Kelas II Land Resource Economic Analysis of Rice Farming System in order to Support the Sustainable Food Agriculture

Alasan yang mendasari perlunya pengembangan usahatani padi sawah yang berkelanjutan adalah kebutuhan pangan, khususnya beras sebagai makanan pokok seiring dengan pertambahan jumlah penduduk yang semakin meningkat. Guna memenuhi kebutuhan tersebut, maka harus diupayakan peningkatan produksi. Tanpa adanya peningkatan produksi, maka akan terjadi ketergantungan pada impor sebab makanan pokok beras atau pangan lainnya harus tersedia. Peningkatan produksi pangan khususnya beras melalui usahatani padi sawah dapat dilakukan dengan meningkatkan produktivitas per hektar lahan, dan dengan mempertahankan lahan-lahan produktif yang ada, disamping perlu dilakukan penambahan luas lahan produktif. Tanpa melakukan usaha-usaha tersebut, nampaknya akan sulit melakukan peningkatan produksi pangan khususnya usahatani padi sawah Kemenko Perekonomian, 2010. Pertanian berkelanjutan hanya dapat dicapai apabila sumberdaya lahan digunakan secara tepat, efisien, dan dengan pengelolaan yang sesuai. Penggunaan lahan yang salah dan tidak efisien dapat menyebabkan kerusakan lahan, produktivitas akan cepat menurun dan ekosistem akan terancam. Reijntjes et al. 1999 mengemukakan bahwa langkah pertama dalam mencapai keseimbangan baru adalah evaluasi secara seksama terhadap kelangsungan cara usahatani yang ada. Teknik-teknik usahatani yang ada harus dinilai dari segi keberlanjutan ekonomis, ekologis, dan sosiopolitiknya. Kebijakan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan Hasil analisis efisiensi atau keragaan relatif input-output, hasil analisis optimasi dan hasil valuasi ekonomi sumberdaya lahan untuk usahatani padi sawah yang dilakukan pada penelitian ini dapat dijadikan masukan dalam menentukan kebijakan lahan pertanian pangan berkelanjutan. Menurut Rustiadi dan Wafda dalam Arsyad dan Rustiadi 2008, diperlukan suatu instrumen yang mampu memberikan sistem keadilan dan keberimbangan terhadap penguatan sistem ketahanan pangan nasional, khususnya terkait masalah ketersediaan lahan untuk pertanian dan menekan terjadinya alih fungsi lahan pertanian pada wilayah-wilayah yang memberikan porsi distribusi pangan yang lebih besar terhadap sistem ketahanan pangan nasional. Instrumen tersebut dapat dilakukan melalui berbagai bentuk kebijakan insentifdisinsentif, baik bidang fiskal, infrastruktur, program dan bentuk-bentuk apresiasipenghargaan non ekonomi. Efektifitas mekanisme insentifdisinsentif terjadi manakala kebijakan tersebut dapat dilakukan secara dinamis sesuai dengan karakteristik potensi sumberdaya, karakteristik penggunanya, keseimbangan supply-demand, dan sistem nilai yang kondusif yang mampu mengatur mekanisme tersebut. Disamping instrumen pengendalian berupa kebijakan insentifdisinsentif, instrumen yuridis di bidang tata ruang dan pengaturan zonasi peruntukan lahan yang efektif untuk mencegah konversi lahan dan mengendalikan penggunaan lahan sangat diperlukan. Kebijakan penataan ruang khusus untuk kawasan perdesaan memrlukan berbagai instrumen-instrumen regulasi yang efektif dan cukup rinci. Instrumen yuridis perlu dikembangkan mulai dari skala peraturan perundang-undangan maupun dalam bentuk Peraturan Daerah yang mengikat dengan ketentuan sanksi dan penegakan hukum yang memadai. Salah satu instrumen yuridis terkait dengan kebijakan lahan pertanian pangan berkelanjutan adalah Undang-Undang No. 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan. Perkembangan selanjutnya, untuk melaksanakan ketentuan Pasal 43 Undang-Undang No. 41 Tahun 2009, tentang ketentuan lebih lanjut mengenai insentif dan disinsentif, maka telah ditetapkan Peraturan Pemerintah No. 12 Tahun 2012 tentang Insentif Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan. Dalam Peraturan Pemerintah tersebut, yang dimaksud dengan lahan pertanian pangan berkelanjutan adalah bidang lahan pertanian yang ditetapkan untuk dilindungi dan dikembangkan secara konsisten guna menghasilkan pangan pokok bagi kemandirian, ketahanan, dan kedaulatan pangan nasional. Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai efisiensi atau keragaan relatif input-output suatu usaha atau aktivitas ekonomi dengan menggunakan metode Data Envelopment Analysis DEA telah banyak dilakukan, diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Fauzi dan Anna 2005. Fauzi dan Anna 2005 menggunakan