pH Karakteristik Fisika-Kimia Air 1. Suhu

2 4 6 8 10 12 1 2 3 4 5 6 7 Stasiun Pengamatan S al in it as . Gambar 8 Nilai rata-rata salinitas di lokasi penelitian.

4.1.7. pH

Kadar asam perairan Estuari Percut Sei Tuan cenderung stabil selama Bulan Maret-April dengan rata-rata pH pada masing-masing stasiun untuk setiap bulannya tidak berbeda nyata Lampiran 6. Nilai pH pada suatu perairan akan mempengaruhi sebaran faktor kimia perairan, hal ini juga akan mempengaruhi sebaran organisme yang metabolismenya tergantung pada sebaran faktor-faktor kimia tersebut Odum 1993. Nilai pH perairan pada tiap stasiun pengamatan masih berada pada kisaran normal, yaitu antara 6.56-7.18 Gambar 15. Kisaran ini masih sesuai dengan standar baku mutu air untuk biota perairan berdasarkan keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup KEP No.51MNLHI2004, bahwa kisaran pH normal perairan yang dapat menopang kehidupan organisme perairan adalah 6.50-8.50 MNLH 2004. Batas toleransi organisme terhadap pH sangat bervariasi dan pada umumnya sebagian besar dari biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai pH sekitar 7-8.50. Nilai pH sangat mempengaruhi proses biokimia dalam perairan dan juga akan memberi pengaruh terhadap keanekaragaman komunitas biologi perairan. pH 6-6.50 menyebabkan keanekaragaman bentos akan sedikit menurun Novotny dan Olem 1994 dalam Effendi 2003. pH daerah muara yaitu Stasiun 5, 6 dan 7 lebih mendekati kisaran normal yaitu 6.82 -7.00. Hal ini erat kaitannya dengan kandungan salinitas pada perairan tersebut. Sesuai dengan yang diungkapkan EPA 1985 bahwa pH air laut lebih tinggi dari pada air tawar, hal ini disebabkan air laut mengandung ion-ion yang bersifat basa seperti ion natrium, kalium dan kalsium. Selain itu air laut mempunyai kapasitas penyangga atau buffer yang mampu mempertahankan nilai pH air sehingga pH air laut tetap dalam kisaran yang sempit atau dalam keseimbangan. 2 4 6 8 1 2 3 4 5 6 7 Stasiun Pengamatan p H . Gambar 9 Nilai rata-rata pH di lokasi penelitian. 4.1.8. Oksigen Terlarut Konsentrasi oksigen terlarut pada Perairan Percut Sei Tuan tidak terlalu tinggi. Pada umumnya nilai DO lebih rendah pada pengamatan Bulan Mei Lampiran 8. Rendahnya nilai DO erat berhubungan dengan tingkat kekeruhan yang cukup tinggi, adanya cahaya matahari serta kecepatan arus yang dapat membantu proses percampuran air. Nilai DO pada perairan ini berkisar antara 3.20-5.96 mgl dan untuk masing-masing stasiun tidak berbeda nyata Gambar 10. Kisaran nilai DO ini masih dalam kisaran yang kondusif untuk kehidupan organisme akuatik. Menurut Effendi 2003 kandungan oksigen terlarut dibawah 2 mgl dapat menyebabkan kematian bagi organisme. Kandungan DO yang optimum untuk moluska bentik adalah 4.50-6.60 mgl. Kisaran kandungan oksigen terlarut pada Perairan Percut masih berada pada kisaran normal yang masih dapat menopang kehidupan makrozoobentos sesuai dengan baku mutu kualitas air untuk biota yang ditetapkan oleh Menteri Negara Lingkungan Hidup melalui KEP No-51MNLHI2004 yaitu 3 mgl MNLH 2004. Konsentrasi oksigen terlarut dapat menentukan kondisi perairaan. Menurut Lee et al. 1978 dalam Razak 2002 menyatakan bahwa kisaran DO antara 4.50-6.50 mgl menunjukkan perairan tersebut tercemar ringan namun apabila nilai DO 6.50 mgl perairan tersebut tergolong tidak tercemar atau masih dalam kondisi yang alami. Konsentrasi oksigen terlarut dalam perairan dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya suhu, salinitas, pH serta proses dekomposisi dan respirasi organisme. Menurut Brower et al. 1990 bahwa semakin tinggi suhu kelarutan oksigen akan semakin berkurang, dimana kenaikan suhu 1 °C akan meningkatkan metabolisme organisme dan meningkatkan konsumsi oksigen sekitar 10 . Salmin 2005 menyatakan bahwa DO memegang peranan penting sebagai indikator biologis karena oksigen terlarut berperan dalam proses oksidasi dan reduksi bahan organik dan anorganik. 2 4 6 8 1 2 3 4 5 6 7 Stasiun Pengamatan O k si g en T er la ru t m g l . Gambar 10 Nilai rata-rata DO di lokasi penelitian.

4.1.9. BOD