5 belajar untuk memahami proses yang tejadi dalam sistem nyata. Kegunaan model
terletak pada efektivitas kita belajar terkait sistem yang ingin dipahami. Analisis sistem adalah pendekatan filosofis dan kumpulan teknik,
termasuk simulasi yang dikembangkan secara eksplisit untuk menunjukan masalah yang berkaitan dengan sistem yang kompleks. Analisis sistem
menekankan pada pendekatan holistik untuk memecahkan masalah dan menggunakan model matematika untuk mengidentifikasi dan menyimulasikan
karakteristik yang penting dari sistem yang kompleks. Untuk pemodelan yang lebih fleksibel dan multiguna, dapat digunakan dengan fase-fase sebagai berikut
Purnomo 2004: 2.4.1 Identifikasi Isu, Tujuan, dan Batasan
Langkah pertama
dalam membangun
sebuah model
adalah mengidentifikasi isu atau masalah. Hal ini akan menempatkan dimana sebenarnya
suatu model perlu dibangun. Membaca berbagai jurnal terkait isu yang akan diangkat merupakan salah satu cara untuk mempertajam pemahaman pentingnya
model yang akan kita bangun. Kesalahan dalam mengidentifikasi suatu isu mengakibatkan kesalahan melihat suatu permasalahan secara tepat yang tentu
berpengaruh terhadap pemecahan suatu masalah. Semakin kompleks suatu sistem maka semakin rumit masalah yang ditawarkan. Hal ini mengakibatkan solusi yang
dicari akan semakin rumit atau solusi tunggal hampir tidak ada. Beragam solusi yang ditawarkan bergantung pada sudut pandang yang diambil. Informasi untuk
memecahkan masalah tidak pernah lengkap sehingga tidak akan pernah ada sebuah solusi yang dapat dijamin kebenarannya.
Setelah isu ditentukan berikutnya adalah menentukan tujuan pemodelan itu sendiri. Tujuan pemodelan akan menentukan metode pemodelan, ketelitian
pemodelan, dan jenis pemodelan itu sendiri. Tujuan pemodelan harus dinyatakan secara eksplisit. Ketersediaan sumberdaya yang ada seperti waktu, dana dan data
yang
tersedia haruslah
menjadi pertimbangan
suatu tujuan
model. Ketersediaan data harus menjadi pertimbangan agar tujuan pemodelan tidak
terlalu tinggi untuk dapat dicapai melalui model yang dibangun. Langkah
selanjutnya adalah
menentukan batasan
dari model.
Batasan model menunjukan komponen apa saja yang masuk atau tidak termasuk ke dalam model. Komponen yang tidak termasuk ke dalam pemodelan disebut
sebagai “lingkungan”. Batasan dapat berupa batas ruang, waktu, dan isu.
2.4.2 Formulasi Konseptual
Fase ini ditujukan agar orang dapat dengan mudah mengikuti pola pikir yang tertuang pada model, sehingga kerumitan pada model harus dihindari.
Model konseptual yang dibuat menggambarkan secara menyeluruh model yang akan dibuat. Fase ini dimulai dengan mengidentifikasi semua komponen yang
terlibat dan dimasukan dalam pemodelan. Komponen-komponen tersebut kemudian dicari interrelasinya satu sama lain menggunakan ragam metode seperti
diagram kotak dan panah, diagram sebab akibat, diagram stok dan aliran atau diagram sekuens sequence diagram. Perilaku dan hubungan antar komponen
antar komponen sebaiknya juga digambarkan pada fase ini.
6
2.4.3 Spesifikasi Model
Pada fase ini dilakukan kuantifikasi model. Jika pada model konseptual, hubungan dua komponen dapat digambarkan dengan anak panah, maka pada fase
ini spesifikasi model anak panah tersebut dapat berupa persamaan numerik dengan satuan-satuan yang jelas. Peubah waktu yang dipakai dalam keseluruhan
model harus ditetapkan. Komponen-komponen yang terlibat dalam pemodelan, namun kita tidak memahami lebih lanjut harus dikeluarkan dari model.
Persamaan-persamaan yang dipakai dalam model harus disebutkan darimana asalnya, apakah berdasarkan suatu rujukan atau hasil kreasi sendiri.
Suatu kreasi persamaan bisa dilakukan dengan melakukan regresi dari data yang tersedia atau dugaan yang dapat dipertanggungjawabkan. Fase ini menuntut
pengetahuan memadai dalam pemakaian perangkat bantu seperti perangkat lunak software STELLA, VENSIM, POWERSIM, SIMILE, CORMAS, dan lain-lain.
Dalam fase ini, pemrograman dilakukan. Fase ini dilakukan dari yang sederhana dan memastikan bahwa persamaan dan pemrogramannya benar.
Bila terdapat kesalahan dalam model yang sederhana ini, maka yang lebih rumit pun pasti salah.
2.4.4 Evaluasi Model
Evaluasi model dilakukan dengan mengamati kelogisan model dan membandingkannya dengan dunia nyata. Setiap model diamati apakah
relasi-relasi yang ada logis atau tidak. Setelah setiap bagian model diamati dan dianggap logis, maka perlu diamati bagaimana hubungan antar bagian tersebut
untuk menjadi model yang utuh. Jika keseluruhan model sudah logis, tahap pertama dari fase evaluasi model dapat diselesaikan.
Model dikatakan logis berarti ada penalaran yang memadai dari relasi-relasi tersebut. Logis bukan berarti bahwa semua persamaan sesuai dengan apa yang
dipercayai orang atau dengan kata lain sesuai dengan paradigma yang ada. Setiap model harus memiliki keberanian untuk berbeda dengan paradigma yang
ada karena pada awalnya pemodelan sistem adalah suatu paradigma baru yang berlawanan arah dengan paradigma lama yang cenderung spesialisasi berlebihan
pada setiap bidang ilmu pengetahuan.
Tahap kedua adalah mengamati apakah perilaku model sesuai dengan harapan atau perkiraan yang digambarkan pada fase konseptualisasi model.
Tahap ketiga evaluasi adalah membandingkan antara perilaku model dengan data yang didapat dari sistem atau dunia nyata. Misalnya model harus dapat dieksekusi
pada rentang waktu batasan model. Kesesuaian model dengan dunia nyata adalah penting, tetapi lebih penting adalah bagaimana model tersebut bisa dimanfaatkan
sesuai dengan tujuan pemodelan yang dilakukan. 2.4.5 Penggunaan Model
Pada tahap ini model yang telah dikembangkan diaplikasikan pada skenario-skenario yang telah ditentukan melalui simulasi skenario yang telah
dibuat. Hasil simulasi tersebut kemudian dikerucutkan pada skenario yang memenuhi tujuan pemodelan.
7
3 HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian ini disajikan sesuai dengan fase-fase pemodelan dinamika sistem yang dilakukan.
3.1 Identifikasi isu, tujuan, dan batasan 3.1.1 Identifikasi isu