Page | 45
Baseline Survey on Caucus and Women Parliamentary Network
tidak memanfaatkan email secara maksimal, berdasarkan temuan lapangan,
pengguna email aktif hanya sejumlah 28,6 dibandingkan pengguna pasif 69,4.
Terkait dengan kondisi ini, SWARGA perlu mendesain pengadaan jaringan dan aplikasi yang reliable dan mudah penggunaannya untuk mendukung kinerja dan tugas-
tugasnya. Jaringan tersebut sebaiknya didukung dengan aplikasi yang disesuaikan dengan
kebiasaan sehari-hari
mereka dalam
memanfaatkan perangkat
komunikasinya. Anggota perempuan parlemen terbiasa mengakses berita online 57,1. Oleh karena itu, penting untuk mendesain aplikasi yang sesuai dengan
kebiasaan mereka yaitu menyediakan data yang diberi pengantar sebagai informasi. Jadi seolah-olah mereka sedang membaca berita. Untuk lebih detail, mereka dapat
melihat lanjutan dan men-download lampirannya attachment jika ada. Data detail dapat diformat dalam bentuk PDF dan sejenisnya misalnya UU dan Peraturan-
peraturan lebih lanjut, jenis data yang direkomendasikan akan dibahas dalam sub bab tersendiri.
Pemanfaatan email juga penting untuk didorong oleh SWARGA mengingat meskipun penggunanya relatif sedikit, tapi email sangat penting untuk untuk menunjang kinerja
anggota dewan. Pelatihan penggunaan email dan fungsi-fungsi yang terdapat pada domain email seperti yahoo, gmail dan sebagainya perlu diperkenalkan dan dilatihkan
kepada anggota perempuan aleg dan tenaga ahlipendukung. Pemanfaatan alat komunikasi yang dimiliki perempuan anggota legislatif selain
menelepon dan mengirim pesan teks dapat dilihat melalui data dalam tabel berikut. Dilihat dari data, dapat dinyatakan bahwa semakin canggih alat komunikasi yang
dimiliki, semakin besar kecenderungan perempuan aleg untuk mengakses berita. Oleh karena itu, konten dalam WPN sebaiknya mengikuti model tampilan alur berita,
sehingga membaca konten WPN hampir sama dengan pola membaca berita.
Tabel 6. Pemanfaatan Alat Komunikasi Perangkat
Komunikasi Pemanfaatan
Infotainment Online
Toko Online
Berita Online
Membaca Email
Mencari Data
Tidak Menjawab
Ponsel Biasa 27.2
9.1 36.4
9.1 18.2
BlackBerry 18.7
12.5 56.3
12.5
Smart Phone
6.3 68.7
25.0
TabletiPad 7.7
61.5 15.4
15.4
Page | 46
Baseline Survey on Caucus and Women Parliamentary Network
Berkaitan dengan dengan penggunaan yang berbeda untuk masing-masing perangkat berbasis android yang mereka miliki, sebaiknya perlu dipertimbangkan lampiran-
lampiran seperti Draft, Undang-Undang atau Peraturan yang menjadi kebutuhan mereka. Biasanya, file Undang-undang, peraturan seperti UU No. 172003 Tentang
Keuangan Daerah dan sebagainya, cara men-download dan menyimpan di perangkatnya masing-masing biasanya iPad dan Tablet menjadi kesulitan bagi
perempuan aleg. Oleh karena itu, perlu diberikan pelatihan penyimpanan file di perangkatnya, kegiatan seperti memberi nama folder, lokasi folder serta cara cepat
menemukan kembali file tersebut pada saat diperlukan sangat penting bagi perempuan aleg. Infomasi tentang kapasitas perangkat yang dimiliki juga perlu
diberikan dalam pelatihan tersebut. Informasi terkait konten yang diperlukan perempuan aleg yang berkaitan langsung
dengan fungsinya seperti misalnya UU, Peraturan dan isu terkait penganggaran, legislasi dan pengawasan yang dikelompokkan menurut fungsi, isu dan wilayah. Jadi
masing-masing anggota dapat melihat perkembangan didaerahnya juga di wilayah lain.
WPN juga diharapkan mengikuti kebiasaan perempuan aleg dalam berkomunikasi berbasis teks antar sesama anggota yang digunakan dalam androidnya seperti BBM
dan WhatsApp. Kedua jenis komunikasi berbasis teks ini dapat digunakan untuk komunikasi grup. Jika set-up atau format komunikasi interaktif antar anggota per-
daerah dapat dibagi per provinsikabupaten atau satuan grup yang disepakati dapat diakses semudah mereka berkomunikasi dengan BBM dan WhatsApp, WPN dapat
memfasilitasi terbentuknya pola komunikasi yang spesifik dan khusus bagi terbentuknya jaringan kerja perempuan aleg. Untuk mewadahi jaringan ini perlu
dipikirkan desain komunikasi in-group terdaftar seperti halnya BBM dan WhatsApp yang bersifat grup tertutup close group. Format ini bertujuan untuk menjamin
keamanan dan kenyamanan anggota dalam berkomunikasi. Perempuan aleg juga memanfaatkan kepemilikan perangkat komunikasinya untuk
mengakses sosial media. Sosial media dimanfaatkan sebagai kegiatan mengisi waktu luang hingga kepentingan kampanye. Kegiatan yang sering dilakukan adalah meng-
upload foto atau mengganti foto profil, memperbaharui status dan memberi komentar. Beberapa anggota juga memanfaatkan sosial media untuk berkampanye.
SWARGA perlu mengarahkan pemanfaatan sosial media kepada perempuan aleg untuk memelihara komunikasi dengan konstituen yang diperoleh selama masa
kampanye. Penting juga untuk memberikan pengetahuan tentang kontenstatus yang mengundang simpati atau kontroversi.
Cara berkomunikasi perempuan aleg secara umum masih menggunakan komunikasi verbal baik pada mereka yang berpendidikan menengah maupun tinggi. Data
tersebut dapat diihat pada Tabel 3. Namun demikian, komunikasi verbal lebih sering
Page | 47
Baseline Survey on Caucus and Women Parliamentary Network
terjadi pada anggota yang berpendidikan SMASederajad baik secara langsungtatap muka juga pembicaraan telepon. Sedangkan pada perempuan aleg berpendidikan
tinggi Diploma, Sarjana dan Pasca Sarjana cara komunikasi berkombinasi hampir seimbang antara verbal dan tulisan berbasis teknologi. Penggunaan email juga
semakin meningkat seiring dengan tingkat pendidikan.
Tabel 7. Tingkat Pendidikan dan Cara Berkomunikasi Perempuan Anggota Parlemen
Pendidikan Formal
Cara Berkomunikasi 1
2 3
4 5
6 SMASederajad
30 40
10 10
10
Diploma
5.9
Sarjana S1
15.4 34.6
26.9 15.4
7.7
Pasca Sarjana S2-S3
17.8 30.4
32.1 12.5
1.8 5.4
Keterangan : 1.
RapatBertatap muka langsung 2.
Pembicaraan melalui telepon 3.
Diskusi dengan BBMWhatsApp 4.
Membuat agenda pertemuan dan diskusi via email 5.
Membuat agenda bersama dan diskusi melalui mailing-list milis 6.
Tidak menjawab
Kecenderungan komunikasi ini penting untuk menjadi catatan bahwa mendorong pemanfaatan email dan alat komunikasi sangat potensial dan penting untuk
dilaksanakan. Pelatihan WPN langsung kepada anggota justru sangat penting karena potensi ini melekat pada diri responden. Meskipun pelatihan serupa juga penting
diberikan kepada asisten. Intervensi berupa pelatihan yang terkait pada m aksimalisasi perangkat, aplikasi dan jaringan yang dilakukan kepada masing-masing
anggota sebaiknya mempertimbangkan juga tingkat pendidikan. Meskipun komposisi tingkat pendidikan parempuan anggota parlemen dalam studi ini secara kumulatif
adalah pendidikan tinggi 80,3 dan menengah 19,7, oleh karena itu, tantangan
untuk mengembangkan WPN ditentukan dari anggota itu sendiri. Namun demikian, bukan berarti mereka yang berpendidikan SMASederajad tidak memiliki keinginan
untuk memanfaatkan perangkat komunikasi, meskipun metode pelatihannya perlu disesuaikan dengan tingkat pemahaman mereka.
Pelatihan yang diberikan kepada perempuan aleg yang berpendidikan SMASederajad harus lebih banyak menggunakan penjelasan verbal, mencontohkan
Page | 48
Baseline Survey on Caucus and Women Parliamentary Network
secara langsung pada perangkat miliknya. Penjelasan secara langsung lebih efektif daripada misalnya menjelaskan sepintas dan setelah itu memberikan manual atau
buku panduan. Penjelasan sebaiknya diberikan secara mendetail tentang tahapan penggunaan dan jenis informasi yang dicari, misalnya untuk mencari Draft Perda atau
data di web pemerintah dan NGO, atau berkomunikasi Bagi anggota dengan pendidikan lebih tinggi penjelasan akan relatif lebih mudah
karena lebih familiar dengan perangkat berbasis android. Penjelasan berupa tips mencari data secara cepat dilengkapi dengan shortcut yang mudah sesuai dengan
fungsi anggota akan menarik minat anggota. Terlebih lagi, persepsi anggota terhadap penggunaan internet dalam membangun WPN secara kumulatif sangat baik dilihat
dari dari data yaitu 89,3 setuju dan berarti hanya 10,7 yang menyatakan ketidaksetujuan. Oleh karena itu, terlepas dari tantangan yang sangat besar, WPN
juga mendapatkan dukungan dari anggota. Keberadaan internet sangat penting dalam komunikasi masa depan juga disadari oleh anggota. Keinginan untuk
berkomunikasi secara lebih efektif dan cepat juga didorong pengalaman anggota dalam menghadapi kesulitan dalam menjalin hubungan dengan konstituen dan
publik.
b. Kendala Pengoperasian Perangkat Komunikasi dan Konten WPN