Deskripsi dan Identifikasi Ikan Patin Pangasius sp. Protease pada Ikan

Ikan bandeng juga bersifat herbivorous dan tanggap terhadap pakan buatan, dengan formulasi pakan buatan relatif mudah, tidak bersifat kanibal, dan mampu hidup dalam kondisi berjejal. Ikan bandeng juga dapat dibudidayakan secara polikultur dengan spesies lainnya, seperti baronang. Ikan bandeng dagingnya bertulang, tetapi rasanya lezat dan di beberapa daerah memiliki tingkat preferensi konsumsi yang tinggi. Ikan bandeng juga dapat digunakan sebagai umpan bagi industri penangkapan tuna Rachmansyah et al. 1997.

2.2 Deskripsi dan Identifikasi Ikan Patin Pangasius sp.

Ikan patin Pangasius sp. merupakan ikan konsumsi budidaya ikan air tawar unggulan dari famili pangasidae yang dikenal dengan nama lokal patin, jambal atau pangasius. Ikan patin berbadan panjang, berwarna putih perak dengan punggung berwarna kebiruan-biruan. Daging ikan patin memiliki kandungan kalori dan protein cukup tinggi, rasa dagingnya enak, lezat dan gurih. Gambar ikan patin dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2 Ikan patin Pangasius sp.. Saanin 1984 mengklasifikasi ikan patin sebagai berikut : Filum : Chordata Kelas : Pisces Sub Kelas : Teleostei Ordo : Ostariophysi Sub Ordo : Siluroidei Famili : Schilbeidae Genus : Pangasius Spesies : Pangasius hipothalmus

2.3 Protease pada Ikan

Protease adalah enzim yang mampu menghidrolisis ikatan peptida pada protein. Enzim ini untuk melakukan aktivitasnya membutuhkan air sehingga dikelompokkan dalam kelas hidrolase. Protease berperan dalam sejumlah reaksi biokimia seluler. Selain diperlukan untuk degradasi protein nutrien, enzim protease terlibat dalam sejumlah mekanisme patogenisitas, proses koagulasi darah, proses sporulasi, diferensiasi, sejumlah proses pasca translasi protein, dan mekanisme ekspresi protein ekstra seluler Rao et al. 1998. Secara umum protease dapat dibagi dalam dua golongan, yaitu proteinase dan peptidase. Proteinase mengkatalisis hidrolisis molekul protein menjadi fragmen-fragmen besar, sedangkan peptidase mengkatalisis fragmen polipeptida menjadi asam amino Suhartono 1992. Dilihat dari letak pemutusan ikatan peptida, protease dibedakan menjadi endopeptidase atau proteinase EC 3.4.21-99 dan eksopeptidase EC 3.4.11-21. Endopeptidase memutuskan ikatan peptida yang berada di dalam rantai protein sehingga dihasilkan peptida dan polipeptida, sedangkan eksopeptidase menguraikan protein dari ujung rantai sehingga dihasilkan satu asam amino dan sisa peptida. Berdasarkan sifat kimia dan sisi aktifnya dikenal empat golongan protease yaitu serin EC 3.4.21, sistein EC 3.4.22, aspartat EC 3.4.23, dan metallo endopeptidase EC 3.4.24 Otto dan Schirmeister 1997. Sistein protease merupakan kelompok besar enzim, termasuk katepsin lisosomal dan calpain. Secara fisiologis, sistein proteinase mempunyai peranan penting pada metabolisme protein dan sebaliknya. Selain itu sistein proteinase juga dihubungkan dengan proses dan aktivasi berbagai prohormon, proenzim, dan peptida Hultman 2003. Katepsin juga terlibat dalam kemunduran tekstur daging. Katepsin yang berbeda dapat memberikan aksi pada proses autolisis daging ikan Kolodziejska dan Sikorski 1996. Katepsin ditemukan di lisosom serat daging dan di sel fagosit. Lisosom merupakan intraseluler organel yang banyak mengandung enzim hidrolitik dan berperan dalam pencernaan dalam sel. Beberapa tipe katepsin telah diidentifikasi dengan asam amino yang berbeda di sisi aktifnya. Katepsin B EC 3.4.22.2 dan Katepsin L EC 3.4.22.15 keduanya merupakan sistein proteinase yang kemungkinan paling penting dalam kemunduran tekstur daging Aoki et al. 2000; Kolodziejska dan Sikorski 1996. Aktivitasnya berbeda beda tiap fraksi daging dan spesies ikan. Aktivitas optimum dilaporkan pada suhu 40-50 o C dan aktivitasnya menurun dengan penurunan suhu. Katepsin secara umum bekerja pada pH 3-4 dan beberapa katepsin juga mempunyai aktivitas tinggi pada pH 6-6,5 Aoki et al. 2000; Kolodziejska dan Sikorski 1996. Aktivitas katepsin sangat berpengaruh terhadap tekstur daging ikan karena katepsin dapat menurunkan fleksibilitas kekenyalan sehingga daging ikan menjadi tidak elastis dan jaringan daging ikan melunak lembek. Pelunakan daging ini merupakan salah satu sumber masalah pada industri surimi karena katepsin dapat menurunkan kemampuan pembentukan gel pada proses pembuatan surimi dari daging ikan akibat degradasi protein miofibril yang dapat mengurangi elastisitas dan kekuatan gel surimi. Jenis katepsin B, D, L dan H telah diketahui memiliki efek gel softening pada proses pembentukan gel surimi Haard 2000. Calpain EC 3.4.22.17 merupakan proteinase netral yang diaktifkan adanya ion kalsium, dan bekerja bersama dengan spesifik inhibitor endogenous calpastatin pada kebanyakan hewan mamalia tetapi tidak ditemukan pada tanaman Otto dan Schirmeister 1997. Calpain mempunyai peran pada post mortem degradasi daging ikan melalui pemecahan protein miofibrillar. Calpain adalah sistein endopeptidase netral yang ditemukan pada sarkoplasma daging. Disusun dari dua subunit dan diaktifkan oleh ion kalsium dan komponen thiol, kebanyakan aktif pada pH netral 6,9-7,5 dan suhu 30 o C Kolodziejska dan Sikorski 1996. Kolagenase EC 3.4.24.7 merupakan metalloproteinase yang ditemukan pada daging skeletal Kolodziejska dan Sikorski 1996. Endogenous kolagenase berperan dalam kerusakan jaringan penghubung daging ikan yang menyebabkan gaping dan perubahan tekstur yang tidak diinginkan. Selain itu, terjadinya perubahan komponen dari matrik ekstraseluler dapat lebih memberikan kemudahan penyerangan oleh protease lainnya Ashie et al. 1996. Endogeneus kolagenase bertanggung jawab terhadap kerusakan protein fibril kolagen pada otot daging ikan granedier biru Macruronus novaezelandiae Hultman 2003.

2.4 Inhibitor Protease