Perkembangan jumlah alat tangkap di Provinsi Maluku Utara periode 2004- 2005 rata-rata bervariasi. Alat tangkap yang dipergunakan oleh nelayan masih
didominasi oleh jaring insang, bagan, pancing lain dan jenis alat tangkap lain-lain. Berdasarkan distribusi penggunaan alat penangkapan ikan tersebut menunjukkan
bahwa sebagian besar nelayan di Provinsi Maluku Utara masih menggunakan alat tangkap sederhana. Perkembangan armada penangkapan ikan tahun 2004-2005
dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Perkembangan alat penangkapan ikan di Provinsi Maluku Utara
periode 2004-2005 No Alat
Tangkap T a h u n
Kenaikan 2004
2005 Unit
Fluktuasi 1 Pukat
cincin 212
239 27
13 2 Huhate
272 313
41 15
3 Jaring insang
505 609
104 21
4 Bagan 454
508 54
12 5 Pancing
tonda 305
309 4
1,3 6 Pancing
lain 392
507 115
29 7 Rawai
101 112
11 11
8 Lain-lain 452
502 50
11 9 Pukat
pantai 312
351 39
13 Jumlah
3.005 3.450
445 15
Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Maluku Utara 2006
4.2.3 Sumberdaya manusia dan kelembagaan
Kapasitas sumberdaya manusia SDM dan kelembagaan di bidang perikanan dan kelautan merupakan aset pembangunan, karena kesiapan
sumberdaya manusia dan kelembagaan merupakan stakeholders yang melaksanakan kegitan perikanan dan kelautan secara langsung di lapangan. Oleh
karena itu perkembangan sumberdaya manusia dan kelembagaan tidak hanya terukur dari jumlah tetapi diukur pada kapasitas dan kemampuan dalam
mengadopsi teknologi dan modal usaha. Jumlah masyarakat pesisir yang memanfaatkan dan berusaha dalam bidang
perikanan di Provinsi Maluku Utara terdiri dari rumah tangga perikanan RTP. RTP merupakan gambaran tentang seberapa banyak pelaku usaha perikanan di
suatu daerah. Diantara RTP di Provinsi Maluku Utara adalah nelayan, buruh, juragan kapal, bakul ikan dan pengolah ikan. Nelayan terdiri dari juru mudi dan
anak buah kapal ABK.
Sampai dengan tahun 2004 jumlah nelayan sebanyak 36.984 orang atau 4,4 dari total jumlah penduduk Maluku Utara. Dari jumlah tersebut tergabung
dalam 320 kelompok usaha bersama KUB dengan jumlah kelompok antara 5-7 orang, dengan demikian jumlah nelayan yang tergabung dalam kelompok usaha
berjumlah 533 orang. Penguatan kelembagaan di bidang perikanan dan kelautan merupakan salah
satu strategi untuk meningkatkan produktivitas usaha dalam memanfaatkan sumberdaya perikanan di Propinsi Maluku Utara. Kelembagaan perikanan yang
penting lainnya adalah koperasi perikanan, terdiri dari koperasi primer dan sekunder. Dari 30 koperasi nelayan yang ada memiliki jumlah anggota sebanyak
2.836 orang atau 7,7, sedangkan koperasi sekunder berjumlah 2 koperasi, yaitu Pusat Koperasi Perikanan Kie raha di Kecamatan Bacan dan Pusat Koperasi
Sonyinga Bahari di Kecamatan Tidore.
4.2.4 Pengolahan
Produksi pengolahan hasil perikanan masih bergantung pada dukungan perikanan tangkap, karena bahan bakunya masih diperoleh dari hasil penangkapan
di laut. Namun demikian produksi pengolahan memiliki distribusi pemasaran yang cukup luas dibandingkan dengan budidaya dan dan penangkapan ikan.
Pengolahan hasil perikanan di Maluku Utara terbagi atas tiga skala usaha, yaitu skala kecil yang meliputi pengeringan, penggaraman, pengasapan, fermentasi dan
pemindangan dan skala menengah meliputi filet, pengeringan dan penggaraman, sedangkan skala besar meliputi pembekuan frozen, pengasapan smoked, dan
filet fillet. Sampai tahun 2005 jumlah pengolahan hasil perikanan skala kecil yang
tersebar di seluruh kabupatenkota sebanyak 1.825 unit perorangan, skala menengah sebanyak 66 unit dan skala besar 8 unit.
4.2.5 Pemasaran