Tepung Gaplek Jagung TINJAUAN PUSTAK

Bahan baku yang baik akan menghasilkan 400 kg tapioka dan 160 kg onggok dari bahan baku total sebanyak 1 ton. Total pati yang didapat berkisar antara 19-25 rendemen tapioka dari bahan baku singkong segar Anonim b , 2003. Adapun berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa pengrajin tapioka di daerah Tarik Kolot, Bogor Utara, maka rendemen elot yang didapat hanya sekitar 2, namun sebagian besar para pengrajin tapioka langsung membuang sisa air pengendapan tapioka. Greenfield 1971 mengemukakan bahwa limbah industri tapioka mengandung bahan organik seperti pati, serat, protein, gula, dsb. Sebagai contoh limbah cair sisa pengendapan mengandung tanah, protein, serat, gula, dan pati terlarut.

2.3. Tepung Gaplek

Tepung gaplek merupakan salah satu bahan yang digunakan pada pakan ikan. Murtidjo 2001 menyatakan bahwa tepung ini biasa digunakan dalam pakan tidak lebih dari 5 sebagai binder atau perekat. Tepung gaplek sendiri merupakan ubi kayu yang telah dikeringkan kemudian digiling menjadi bentuk tepung. Kandungan nutrisi yang terkandung dalam tepung gaplek diantaranya protein 1,1, lemak 0,5, karbohidrat 88,2 Soetanto, 2008. Sebagai salah satu bahan yang terbuat dari ubi kayu, masalah yang dihadapi dalam penggunaan tepung ini hampir sama dengan tepung elot, yakni kandungan HCN yang terdapat dalam ubi kayu. Namun kandungan HCN tersebut ternyata dapat dikurangi hingga batas aman dalam penggunaannya sebagai bahan pakan ikan melalui beberapa proses yang dilalui dalam pembuatan tepung gaplek Murtidjo, 2001. Rangkaian proses tersebut meliputi pengupasan kulit ubi kayu, pencincangan ubi kayu, perendaman pada larutan garam 5 selama 24 jam, penjemuran, penggilingan menjadi tepung. Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa penggunaan tepung gaplek hingga 15 sebagai sumber karbohidrat dalam pakan ikan masih dapat diterima oleh ikan personal communication.

2.4. Jagung

Jagung merupakan salah satu sumber karbohidrat yang sering digunakan dalam pembuatan pakan ikan. Bahan baku jagung yang digunakan dalam formulasi pakan berupa butiran biji jagung yang telah dikeringkan dan melalui proses grinding sehingga memiliki tekstur yang halus . Penggunaan jagung dalam pakan dibatasi oleh adanya kandungan afla toksin pada jagung. Afla toksin merupakan komponen metabolit sekunder kapang Aspergillus sp. Umumnya efek yang ditimbulkan karena mengkonsumsi afla toksin pada hewan ternak adalah rendahnya pertumbuhan, kerusakan hati, gangguan pembekuan darah, menurunkan respon terhadap imun, dan meningkatkan kematian Lovell, 1989. Negara beriklim tropis seperti Indonesia merupakan tempat ideal bagi pertumbuhan jamur. Kondisi lingkungan seperti suhu dan kelembaban, sangat berperan dalam munculnya kontaminasi aflatoksin. Kandungan afla toksin dalam jagung di Indonesia bervariasi antara 20 – 2.000 ppb Tangendjaja dan Rachmawati, 2006. Pada ikan channel catfish, dosis yang mematikan LD 50 berkisar antara 15 – 30 ppm.

2.5. Kecernaan