Discrepancy Trade Statistics TINJAUAN PUSTAKA

Birokrasi menjadi suatu permasalahan tersendiri dalam kaitannya dengan hukum administrasi negara pembangunan. Administrasi pemerintahan maupun pelayanan publik seolah telah menjadi karakteristik yang melekat di negara ber- kembang. Hal ini tercermin dari masih tingginya penyalah gunaan kewenangan dalam bentuk korupsi, kolusi, dan nepotisme atau KKN, tidak efisiennya organisasi pemerintahan di pusat dan daerah, rendahnya kualitas pelayanan publik, dan lemahnya fungsi lembaga pengawasan sehingga banyak kelemahan birokrasi yang belum menunjukkan tanda-tanda dilakukannya perbaikan. Berbeda dengan administrasi pemerintahan negara maju, pemerintahan negara maju menyukai hal yang terorganisasi dengan baik dan mempunyai rencana yang baik. Dalam menjalankan roda kepemerintahan, pemimpin negara maju memberlakukan prinsip, antara lain: 1 akuntability, 2 transparansi, 3 openness , 4 rule of law Rahmat 2010.

2.5. Discrepancy Trade Statistics

Discrepancy statistic pada perdagangan bilateral menjadi perhatian yang sangat penting sebagai indikator dari perdagangan ilegal. Kegiatan ilegal yang dapat menciptakan adanya discrepancy statistic adalah kegiatan intentional underreport yang dilakukan untuk menghindari pajak ekspor yang mengakibatkan nilai ekspor yang dicatat lebih kecil dibandingkan dengan yang dicatat oleh pihak importir. Aktivitas ilegal ini dilakukan untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar. Selain kegiatan ilegal berupa intentional underreport yang sering dilakukan dalam perdagangan, kegiatan penyelundupan smuggling juga kerap dilakukan. Penyelundupan merupakan aktivitas underground economy. Underground economy mencakup semua aktivitas ekonomi yang dapat dikenakan pajak, tetapi akibat tindakan-tindakan ilegal semua biaya pajak yang harus ditanggung oleh para pelaku perdagangan di dalam perdagangan internasional tidak diperoleh oleh negara. Penyelundupan merupakan fenomena yang sudah sangat sering terjadi di Indonesia, dimana kondisi ini sangat menggangu perekonomian suatu negara Vincent 2004. Dari data yang bersal dari CITES Convention on the International Trade in Endangered Species of wild fauna and flora dapat dilihat jenis dari aktivitas ilegal yang dilakukan oleh beberapa negara pada Tabel 2 berikut ini : Tabel 2 Tipe dari aktivitas ilegal yang dilakukan oleh beberapa negara Tahun Penyelundupan yang Masuk k Indonesi ∑ kasus Kerugian Rp 1. Tekstil dan produk tekstil 111 871,2 Juta 2. Gula dan beras 22 2,48 Milliar 2 3. Hand Phone 21 6,94 Milliar 4. Elektronik 3 562,2 Juta 5. Mata Uang dan Kenderaan Bermotor 2 681,7 Juta 5 6. Narkoba dan Psokotropika 4 Penyelundupan dari Indonesia 1. Kayu 90 4,49 Milliar 2. Pupuk 3 478 Milliar 3. BBM 6 3,8 Milliar 2006 Sampai dengan semester 1 Juni 2006 Total 15,5 Milliar Sumber : Seneca Creek Associated and World Resources Int’l 2004 dalam Setiastuti 2007 Dari tabel tersebut jelas diduga bahwa Indonesia merupakan negara yang melakukan semua kegiatan ilegal yang berhubungan dengan sektor kehutanan, kecuali melakukan impor dari sumber ilegal. Sehingga dapat dikatakan bahwa Indonesia merupakan negara yang memiliki law of enforcement yang buruk. Dampak dari aktivitas-aktivitas ilegal pada produk kehutanan dapat menyebabkan kerugian ekonomi bagi suatu negara dimana pendapatan negara devisa berupa pajak ekspor akan berkurang seiring dengan meningkatnya aktivitas ilegal, sedangkan dampak aktivitas ilegal pada ekosistem hutan akan terjadi degradasi ekosistem hutan yang akan mengakibat berkurangnya sumber bahan baku kayu dan non kayu.

2.6. Kayu lapis Plywood