Page | 13
Baseline Survey on Caucus and Women Parliamentary Network
BAB III KEPEMILIKAN DAN PENGGUNAAN ALAT KOMUNIKASI
Komunikasi menjadi aspek penting karenanya penting untuk melihat juga kepemilikan perangkat komunikasi sebagai strategi awal WPN. Berapa jumlahnya, tipe apa saja dan
bagaimana mereka menggunakan perangkat komunikasi tersebut menjadi informasi penting terkait kebiasaan penggunaan teknologi komunikasi. Responden di seluruh wilayah studi
memiliki lebih dari satu alat komunikasi untuk menunjang kinerja dan memudahkan komunikasi.
Jenis perangkat yang dimikili oleh responden menggambarkan diferensiasi kebutuhan berkominunikasi. Ponsel konvensional non smart-phone biasanya digunakan untuk
menelpon dan mengirim SMS. Ponsel jenis ini merupakan jenis yang fungsinya sangat terbatas atau blank spot area. Jenis telpon ini biasanya digunakan oleh responden di wilayah yang
jangkauan sinyalnya terbatas. Di Lampung dan Gorontalo banyak terdapat blank spot area, oleh karena itu penggunaan ponsel konvensional ini sangat tinggi.
BlackBerry dan smart phone adalah jenis yang sangat populer bagi responden. Mereka menyatakan bahwa aplikasi BlackBerry Messenger BBM adalah yang paling banyak yang
digunakan. Sementara dari Smart Phone yang paling banyak digunakan adalah WhatsApp. Kedua aplikasi ini dapat digunakan dengan mudah untuk mengirim gambar dan pesan teks,
juga digunakan untuk berkomunikasi dalam grup. Namun, respoden dari Kalimantan Selatan menyatakan bahwa mereka hanya mengerti sedikit saja kegunaan dan manfaat dari
perangkat komunikasi miliknya. Perangkat komunikasi mereka lebih sering digunakan oleh anak-anak untuk bersenang-senang, seperti mengganti foto profil. Kalkulator dan jam adalah
aplikasi yang paling sering digunakan oleh reponden.
Komunikasi berbasis teknologi saat ini menggiring pada penggunaan teknologi canggih dalam komunikasi sehari-hari. Oleh karena itu, tidak terdapat responden yang tidak memiliki
perangkat komunikasi. Komunikasi jarak jauh, pencarian data dan informasi yang cepat dan akurat juga dapat dilakukan. Perangkat komunikasi canggih sangat membantu dan menolong
responden untuk melakukan komunikasi efektif dan efisien di saat yang bersamaan.
Data menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki lebih dari satu ponsel, nomor telepon yang berbeda untuk kepentingan personal seperti nomor untuk keluarga atau
kerabat dekat. Nomor telepon lainnya digunakan untuk publik seperti kolega, konstituen dan sebagainya karena responden memiliki relasi yang beragam dalam kehidupan sosial dan
politik mereka.
Page | 14
Baseline Survey on Caucus and Women Parliamentary Network
Dalam hal kepemilikan Smart Phone, responden di DIY mencapai persentase tertinggi yaitu, 38,46, diikuti dengan penggunaan BlackBerry yang mencapai 30,77. Pengguna iPad dan
telepon biasa masing-masing mencapai 23,08 dan 7,69 . Di daerah Lampung, penggunaan BlackBerry dan Smart Phone memiliki persentase yang sama yaitu, sebesar 28,57 .
Kepemilikan Black Berry dan telepon seluler biasa masing- masing sebesar 21,43. Di provinsi Gorontalo penggunaan telepon biasa dan BlackBerry oleh anggota parlemen persentasenya
sama sebesar 29,41 . Kepemilikan dan pengunaan iPad sebesar 35,29 dan pengguna smart phone sebesar 5,88. Kepemilikan iPad yang cukup tinggi di Gorontalo disebabkan adanya
prestise tersendiri bagi pengguna iPad. Oleh karena itu, kepemilikan iPad belum selalu dibarengi dengan pemanfaatan dan maksimalisasi fungsi perangkat tersebut.
Situasi di Kalimantan Tengah tidak jauh berbeda dengan daerah lain. Sebagian besar responden menggunakan alat komunikasi canggih berupa Smart Phone dan BlackBerry
masing-masing sebesar 50 dan 25,5 diikuti penggunaan telepon biasa dan iPad masing- masing sebesar 16,7 dan 8,3
Kepemilikan dan penggunaan alat komunikasi canggih oleh para anggota parlemen perempuan di daerah, menunjukkan tumbuhnya kesadaran untuk memiliki informasi terbaru,
keinginan untuk cepat mengakses informasi di media massa dan keinginan untuk lebih cepat dalam mengambil keputusan. Kepemilikan dan penggunaan alat-alat komunikasi oleh
anggota parlemen perempuan tersebut jika dihubungkan dengan tujuan studi ini, maka terbuka peluang untuk membangun Jaringan Kerja Perempuan Parlemen berbasis teknologi.
Smart phone merupakan perangkat komunikasi yang paling diminati oleh responden. Mudah digunakan, terkenal dengan berbagai jenis tipe dan harga, dapat digunakan untuk memotret
7.69 21.43
29.41 16.70
30.77 28.57
29.41 25.00
38.46 28.57
5.88 50.00
23.08 21.43
35.29
8.30 0.00
10.00 20.00
30.00 40.00
50.00 60.00
DIY Lampung
Gorontalo Central Kalimantan
Grafik 3. Kepemilikan dan Pemanfaatan Perangkat Komunikasi
Ponsel Biasa Black Berry
Smart Phone iPadTablet
Page | 15
Baseline Survey on Caucus and Women Parliamentary Network
diri sendiri atau pengguna yang dikenal sebagai selfie, mudah untuk berbagi file dan gambarfoto melalui WhatsApp atau aplikasi sejenis merupakan pertimbangan tertinggi
respoden untuk memilih smart phone sebagai perangkat komunikasi utama. Menerima e-mail dan mengunduh lampiran dalam kapasitas tertentu misalnya tiga buah file format docdocx
atau PDF yang terdiri dari 3-5 halaman atau 2-3 buah gambar dalam format JPEG juga menjadi fungsi yang paling diminati dari smart phone. Jika responden mengunduh lampiran
yang kapasitasnya lebih besar, mereka cenderung mengunduhnya di laptop atau desktop.
Berbagi file dan gambar sangat bermanfaat selama kampanye untuk melihat draft atau materi kampanye yang perlu didiskusikan atau disetujui. Setelah responden terpilih sebagai anggota
parlemen, mereka tetap menggunakan smart phone untuk kebutuhan-kebutuhan yang sama dengan pada saat mereka kampanye.
Perangkat lain yang digunakan responden adalah iPad atau Tablet. Sebagian besar responden menggunakan perangkat ini untuk menyimpan data yang kapasitasnya lebih besar seperti
draft, bahan bacaan dan foto-foto. Menerima email dan lampirannya juga dilakukan di perangkat ini. Namun, tidak semua responden yang memiliki iPad atau Tablet
memaksimalkan fungsi penyimpanan data. Menurut Ranny Widayanti, Ketua Kaukus Perempuan Provinsi DIY, anggota perempuan parlemen tidak sepenuhnya memahami
bagaimana mengoperasikan fungsi utama perangkat komunikasinya, bahkan untuk mengunduh atau menyimpan konten. Memfoto dan men-upload foto tersebut ke sosial
media adalah aktifitas yang paling sering dilakukan dengan perangkat ini.
Secara umum, di seluruh wilayah studi penggunaan BlackBerry and smart phone masing- masing 28,6 lebih tinggi dibandingkan dengan perangkat komunikasi lainnya. Data ini
menunjukkan bahwa responden memiliki kecenderungan pola komunikasi berbasis teks yang cukup tinggi. Penggunaan ponsel biasa 19,6 merupakan upaya konfirmasi terhadap berita
19.6 28.6
28.6 23.2
Ponsel Biasa BlackBerry
Smart Phone iPadTablet
Grafik 4
Persentase Kumulatif Kepemilikan dan Pemanfaatan Perangkat Komunikasi
Page | 16
Baseline Survey on Caucus and Women Parliamentary Network
atau pembicaraan via teks yang memerlukan penjelasan tambahan karena keterbatasan ruang penulisan teks. Ponsel biasa meskipun dari segi fitur sangat terbatas tapi memiliki
keunggulan untuk menelepon karena baterai ponsel jenis ini lebih tahan lama dibandingkan batere BlackBerry dan smart phone. Juga pada saat berada di wilayah dengan jangkauan
sinyal yang lemah, dimana BlackBerry dan smart phone tidak dapat berfungsi secara baik, ponsel biasa justru sebaliknya. Oleh karena itu, responden pada umumnya memiliki dan
menggunakan telepon biasa dan BlackBerry atau smart phone atau bahkan ketiganya. Variasi kepemilikan ponsel ini untuk mengatasi hambatan komunikasi jarak jauh terutama yang
dapilnya berada di pelosok.
Perangkat iPad atau Tablet yang dimiliki dan digunakan dengan jumlah cukup tinggi di kalangan responden 23,2. Meskipun belum maksimal pemanfaatannya, namun dari data
terlihat bahwa pengguna iPad dan Tablet merupakan target potensial untuk diarahkan bagaimana cara memanfaatkan perangkat ini untuk mencari data terkait isu perempuan,
kaukus dan data yang terkait untuk menunjang argumentasi.
Surat elektronik electronic mail atau e-mail sudah merupakan fenomena umum dalam berkomunikasi. Hampir setiap individu terdidik memilikinya. Email memiliki beberapa
kelebihan, seperti cepat sampai tujuan, dapat mengirim surat yang sama ke beberapa orang sekaligus dan tidak memerlukan biaya. Kelebihan-kelebihan inilah yang menarik pengguna
email untuk memanfaatkannya dalam berbagai keperluan, baik pendidikan, kesehatan, politik maupun bisnis. Sulit menemukan individu terdidik yang bekerja di perguruan tinggi dan
23.08 23.53
0.00 7.69
14.29 17.65
41.70 61.54
42.86
23.53 25.00
30.77 21.43
29.41 33.30
10 20
30 40
50 60
70
DIY Lampung
Gorontalo Central Kalimantan
Grafik 5. Kepemilikan dan Pemanfaatan Email
Tidak Memiliki Memiliki tapi Tidak Pernah Menggunakan
Jarang Menggunakan Sering Menggunakan
Page | 17
Baseline Survey on Caucus and Women Parliamentary Network
lembaga pendidikan lainnya maupun lembaga pemerintahan yang tidak berkomunikasi dengan email.
Namun demikian, dalam penelitian ini ternyata ditemukan sejumlah anggota parlemen di daerah yang tidak memiliki email, memiliki tetapi tidak pernah menggunakannya yang tidak
berbeda dengan tidak memiliki. Fenomena ini tidak membedakan kemajuan daerah. Di keempat daerah studi yang kemajuan dan infrastruktur komunikasi berbeda jauh seperti di
DIY dan Kalimantan Tengah, sama-sama terdapat sejumlah anggota dewan yang tidak memiliki dan menggunakan email.
Anggota Parlemen Daerah Istimewa Yogyakarta sangat jarang menggunakan email, meskipun mayoritas responden memilikinya 61,54, diikuti dengan pengguna aktif sebesar 30,77
dan pengguna pasif sebesar 7,69. Di dua daerah yaitu Lampung dan Gorontalo terdapat masing-masing 23 lebih responden yang tidak memiliki email. Sedangkan pengguna aktif di
kedua provinsi itu masing-masing mencapai 21,43 dan 29,41. Di Kalimantan Tengah pengguna pasif lebih besar daripada pengguna aktif yang memiliki angka 41,70 dan 33,3.
Data di atas menunjukkan bahwa mayoritas responden di setiap daerah memiliki e-mail namun jarang menggunakannya. Berdasarkan data kumulatif dari seluruh wilayah studi,
dapat disimpulkan bahwa terlihat mereka yang tidak menggunakan e-mail sejumlah 32,1, sedangkan responden yang jarang menggunakan email 37,5 atau 69,9 responden yang
dikategorikan pasif dalam menggunakan email. Hal ini sangat disayangkan mengingat email sangat penting sebagai sarana komunikasi. Dengan email, surat menyurat dan
12.5 19.6
37.5 28.6
1.8 Tidak Memiliki
Memiliki Tapi Tidak Pernah
Menggunakan Jarang
Menggunakan Sering
Menggunakan Tidak Menjawab
Grafik 6. Persentase Kumulatif Kepemilikan dan Pemanfaatan Email
Pengguna Pasif : 69,9 Pengguna Aktif : 28,6
Page | 18
Baseline Survey on Caucus and Women Parliamentary Network
pengirimanpenerimaan dokumen dapat dilakukan dengan cepat. Penggunaan email mampu mengatasi hambatan ruang dan waktu apalagi di kota-kota besar yang menghadapi masalah
kemacetan lalu lintas. Bagi anggota Dewan, penggunaan email sangat bermanfaat untuk mendukung kinerja.
Namun demikian, pengguna yang jarang menggunakan e-mail merupakan potensi yang dapat menjadi target WPN karena responden dapat dilatih untuk membiasakan diri memanfaatkan
email. Mengingat berbagai kelebihan, disarankan agar UNDP mendorong para anggota parlemen perempuan untuk menggunakan email dalam menjalankan aktivitasnya.
Fenomena baru yang berkembang sejak tahun 2006 adalah penggunaan media sosial dalam berkomunikasi. Media sosial seperti facebook dan twitter, dengan cepat mampu menggeser
friendster. Penggunaan facebook dan twitter memiliki beberapa kelebihan seperti mudah penggunaannya, mempertemukan dengan kawan-kawan lama yang sama-sama
menggunakan facebook dan twitter, terdapat aplikasi chat yang memudahkan pengguna yang sedang online untuk melakukan chating, bisa dibuat group untuk mereka yang memiliki ikatan
tertentu, baik itu bisnis, jaringan politik, alamater dan sebagainya. Selain itu media sosial tersebut juga membuka forum atau ruang untuk berdiskusi, di mana pernyataan seseorang
status akan dengan cepat direspon oleh orang lain. Tidak mengherankan jika media sosial
DIY Lampung
Gorontalo Central
Kalimantan Tidak Memiliki
0.00 0.00
0.00 8.30
Facebook 30.49
36.71 35.42
33.30 BlackberryWhatsApp Group
36.59 46.84
35.42 50.00
Twitter 7.32
5.06 4.17
8.40 Path
7.32 3.80
10.42 0.00
Instagram 9.76
3.80 14.58
0.00 Mailing List
8.54 3.80
0.00 0.00
0.00 10.00
20.00 30.00
40.00 50.00
60.00
Per sen
tase
Grafik 7 Kepemilikan Akun Sosial Media dan Akun yang Sering Digunakan
Page | 19
Baseline Survey on Caucus and Women Parliamentary Network
ini kemudian digunakan sebagai pembangun solidaritas, penggerak massa dan keperluan lain dalam mempengaruhi opini publik maupun memobilisasi massa.
Menjelang pemilihan umum 2014 yang lalu, hampir semua kandidat memanfaatkan facebook dan twitter untuk membangun opini dan mempengaruhi perilaku politik massa. Pandangan
politik termasuk janji politik kandidat, dikemukakan di media sosial. Media sosial menjadi ajang mempromosikan diri. Foto, logo partai, nomor urut kandidat dan cara memilih,
dikemukakan secara jelas di media sosial.
Memperhatikan manfaatnya yang begitu besar, dapat dipahami jika semua anggota parlemen di daerah memiliki dan menggunakan media sosial. Mereka yang tidak memiliki di semua
daerah hanya 1,9 persen. Anggota dewan yang tidak memiliki dan menggunakan media sosial ada di provinsi Kalimantan Tengah. Di DIY, responden sering menggunakan facebook dan
BBMWhatsApp sebesar 30,49 dan terendah pengguna Twitter dan Path sebesar 7,32. Di daerah Lampung, pengguna facebook dan BBMWhatsApp sebesar 36,71 dan 46,48.
Kondisi yang tidak berbeda jauh berlangsung di Daerah Gorontalo dan Kalimantan Tengah.
Data di atas dapat diintepretasi bahwa mayoritas responden telah akrab dengan media sosial terutama Facebook dan BBMWhatsApp. Seperti yang ditunjukkan oleh beberapa peristiwa
sosial, ekonomi dan politik beberapa tahun terakhir seperti pemilihan anggota DPR, Pemilihan Presiden , pemihakan publik terhadap KPK, media sosial berperan penting dalam membentuk
opini dan sikap publik. Oleh karena itu, memiliki dan menggunakan media sosial bagi anggota parlemen perempuan merupakan keniscayaan. Kondisi ini memungkinkan untuk
dibangunnya WPN berbasis teknologi komunikasi.
Data kumulatif menunjukkan bahwa sebagian responden di seluruh wilayah studi menggunakan sosial media. Yang paling sering digunakan adalah BBMWhatsApp sebagai
media komunikasi kelompok berbasis teks BBMWhatsApp Group 46,4. Sementara itu Facebook 23,2 dan Twitter 16,1 merupakan media sosial kedua dan ketiga yang paling
1.8 12.5
23.2 46.4
16.1
Not Answer Dont have Socmed
Account Facebook
BBMWhatsApp Twitter
Grafik 8.
Persentase Kumulatif Kepemilikan Akun Sosial Media dan Akun yang Sering Digunakan Responden
Page | 20
Baseline Survey on Caucus and Women Parliamentary Network
sering digunakan. Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden aktif dan familiar dengan interaksi dunia maya.
Pengarahan pada interaksi di dunia maya yang lebih menjurus untuk memberikan manfaat yang lebih besar pada tugas dan fungsinya sebagai anggota legislatif perlu mendapat
perhatian dari SWARGA. Mencari informasi pada laman fan page seperti Indonesia Budget Center dan sejenisnya dan informasinya dapat dibagikan dalam group. Seperti yang
diungkapkan dalam wawancara dengan Rany Widayati Ketua Kaukus Perempuan Parlemen Provinsi DIY, ia seringkali membutuhkan informasi yang bersumber dari NGO tapi tidak tahu
di mana mencarinya dan apa kata kunci yang tepat karena seringkali tidak mengetahui nama NGO dan isu yang dimaksud. Keinginan untuk mencari data berdasarkan kata kunci seringkali
terkendala waktu yang sangat sempit.
Sosial media dan internet hampir menjadi kelaziman bagi masyarakat dengan indikasi menjamurnya warung internet warnet. Keberadaan internet telah membangkitkan revolusi
dalam komunikasi. Interaksi antar individu maupun kelompok, tidak lagi dibatasi ruang dan waktu. Peristiwa-peristiwa di Negara lain yang letaknya jauh, dapat dengan cepat diketahui
oleh masyarakat di Negara lain. Tidak sedikit dari peristiwa-peristiwa itu yang mempengaruhi perilaku warga di Negara lain, seperti yang terjadi di Tunisia, Mesir, Suriah dan kawasan Timur
Tengah lainnya. Dengan adanya internet, emosi warga juga dibangkitkan. Melalui tayangan visual, seakan peristiwa di Negara lain berlangsung di depan mata.
Penggunaan internet juga telah membangun ikatan emosi global. Tidak hanya sebagai fasilitas komunikasi, internet juga dapat digunakan sebagai wadah untuk mencari informasi terkini.
Jaringan internet dapat digunakan untuk mencari beberapa informasi seperti berita terkini, pembelanjaan online, membaca email dan pencarian data di web. Perilaku responden dalam
penggunaan internet di masing-masing daerah memiliki perbedaan. Di Daerah Istimewa Yogyakarta, Lampung, dan Kalimantan Tengah kecenderungan responden cukup tinggi
dalam pencarian online-news sebesar masing-masing 28,60, 44,40 dan 75,00. Sebaliknya di daerah Gorontalo, responden lebih memiliki kecenderungan memanfaatkan internet untuk
mencari data dengan proporsi sebesar 37,80 seperti data berikut:
Page | 21
Baseline Survey on Caucus and Women Parliamentary Network
Mayoritas anggota parlemen perempuan kurang memiliki kesadaran untuk mencari data atau informasi dalam mendukung pekerjaan dengan memanfaatkan jaringan internet. Hal ini
ditunjukkan oleh persentase pengguna internet untuk pencarian data dan email yang di bawah 50 pada di tiap-tiap daerah. Sangat disayangkan bahwa kesadaran penggunaan
internet masih sebatas mencari informasi dibandingkan mendukung kerja anggota.
Data kumulatif menunjukkan bahwa tren penggunaan internet paling tinggi untuk membaca berita online 57,1, sedangkan kesadaran untuk mencari data masih terbilang sangat
15.50 9.70
5.40 0.00
17.30 2.80
9.50 8.30
28.60 44.40
35.10 75.00
14.30 18.10
12.20 8.30
24.50 25.00
37.80
8.30 0.00
10.00 20.00
30.00 40.00
50.00 60.00
70.00 80.00
DIY Lampung
Gorontalo Central Kalimantan
Grafik 9. Pemanfaatan Internet oleh Responden
Infotainment Toko Online
Berita Online Membaca Email
Mencari Data
3.6 10.7
8.9 57.1
14.3 5.4
Tidak Menjawab Infotainment Toko Online
Berita Online Membaca Email Mencari Data
Grafik 10. Persentase Kumulatif Pemanfaatan Internet oleh Responden
Page | 22
Baseline Survey on Caucus and Women Parliamentary Network
rendah 5,4. Pencarian data merupakan indikator perilaku responden dalam menjalankan peran, tugas dan fungsinya sebagai anggota legislatif. Keengganan dalam mencari data
menjadi tantangan tersendiri dalam implementasi WPN. Namun demikian, jika dilihat data per daerah, tiga provinsi yaitu DIY, Lampung dan Gorontalo kecenderungan responden untuk
mencari data cukup tinggi, kecuali Kalimantan Tengah. Oleh karena itu, data ini semakin menguatkan bahwa responden membutuhkan dan berupaya mencari data terlepas apakah
mereka berhasil atau gagal dalam mendapatkan data yang dibutuhkan.
Penggunaan data akurat sangat diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan. Akurasi data akan menuntun pada pengambilan keputusan yang tepat dan akurat. Oleh karena itu ketersediaan
data sangat penting apalagi bagi pengambil keputusan seperti anggota Dewan. Dengan kemajuan teknologi komunikasi dan jaringan komunikasi internasional internet, kebutuhan
akan data lebih mudah dipenuhi. Meskipun informasinya tidak selalu mutakhir, namun internet membantu dalam mencari data secara cepat. Meskipun demikian, ada beberapa
jenis data yang tetap harus dicari secara manual, membaca buku dan artikel. Bagi anggota Dewan di daerah, pemenuhan kebutuhan data dilakukan dengan browsing internet. Ini
berlangsung di DIY, Kalimantan Tengah dan Gorontalo. Sedangkan di Provinsi Lampung, diskusi di sosial media dan meminta data kepada lembaga pemerintah, merupakan pilihan
utama para responden dalam memenuhi kebutuhan data. Di semua daerah, diskusi dengan NGO dan membeli buku kecuali Kalimanatan Tengah juga menjadi cara untuk memenuhi
kebutuhan data. Beragamnya cara yang ditempuh para anggota Dewan di daerah dalam memenuhi data ini selain menunjukkan kebutuhan akan data akurat dan tepat, begitu tinggi,
juga menunjukkan pendidikan anggota dewan yang tinggi dan jaringan kerja dengan NGO yang baik.
Di DIY, SKPD menyediakan data langsung di Komisi terkait dan kemudian Komisi akan mendistribusikan kepada anggota sehingga minimnya tingkat kebutuhan data bagi responden
lebih disebabkan oleh sistem distribusi data internal yang telah tertata dengan baik.
DIY Lampung
Gorontalo Central
Kalimantan Membeli Buku
7.69 14.29
29.41 0.00
Meminta Data Pemerintah 0.00
21.43 17.65
25.00 Meminta Asisten untuk Mencari Data
7.69 7.14
11.76 8.30
Diskusi dengan NGO 7.69
14.29 5.88
8.30 Browsing
53.85 7.14
29.41 50.00
Diskusi di Social Media 7.69
35.71 5.88
8.30 Diskusi di Mailing-List
15.38 0.00
0.00 0.00
0.00 10.00
20.00 30.00
40.00 50.00
60.00
Pe rse
n tase
Grafik 11. Cara Responden Mendapatkan dan Memenuhi Kebutuhan Data
Page | 23
Baseline Survey on Caucus and Women Parliamentary Network
Sementara permintaan data di Lampung 21,43, di Gorontalo 17,43 dan Kalimantan Tengah 25 disebabkan untuk kepentingan pembahasan anggota belum mendapatkan data
pada saat diperlukan.
Di Gorontalo, data pemerintah yang diminta oleh responden terutama di tingkat kabupatenkota pada umumnya adalah data tercetak. Responden masih kesulitan dalam
membaca data digital karena belum terbiasa memanfaatkan gadget untuk data smart phone dengan kapasitas hingga 32 GB atau iPad. Meskipun responden memiliki perangkat tersebut,
pemanfaatannya relatif minim. Jika data sudah ada di dalam gadget pun responden kesulitan untuk membuka kembali file karena lupa diletakkan di folder mana. Biasanya lupa nama
folder penyimpanan atau tidak mengetahui bagaimana mencari bahkan tidak tahu cara membukanya sama sekali. Beberapa responden bahkan menyatakan perangkat canggih
tersebut dimiliki karena melihat rekan mereka juga memiliki. Karena kurang dapat memanfaatkan maka gadget pada akhirnya digunakan anak mereka untuk mengunduh dan
bermain game.
Browsing data di internet relatif tinggi terutama di dua wilayah studi yaitu DIY 53,85 dan Gorontalo 29,41. Sementara Kalimantan Tengah dari kecenderungan penggunaan internet
untuk kebutuhan juga tidak mencapai 9 Lihat Tabel. 5. Namun demikian angka ini cukup baik karena terlihat adanya upaya untuk menggunakan internet untuk mendapatkan data.
Minimnya penggunaan internet di Kalimantan Tengah disebabkan karena alasan teknis akses dan jaringan internet yang tidak merata di semua kabupatenkota. Artinya,
terlepas dari kekurangan responden, sajian data di atas memberi informasi yang cukup baik bahwa
internet telah dimanfaatkan dengan baik oleh para anggota perempuan DPRD. Selain itu, internet telah menjadi sumber data bagi anggota dewan dalam menjalankan tugasnya
meskipun belum maksimal. Untuk keperluan studi ini, khususnya pembentukan jaringan kerja anggota parlemen perempuan, dapat memanfaatkan secara optimal internet dan alat-alat
komunikasi canggih lainnya.
12.5 16.1
8.9 8.9
33.9
16.1 3.6
Membeli Buku Meminta Data Pemerintah
Meminta asisten untuk
Mencari Data Diskusi
dengan NGO Browsing
Diskusi di Sosial Media
Diskusi di Mailing-List
Grafik 12. Persentase Kumulatif Cara Responden Mendapatkan dan
Memenuhi Kebutuhan Data
Page | 24
Baseline Survey on Caucus and Women Parliamentary Network
Data kumulatif menunjukkan bahwa browsing data merupakan cara yang paling banyak digunakan oleh sebagian responden 5,4 untuk memenuhi kebutuhan data 33,9 diikuti
oleh meminta data pemerintah dan diskusi di sosial media masing-masing 16,1. Data ini mengindikasikan bahwa sedapat mungkin responden mendapatkan data yang diperlukan
melalui internet, kemudian jika tidak diperoleh barulah mengajukan permintaan data kepada pemerintah dan bertanya atau berdiskusi di sosial media besar kemungkinan di
BBMWhatsApp Group. Jika tidak mendapatkan responden akan membeli buku, atau meminta bantuan mencarikan data kepada asisten, termasuk berdiskusi kepada NGO jika
memiliki kontak kepada aktivis. Berdasarkan data kumulatif ini dapat dilihat adanya kecenderungan bahwa responden mengandalkan internet untuk memenuhi kebutuhan data.
Bagi anggota Dewan, selain pendidikan, kemampuan menguasai bahasa asing khususnya bahasa Inggris sangat penting. Dengan mahir berbahasa Inggris, wawasan dan jaringan kerja
akan bertambah luas. Kesempatan untuk mengakses informasi global pun juga bertambah luas. Manfaat yang tidak kalah penting adalah kesempatan untuk membangun kerjasama
dengan institusi-institusi internasional maupun negara lain, sangat besar. Apalagi, di era globalisasi ini dipahami bahwa kerjasama antar negara dan antar institusi sangat penting, baik
kerjasama dalam meningkatkan kemajuan maupun mencegah kejahatan internasional. Untuk menghadapi kerjasama semacam itu, nampaknya kemampuan bahasa inggris anggota Dewan
belum memberi harapan. Hal itu dikarenakan hanya sekitar 8 persen anggota legislator perempuan di seluruh daerah studi yang mahir berbahasa Ingrris. Di semua daerah studi,
legislator perempuan hanya berkomunikasi aktif dalam Bahasa Indonesia, di DIY persentasenya mencapai 30,77, di Lampung 50, di Gorontalo 47,06 persen dan di
Kalimantan Tengah 66,7 persen.
30.77 50.00
47.06 66.70
38.46 42.86
41.18 33.30
23.08 7.14
5.88 7.69
0.00 0.00
0.00 0.00
10.00 20.00
30.00 40.00
50.00 60.00
70.00 80.00
DIY Lampung
Gorontalo Central Kalimantan
Grafik 13. Kemampuan Berbahasa Inggris Responden
Tidak Dapat Berbahasa Inggris
Pemula Cukup Baik
Lancar
Page | 25
Baseline Survey on Caucus and Women Parliamentary Network
Secara kumulatif, kemampuan berbahasa Inggris responden dapat diklasifikasikan rendah yaitu 81,5 yang dapat dikategorikan tidak berbahasa Inggris dan hanya 10,7 saja yang
dapat berkomunikasi dalam Bahasa Inggris. Oleh karena itu, penting untuk dihindari penggunaan instruksi, petunjuk penggunaan dan istilah-istilah berbahasa Inggris. Jika
terpaksa perlu disandingkan dengan padanan dalam Bahasa Indonesia.
Minimnya kemampuan berbahasa Inggris responden di satu sisi menjadi peluang bagi WPN untuk memasukkan konten-konten atau materi yang bahasa asalnya adalah Bahasa Inggris
dan diterjemahkan dan dipublikasi ke dalam jaringan WPN perempuanparlemen.org yang telah tersedia. Informasi tentang kegiatan anggota perempuan di daerah lain, bahkan di
negara lain dapat menjadi informasi yang bermanfaat.
48.2 39.3
8.9 1.8
1.8 Tidak Dapat
Berbahasa Inggris Pemula
Cukup Baik Lancar
Tidak Menjawab
Grafik 14. Persentase Kumulatif Kemampuan Berbahasa Inggris Responden
Tingkat Keterampilan Rendah : 81,5
Tingkat Keterampilan Tinggi: 10,7
7.69 7.14
7.14 8,30
7.69 0.00
0.00 8.30
23.08 42.86
35.29 66.70
61.54 50.00
47.06
16.70
0.00 10.00
20.00 30.00
40.00 50.00
60.00 70.00
80.00
DIY Lampung
Gorontalo Central
Kalimantan
Grafik 15. Persepsi Responden Terhadap Penggunaan Internet
Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju
Kurang Setuju Setuju
Sangat Setuju
Page | 26
Baseline Survey on Caucus and Women Parliamentary Network
Tetapi dalam hal penggunaan internet sebagai sarana komunikasi yang efektif, responden di semua daerah menyepakatinya. Di DIY para responden bahkan sangat setuju 61,5, diikuti
responden di Lampung dan Gorontalo yang masing-masing mencapai 50 dan 47. “eda gka respo de ya g e yataka setuju terti ggi di Kali a ta Te gah 6,7,
Lampung 42,86 persen, Gorontalo 35,29 persen dan terendah di DIY dengan 23,08 persen. Data di atas menunjukkan pemahaman responden akan manfaat internet. Bagi UNDP, tentu
lebih mudah memberi arahan dan memotivasinya lebih lanjut akan peran penting internet bagi pembentukan jaringan kerja perempuan parlemen.
Secara kumulatif, responden yang menyatakan kesetujuan untuk menggunakan internet sebagai sarana komunikasi sangat tinggi yaitu 41,2 menyatakan setuju dan 44,5 yang
menyatakan sangat setuju. Artinya dapat dinyatakan bahwa sebagian besar 85,7 responden memiliki persepsi positif terhadap internet. Oleh karena itu, meskipun akan
menemui tantangan yang cukup besar terkait kebiasaan dan sinyal di wilayah blank spot, namun dengan sikap positif para responden, WPN mendapatkan dukungan dari responden.
1.8 5.4
1.8 5.4
41.1 44.5
Tidak Menjawab
Sangat tidak setuju
Tidak setuju Kurang setuju
Setuju Sangat setuju
Grafik 16.
Persentase Kumulatif Persepsi Responden Terhadap Penggunaan Internet
Page | 27
Baseline Survey on Caucus and Women Parliamentary Network
Semua responden memiliki sikap positif terhadap rencana pembentukan Jaringan Kerja A ggota Parle e Pere pua . “ebesar , legislator pere pua DIY setuju da
, sa gat setuju de ga pe ggu aa i ter et u tuk pe be tuka Jari ga Kerja Anggota Parlemen Perempuan. Di Provinsi Lampung persentasenya masing-masing mencapai
0 setuju , , sa gat setuju da di Goro talo asi g-masing mencapai 47 baik u tuk ya g setuju aupu sa gat setuju . Situasi yang sama di gambarkan di Provinsi
Kalima ta Te gah proporsi setuju da sa gat setuju sebesar , da , dikuti
de ga respo de ya g e yataka kura g setuju sebesar , .
7.69 21.43
5.88 0,00
0.00 0.00
0.00 8.30
53.85 50.00
47.06 58.30
38.46 28.57
47.06 33.30
0.00 10.00
20.00 30.00
40.00 50.00
60.00 70.00
DIY Lampung
Gorontalo Central Kalimantan
Grafik 17. Persepsi Responden Terhadap Penggunaan Internet untuk Membangun WPN
Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
Kurang Setuju Setuju
Sangat Setuju
8.9 1.8
51.8 37.5
Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Kurang Setuju
Setuju Sangat Setuju
Grafik 18. Persentase Kumulatif Persepsi Responden Terhadap Penggunaan
Internet untuk Membangun WPN
Tidak Setuju : 10,7 Setuju : 89,3
Page | 28
Baseline Survey on Caucus and Women Parliamentary Network
Data di atas menunjukkan dua hal penting. Ditinjau dari dua kuandran jawaban skala sikap responden yang menunjukkan sikap setuju terhadap penggunaan internet adalah 89,3
sedangkan yang mengindikasikan ketidaksetujuan 10,7. Pertama, para legislator perempuan di daerah memiliki sikap positif terhadap rencana pembentukan WPN, terlepas
apakah mereka memiliki pemahaman yang utuh mengenai rencana kegiatan tersebut atau tidak. Kedua, legislator perempuan di daerah juga menyambut positif digunakannya internet
untuk pembentukan WPN. Tentu hal ini ada sisi positif dan negatifnya. Sisi positifnya adalah perkenalan, diskusi, dan pertukaran gagasan berlangsung secara cepat dan menyebar luas.
Sedangkan sisi negatifnya, adalah bahwa komunikasi tidak tatap muka hanya terbatas pada kesediaan para anggotanya untuk aktif menggunakan internet dan mengakses situs WPN.
Karena itu, bagi anggota yang tidak aktif akan tertinggal informasi dan pembahasan, di satu sisi sejumlah anggota telah berganti topik pembicaraan atau diskusi dan sisi lain sebagian
anggota masih membahas isu yang lama.
Berjejaring dengan konstituen dan masyarakat umum sangat penting bagi anggota parlemen. Kemenangan anggota parlemen dalam memperoleh kursi tidak luput dari peran konstituen
dan masyarakat umum. Prestasi yang baik dengan serangkaian kegiatan-kegiatan anggota parlemen menjadi tolok ukur keberhasilannya sebagai wakil rakyat. Namun, hal ini tidak luput
dari berbagai hambatan. Beberapa hambatan yang dihadapi oleh responden dalam mengkomunikasikan serangkaian kegiatan di antaranya sedikitnya kesempatan bertemu
langsung, sulitnya mengumpulkan stakeholder, belum ada jaringan dengan media massa, dan kelemahan responden dalam meng-upload data atau laporan ke dalam internet.
Masing-masing daerah memiliki hambatan yang berbeda-beda. Di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kalimantan Tengah hambatan responden dalam mengkomunikasikan hasil
38.46 35.71
41.18
25.00
0.00 0.00
11.76 33.30
23.08
7.14 23.53
8.30 38.46
28.57
11.76 33.30
0.00 5.00
10.00 15.00
20.00 25.00
30.00 35.00
40.00 45.00
DIY Lampung
Gorontalo Central
Kalimantan
Grafik 19. Hambatan Responden dalam Menjalin Hubungan dengan Konstituen
dan Publik
Kesulitan untuk mengadakan
pertemuan Kesulitan dalam
mengatur pertemuan dengan stakeholder
Kurangnya komunikasi dengan media
Kesulitan dalam Meng-upload data ke
internet
Page | 29
Baseline Survey on Caucus and Women Parliamentary Network
kerja adalah kurangnya keterampilan dalam meng-upload laporan ke internet, ditunjukkan dengan angka sebesar 38,46 dan 33,30. Sedangkan Lampung dan Gorontalo hambatan
terbesar adalah mengadakan pertemuan langsung dengan konstituen masing-masing sebesar 35,71 dan 41,18.
Secara umum, responden mengalami kesulitan dalam mengadakan pertemuan tatap muka yang ditunjukkan dalam data kumulatif 35,7 dan kesulitan untuk mengatur pertemuan
dengan stakeholder 10,7 juga dirasakan oleh responden. Responden juga mengalami kesulitan dalam meng-upload data ke internet 21,4 dan menjalin komunikasi dan
kerjasama dengan media 16,1. Data ini mengindikasikan bahwa responden sedang mencari jalan keluar atas hambatan komunikasi dan upaya menyampaikan informasi kepada
publik. Secara tidak langsung, responden menyadari bahwa hambatan pertemuan tatap muka mulai dirasakan dan internet menjadi satu media untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Meskipun cara mengoperasikan dan prosedur upload materi masih menjadi hambatan, mengajarkan prosedur meng-upload data dan informasi terkait kinerja responden menjadi
sangat penting untuk dilaksanakan dalam WPN.
Kesulitan dalam
menyelenggara kan pertemuan
Kesulitan dalam
mengatur pertemuan
dengan stakeholder
Kurangnya komunikasi
kepada media Kesulitan
dalam meng- upload data ke
internet Lain-lain
Tidak menjawab
Persentase 35.7
10.7 16.1
21.4 3.6
12.5 35.7
10.7 16.1
21.4
3.6 12.5
Grafik 20. Persentase Kumulatif tentang Hambatan Responden dalam Menjalin
Hubungan dengan Konstituen dan Publik
Page | 30
Baseline Survey on Caucus and Women Parliamentary Network
BAB IV KELEMBAGAAN KAUKUS