FUNGSI KOGNITIF 1 Definisi TINJAUAN PUSTAKA

Berbagai bangunan peka nyeri terdapat di punggung bawah. Bangunan tersebut adalah periosteum, 13 bangunan luar anulus fibrosus, ligamentum, kapsula artikularis, fasia dan otot. Semua bangunan tersebut mengandung nosiseptor yang peka terhadap berbagai stimulus mekanikal, termal, kimiawi. Bila reseptor dirangsang oleh berbagai stimulus lokal, akan dijawab dengan pengeluran berbagai mediator inflamasi dan substansi lainnya, yang menyebabkan timbulnya persepsi nyeri, hiperalgesia maupun alodinia yang bertujuan mencegah pergerakan untuk memungkinkan perlangsungan proses penyembuhan. Salah satu mekanisme untuk mencegah kerusakan atau lesi yang lebih berat ialah spasme otot yang membatasi pergerakan. Spasme otot ini menyebabkan iskemia dan sekaligus menyebabkan munculnya titik picu trigger points, yang merupakan salah satu kondisi nyeri Meliala dkk, 2003. II.2. FUNGSI KOGNITIF II.2.1 Definisi Fungsi kognitif adalah merupakan aktivitas mental secara sadar seperti berpikir, mengingat, belajar, dan menggunakan bahasa. Fungsi kognitif juga merupakan kemampuan atensi, memori, pertimbangan, pemecahan masalah, serta kemampuan eksekutif seperti merencanakan, menilai, mengawasi, dan melakukan evaluasi. Strub RL, dkk, 2000; Rizzo M, dkk, 2004 Fungsi kognitif terdiri dari : Kolegium Neurologi Indonesia, 2008; Strub R.L, dkk, 2000 1. Atensi Atensi merupakan kemampuan untuk bereaksi atau memperhatikan satu stimulus tertentu spesifik dengan mampu Universitas Sumatera Utara mengabaikan stimulus lain baik internal maupun eksternal yang tidak perlu atau tidak dibutuhkan. Setelah menentukan kesadaran, pemeriksaan atensi harus dilakukan saat awal pemeriksaan neurobehaviour karena pemeriksaan modalitas kognitif lainnya sangat dipengaruhi pleh atensi yang cukup terjaga. Atensi dan konsentrasi sangat penting dalam mempertahankan fungsi kognitif, terutama dalam proses belajar. Gangguan atensi dan konsentrasi akan mempengaruhi fungsi kognitif lain seperti memori, bahasa dan fungsi eksekutif. Gangguan atensi dapat berupa dua kondisi klinik berbeda. Pertama ketidakmampuan mempertahankan atensi maupun atensi yang terpecah atau tidak atensi sama sekali. Kedua inatensi spesifik unilateral terhadap stimulus pada sisi tubuh kontralateral lesi otak. 2. Bahasa Bahasa merupakan perangkat dasar komunikasi dan modalitas dasar yang membangun kemampuan fungsi kognitif. Oleh karena itu pemeriksaan bahasa harus dilakukan pada awal pemeriksaan neurobehaviour. Jika terdapat gangguan bahasa, pemeriksaan kognitif seperti memori verbal, fungsi eksekutif akan mengalami kesulitan atau tidak mungkin dilakukan. Universitas Sumatera Utara Gangguan bahasa afasia sering terlihat pada lesi otak fokal maupun difus, sehingga merupakan gejala patognomonik disfungsi otak. Penting bagi klinisi untuk mengenal gangguan bahasa karena hubungan yang spesifik antara sindroma afasia dengan lesi neuroanatomi. Kemampuan berkomunikasi menggunakan bahasa penting, sehingga setiap gangguan berbahasa akan menyebabkan hendaya fungsional. Setiap kerusakan otak yang disebabkan oleh stroke, tumor, trauma, demensia dan infeksi dapat menyebabkan gangguan berbahasa. 3. Memori Memori adalah proses bertingkat dimana informasi pertama kali harus dicatat dalam area korteks sensorik kemudian diproses mealui sistem limbik untuk terjadinya pembelajaran baru. Secara klinik memori dibagi menjadi tiga tipe dasar: Immediate, recent, dan remote memory berdasarkan rentang waktu antara stimulus dan recall. 1. Immediate memory merupakan kemampuan untuk merecall stimulus dalam interval waktu beberapa detik 2. Recent memory merupakan kemampuan untuk mengingat kejadian sehari-hari misalnya tanggal, nama dokter, apa yang dimakan saat sarapan, atau kejadian-kejadian baru dan mempelajari materi baru serta mencari materi tersebut dalam rentang waktu menit, jam, hari, bulan, tahun. Universitas Sumatera Utara 3. Remote memory merupakan koleksi kejadian yang terjadi bertahun tahun yang lalu misalnya tanggal lahir, sejarah, nama teman Gangguan memori merupakan gejala yang paling sering dikeluhkan pasien. Amnesia secara umum merupakan efek fungsi memori. Ketidakmampuan untuk mempelajari materi baru setelah brain insult disebut amnesia anterograd. Hampir semua pasien demensia menunjukkan masalah memori pada saat awal perjalanan penyakitnya. Tidak semua gangguan memori merupakan gangguan organik. Pasien depresi dan ansietas sering mengalami kesulitan memori. Amnesia psikogenik jika amnesia hanya pada satu periode tertentu, dan pada pemeriksaan tidak dijumpai defek recent memory. 4. Visuospasial Kemampuan visuospasial dapat dievaluasi melalui kemampuan konstruksional seperti menggambar atau meniru berbagai macam gambar misal: lingkaran, kubus dan menyusun balok-balok. Semua lobus berperan dalam kemampuan konstruksi ini tetapi lobus parietal terutama hemisfer kanan mempunyai peranan yang paling dominan. Menggambar jam sering digunakan untuk skrining kemampuan visuospasial dan fungsi eksekutif dimana berkaitan dengan gangguan di lobus frontal dan parietal. 5. Fungsi eksekutif Fungsi eksekutif adalah kemampuan kognitif tinggi seperti cara berpikir dan kemampuan pemecahan masalah. Kemampuan eksekutif diperankan oleh lobus frontal, tetapi pengalaman klinis Universitas Sumatera Utara menunjukkan bahwa semua sirkuit yang terkait dengan lobus frontal juga menyebabkan sindroma lobus frontal. Istilah penurunan fungsi kognitif sebenarnya menggambarkan perubahan kognitif yang berkelanjutan, beberapa dianggap masih dalam kategori gangguan ringan. Untuk menentukan gangguan fungsi kognitif, biasanya dilakukan penilaian terhadap satu domain kognitif atau lebih seperti memori, orientasi, bahasa, fungsi eksekutif dan praksis. Temuan dari berbagai penelitan klinis dan epidemiologis menunjukkan bahwa berbagai factor biologis, perilaku, sosial dan lingkungan dapat berkonstribusi terhadap resiko penurunan fungsi kognitif. Plasman B.L dkk, 2010

II.3 MILD COGNITIVE IMPAIRMENT

Dokumen yang terkait

Hubungan Sindrom Metabolik Dengan Mild Cognitive Impairment Pada Usia Paruh Baya

2 53 107

HUBUNGAN ANTARA SIKAP KERJA DAN MASA KERJA DENGAN GANGGUAN FUNGSIONAL NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA Hubungan Antara Sikap Kerja Dan Masa Kerja Dengan Gangguan Fungsional Nyeri Punggung Bawah Pada Pekerja Tenaga Panggul.

0 2 17

HUBUNGAN ANTARA LAMA MENGEMUDI DENGAN TERJADINYA NYERI PUNGGUNG BAWAH MIOGENIK PADA SOPIR BUS DI Hubungan Antara Lama Mengemudi Dengan Terjadinya Nyeri Punggung Bawah Miogenik Pada Sopir Bus di Terminal Tirtonadi.

0 1 16

HUBUNGAN ANTARA LAMA MENGEMUDI DENGAN TERJADINYA NYERI PUNGGUNG BAWAH MIOGENIK PADA SOPIR BUS DI Hubungan Antara Lama Mengemudi Dengan Terjadinya Nyeri Punggung Bawah Miogenik Pada Sopir Bus di Terminal Tirtonadi.

0 2 19

HUBUNGAN GERAKAN SHOLAT DENGAN KELUHAN NYERI PUNGGUNG BAWAH MYOGENIK Hubungan Gerakan Sholat Dengan Keluhan Nyeri Punggung Bawah Myogenik Pada Wanita Lanjut Usia.

0 4 13

HUBUNGAN GERAKAN SHOLAT DENGAN KELUHAN NYERI PUNGGUNG BAWAH MYOGENIK Hubungan Gerakan Sholat Dengan Keluhan Nyeri Punggung Bawah Myogenik Pada Wanita Lanjut Usia.

0 2 16

PENDAHULUAN Hubungan Gerakan Sholat Dengan Keluhan Nyeri Punggung Bawah Myogenik Pada Wanita Lanjut Usia.

0 2 5

Terapi dengan Pendekatan Cognitive-Behavioral dalam Penanganan Nyeri pada Pasien Nyeri Punggung Bawah (NPB) Kronik.

0 0 20

Penerapan Terapi Dengan Pendekatan Cognitive-Behavioral Dalam Menurunkan Intensitas Nyeri Pada Pasien Nyeri Punggung Bawah (NPB) Kronik (Suatu Studi Kasus Pada Pasien NPB Kronik di Rumah Sakit "X" Bandung).

1 6 26

Hubungan Antara Psychological Distress Dengan Mild Cognitive Impairment Pada Pasien Lanjut Usia Dengan Nyeri Punggung Bawah Kronik

0 0 19