUA Relative Upstream Area Bentuk Hidrograf Satuan Sintetis Gama I Gambar 2.5. Bentuk Hidrograf Satuan Sintetis Gama I

2.6. Penelusuran Banjir Flood Routing

Penelusuran banjir adalah merupakan peramalan hidrograf disuatu titik pada suatu aliran atau bagian sungai yang didasarkan atas pengamatan hidrograf dititik lain. Tujuan penelusuran banjir adalah untuk: a Prakiraan banjir jangka pendek b Perhitungan hidrograf satuan untuk berbagai titik sepanjang sungai dari hidrograf satuan di suatu titik di sungai c Prakiraan terhadap kelakuan sungai setelah terjadi perubahan dalam palung sungai d Derivasi hidrograf sintetik Menurut Fiedler 1999 penelusuran banjir dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya yaitu: 1. Modified Plus, yaitu Metode yang biasanya digunakan pada penelusuran lewat waduk. 2. Kinematik Wave, yaitu Metode yang merupakan bentuk dasar penelusuran secara hidraulika. 3. Muskingum, yaitu Metode yang merupakan metode yang tidak didasarkan atas hukum- hukum dasar hidraulika, yang ditinjau disini hanyalah hukum kontinuitas, sedangkan persamaan keduanya didapat secara empiris. 4. Muskingum-Cunge, yaitu Metoda yang perumusannya diperoleh dari persamaan kontinuitas yang meliputi difusi bentuk dari persamaan momentum. 5. Dynamic, yaitu Metode yang merupakan solusi dari persamaan Saint Venant. Di Indonesia pemakaian Metode Muskingum pemah dilakukan oleh Saihul Anwar pada stasiun Kamun, Eretan dan Warungpeti stasiun Monjot.

2.6.1. Metode Muskingum

Untuk penelusuran banjir lewat palung sungai sering digunakan metode muskingum. Metode muskingum menerapkan beberapa kondisi yang berlaku sebagai berikut: