r = 2-34
dengan X = S
Y = x . I + 1 - x Q n = banyaknya titik untuk dihitung nilai S dan x . I + 1 - x Q nya.
Gambar 2.9 Nilai storage x = 0,1 sampai x = 0,3
Dari kemiringan garis tersebut didapat harga k, yaitu k = tg Ф =
2-35
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Banjir merupakan salah satu peristiwa alam yang seringkali terjadi. Banjir dapat terjadi karena curah hujan yang tinggi, intensitas, atau kerusakan akibat penggunaan lahan yang salah.
Selain itu banjir juga dapat disebabkan oleh kenaikan suhu bumi, perubahan iklim, gangguan pengaliran air hujan di dalam sungai, pengurangan luas permukaan tanah yang menyerap air
karena banyak berdirinya bangunan dan terjadinya kerusakan hutan, meluapnya sungai-sungai utama yang melalui daerah pemukiman dan perkotaan, akibat intensitas curah hujan yang tinggi
di daerah hulu sungai yang juga sering disebut sebagai banjir bandang. Bencana banjir ini banyak dirasakan masyarakat baik di kota maupun di desa, keadaan ini
diperburuk lagi dengan adanya proses konversi lahan atau perubahan tata guna lahan yang berlangsung cepat sampai ke pedesaan, proses pendangkalan sungai-sungai dan danau yang
berlangsung terus karena proses erosi akibat penggundulan hutan sehingga tidak dapat menampung lagi luapan air hujan. Sementara tanah tidak mampu lagi menyerap air secara
maksimal maka terjadilah banjir dimana-mana. Kejadian banjir dan kekeringan di suatu Daerah Aliran Sungai DAS sebenarnya memiliki
fenomena yang tidak sederhana. Suatu DAS terdiri dari berbagai unsur penyusun utama yang di satu pihak bertindak sebagai objek atau sasaran fisik alamiah, seperti sumber daya alam tanah,
vegetasi dan air, dan di lain pihak adalah subjek atau pelaku pendayagunaan unsur tersebut, yaitu manusia. Diantara unsur-unsur itu terjadi proses hubungan timbal balik dan saling
mempengaruhi, yang pada akhirnya akan menghasilkan suatu kondisi hidrologis dari wilayah DAS tersebut.
Banjir yang akan terjadi dapat dicegah maupun diantisipasi dengan cara normalisasi sungai atau dengan membangun struktur pengendali banjir dan lain sebagaina. Namun, selain dapat
dicegah banjir juga dapat diprediksi debit outflownya dengan melakukan proses penelusuran banjir food routing. Dengan melakukan penelusuran banjir, kita dapat memprediksi waktu dan
debit banjir jangka pendek yang akan terjadi daerah hilir sungai dengan menggunakan data aliran masuk dari daerah hulu sungai sehingga kita dapat melakukan antisipasi dini sebelum terjadinya
banjir. Sungai Percut merupakan salah satu dari beberapa sungai yang ada di kota Medan yang
termasuk dalam kategori kritis. Daerah aliran sungai ini merupakan daerah rawan banjir pada saat musim penghujan dating, banyak hal yang menyebabkan daerah ini rawan banjir salah
satunya perubahan tata guna lahan di sekitar aliran sungai precut. Untuk mengatasi hal tersebut dibutuhkan langkah-langkah penanggulangan yang tepat, antara lain dengan penelusuran debit
banjir. Peranan penelusuran banjir flood routing yang merupakan bagian analisis hidrologi
menjadi cukup tinggi. Penelusuran banjir dapat disebut sebagai suatu prosedur untuk memperkirakanmeramalkan waktu dan besaran banjir yang akan terjadi di suatu titik
berdasarkan pada data yang diketahui. Penelusuran banjir flood routing adalah merupakan prakiraan hidrograf di suatu titik pada suatu aliran atau bagian sungai yang didasarkan atas
pengamatan hidrograf di titik lain. Hidrograf banjir dapat ditelusuri lewat palung sungai dengan tujuan mengetahui hidrograf
banjir suatu lokasi yang tidak mempunyai pengamatan muka air, dan peramalan banjir jangka pendek.
Penelusuran banjir bertujuan salah satunya adalah peringatan dini banjir, salah satu metode yang terkenal dikembangkan oleh Muskingum. Untuk menghormati penemunya, metode tersebut
dinamai Muskingum. Metode ini telah diterapkan secara intensif pada beberapa sungai di
Inggris. Menurut Saihul 2006 Muskingum termasuk metode yang cukup akurat, tingkat
kesalahan prediksinya rata-rata sebesar 14 persen dan kesalahan prediksi waktu debit puncak rata-rata 0,16 jam. Metode Muskingum tidak didasarkan atas hukum-hukum dasar hidrolika.
Metode ini hanya meninjau hukum kontinuitas dan tampungan. Metode Muskingum menggunakan data debit masuk dan debit keluar yang diukur pada waktu yang bersamaan.
DAS Percut merupakan sungai yang memiliki potensi sumber daya air yang cukup baik dengan luas 41,252.20 Ha, dengan panjang sungai sekitar 70 Km dan luas basin 276,8 Km
2
. DAS Percut terdiri dari beberapa Sub DAS yang dimana memiliki kondisi fisiografi di
bagian hulu berupa perkebunan, pertanian lahan kering, persawahan, pemukiman, serta di bagian hilir berupa perkebunan, pertanian lahan kering dan pemukiman. Sungai Percut selain
memberikan banyak manfaat, seringkali juga mendatangkan bencana, yaitu banjir yang terjadi pada saat musim hujan .
Berdasarkan uraian tersebut maka perlu dilakukan penelitian mengenai analisis hidrograf aliran dengan Metode Muskingum pada DAS Percut di Kabupaten Deli Serdang, Provinsi
Sumatera Utara.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: