Memetakan usahatani padi sawah berdasarkan kelas kemampuan lahan.

model DEA yang dikembangkan oleh CCR, efisiensi diukur dengan asumsi bahwa fungsi produksi bersifat constant return to scale CRS. Artinya, jika input dinaikkan dua kali lipat, misalnya, output juga meningkat secara proporsional dua kali lipat. Namun, model yang didasarkan pada return to scale ini tidak selalu tepat bila diaplikasikan pada aktivitas produksi yang mengalami non- constant return to scale. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, model asal dari CCR ini kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Banker, Charnes dan Cooper 1984, dan dikenal dengan model BCC DEA, yang memungkinkan kita melakukan analisis efisiensi bagi aktivitas ekonomi yang bersifat variable return to scale VRS. Kedua pendekatan DEA tersebut merupakan pendekatan dasar yang digunakan dalam analisis DEA Fauzi dan Anna, 2005. Valuasi Ekonomi Usahatani Padi Sawah Berdasarkan Analisis Kelayakan Finansial Tujuan dilakukan analisis kelayakan finansial adalah untuk menggambarkan keuntungan yang sesungguhnya bagi para petani dan merupakan salah satu aspek yang dipertimbangkan terkait kebijakan lahan pertanian pangan berkelanjutan. Salah satu cara untuk melihat kelayakan finansial adalah dengan metode cash flow analysis Gittinger, 1986. Alasan dari penggunaan metode ini adalah adanya pengaruh waktu terhadap nilai uang selama umur kegiatan usaha. Cash flow analysis dilakukan setelah komponen-komponennya ditentukan dan diperoleh nilainya. Komponen-komponen tersebut dikelompokkan dalam dua bagian, yaitu penerimaan atau manfaat benefit; inflow dan pengeluaran atau biaya cost; outflow. Selisih antara keduanya disebut manfaat bersih net benefit. Nilai-nilai manfaat dan biaya tersebut kemudian dijadikan nilai sekarang present value dengan mengalikannya dengan discount rate tingkat diskonto yang berlaku. Gittinger 1986, menetapkan kriteria yang digunakan dan dapat dipertanggungjawabkan untuk mengetahui tingkat kelayakan finansial usahatani padi sawah, yaitu net present value NPV, benefit cost ratio BCR, dan internal rate of return IRR. NPV menghitung nilai sekarang dari aliran kas yang merupakan selisih antara present value PV manfaat dan present value PV biaya. Nilai bersih sekarang menggambarkan keuntungan dan layak dilaksanakan jika mempunyai nilai positif. Apabila NPV sama dengan nol, maka usaha tersebut tidak untung dan tidak rugi, sehingga terserah kepada penilaian pengambil keputusan untuk dilaksanakan atau tidak. Apabila NPV kurang dari nol, maka usaha tersebut merugikan sehingga lebih baik tidak dilaksanakan. BCR diperoleh dengan cara membagi jumlah hasil diskonto manfaat dengan jumlah hasil diskonto biaya. BCR menunjukkan manfaat yang diperoleh setiap penambahan satu rupiah pengeluaran. BCR akan menggambarkan keuntungan dan layak dilaksanakan jika mempunyai nilai lebih dari 1. Apabila BCR sama dengan 1, maka usaha tersebut tidak untung dan tidak rugi, sehingga terserah kepada penilaian pengambil keputusan usaha tersebut dilaksanakan atau tidak. Apabila BCR kurang dari 1, maka usaha tersebut merugikan sehingga lebih baik tidak dilaksanakan. IRR adalah nilai diskonto yang membuat NPV dari kegiatan usaha sama dengan nol. Dengan demikian, nilai IRR adalah tingkat bunga maksimum yang dapat dibayar oleh kegiatan usaha tersebut untuk sumberdaya yang digunakan. Jika nilai IRR suatu usaha lebih besar dari tingkat diskonto yang dianggap relevan, maka usaha tersebut layak dilaksanakan. Apabila IRR sama dengan tingkat diskonto yang dianggap relevan, maka terserah kepada penilaian pengambilan keputusan untuk dilaksanakan atau tidak. Apabila IRR kurang dari tingkat diskonto, maka usaha tersebut merugikan sehingga lebih baik tidak dilaksanakan. Valuasi Ekonomi Sumberdaya Lahan dalam Usahatani Padi Sawah dengan Menggunakan Pendekatan Surplus Produsen Menurut Swinton 2005, pendekatan surplus ekonomi berakar dari teori mikro ekonomi, yaitu penawaran dan permintaan. Ide dasar pendekatan ini sederhana dan digambarkan pada Gambar 1. Permintaan konsumen ditunjukkan oleh kurva permintaan, yaitu garis miring ke bawah yang menggambarkan berapa konsumen bersedia membayar lebih dibandingkan yang lain untuk komoditas tertentu. Pada harga keseimbangan pasar, p, para konsumen yang bersedia membayar lebih dari harga p mendapatkan keuntungan dengan mendapatkan produk dengan harga yang lebih rendah dari yang mereka bersedia bayarkan. Bagi seluruh konsumen, area yang berada di bawah kurva permintaan, D, dan berada di atas harga keseimbangan, p, merupakan nilai total surplus konsumen. Area tersebut menunjukkan perbedaan agregat antara berapa yang bersedia dibayarkan oleh para konsumen dengan berapa yang dibayarkan. Tetapi, ada beberapa konsumen yang hanya bersedia membayar dengan harga yang lebih rendah dari p, sehingga mereka tidak membeli produk tersebut. Gambar 1 Surplus ekonomi yang terdiri dari surplus konsumen dan surplus produsen Penawaran produsen ditunjukkan oleh kurva miring ke atas yang menggambarkan beberapa produsen dapat menawarkan produk dengan harga yang lebih rendah dari produsen-produsen lain. Pada harga keseimbangan pasar, p, produsen-produsen yang dapat menawarkan produk dengan harga lebih rendah mendapatkan tambahan keuntungan. Keuntungan agregat yang ditunjukkan oleh area yang berada di atas kurva penawaran, S, dan berada di bawah harga keseimbangan, p, merupakan total surplus produsen. Penjumlahan surplus konsumen dan surplus produsen dinamakan surplus ekonomi. Dalam penelitian ini, pendekatan surplus ekonomi yang akan digunakan untuk mengestimasi nilai ekonomi usahatani padi sawah dibatasi hanya dari sisi produsen saja, yaitu surplus produsen. Menurut Fauzi 2010, rente ekonomi pada dasarnya adalah surplus, yakni perbedaan antara harga yang diperoleh dari penggunaan sumberdaya dengan biaya per unit input yang digunakan untuk menjadikan sumberdaya tersebut menjadi Harga p D x S Kuantitas Surplus Produsen Surplus Konsumen suatu komoditas. Selisih ini sering disebut sebagai rente per unit input atau unit rent. Dalam konteks sumberdaya alam, rente ekonomi sering dibedakan antara scarcity rent atau rente ekonomi yang ditimbulkan karena sifat kelangkaan sumberdaya dan rente Ricardian Ricardian rent atau differential rent. Pada Gambar 2, kurva penawaran menggambarkan kurva biaya marjinal dari ekstraksi sumberdaya alam. Dari teori ekonomi mikro kita mengetahui bahwa kurva biaya marjinal di atas harga minimum menggambarkan kurva penawaran, sementara harga yang diterima di atas harga minimum disebut surplus. Dengan demikian pada harga p terdapat selisih yang positif antara harga dan biaya marjinal sehingga dihasilkan surplus yang merupakan rente ekonomi Ricardian Ricardian rent. Konsep rente ekonomi ini, lebih banyak digunakan pada sumberdaya terkendali seperti lahan. Dengan demikian, rente ekonomi dalam kasus ini merupakan manfaat yang diperoleh dari pemilik lahan atas kepemilikan sumberdaya tersebut Fauzi, 2010. Gambar 2 Rente ekonomi lahan Valuasi Ekonomi Perubahan Kualitas Lahan akibat Penggunaan untuk Usahatani Padi Sawah Aktivitas produksi pada suatu lahan dapat berdampak terhadap menurunnya kualitas lahan itu sendiri, seperti terjadinya degradasi tanah, deplesi unsur hara dan erosi. Menurut Dreschel et al. 2005, degradasi tanah adalah p Harga p, Biaya c x S=MC x Rente Ricardian AC pmin A E menurunnya kapasitas tanah untuk memproduksi barang-barang yang bernilai bagi manusia. Istilah ini mencakup kemunduran sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Degradasi tanah merupakan proses yang panjang yang dapat dihasilkan karena erosi, deplesi unsur hara, polusi tanah, salinisasi, dan atau kerusakan struktur tanah. Degradasi tanah umumnya menyebabkan hilangnya kesuburan tanah. Deplesi unsur hara merupakan hilangnya unsur hara tanaman dari tanah atau sistem produksi akibat dari keseimbangan negatif antara input dan output unsur hara. Proses-proses yang dapat menyebabkan terjadinya deplesi unsur hara adalah pemanenan, pencucian, denitrifikasi, kebakaran, erosi, dan aliran permukaan. Erosi adalah salah satu proses dari degradasi tanah yang berkontribusi terhadap deplesi unsur hara dan kesuburan serta proses degradasi fisik tanah lainnya. Erosi mengurangi produktivitas tanah secara umum karena berpindahnya top-soil, berkurangnya kedalaman akar, berpindahnya unsur hara tanaman dan hilangnya air. Terdapat berbagai metode valuasi dengan pendekatan pasar yang dapat diterapkan untuk menilai perubahan kualitas lahan secara kuantitatif, diantaranya adalah replacement cost approach RCA, change in productivity approach CPA, dan lain-lain. RCA mengestimasi nilai ekonomi menurunnya kualitas lahan berdasarkan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk penggantian atau restorasi aset-aset yang mengalami kerusakan agar produktivitasnya kembali seperti semula, dan menggunakan biaya-biaya tersebut sebagai ukuran manfaat dari restorasi. Sedangkan CPA mengestimasi nilai ekonomi berdasarkan perubahan produktivitas lahan akibat adanya perubahan kualitas lahan tersebut Dreschel et al. 2005. Dalam penelitian ini, nilai ekonomi perubahan kualitas lahan akan diestimasi dengan menggunakan CPA. CPA menilai perubahan kualitas lahan berdasarkan perubahan produksi yang dihasilkan, dikalikan dengan harga produk atau berdasarkan perubahan biaya produksi yang dikeluarkan. Pola Penggunaan Lahan Optimal untuk Usahatani Padi Sawah dengan Menggunakan Pendekatan Optimasi Pengelolaan usahatani padi sawah yang optimal adalah pengelolaan yang dapat memaksimumkan produktivitas. Keterbatasan sumberdaya lahan, air dan faktor produksi lainnya dalam usahatani padi sawah dapat menjadi kendala. Model optimasi merupakan salah satu pendekatan yang dapat diaplikasikan dalam mengembangkan usahatani padi sawah untuk memperoleh output atau produktivitas yang maksimum dengan penggunaan input yang optimal. Soekartawi et al. 1985 mengemukakan bahwa program linier dapat digunakan untuk memilih kombinasi beberapa kegiatan yang dapat memaksimalkan pendapatan kotor. Metode ini juga dapat memberikan tambahan informasi ekonomi yang berguna mengenai pemecahan optimal. Hasil yang maksimum dapat dicapai dengan menggunakan lahan pada intensitas maksimum dan tingkat pengeluaran korbanan input yang rendah, diperoleh keuntungan yang optimum. Dalam hal, ini perbandingan antara harga hasil dengan harga korbanan adalah yang tertinggi Cooke, 1982. Hasil yang maksimum dapat dicapai dengan menggunakan lahan pada intensitas maksimum dan tingkat pengeluaran korbanan input yang rendah, diperoleh keuntungan yang optimum. Dalam hal, ini perbandingan antara harga hasil dengan harga korbanan adalah yang tertinggi Cooke, 1982. Ciri dari program linier menurut Nasendi 1985 adalah perumusan tujuan harus jelas, yang disebut dengan fungsi tujuan objective function, dalam rangka mencapai penyelesaian masalah dengan hasil yang baik dan memuaskan optimal. Perubahan nilai tujuan dari setiap sumberdaya kendala disebut harga bayangan shadow price. Usahatani Padi Sawah Berkelanjutan Pendekatan sistem usahatani yang berkelanjutan adalah merupakan pendekatan yang paling sesuai untuk pengembangan usahatani padi sawah. Pada pendekatan ini, keberlanjutan aspek biofisik, budaya, dan sosial-ekonomi diberi prioritas utama secara komprehensif berdasarkan keterpaduan antar disiplin ilmu secara holistik. Kata keberlanjutan saat ini sering digunakan dalam lingkup program pembangunan. Menurut Amien 1999, keberlanjutan dapat diartikan sebagai menjaga agar suatu upaya terus berlangsung, kemampuan untuk bertahan dan menjaga agar tidak merosot. Dalam konteks pertanian, keberlanjutan pada dasarnya berarti kemampuan untuk tetap produktif sekaligus tetap mempertahankan basis sumberdaya. Alasan yang mendasari perlunya pengembangan usahatani padi sawah yang berkelanjutan adalah kebutuhan pangan, khususnya beras sebagai makanan pokok seiring dengan pertambahan jumlah penduduk yang semakin meningkat. Guna memenuhi kebutuhan tersebut, maka harus diupayakan peningkatan produksi. Tanpa adanya peningkatan produksi, maka akan terjadi ketergantungan pada impor sebab makanan pokok beras atau pangan lainnya harus tersedia. Peningkatan produksi pangan khususnya beras melalui usahatani padi sawah dapat dilakukan dengan meningkatkan produktivitas per hektar lahan, dan dengan mempertahankan lahan-lahan produktif yang ada, disamping perlu dilakukan penambahan luas lahan produktif. Tanpa melakukan usaha-usaha tersebut, nampaknya akan sulit melakukan peningkatan produksi pangan khususnya usahatani padi sawah Kemenko Perekonomian, 2010. Pertanian berkelanjutan hanya dapat dicapai apabila sumberdaya lahan digunakan secara tepat, efisien, dan dengan pengelolaan yang sesuai. Penggunaan lahan yang salah dan tidak efisien dapat menyebabkan kerusakan lahan, produktivitas akan cepat menurun dan ekosistem akan terancam. Reijntjes et al. 1999 mengemukakan bahwa langkah pertama dalam mencapai keseimbangan baru adalah evaluasi secara seksama terhadap kelangsungan cara usahatani yang ada. Teknik-teknik usahatani yang ada harus dinilai dari segi keberlanjutan ekonomis, ekologis, dan sosiopolitiknya. Kebijakan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan Hasil analisis efisiensi atau keragaan relatif input-output, hasil analisis optimasi dan hasil valuasi ekonomi sumberdaya lahan untuk usahatani padi sawah yang dilakukan pada penelitian ini dapat dijadikan masukan dalam menentukan kebijakan lahan pertanian pangan berkelanjutan. Menurut Rustiadi dan Wafda dalam Arsyad dan Rustiadi 2008, diperlukan suatu instrumen yang mampu memberikan sistem keadilan dan keberimbangan terhadap penguatan sistem ketahanan pangan nasional, khususnya terkait masalah ketersediaan lahan untuk pertanian dan menekan terjadinya alih fungsi lahan pertanian pada wilayah-wilayah yang memberikan porsi distribusi pangan yang lebih besar terhadap sistem ketahanan pangan nasional. Instrumen