5.5 Tinjauan Perkembangan Data Produksi dan Upaya Tangkap
Data produksi dan upaya tangkap dari 6 jenis ikan pelagis ekonomis penting yaitu ikan cakalang, tuna, tongkol, layang, kembung dan julung-julung selama
periode 1997-2005 mengalami perkembangan yang berbeda. Perbedaan yang sangat nampak adalah pengelompokan upaya tangkap pada jenis ikan pelagis
besar yaitu cakalang, tuna dan tongkol. Dari Gambar 18 dan 19 terlihat seolah-olah plot data periode 1997-2005
mengelompok menjadi dua bagian yaitu kelompok pertama tahun 1997-2001 dan kelompok kedua tahun 2002-2005. Sedangkan Gambar 20 terlihat kelompok
pertama tahun 1997-2002 dan kelompok kedua tahun 2003-2005. Pengelompok tersebut bukan disengaja tetapi dikarenakan pemekaran wilayah yang terjadi pada
tahun 1999. Data tahun 1997-1998 di peroleh dari data 3 kabupaten yakni kabupaten Maluku Utara, Kabupaten Halmahera Tengah dan Kota Ternate.
Sedangkan data tahun 1999-2005 diperoleh dari data Provinsi Maluku Utara. Kelompok pertama; ikan cakalang dengan tingkat upaya tangkap berkisar
23-35, ikan tuna dengan tingkat upaya tangkap berkisar 39-47, ikan tongkol dengan tingkat upaya tangkap berkisar 39-85. Rendahnya upaya tangkap yang
mengelompok pada periode tersebut merupakan dampak dari krisisi moneter yang terjadi pada tahun 1997 yang diikuti dengan konflik horizontal yang terjadi di
Provinsi Maluku Utara. Hal ini menyebabkan nelayan engan untuk melaut yang menyebabkan jumlah upaya tangkap menurun. Kelompok kedua; ikan cakalang
dengan tingkat upaya tangkap berkisar 103-132; ikan tuna dengan tingkat upaya tangkap berkisar 136-169, ikan tongkol dengan tingkat upaya tangkap berkisar
119-141. Banyaknya upaya tangkap pada periode tersebut disebabkan karena semakin kondusifnya daerah Maluku Utara pasca konflik horizontal.
Selain itu Provinsi Maluku Utara sebagai daerah baru pemekaran maka peluang untuk mengeksploitasi sumberdaya alam terutama bidang perikanan
tangkap dianggap cukup menjanjikan, sehingga nelayan dari daerah lainpun berdatangan terutama nelayan asal Bitung, Buton dan Bugis-Makasar. Walaupun
tidak diperoleh data resmi dari instansi terkait tentang berapa jumlah nelayan asal daerah lain yang beroperasi di perairan Maluku Utara, tetapi berdasarkan hasil
survei, terdapat nelayan asal daerah lain yang beroperasi di perairan Maluku Utara.
Selain hal tersebut untuk beberapa kasus yang menyebabkan lonjakan upaya tangkap adalah bantuan pemerintah daerah Dinas Perikanan dan Kelautan
berupa alat tangkap huhate dan katinting pancing tonda beserta alat bantu penangkapan rumpon, sebetulnya dapat memacu perkembangan sektor
perikanan dan kelautan terutama perikanan tangkap. Namun demikian bantuan berupa kapal penangkap yang berukuran relatif kecil menyebabkan nelayan sulit
untuk menjangkau fishing ground di laut lepas. Demikin juga pemasangan rumpon rata-rata berada dibawah 12 mil mendorong pemanfaatan sumberdaya
ikan cakalang masih berkisar wilayah perairan pantai. Untuk pengelolaah perikanan tangkap dimasa yang akan datang, hal-hal
yang berkaitan dengan pendataan perlu mendapat perhatian yang cukup besar. Hal ini dimaksudkan agar tekanan terhadap sumberdaya ikan pelagis di daerah pantai
perlu dibatasi dan lebih dioptimalkan pemanfaatan ikan di daerah lepas pantai. Selain itu dalam hal pemberian bantuan kepada nelayan seperti kapal, alat tangkap
dan alat bantu rumpon diawali dengan survei dan kajian secara ilmuah sehingga bantuan yang diberikan tepat sasaran.
5.6 Pola Musim Penangkapan Ikan 5.6.1 Indeks musim penangkapan IMP