MILD COGNITIVE IMPAIRMENT TINJAUAN PUSTAKA

menunjukkan bahwa semua sirkuit yang terkait dengan lobus frontal juga menyebabkan sindroma lobus frontal. Istilah penurunan fungsi kognitif sebenarnya menggambarkan perubahan kognitif yang berkelanjutan, beberapa dianggap masih dalam kategori gangguan ringan. Untuk menentukan gangguan fungsi kognitif, biasanya dilakukan penilaian terhadap satu domain kognitif atau lebih seperti memori, orientasi, bahasa, fungsi eksekutif dan praksis. Temuan dari berbagai penelitan klinis dan epidemiologis menunjukkan bahwa berbagai factor biologis, perilaku, sosial dan lingkungan dapat berkonstribusi terhadap resiko penurunan fungsi kognitif. Plasman B.L dkk, 2010

II.3 MILD COGNITIVE IMPAIRMENT

Mild Cognitive Impairment adalah masa transisi dari keadaan kognitif normal ke arah early demensia. Sjahrir H, 1999. Selain itu MCI juga merupakan keadaan dimana memori dan kemampuan kognitif tidak normal tetapi belum memenuhi kriteria demensia. Bennet D.A dkk, 2002 Ada 4 subtipe dari MCI yakni: Agronin M.E, 2007 1. Amnestic MCI single domain 2. Amnestic MCI multiple domain 3. Non-amnestic MCI single domain 4. Non-amnestic MCI multiple domain Diagnosis MCI ditegakkan berdasarkan beberapa kriteria, yakni: Sjahrir H, 1999 1. Ada keluhan gangguan ingatan memori 2. Kegiatan aktivitas sehari-hari normal Universitas Sumatera Utara 3. Fungsi kognitif secara umum masih normal 4. Memori tidak sesuai dengan umur dan tingkat pendidikan 5. Tidak demensia Sebagai suatu pemeriksaan awal, Mini Mental State Examination MMSE adalah tes yang paling banyak dipakai. Pemeriksaan status mental MMSE Foldstein adalah tes yang paling dipakai saat ini, penilaian dengan nilai maksimum 30 cukup baik dalam mendeteksi gangguan kognitif, menetapkan data dasar dan memantau penurunan kognitif dalam kurun waktu tertentu. Nilai dibawah 27 dianggap abnormal dan mengindikasikan gangguan kognitif yang signifikan pada penderita berpendidikan tinggi. Penyandang dengan pendidikan yang rendah dengan nilai MMSE paling rendah 24 masih dianggap normal, namun nilai yang rendah ini mengindentifikasikan resiko untuk demensia. Assosiasi Alzheimer Indonesia, 2003 Mini Mental State Examination awalnya dikembangkan untuk skrining demensia, namun digunakan secara luas untuk pengukuran fungsi kognitif secara umum. Mini Mental State Examination kini adalah instrumen skrining yang paling luas untuk menilai status kognitif dan status mental pada usia lanjut. Kochhann R dkk, 2009 Mini Mental State Examination harus digunakan pada individu-individu dengan kecurigaan gangguan fungsi kognitif, namun tidak dapat digunakan untuk diagnosis demensia. Mini Mental State Examination ini disebut “mini” karena hanya fokus pada aspek kognitif dari fungsi mental dan tidak mencakup pertanyaan tentang mood, fenomena mental abnormal dan pola pikiran. Mini Mental State Examination menilai sejumlah domain kognitif, orientasi ruang dan waktu, dan immediate memory, atensi dan kalkulasi, Universitas Sumatera Utara penamaan benda, pengulangan kalimat, pelaksanaan perintah menulis, pemahaman dan pelaksanaan perintal verbal, perencanaan dan praksis. Tes tersebut direkomendasikan sebagai alat skrining untuk menilai kognitif global oleh American Academy of Neurology AAN. Kochhann R dkk, 2010 Tes neuropsikologi yang dapat dipakai ialah Clock Drawing Test CDT yang memberikan penilaian fungsi eksekutif dan visuospasial yang lebih baik. Assosiasi Alzheimer Indonesia, 2003. Instrumen ini digunakan pada awal abad 20 sebagai indicator apraksia konstruksional. Selama lebih dari 20 tahun, CDT semakin mendapat perhatian atas peranannya dalam skrining awal untuk gangguan kognitif. Aprahamian I dkk, 2009 Pada umumnya, tes ini menilai sejumlah fungsi kognitif, yang menyerupai MMSE. Banyak area di otak yang terlibat dan harus bekerja secara simultan untuk menggambar jam dinding, terutama daerah frontal, temporal dan parietal. Oleh karenanya CDT merupakan suatu instrumen yang menarik untuk identifikasi dan follow-up pasien-pasien dengan possible dementia. Tes ini menilai banyak kemampuan kognitif yang tampaknya terlibat pada awal demensia, seperti memori jangka pendek, pemahaman instruksi verbal, orientasi spasial, pemikiran abstrak, merencanakan, konsentrasi eksekutif dan visuospasial. Aprahamian I dkk, 2009 Korelasi antara CDT dengan instrumen skrining lainnya, termasuk “gold standard” MMSE, dilaporkan baik dalam beberapa penelitian. Pinto E dkk, 2009 Berbagai peneitian yang menilai akurasi CDT pada skrining demensia menunjukkan bahwa CDT dapat membedakan secara akurat antara orang Universitas Sumatera Utara normal dengan pasien yang menunjukkan gangguan kognitif ringan. Aprahamian I dkk, 2009

II.4 Psychological distress dan Mild Cognitive Impairment

Dokumen yang terkait

Hubungan Sindrom Metabolik Dengan Mild Cognitive Impairment Pada Usia Paruh Baya

2 53 107

HUBUNGAN ANTARA SIKAP KERJA DAN MASA KERJA DENGAN GANGGUAN FUNGSIONAL NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA Hubungan Antara Sikap Kerja Dan Masa Kerja Dengan Gangguan Fungsional Nyeri Punggung Bawah Pada Pekerja Tenaga Panggul.

0 2 17

HUBUNGAN ANTARA LAMA MENGEMUDI DENGAN TERJADINYA NYERI PUNGGUNG BAWAH MIOGENIK PADA SOPIR BUS DI Hubungan Antara Lama Mengemudi Dengan Terjadinya Nyeri Punggung Bawah Miogenik Pada Sopir Bus di Terminal Tirtonadi.

0 1 16

HUBUNGAN ANTARA LAMA MENGEMUDI DENGAN TERJADINYA NYERI PUNGGUNG BAWAH MIOGENIK PADA SOPIR BUS DI Hubungan Antara Lama Mengemudi Dengan Terjadinya Nyeri Punggung Bawah Miogenik Pada Sopir Bus di Terminal Tirtonadi.

0 2 19

HUBUNGAN GERAKAN SHOLAT DENGAN KELUHAN NYERI PUNGGUNG BAWAH MYOGENIK Hubungan Gerakan Sholat Dengan Keluhan Nyeri Punggung Bawah Myogenik Pada Wanita Lanjut Usia.

0 4 13

HUBUNGAN GERAKAN SHOLAT DENGAN KELUHAN NYERI PUNGGUNG BAWAH MYOGENIK Hubungan Gerakan Sholat Dengan Keluhan Nyeri Punggung Bawah Myogenik Pada Wanita Lanjut Usia.

0 2 16

PENDAHULUAN Hubungan Gerakan Sholat Dengan Keluhan Nyeri Punggung Bawah Myogenik Pada Wanita Lanjut Usia.

0 2 5

Terapi dengan Pendekatan Cognitive-Behavioral dalam Penanganan Nyeri pada Pasien Nyeri Punggung Bawah (NPB) Kronik.

0 0 20

Penerapan Terapi Dengan Pendekatan Cognitive-Behavioral Dalam Menurunkan Intensitas Nyeri Pada Pasien Nyeri Punggung Bawah (NPB) Kronik (Suatu Studi Kasus Pada Pasien NPB Kronik di Rumah Sakit "X" Bandung).

1 6 26

Hubungan Antara Psychological Distress Dengan Mild Cognitive Impairment Pada Pasien Lanjut Usia Dengan Nyeri Punggung Bawah Kronik

0 0 19