Page | 10
Baseline Survey on Caucus and Women Parliamentary Network
Dilihat dari kenyataan bahwa DIY mampu mencapai IPM tertinggi daripada wilayah studi lainnya, tapi perolehan kursi perempuan justru menggambarkan kondisi sebaliknya.
Perolehan kursi perempuan DIY 10,9 di tingkat provinsi adalah yang terendah dibandingkan dengan Lampung 16,47, Kalimantan Tengah 22,22 dan Gorontalo
26,67 lihat Tabel. 3.
Tabel 3. Perolehan Kursi Perempuan di Provinsi
Province Total Kursi
Kursi Perempuan
Kursi Laki-laki
DI Yogyakarta 55
6 10,91 49 89,09
Lampung 85
14 16,47 71 83,53
Gorontalo 45
12 26,67 33 73,33
Kalimantan Tengah 45
10 22,22 23 77,7
Sumber : Puskapol, 2014
Di tingkat provinsi dan kabupatenkota, Kalimantan Tengah memperoleh kursi terbanyak dibandingkan wilayah studi lainny. Sementara DIY, Lampung dan Gorontalo mendapatkan
jumlah kursi lebih sedikit lihat Tabel. 4. Meskipun Baseline tidak mendalami fenomena ini, namun demikian data tersebut menarik untuk diperhatikan. Masing-masing provinsi memiliki
persoalan tersendiri sesuai dengan karakteristik wilayah. Jumlah perolehan kursi akan menjadi hambatan bagi anggota perempuan DPRD dalam memperjuangkan isu perempuan
dan gender dalam penganggaran, proses pembuatan kebijakan dan liputan media.
Tabel 4. Perolehan Kursi Perempuan di KabupatenKota di Wilayah Studi
Provinsi Total Kursi
Kursi Perempuan Kursi Laki-laki
DI Yogyakarta 220
36 16,36 184 83,64
Lampung 545
84 15,41 461 84,59
Gorontalo 100
15 15 85 85
Kalimantan Tengah 355
73 20,56 282 79,44
Sumber : Puskapol, 2014
2. Pendidikan Responden
Responden terdiri dari Perempuan Anggota Parlemen atau DPRD tingkat Provinsi dan KabupatenKota. Berkaitan dengan kebiasaan Perempuan Anggota DPRD dalam
menggunakan perangkat komunikasi dan informasi dan bagaimana cara berkomunikasi dengan sesama kolega anggota Parlemen atau konstituen. Pendidikan juga menjadi indikator
penting. Proses pendidikan mendorong peserta didik untuk menggunakan teknologi dan internet untuk menyelesaikan tugas-tugas dan tanggung jawab peserta didik. Oleh karena itu,
semakin tinggi pendidikan formal responden, kebiasaan dalam menggunakan teknologi akan
Page | 11
Baseline Survey on Caucus and Women Parliamentary Network
semakin baik. Mencari informasi, mendapatkan dan mengolah data, menulis makalah dan laporan memerlukan penggunaan teknologi dan internet.
Berdasarkan data yang dihimpun dari 56 responden, 28 orang menyelesaikan pendidikan S1 Sarjana, dan lebih dari 32 mennyelesaikan pendidikan di jenjang Pasca Sarjana S2 dan S3.
Peningkatan kualitas pendidikan hampir merata di semua wilayah studi, dengan DIY dan Lampung yang tertinggi.
Pendidikan formal adalah aspek terpenting untuk memperluas wawasan berpikir. Semakin tinggi tingkat pendidikan, maka tingkat pengetahuan semakin baik. Secara umum, pendidikan
berkaitan dengan pengetahuan yang beragam dan perkembangan peradaban. Oleh karena itu, pendidikan menjadi indikator penting bagi pembangunan manusia dan digunakan untuk
melihat sejauh mana pembangunan dicapai dalam masyarakat.
Mengingat pentingnya pendidikan, para pengambil keputusan menempatkan tingkat pendidikan minimal sebagai satu persyaratan sebagai calon legislatif. Pada Pemilu 1999,
pendidikan minimum untuk caleg adalah SMP sederajad. Kemudian meningkat pada Pemilu 2004, 2009 dan 2014 menjadi SMA sederajad. Latar belakang ditingkatnya syarat pendidikan
formal caleg bertujuan untuk meningkatkan kualitas anggota legislatif untuk menghasilkan kebijakan dan pembangunan yang berkualitas. Berdasarkan data tingkat pendidikan aleg,
responden di keempat provinsi dikategorikan berpendidikan tinggi. Di DIY, responden menyelesaikan pendidikan di jenjang S1 dan S2 sama jumlahnya yaitu 46. Di Lampung,
pendidikan responden S2 50, diikuti S1 43, sementara SMA dan sederajad 7. Sebaliknya, di Gorontalo tingkat pendidikan responden adalah tertinggi S1 53, sementara SMA dan
Pasca Sarjana masing-masing 23. Data yang kontras diperlihatkan dari Kalimantan Tengah di bandingkan dengan seluruh wilayah studi, pendidikan responden SMA dan S1 masing-
masing 41,7 dan S2 16,6. Artinya responden dengan tingkat pendidikan SMA jumlahnya relatif besar.
8 7
23.5 41.7
46 43
53 41.7
46 50
23.5 16.6
10 20
30 40
50 60
DIY Lampung
Gorontalo Central Kalimantan
Gambar 1 Pendidikan Formal Responden
SMASederajad Sarjana S1
Pascasarjana S2 dan S3
Page | 12
Baseline Survey on Caucus and Women Parliamentary Network
Kesimpulan dari data yang ditampilkan bahwa pendidikan responden relatif tinggi. Dengan persentase kumulatif pendidikan S1 sebesar 46,4 dan 33,9 S2 atau total 80,3 responden
berpendidikan tinggi, sementara mereka yang berpendidikan rendah hanya berjumlah 19,7. Perempuan Anggota DPRD potensial untuk diperkenalkan kepada pengembangan jaringan
kerja berbasis internet dan teknologi. Mereka memiliki kapasitas yang cukup untuk menggunakan perangkat komunikasi canggih berdasarkan tingkat pendidikan mereka.
Namun demikian, diperlukan kemauan kuat dari responden untuk meningkatkan kapasitas mereka, oleh karenanya, kebiasaan mereka dalam menggunakan perangkat komunikasi
mereka menjadi lebih bermanfaat untuk mendukung kinerja mereka sebagai anggota legislatif.
17.9 1.8
46.4 33.9
SMASederajad Diploma
Sarjana S1 Pasca Sarjana S2 dan S3
Grafik 2 Persentase Kumulatif Pendidikan Formal Responden
Pendidkan Menengah : 19,7 Pendidikan Tinggi : 80,3
Page | 13
Baseline Survey on Caucus and Women Parliamentary Network
BAB III KEPEMILIKAN DAN PENGGUNAAN ALAT KOMUNIKASI