II. LANDASAN TEORI
A. Penelitian Terdahulu
Setyaningrum 2006, dalam penelitiannya mengenai “Identifikasi Komoditi Pertanian Unggulan Di Kabupaten Boyolali” dengan menggunakan
analisis Location Quotient LQ menyebutkan bahwa tiap-tiap kecamatan di Kabupaten Boyolali mempunyai komoditi pertanian unggulan yang berbeda-
beda. Komoditi ayam buras merupakan komoditi yang menjadi unggulan di paling banyak kecamatan di Kabupaten Boyolali pada tahun 2004 yaitu di
Kecamatan Boyolali, Teras, Sawit, Banyudono, Ngemplak, Simo, Karang Gede, Klego, Kemusu, Wonosegoro dan Juwangi. Berdasarkan analisis
gabungan LQ, KS dan KL diperoleh hasil bahwa kecamatan yang merupakan wilayah basis komoditi pertanian unggulan di Kabupaten Boyolali adalah
Kecamatan Selo, Sawit, Banyudono dan Musuk. Komoditi pertanian di Kabupaten Boyolali mempunyai kecenderungan memusat yaitu sebanyak 57
komoditi dan terjadi pemusatan kegiatan pertanian tertentu di seluruh kecamatan. Komoditi pertanian yang diprioritaskan untuk dikembangkan di
Kabupaten Boyolali adalah komoditi wortel, itik, babi dan sirih. Muryani 2005, dalam penelitiannya mengenai “Identifikasi dan
Kontribusi Sektor Pertanian Dalam Perekonomian Wilayah Kabupaten Semarang” dengan menggunakan metode analisis Location Quotient LQ,
Dynamic Location Quotient DLQ, gabungan LQ dan DLQ, hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa sektor perekonomian yang menjadi sektor
basis 1999-2003 yaitu sektor industri, listrik, gas dan air bersih, lembaga keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta sektor jasa-jasa. Sedangkan
sektor perekonomian yang dapat diharapkan basis di masa mendatang, proyeksi untuk lima tahun yang akan datang yaitu tahun 2004-2008 adalah
sektor pertanian; listrik, gas dan air bersih, angkutan dan komunikasi; lembaga keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta sektor jasa-jasa. Sehingga
sektor yang mengalami perubahan posisi yaitu sektor pertanian serta sektor
7
angkutan dan komunikasi yang mengalami perubahan posisi dari non basis menjadi basis serta sektor industri yang mengalami perubahan posisi dari basis
menjadi non basis. Sektor pertanian menjadi sektor non basis untuk tahun 1999-2003 dan
bisa diharapkan berubah menjadi sektor basis untuk masa mendatang 2004-2008 sehingga sektor pertanian mengalami perubahan posisi dari non
basis menjadi basis. Sub sektor pertanian yang non basis untuk tahun 1999-2003 adalah sub sektor perkebunan, peternakan serta kehutanan dan
bisa diharapkan basis di masa mendatang 2004-2008. Sehingga sub sektor perkebunan, peternakan dan kehutanan mengalami perubahan posisi dari non
basis menjadi basis. Sedangkan sub sektor tanaman pangan dan perikanan baik untuk tahun 1999-2003 maupun masa mendatang 2004-2008 menjadi sub
sektor non basis yang berarti tidak mengalami perubahan posisi dan tetap menjadi sub sektor non basis.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Aryani 2005 berjudul “Identifikasi Komoditi Pertanian Unggulan di Kabupaten Sragen”,
komoditi pertanian unggulan yang banyak diusahakan di 20 kecamatan di Kabupaten Sragen yaitu padi sawah, kacang tanah, ubi kayu, ubi jalar, cabai,
kacang panjang, pepaya, pisang, mangga, jambu biji, kelapa, wijen, kapuk randu, sapi potong, kambing, domba, lele dumbo, gurami, belut. Komoditi
yang mempunyai tingkat lokalisasi yang tinggi adalah nila hitam 0,94064, sapi perah 0,92907, ubi jalar 0,91618 dan nanas 0,90940. Berdasarkan
gabungan analisis LQ, KS dan KL diperoleh hasil yang dapat digunakan untuk menentukan wilayah basis bagi komoditi pertanian unggulan di Kabupaten
Sragen, yaitu Kecamatan Jenar untuk komoditi garut, Kecamatan Kalijambe untuk komoditi nanas. Berdasarkan analisis prioritas, komoditi pertanian di
Kabupaten Sragen yang diprioritaskan untuk dikembangkan adalah komoditi garut, nanas dan sapi perah.
Penelitian yang dilakukan oleh Ropingi 2004 mengenai “Peranan Sektor Pertanian Dalam Pembangunan Wilayah Kabupaten Boyolali
Berdasarkan Teori Ekonomi Basis” menyebutkan bahwa berdasarkan hasil
perhitungan dengan menggunakan pendekatan LQ diperoleh hasil bahwa di Kabupaten Boyolali pada periode tahun 1997-2001 sektor perekonomian yang
termasuk ke dalam sektor basis adalah sektor pertanian, sektor perdagangan dan sektor keuangan. Rata-rata nilai LQ dari masing-masing sektor adalah
1,31; 1,15 dan 1,30. Dengan demikian ketiga sektor ekonomi tersebut disamping bisa memenuhi kebutuhan lokal kebutuhan daerah Kabupaen
Boyolali juga memiliki potensi untuk melakukan ekspor ke daerah lain melalui perdagangan antar wilayah. Sub sektor pertanian di Kabupaten
Boyolali yang tergolong ke dalam sub sektor basis pada periode 1997-2001 adalah sub sektor perkebunan dan sub sektor peternakan.
Beberapa penelitian tersebut digunakan sebagai referensi karena sebagai tindak lanjut penelitian sebelumnya dalam kaitannya dengan menggali potensi
sektor pertanian yang terdapat di Kabupaten Semarang khususnya komoditi pertanian unggulan dan lokasi penelitian yang berdekatan dengan Kabupaten
Semarang. Selain itu adanya persamaan topik yaitu mengenai Identifikasi Komoditi Pertanian Unggulan dan persamaan metode analisis yang digunakan
yaitu Location Quotient LQ, Kuosien Spesialisasi KS, Kuosien Lokalisasi Lo serta gabungan LQ, KS dan Lo.
B. Tinjauan Pustaka