1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hutan sebagai suatu ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya,
yang tidak
dapat dipisahkan
antara satu
dengan yang
lainnya KEMENHUT 1999. Hutan sebagai salah satu sistem penyangga kehidupan dan
sumber kemakmuran rakyat cenderung menurun kondisinya. Penurunan potensi sumberdaya hutan diakibatkan kegiatan penebangan baik legal maupun illegal.
Sedangkan permintaan lahan di luar sektor kehutanan turut mengakibatkan menurunnya
luas kawasan
hutan melalui
kegiatan konversi
lahan. Pemerintah melalui undang-undang kehutanan mengatur penggunaan lahan
kawasan hutan. Terdapat empat kebijakan utama pemerintah dalam mengatur penggunaan kawasan hutan untuk pembangunan sektor non-kehutanan.
Poin-poin tersebut antara lain adalah pinjam pakai kawasan hutan, tukar menukar kawasan hutan, pelepasan kawasan hutan dan alih fungsi kawasan.
Adanya kegiatan-kegiatan di atas mengakibatkan terjadinya dinamika luas kawasan dan stok karbon hutan.
Luas kawasan hutan Indonesia sampai dengan tahun 2009 yang ditetapkan oleh Kementerian Kehutanan adalah sebesar 133 841 806 Ha. Jumlah ini
diprediksi akan terus menurun karena tercatat laju deforestasi dan degradasi hutan Indonesia selama tahun 2003 sampai 2006 mencapai 1.089 juta Ha per tahun.
Selain itu, sekitar 41 dari areal hutan di Indonesia 77.8 juta hektar dalam kondisi terdegradasi Statistik Kehutanan 2009. Lahan terdegradasi adalah lahan
yang telah rusak berat karena hilangnya tutupan vegetasi dan yang telah mengalami kehilangan sebagian besar fungsi ekosistemnya, termasuk
pengendalian erosi, penyimpanan air, siklus hara, pengaturan iklim dan penyimpanan karbon. Data yang dikeluarkan Kementerian Kehutanan
menunjukan perhitungan deforestasi di tujuh pulau terbesar di Indonesia antara tahun 2000 hingga 2005 adalah sebagai berikut: Sumatera 1 345 500 Ha,
Kalimantan 1 230 100 Ha, Sulawesi 866 300 Ha, Maluku 214 900 Ha, Papua 718 400 Ha, Jawa 712 800 Ha, Bali Nusa Tenggara 359 800 Ha. Terjadinya
deforestasi, mengakibatkan turunnya cadangan stok karbon. Budiharto 2009 menyebutkan kehilangan cadangan stok karbon di kawasan hutan dalam kurun
waktu 2003 sampai 2006 sebesar 531.68 mega ton atau setara 177.56 mega tontahun. Penurunan potensi hutan dan konversi lahan hutan terjadi merata
di seluruh wilayah termasuk Provinsi Kalimantan Barat. Tercatat telah terjadi deforestasi seluas 1 361.3 Ha pada kawasan hutan primer dan 22 622.2 Ha pada
hutan sekunder selama kurun waktu 2003 sampai 2006.
Isu pemanasan global global warming yang berkembang, menempatkan hutan sebagai salah satu solusi menurunkan konsentrasi gas rumah kaca GRK
di atmosfer. Hal ini menuntut pemerintah negara-negara maju dan berkembang senantiasa melakukan perlindungan terhadap hutan dunia yang tersisa.
Pada pertemuan G-20 September 2009 di Pittsburgh, pemerintah menargetkan pengurangan emisi gas rumah kaca sebesar 26 hingga tahun 2020.
Sektor kehutanan memiliki peran kunci dalam menyukseskan visi pemerintah
2 untuk mengurangi emisi yang signifikan melalui sektor yang berhubungan dengan
Land Use, Land Use Change and Forestry LULUCF. Target penurunan emisi yang telah ditetapkan pemerintah sebesar 51.2 berasal dari sektor kehutanan.
Target penurunan emisi lainnya sebesar 48.4 diharapkan bersumber dari pemanfaatan lahan gambut Greenomics 2009.
Atas dasar pemahaman isu-isu dan fakta inilah dirasa perlu adanya suatu penelitian pada suatu lingkup kawasan tertentu agar dapat mengetahui cadangan
stok karbon tersedia dan mengetahui faktor apa saja yang memengaruhi. Penelitian ini diharapkan mampu memberi gambaran alternatif solusi terbaik
dalam penggunaan lahan terkait ketersediaan stok karbon suatu wilayah.
1.2 Perumusan Masalah