41
D. Pembuatan Plastik Komposit
Plastik komposit yang dihasilkan dalam penelitian ini merupakan plastik yang berasal dari polietilen HDPE dan LLDPE dan pati tapioka dan pati sagu dengan
penambahan bahan-bahan aditif yaitu gliserol, maleic anhydride maleat ahidrida MA, dicumyl peroxide dikumil peroksida DCP, dan akuades. Polietilen dan pati
merupakan bahan utama dalam pembuatan pati termoplastis. Polietilen yang merupakan polimer non-biodegradable berperan sebagai bahan mayor matriks,
sedangkan pati yang merupakan bahan biodegradable berperan sebagai bahan minor. Pencampuran pati termoplastis dengan polietilen bertujuan untuk menutupi
kelemahan dari pati termoplastis yaitu lemahnya sifat mekanik dan sifat higroskopis yang dimiliki pati termoplastis. Keuntungan lain dalam pencampuran ini yaitu sifat
polietilen yang sulit untuk terdegradasi akan menjadi lebih mudah terdegradasi karena struktur rantai kimia polietilen juga berisi rantai kimia pati termoplastis.
Apabila pati termoplatis telah terdegradasi maka rantai kimia polietilen yang tadinya terisi oleh pati termoplastis akan kosong sehingga struktur kimianya menjadi lebih
mudah untuk terurai. Pada tahap ini dilakukan pencampuran pati termoplastis pati sagu atau
tapioka dengan compt.-PE LLDPE atau HDPE dengan komposisi 20:80. Penetapan komposisi ini berdasarkan hasil penelitian Ulfa 2009 yang menyatakan
bahwa komposisi tersebut merupakan yang terbaik dibandingkan dengan formula lainnya. Gambar 9 menunjukkan bahan yang semi-jadi yang dicampurkan untuk
menjadi suatu plastik komposit. Nilai yang dapat dilihat selama proses pencampuran di dalam rheomix adalah
nilai torsi torque yang dibutuhkan ulir untuk mencampur seluruh bahan di dalamnya. Kurva torsi tersebut menunjukkan energi yang dibutuhkan oleh mesin
untuk mencampurkan sempurna bahan-bahan. Kurva torsi selama proses pencampuran memperlihatkan peningkatan maksimum pada tahap awal proses, lalu
apabila kondisi pencampuran telah tercapai, maka diperoleh kurva torsi yang cenderung stabil atau konsisten. Gambar 10 merupakan torsi pencampuran antara
pati termoplastis dengan compt.-PE dengan perbandingan 20:80. Berdasarkan Yuliasih 2008, dua nilai yang digunakan untuk menunjukkan
energi torsi yang dibutuhkan selama proses pencampuran di dalam rheomix yaitu nilai loading point L dan minimum point M. Nilai L menunjukkan energi torsi
42
maksimum dimana muatan atau bahan yang akan dicampur seluruhnya sudah berada dalam alat rheomix. Nilai M menunjukkan energi torsi minimum dimana proses
pencampuran telah selesai atau tercampur semuanya. Pada Gambar 10, peningkatan energi torsi terus terjadi hingga titik energi torsi maksimum nilai L kemudian
dilanjutkan penurunan energi torsi yang dapat dikatakan cenderung stabil hingga pada titik torsi minimum nilai M.
Bentuk kurva energi torsi selama proses pencampuran sangat ditentukan oleh jenis bahan yang dicampurkan. Polietilen dan pati termoplastis memiliki karakteristik
yang berbeda-beda. Pada Gambar 10, dapat dilihat bahwa selama proses pencampuran compt.-LLDPE dengan pati termoplastis menunjukkan kurva torsi yang
lebih fluktuatif bila dibandingkan dengan proses pencampuran compt.-HDPE dengan pati termoplastis. Hal ini diduga disebabkan karena perbedaan bentuk dan ukuran
granula pati sagu termoplastis dan tapioka termoplastis dengan compt.-LLDPE yang dicampurkan sehingga terjadi tumbukan antara pati termoplastis dengan compt.-
LLDPE dimana mengakibatkan fluktuasi pada kurva torsi tersebut Gambar 10 a. Pada Gambar 10 b memperlihatkan grafik yang lebih stabil dan konsisten bila
dibandingkan dengan Gambar 10 a, hal ini membuktikan bahwa pengadukan compt.-HDPE dengan pati termoplastis lebih baik. Perubahan warna pada plastik
komposit menjadi kecoklatan disebabkan oleh sifat pati termoplastis yang amorf dan mudah meleleh serta lamanya pencampuran sehingga diduga terdapat pati yang telah
terdegradasi.
43
a
b Gambar 10. Pengaruh jenis pati dan PE terhadap energi torsi selama
pengadukan a Compt.-LLDPE + pati termoplastis sagu atau tapioka; b Compt.-HDPE + pati termoplastis sagu atau
tapioka
Lamanya pencampuran pada saat proses disebabkan oleh sifat pati yang tidak mempunyai kemampuan alir, sehingga diperlukan waktu yang lama untuk membuat
campuran yang homogen. Damayanti 2003 menambahkan bahwa pati tidak memiliki sifat alir yang akan memudahkan untuk bercampur dengan molekul lain.
Dengan demikian, semakin banyak jumlah pati dalam campuran, maka dibutuhkan waktu yang lebih lama meskipun energi yang dibutuhkan lebih sedikit. Sriroth
1998 juga menambahkan bahwa pati ubi kayu termoplastis dapat dicetak pada suhu 200-240
o
C selama 1-3 menit. Apabila pencampuran telah dilakukan, langkah yang dilakukan yaitu
pengecilan ukuran plastik komposit tersebut karena pada saat proses pencampuran
10 20
30 40
50 60
70 80
18 25
37 54
71 77
90 100 122 144 162 165 compt.-LLDPE SAGU
T o
rs i
rpm
Waktu Pengadukan detik
20 40
60 80
100 120
140
0 18 25 37 54 71 77 90 100113126137150162165 compt.-HDPE SAGU
compt.-HDPE TAPIOKA T
o rs
i
rp m
Waktu Pengadukan detik
44
telah selesai dilakukan, produk yang keluar dari rheomix berbentuk bongkahan. Pengecilan ukuran dilakukan untuk keperluan uji yang akan dilakukan. Pengecilan
ukuran juga berpengaruh tehadap slab yang dibuat untuk spesimen uji sifat mekanik. Pengaruh yang ditimbulkan apabila hasil pengecilan ukuran yang tidak seragam dan
relatif besar akan menghasilkan gelembung udara akibat udara yang terperangkap pada saat molding untuk membuat spesimen slab.
E. Karakteristik Plastik Komposit