Hubungan Sindrom Metabolik Dengan Mild Cognitive Impairment Pada Usia Paruh Baya

(1)

HUBUNGAN SINDROM METABOLIK DENGAN MILD COGNITIVE IMPAIRMENT PADA USIA PARUH BAYA

TESIS

M. ADNIN RUDI SIREGAR 077112003

PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK–SPESIALIS ILMU PENYAKIT SARAF FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(2)

HUBUNGAN SINDROM METABOLIK DENGAN MILD COGNITIVE IMPAIRMENT PADA USIA PARUH BAYA

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Kedokteran Klinis Spesialis Saraf Pada

Program Studi Magister Kedokteran Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Oleh

M.ADNIN RUDI SIREGAR 077112003

PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK–SPESIALIS ILMU PENYAKIT SARAF FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(3)

Judul Tesis : Hubungan Sindrom Metabolik Dengan Mild Cognitive Impairment Pada Usia Paruh Baya

Nama Mahasiswa : M. ADNIN RUDI SIREGAR Nomor Induk Mahasiswa : 077112003

Program Magister : Magister Kedokteran Klinik Konsentrasi : Ilmu Penyakit Saraf

Menyetujui Komisi Pembimbing

Prof. DR. dr. Hasan Sjahrir, Sp.S (K) Ketua

Ketua Program Studi Ketua TKP PPDS I

Dr. Rusli Dhanu, Sp.S (K) dr. Zainuddin Amir, SpP(K)


(4)

Telah diuji pada

Tanggal: 9 Juni 2010

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. DR. dr. Hasan Sjahrir, Sp.S (K)

Anggota : 1. Prof. dr. Darulkutni Nasution, Sp.S (K) 2. Dr. Darlan Djali Chan, Sp.S 3. Dr. Yuneldi Anwar, Sp.S (K) 4. Dr. Rusli Dhanu, Sp.S (K) 5. Dr. Kiking Ritarwan, MKT, Sp.S 6. Dr. Aldy S. Rambe, Sp.S 7. Dr. Puji Pinta O. Sinurat, Sp.S 8. Dr. Khairul P. Surbakti, Sp.S 9. Dr. Cut Aria Arina, Sp.S 10. Dr. Kiki M. Iqbal, Sp.S 11. Dr. Alfansuri Kadri, Sp.S 12. Dr. Dina Listyaningrum, Sp.S, MSi,Med 13. Dr. Aida Fitri, Sp.S


(5)

PERNYATAAN

HUBUNGAN SINDROM METABOLIK DENGAN MILD COGNITIVE IMPAIRMENT PADA USIA PARUH BAYA

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah dituliskan atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, 9 Juni 2010


(6)

UCAPAN TERIMA KASIH

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan segala berkah, rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.

Tesis ini dibuat untuk memenuhi persyaratan dan merupakan tugas akhir Program Pendidikan Magister Kedokteran Klinik – Spesialis Ilmu Penyakit Saraf di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara/Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan.

Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyatakan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, dan Ketua TKP PPDS I Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kepada penulis kesempatan untuk mengikuti Program Pendidikan Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Penyakit Saraf di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. DR. dr. H. Hasan Sjahrir, Sp.S (K), selaku Ketua Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara/RSUP H.Adam Malik Medan, guru dan pembimbing penulis dalam penyusunan tesis ini, yang dengan penuh kesabaran dan ketelitian membimbing,


(7)

mengoreksi, dan memberikan masukan-masukan berharga kepada penulis sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

3. Dr. H. Rusli Dhanu, Sp.S (K), Ketua Program Studi PPDS-I Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang banyak memberikan masukan-masukan berharga kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

4. Dr. Aldy S. Rambe, Sp.S dan Prof. DR. dr. H. Hasan Sjahrir, Sp.S (K), selaku pembimbing penulis yang dengan sepenuh hati telah mendorong, membimbing, mengoreksi dan mengarahkan penulis mulai dari perencanaan, pembuatan dan penyelesaian tesis ini.

5. Guru-guru penulis: Prof. Dr. H. Darulkutni Nasution, Sp.S (K); Dr. H. Hasanuddin Rambe, Sp.S (K); Dr. LBM Sitorus, Sp.S; Dr. Darlan Djali Chan, Sp.S; Dr. H. Yuneldi Anwar, Sp.S (K); Dr. Kiking Ritarwan, MKT, Sp.S; Dr. Irsan NHN Lubis, Sp.S; Alm. Dr. Dadan Hamdani, Sp.S; Dr. Puji Pinta O. Sinurat, Sp.S; Dr. Khairul P. Surbakti, Sp.S; Dr. Cut Aria Arina, Sp.S; Dr. S. Irwansyah, Sp.S; Dr. Kiki M.Iqbal, Sp.S; Dr. Alfansuri Kadri, Sp.S; Dr. Dina Listyaningrum, Sp.S, Msi,Med; Dr. Aida Fitri, Sp.S dan guru lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah banyak memberikan masukan selama mengikuti Program Pendidikan Magister Kedokteran Klinik.


(8)

6. Direktur Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan yang telah memberikan kesempatan, fasilitas dan suasana kerja yang baik sehingga penulis dapat mengikuti Program Pendidikan Magister Kedokteran Klinik. 7. Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes, selaku pembimbing statistik yang telah

banyak meluangkan waktu untuk membimbing dan berdiskusi dengan penulis dalam pembuatan tesis ini.

8. Rekan-rekan sejawat peserta PPDS-I Departemen Neurologi FK-USU/RSUP. H. Adam Malik Medan, yang banyak memberikan masukan berharga kepada penulis melalui diskusi-diskusi kritis dalam berbagai pertemuan formal maupun informal, serta selalu memberikan dorongan-dorongan yang membangkitkan semangat kepada penulis menyelesaikan Program Pendidikan Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Penyakit Saraf.

9. Para perawat dan pegawai di berbagai tempat dimana penulis pernah bertugas selama menjalani Program Pendidikan Magister Kedokteran Klinik ini, serta berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah banyak membantu penulis dalam menjalani Program Pendidikan Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Penyakit Saraf. 10. Semua pasien sindrom metabolik yang telah bersedia berpartisipasi


(9)

11. Kedua orang tua yang sangat penulis hormati dan sayangi Fauzin Eddin Siregar dan ibunda Cut Syafniar yang telah bersusah payah membesarkan, memberikan rasa aman, cinta dan doa restu kepada penulis sejak lahir hingga saat ini.

12. Kedua mertua saya, H. Harmain, SH dan Almh. Hj. Rindung Bulan, yang banyak memberikan semangat, nasehat dan doa kepada penulis selama menjalani Program Pendidikan Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Penyakit Saraf.

13. Seluruh saudara kandung saya, Ira Muthia Siregar, SH, Ivo Fauziah Siregar, saudara kembarku M. Adnan Baron Siregar, ST, M. Darul Kutni Siregar, ST, Julia Siregar, Amd, yang banyak memberikan semangat dan doa kepada penulis selama menjalani Program Pendidikan Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Penyakit Saraf.

14. Teristimewa kepada istriku tercinta Drg. Heraini dan putriku yang cantik Nindira Yasmine Siregar atas doa dan dukungan, kesabaran dan pengertian yang mendalam, mendampingi dengan penuh cinta dan kasih sayang dalam suka dan duka selama penulis menjalani Program Pendidikan Magister Kedokteran Klinik dan menyelesaikan tesis ini.

Semoga Tuhan Yang Maha Pengasih membalas semua jasa dan budi baik mereka yang telah membantu penulis tanpa pamrih dalam mewujudkan cita-cita penulis.


(10)

Akhirnya penulis mengharapkan semoga penelitian dan tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Amin.

Penulis


(11)

ABSTRAK

Latar Belakang:Penderita Sindrom Metabolik dengan obesitas, hipertensi, dislipidemi dan intoleransi glukosa tidak hanya mempunyai resiko penyakit jantung tetapi juga terdapat peningkatan resiko terjadinya gangguan fungsi kognitif dan penyakit Alzheimer pada masa tuanya. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan sindrom metabolik dengan Mild Cognitive Impairment pada usia paruh baya.

Metode: Penelitian potong lintang dengan pengambilan sampel secara non random dengan metode konsekutif pada penderita sindrom metabolik usia paruh baya yang berobat jalan di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP.H.Adam Malik Medan selama priode 1 Juli sampai 31 Desember 2009. Dilakukan pemeriksaan lingkar pinggang, tekanan darah, trigliserida, HDL kolesterol, KGD puasa dan pemeriksaan fungsi kognitif menggunakan MMSE dan CDR. Hasil:Didapati 26 penderita Sindrom Metabolik, terdiri dari 11 orang pria (42,3%) dan 15 orang wanita (57,7%). Nilai rerata lingkar pinggang 93,00 (SD 8,75) cm, nilai rerata tekanan darah sistolik 143,27 (SD 12,07) mmHg, nilai rerata tekanan darah diastolik 87,50 (SD 6,96) mmHg, nilai rerata Trigliserida 191,99 (SD 110,74) mg/dL, nilai rerata HDL kolesterol 36,81 (SD 5,76) mg/dL, Nilai rerata KGD puasa 141,23 (SD 34,70) mg/dL. Sebanyak 9 penderita Sindrom Metabolik (34,6%) mengalami Mild Cognitive Impairment. Dari uji independent sample test didapati tidak ada hubungan yang bermakna antara lingkar pinggang (p=0,316), tekanan darah sisitolik (p=0,494), tekanan darah diastolik (p=0,310), trigliserida (p=0,504), HDL kolesterol (p=0,648) dengan MCI. Didapati hubungan yang bermakna antara nilai KGD puasa dengan MCI (p=0,44)

Kesimpulan:Nilai KGD puasa memiliki hubungan yang bermakna dengan

Mild Cognitive Impairment pada kelompok penderita Sindrom Metabolik usia paruh baya.

Kata Kunci: Sindrom Metabolik ▪ Mild Cognitive Impairment (MCI) Kadar Gula Darah Puasa ▪ Tekanan Darah ▪ Mini-Mental State Examination (MMSE) ▪ Clinical Dementia Rating (CDR)


(12)

ABSTRACT

Background:Metabolic syndrome patients with obesity, hypertension, dislipidemia and glucose intolerance not only have risk of cardiovascular disease but also have the increase risk of cognitive impairment event and Alzheimer disease in old age. This study was done to know the association between metabolic syndrome with mild cognitive impairment (MCI) in middle age.

Methods:A cross sectional study by taking non random sample with consecutive method in middle age patient with metabolic syndrome that was treated in outpatient clinic of internal medicine in H. Adam Malik General Hospital during period of 1st July up to 31th December 2009. Waist circumference, blood pressure, triglycerides, HDL cholesterol, and fasting blood glucose were measured, and cognitive function test was measured by using MMSE and CDT

Results:It was found 26 patients with metabolic syndrome that was consist of 11 male (42,3%) and 15 female (57,7%). The mean of waist circumference was 93,00 (SD 8,75) cm, the mean of sistolic blood pressure was 143,27 (SD 12,07) mmHg, the mean of diastolic blood pressure was 87,50 (SD 6,96) mmHg, the mean of triglycerides was 191,99 (SD 110,74) mg/dL, the mean of HDL cholesterol was 36,81 (SD 5,76) mg/dL, and the mean of fasting blood glucose was 141,23 (SD 34,70) mg/dL. As many as 9 patients with metabolic syndrome (34,6%) have mild cognitive impairment. From the independent sample test, it was found that there was no significant correlation between waist circumference (p=0,316), sistolic blood pressure (p=0,494), diastolic blood pressure (p=0,310), triglycerides (p=0,504), HDL cholesterol (p=0,648) with MCI. It was found the significant correlation between blood fasting glucose with MCI (p=0,044).

Conclusion: Fasting blood glucose value has significant correlation with mild cognitive impairment in group of middle age Metabolic Syndrome patients.

Key words: Metabolic Syndrome Mild Cognitive Impairment (MCI) Fasting Blood Glucose Blood Pressure Mini-Mental State Examination (MMSE) ▪ Clinical Dementia Rating (CDR)


(13)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Pengesahan Tesis... ii

Ucapan Terima Kasih... v

Abstrak... x

Abstract... xi

Daftar Isi... xii

Daftar Singkatan... xv

Daftar Lambang... xvii Daftar Tabel... xviii BAB I. PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Perumusan Masalah... 3

1.3. Tujuan Penelitian………. 4

1.3.1. Tujuan Umum... 4

1.3.2. Tujuan Khusus... 4

1.4. Hipotesis……… 5

1.5. Manfaat Penelitian……… 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA……… 6

II.1 Sindrom Metabolik……….. 6

II.1.1. Definisi……… . 6

II.1.2. Epidemiologi... 8

II.1.3. Patofisiologi... 9

II.2. Mild Cognitive Impairment... 14

II.2.1. Definisi………. . 14

II.2.2.Epidemiologi... 14

II.2.3. Patogenese... 15

II.2.4. Diagnosis... 16

II.3. Kerangka Konsepsional... 20

BAB III. METODOLOGI III.1. Tempat dan Waktu……… 21

III.2. Subjek Penelitian... 21

III.2.1. Populasi sasaran... 21

III.2.2. Populasi Terjangkau... 21


(14)

III.2.4. Kriteria Inklusi... 22

III.2.5. Kriteria Eksklusi... 23

III.2.6. Instrumen... 23

III.3. Batasan Operasional... 23

III.4. Rancangan penelitian... 26

III.5. Pelaksanaan Penelitian... 27

III.5.1. Pengambilan sampel... 27

III.5.2. Kerangka Operasional... 28

III.5.3. Variabel yang diamati... 28

III.5.4. Analisa Statistik... 29

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... . 30

IV.1. HASIL PENELITIAN... . 30

IV.1.1. Karakteristik Penelitian... 30

IV.1.2. Karakteristik Demografi subjek penelitian... 30

IV.1.3. Karakteristik komponen Sindrom Metabolik subjek penelitian... 32

IV.1.4. Hubungan karakteristik demografi subjek penelitian dengan MCI... 34

IV.1.5. Perbedaan karakteristik tekanan darah subjek penelitian dengan MCI... 37

IV.1.6. Perbedaan karakteristik lingkar pinggang Subjek penelitian dengan MCI... 38

IV.1.7. Perbedaan karakteristik nilai trigliserida subjek penelitian dengan MCI... 39

IV.1.8. Perbedaan karakteristik nilai HDL subjek Penelitian dengan MCI... 39

IV.1.9. Perbedaan karakteristik nilai kadar gula darah puasa dengan MCI... 40

IV.2. PEMBAHASAN... 41

IV.2.1. Karakteristik demografi subjek penelitian... 42

IV.2.2 Hubungan karakteristik subjek penelitian dengan MCI... 43

IV.2.3. Hubungan karakteristik komponen sindrom metabolik dengan MCI... 44

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN V.1. KESIMPULAN... 46

V.2. SARAN... 47

DAFTAR PUSTAKA... 49


(15)

Lampiran

1. Lembar Penjelasan Kepada pasien... 54

2. Surat Persetujuan Ikut Dalam Penelitian setelah penjelasan... 56

3. Lembar Pengumpul Data Penelitian... 57

4. Nilai Skor Mini Mental State Examination... 59

5. Skor Clinical Dementia Rating... 60

6. Hamilton Rating Scale for Depressi... 61

7. Persetujuan Komite Etik... 65

8. Karakteristik data pasien Sindrom Metabolik... 66


(16)

DAFTAR SINGKATAN

AD = Alzheimer’sDisease

AHA = American Heart Association

APOEє4 =Apolipoprotein E є4

CABG = Coronary Artery Bypass Graft

CDR = Clinical Dementia Rating

CEBP = C Enhancer Binding Protein

CT SCAN = Computed Tomography Scan

GLUT-4 = Glucose Transporter -4 HDL = High Density Lipoprotein

IDF = International Diabetes Federation

IL = Inter Leukine

IMT = Indeks Massa Tubuh

IRT =Ibu Rumah Tangga

KGD = Kadar Gula Darah LDL = Low Density Lipoprotein

MCI = Mild Cognitive Impairment

MIF = Migration Inhibitor Factor

MMSE = Mini Mental State Examination

MRI = Magnetic Resonance Imaging

NCEP-ATP III =National Cholesterol Education Program Adult Treatment Panel III

NO = Nitric Oxide


(17)

ROS = Reactive Oxygen Species

SPSS = Statistical Product and Science Service

TNF = Tumor Necrosis Factor- α


(18)

DAFTAR LAMBANG

α : alfa β : beta cm : Centimeter dL : Desi Liter є : epsilon Hg : Mercury mg : Miligram mm : Milimeter n : Besar sampel p : Tingkat kemaknaan

Zα : Nilai baku normal berdasarkan nilai α (0,01) yang telah ditentukan Æ 1,96


(19)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Kriteria Diagnosis Sindrom Metabolik... 7 Tabel 2. Karakteristik demografi subjek penelitian... 31 Tabel 3. Karakteristik komponen sindrom metabolik

pada subjek penelitian... 33 Tabel 4. Hubungan karakteristik demografi

subjek penelitian dengan MCI... 36 Tabel 5. Perbedaan karakteristik tekanan darah

subjek penelitian dengan MCI... 37 Tabel 6. Perbedaan karakteristik lingkar pinggang

subjek penelitian dengan MCI... 38 Tabel 7. Perbedaan karakteristik nilai Trigliserida

subjek penelitian dengan MCI... 39 Tabel 8. Perbedaan karakteristik nilai HDL

subjek penelitian dengan MCI... 40 Tabel 9. Perbedaan karakteristik nilai Kadar Gula Darah


(20)

ABSTRAK

Latar Belakang:Penderita Sindrom Metabolik dengan obesitas, hipertensi, dislipidemi dan intoleransi glukosa tidak hanya mempunyai resiko penyakit jantung tetapi juga terdapat peningkatan resiko terjadinya gangguan fungsi kognitif dan penyakit Alzheimer pada masa tuanya. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan sindrom metabolik dengan Mild Cognitive Impairment pada usia paruh baya.

Metode: Penelitian potong lintang dengan pengambilan sampel secara non random dengan metode konsekutif pada penderita sindrom metabolik usia paruh baya yang berobat jalan di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP.H.Adam Malik Medan selama priode 1 Juli sampai 31 Desember 2009. Dilakukan pemeriksaan lingkar pinggang, tekanan darah, trigliserida, HDL kolesterol, KGD puasa dan pemeriksaan fungsi kognitif menggunakan MMSE dan CDR. Hasil:Didapati 26 penderita Sindrom Metabolik, terdiri dari 11 orang pria (42,3%) dan 15 orang wanita (57,7%). Nilai rerata lingkar pinggang 93,00 (SD 8,75) cm, nilai rerata tekanan darah sistolik 143,27 (SD 12,07) mmHg, nilai rerata tekanan darah diastolik 87,50 (SD 6,96) mmHg, nilai rerata Trigliserida 191,99 (SD 110,74) mg/dL, nilai rerata HDL kolesterol 36,81 (SD 5,76) mg/dL, Nilai rerata KGD puasa 141,23 (SD 34,70) mg/dL. Sebanyak 9 penderita Sindrom Metabolik (34,6%) mengalami Mild Cognitive Impairment. Dari uji independent sample test didapati tidak ada hubungan yang bermakna antara lingkar pinggang (p=0,316), tekanan darah sisitolik (p=0,494), tekanan darah diastolik (p=0,310), trigliserida (p=0,504), HDL kolesterol (p=0,648) dengan MCI. Didapati hubungan yang bermakna antara nilai KGD puasa dengan MCI (p=0,44)

Kesimpulan:Nilai KGD puasa memiliki hubungan yang bermakna dengan

Mild Cognitive Impairment pada kelompok penderita Sindrom Metabolik usia paruh baya.

Kata Kunci: Sindrom Metabolik ▪ Mild Cognitive Impairment (MCI) Kadar Gula Darah Puasa ▪ Tekanan Darah ▪ Mini-Mental State Examination (MMSE) ▪ Clinical Dementia Rating (CDR)


(21)

ABSTRACT

Background:Metabolic syndrome patients with obesity, hypertension, dislipidemia and glucose intolerance not only have risk of cardiovascular disease but also have the increase risk of cognitive impairment event and Alzheimer disease in old age. This study was done to know the association between metabolic syndrome with mild cognitive impairment (MCI) in middle age.

Methods:A cross sectional study by taking non random sample with consecutive method in middle age patient with metabolic syndrome that was treated in outpatient clinic of internal medicine in H. Adam Malik General Hospital during period of 1st July up to 31th December 2009. Waist circumference, blood pressure, triglycerides, HDL cholesterol, and fasting blood glucose were measured, and cognitive function test was measured by using MMSE and CDT

Results:It was found 26 patients with metabolic syndrome that was consist of 11 male (42,3%) and 15 female (57,7%). The mean of waist circumference was 93,00 (SD 8,75) cm, the mean of sistolic blood pressure was 143,27 (SD 12,07) mmHg, the mean of diastolic blood pressure was 87,50 (SD 6,96) mmHg, the mean of triglycerides was 191,99 (SD 110,74) mg/dL, the mean of HDL cholesterol was 36,81 (SD 5,76) mg/dL, and the mean of fasting blood glucose was 141,23 (SD 34,70) mg/dL. As many as 9 patients with metabolic syndrome (34,6%) have mild cognitive impairment. From the independent sample test, it was found that there was no significant correlation between waist circumference (p=0,316), sistolic blood pressure (p=0,494), diastolic blood pressure (p=0,310), triglycerides (p=0,504), HDL cholesterol (p=0,648) with MCI. It was found the significant correlation between blood fasting glucose with MCI (p=0,044).

Conclusion: Fasting blood glucose value has significant correlation with mild cognitive impairment in group of middle age Metabolic Syndrome patients.

Key words: Metabolic Syndrome Mild Cognitive Impairment (MCI) Fasting Blood Glucose Blood Pressure Mini-Mental State Examination (MMSE) ▪ Clinical Dementia Rating (CDR)


(22)

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1. LATAR BELAKANG

Prevalensi obesitas telah meningkat secara dramatis di Amerika Serikat, dan juga di berbagai negara di dunia (Mokdad,dkk, 2000; WHO 2000).Telah diketahui bahwa obesitas berhubungan dengan penyakit vaskular dan berkenaan dengan Sindrom Metabolik (Ford, dkk 2002).

Penelitian Soegondo (2004) menunjukkan bahwa kategori Indeks Massa Tubuh (IMT) obesitas > 25 kg/m2 lebih cocok diterapkan pada orang Indonesia, dan pada penelitiannya didapat prevalensi Sindrom Metabolik adalah 13,13%. Sedangkan penelitiannya yang lain, dilakukan di Depok (2001) didapati prevalensi Sindrom Metabolik sebesar 25,7 % pria dan 25 % pada wanita (Soegondo, 2004).

Sedangkan di Amerika Serikat, Sindrom Metabolik meliputi hampir 25 % populasi usia 20 tahunan dan 45 % populasi usia 50 tahun, serta 43,5% pada populasi dengan usia 60- 70 tahun (Ford, dkk 2002).

Dalam penelitian Sattar, dkk (2003), pada West of Scotland Coronary Prevention Study, dari 6447 laki-laki didapat hasil bahwa partisipan yang


(23)

mempunyai 4 atau 5 kriteria dari Sindrom Metabolik mempunyai peningkatan resiko penyakit jantung koroner sebesar 3,7 kali lipat dan peningkatan resiko diabetes sebesar 24,5 kali dibandingkan dengan yang tanpa Sindrom Metabolik.

Dalam penelitian Kivipelto, dkk (2005) dari 1449 pasien yang diamati selama 21 tahun, didapati bahwa pada pasien dengan obesitas, tekanan darah yang tinggi dan level kolesterol yang tinggi mempunyai peningkatan resiko terjadinya demensia dan penyakit Alzheimer pada masa tuanya sebesar 6 kali lipat, setiap faktor resiko mempunyai nilai peningkatan sebesar 2 kali lipat untuk demensia atau penyakit Alzheimer dibandingkan dengan pasien yang tidak mempunyai faktor resiko.

Yaffe, dkk (2002) dalam studi observasinya terhadap 1037 wanita postmenopause selama 4 tahun menyimpulkan bahwa kadar yang tinggi dari LDL dan kolesterol total berhubungan dengan gangguan kognitif, serta usaha-usaha untuk penurunan level lipoprotein ini merupakan strategi mencegah terjadinya gangguan kognitif tersebut. Hasil penelitian tersebut juga mendukung penelitian sebelumnya Isomaa, dkk (2001) yang menyimpulkan bahwa pada orang dengan sindrom metabolik terjadi peningkatan resiko diabetes dan kematian akibat penyakit kardiovaskular.


(24)

Faktor resiko kardiovaskuler dan metabolik seperti hipertensi dan diabetes telah banyak dihipotesakan berperan dalam hal patogenesa dari penyakit Alzheimer terutama dalam perkembangan demensia vaskuler (Yaffe, 2004).

Black, dkk (1990) mengidentifikasi bahwa resistensi insulin sering dijumpai bersamaan dengan adanya hipertensi. Dari semua individu yang hipertensi, 30% sampai 50% adalah mengalami resistensi insulin dan hiperinsulinemi.

Berdasarkan teori hiperinsulinemi dan resistensi insulin dapat mempengaruhi fungsi kognitif melalui lebih kurang 2 mekanisme. Pertama, hiperinsulinemi dan resistensi insulin dihubungkan dengan peningkatan resiko terjadinya aterosklerosis dan penyakit serebrovaskuler. Kedua, telah diketahui bahwa pada keadaan hiperinsulinemia, insulin dijumpai di daerah otak dimana ia berperan sebagai neuromodulator penghambat aktifitas sinap (Kuusisto dkk, 1993).

Gregg, dkk (2000) melalui studi kohort prospektif selama 3-6 tahun mendapati bahwa diabetes mempunyai hubungan yang signifikan dengan fungsi kognitif pada level yang rendah, dan juga terdapatnya penurunan fungsi kognitif pada populasi wanita umur 65 tahun keatas.

Cournot, dkk (2006), melakukan suatu studi cross-sectional dari tahun 1996-2001 terhadap 2.223 pekerja yang nondemensia dengan rentang usia


(25)

32-62 tahun, setelah dilakukan adjustment terhadap faktor usia, sex, tingkat pendidikan, tekanan darah dan faktor psikososial, didapati hubungan yang bermakna antara Indeks Massa Tubuh yang tinggi dengan skor tes kognitif yang rendah.

Dalam penelitian Busse, dkk (2006) setelah pengamatan selama 6 tahun dan berdasarkan tes-tes neuropsikologi yang dilakukan di daerah selatan Leipzig, dari 980 partisipan yang berumur 75 tahun atau lebih dan bebas demensia didapat hasil bahwa setiap subtipe MCI berhubungan dengan peningkatan resiko dari tipe demensia.

I.2. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang penelitian-penelitian terdahulu seperti yang telah diuraikan di atas, dirumuskan masalah sebagai berikut:

Bagaimana hubungan Sindrom Metabolik dengan Mild Cognitive Impairment (MCI) pada usia paruh baya?

I.3. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan:


(26)

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan Sindrom Metabolik dengan Mild Cognitive Impairment (MCI) pada usia paruh baya.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui hubungan Sindrom Metabolik dengan Mild Cognitive Impairment (MCI) pada usia paruh baya di RSUP.H.Adam Malik Medan.

2. Untuk mengetahui karakteristik dari komponen Sindrom Metabolik pada kelompok usia paruh baya.

3. Untuk mengetahui distribusi Sindrom Metabolik pada jenis subtipe MCI

4. Untuk mengetahui hubungan tiap komponen dari Sindrom Metabolik dengan MCI

I.4. HIPOTESIS

Ada hubungan Sindrom Metabolik dengan Mild Cognitive Impairment


(27)

I.5. MANFAAT PENELITIAN

Dengan mengetahui hubungan Sindrom Metabolik dengan Mild Cognitive Impairment (MCI) pada usia paruh baya, maka dapat dijadikan sebagai dasar pertimbangan untuk membuat rencana pengobatan dan keputusan klinis bagi pasien.


(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. SINDROM METABOLIK

II.1.1. Definisi

Berdasarkan the National Cholesterol Education Program Third Adult Treatment Panel (NCEP-ATP III), Sindrom Metabolik adalah seseorang dengan memiliki sedikitnya 3 kriteria berikut: 1). Obesitas abdominal (lingkar pinggang > 88 cm untuk wanita dan untuk pria > 102 cm); 2). Peningkatan kadar trigliserida darah (≥ 150 mg/dL, atau ≥ 1,69 mmol/ L); 3). Penurunan kadar kolesterol HDL (< 40 mg/dL atau < 1,03 mmol/ L pada pria dan pada wanita < 50 mg/dL atau <1,29 mmol/ L); 4). Peningkatan tekanan darah (tekanan darah sistolik ≥ 130 mmHg, tekanan darah diastolik ≥ 85 mmHg atau sedang memakai obat anti hipertensi); 5). Peningkatan glukosa darah puasa (kadar glukosa puasa ≥ 110 mg/dL, atau ≥ 6,10 mmol/ L atau sedang memakai obat anti diabetes) (Adult Treatment Panel III, 2001).

Selain kriteria berdasarkan NCEP-ATP III diatas masih ada beberapa kriteria untuk definisi Sindrom Metabolik antara lain; kriteria World Health Organization (WHO), kriteria International Diabetes Federation (IDF), The


(29)

American Heart Association/National Heart, Lung, and Blood Institute

(AHA/NHLBI), saat ini kriteria NCEP-ATP III telah banyak diterima secara luas (Mittal, 2008). (Tabel 1)

II.1.2. Epidemiologi

Konsep dari Sindrom Metabolik telah ada sejak ±80 tahun yang lalu, pada tahun 1920, Kylin, seorang dokter Swedia, merupakan orang pertama yang menggambarkan sekumpulan dari gangguan metabolik, yang dapat menyebabkan resiko penyakit kardiovaskuler aterosklerosis yaitu hipertensi, hiperglikemi dan gout (Eckel, dkk, 2005).

Pada tahun 1988, Reaven menunjukkan berbagai faktor resiko: dislipidemi, hiperglikemi dan hipertensi secara bersamaan dikenal sebagai

multiple risk factor untuk penyakit kardiovaskuler dan disebut dengan sindrom X. Selanjutnya sindrom X ini dikenal dengan sindrom resistensi insulin. Dan kemudian NCEP-ATP III menamakan dengan istilah Sindrom Metabolik. Konsep Sindrom Metabolik ini telah banyak diterima secara Internasional (Reaven, 1988).

Berdasarkan tinjauan dari beberapa studi, didapatkan angka prevalensi Sindrom Metabolik pada populasi urban laki-laki yaitu dari 8% (India) sampai24% (Amerika Serikat), sedang untuk wanita dari 7% (Perancis) sampai 46% (India) (Cameron, 2004).


(30)

Tabel 1. Kriteria Diagnosis Sindrom Metabolik

Unsur Sindrom Metabolik

NCEP ATP III WHO AHA IDF

Hipertensi Dislipidemia Obesitas Gangguan metabolisme Glukosa Lain-lain Kriteria Diagnosa Dalam pengobatan antihipertensi atau TD ≥130/85 mmHg

Plasma TG ≥150 mg/dL, HDL-C L < 40 mg/dL P< 50 mg/dL

Lingkar pinggang L >102 cm, P>88cm

GD puasa ≥ 110 mg/dL

Minimal 3 kriteria

Dalam pengobatan antihipertensi atau TD ≥ 140/90 mmHg

Plasma TG ≥ 150 mg/dL dan atau HDL-C

L < 35 mg/dL P< 40 mg/dL IMT > 30 kg/m2 dan atau rasio perut-pinggul L >0,90; P>0,85

DM tipe 2 atau TGT

Mikroalbuminuri

≥20 µg/menit (rasio albumin: kreatinin ≥ 30) DM tipe 2 atau TGT dan 2 kriteria di atas. Jika toleransi glukosa normal, diperlukan 3 kriteria. Dalam pengobatan antihipertensi atau TD ≥130/85 mmHg

Plasma TG ≥150 mg/dL, HDL-C L < 40 mg/dL P< 50 mg/dL

Lingkar pinggang L >102 cm, P>88cm

GD puasa ≥100 mg/dL

Minimal 3 kriteria

Dalam pengobatan antihipertensi atau TD ≥130/85 mmHg

Plasma TG≥150 mg/dL HDL-C L < 40 mg/dL P< 50 mg/dL atau dalam pengobatan dislipidemia Obesitas sentral (lingkar perut) Asia:L>90 cm P>80 cm (nilai tergantung etnis)

GD puasa ≥100 mg/dL atau diagnosis DM tipe 2

Obesitas sentral + 2 kriteria di atas

Keterangan: TD = Tekanan Darah; L = Laki-laki; P = Perempuan; TG = Trigliserida; HDL-C = Kolesterol HDL; IMT = Indeks Massa Tubuh; DM = Diabetes Melitus; TGT = Toleransi Glukosa Terganggu; GD = Gula Darah


(31)

Sedangkan di Indonesia prevalensi Sindrom Metabolik sekitar 13,13% (Soegondo, 2004).

II.1.3. Patofisiologi

Insulin merupakan hormon anabolik tubuh yang prinsipil, yang mengatur perkembangan dan pertumbuhan yang sesuai dan juga sebagai maintenance

dari sistem homeostasis glukosa di seluruh tubuh. Hormon insulin disekresi oleh sel β pulau Langerhan dari organ pankreas. Insulin berperan dalam menurunkan kadar gula darah melalui beberapa cara; 1). supressi hepatic glucose output (melalui penurunan gluconeogenesis dan glycogenolysis), 2). merangsang penyimpanan terutama ke otot dan jaringan lemak melalui

glucose transporter yaitu Glucose Transporter -4 (GLUT-4) (Mittal, 2008). Reseptor insulin terdistribusi secara luas di sistem sarap pusat, terutama di daerah hipotalamus dan pituitary. Pada eksperimen hewan percobaan, gangguan gen reseptor insulin di sistem sarap pusat memperlihatkan suatu keadaan kebutuhan asupan makanan yang meningkat pada hewan tersebut sehingga menginduksi keadaan obesitas dan resisten insulin. Aksi Insulin di sistem sarap pusat memberikan negatif feedback bagi inhibisi postprandial

dari asupan makanan dan berperan sebagai pusat pengaturan berat badan (Martini, 2004).


(32)

Insulin juga mempunyai efek antiapoptosis, hal ini didukung oleh studi eksperimen pada binatang percobaan dimana dengan penambahan insulin pada cairan reperfusi berhubungan dengan pengurangan ukuran miokard infark sekitar 50%. Sedangkan studi pada manusia, pemberian infus insulin dosis rendah dengan heparin dan agen trombolitik menunjukkan efek kardioprotektif (Dandona, 2005).

Efek anti inflamasi juga terdapat pada insulin hal ini didukung oleh eksperimen pada binatang percobaan bahwa pemberian insulin menunjukkan pengurangan mediator-mediator inflamasi (IL-β, IL-6, macrophage migration inhibitor factor [MIF], TNF-α), dan expression of proinflammatory transcription factors CEBP (C enhancer binding protein) dan cytokines. Kemampuan insulin dalam efek antioksidan didukung dengan kemampuannya untuk menekan reactive oxygen species (ROS) (Dandona, 2005).

Patogenesis sindrom metabolik masih tidak jelas, tetapi kelainan dasarnya adalah resistensi insulin (Poerjoto, 2007). Resistensi insulin didefinisikan sebagai suatu kondisi dijumpainya produksi insulin yang normal namun telah terjadi penurunan sensitivitas jaringan terhadap kerja insulin, sehingga terjadi peningkatan sekresi insulin sebagai bentuk kompensasi sel Beta. Resistensi insulin ini sering mendahului onset dari diabetes tipe 2 dan mempunyai kontribusi dalam perkembangan terjadinya keadaan hiperglikemi.


(33)

Dan resistensi insulin dijumpai pada sebagian besar pasien dengan Sindrom Metabolik (Reaven, 1988).

Resistensi Insulin dan hipertensi sistolik merupakan faktor yang menentukan terjadinya disfungsi endotel. Resistensi Insulin menyebabkan menurunnya produksi Nitric Oxide (NO) yang dihasilkan oleh sel-sel endotel, sedangkan hipertensi menyebabkan disfungsi endotel melalui beberapa cara seperti; secara kerusakan mekanis, peningkatan sel-sel endotel dalam bentuk radikal bebas, pengurangan bioavailabilitas NO atau melalui efek proinflamasi pada sel-sel otot polos vaskuler. Disfungsi endotel ini berhubungan dengan stres oksidatif dan menyebabkan penyakit kardiovaskuler (Barnet, 2004). Proses-proses seluler yang penting yang berkenaan dengan disfungsi endotel ini dapat dilihat pada gambar-1.

Menurut Kuusisto (1993) pada keadaan hiperinsulinemia insulin dapat ditemukan pada otak, berperan sebagai neuromodulator yang menghambat aktifitas sinap. Reseptor-reseptor insulin telah ditemukan pada daerah hipotalamus dan hipokampus. Dipercaya bahwa insulin yang ada berasal dari plasma dan berakses ke otak pada daerah circumventricular yang merupakan daerah yang sedikit mengandung sawar darah otak. Insulin juga bertransportasi melewati sawar darah otak melalui reseptor spesifik dan masuk ke jaringan syaraf secara langsung atau masuk melalui cairan serebrospinal.


(34)

Gambar-1. Proses seluler yang berkenaan dengan disfungsi endotel

menyebabkan vascular injury dan aterosklerosis.

Ang-II, angiotensin-II; ET-1, endothelin-1; FFA, free fatty acids; FGF, fibroblast growth factor; ICAM, intracellular cell adhesion molecule; NO, nitric oxide; PAI-1, plasminogen activator inhibitor-1; PDGF, platelet-derived growth factor; RAGEs, receptor for advanced glycation end products (promotes inflammation and oxidation, particularly in cells involved in atherogenesis); VCAM-1, vascular cell adhesion molecule-1.

Dikutip dari: Staels B. PPARgamma and atherosclerosis. Curr Med Res Opin 2005;21(suppl 1):S13–20.


(35)

Pada beberapa studi ditemukan bahwa dalam keadaan hiperinsulinemia, insulin dapat mengurangi aktifitas kolinergik yang bersifat reversibel pada kultur neuron striatum dan dapat mempercepat turnover dari monoamin di otak.

Sebagaimana diketahui bahwa neuron-neuron kolinergik banyak yang rusak pada demensia atau penyakit Alzheimer. Fakta-fakta tersebut menjelaskan bahwa insulin dapat mengganggu fungsi kognitif melalui penghambatan aktifitas sinap secara langsung, penurunan aktifitas kolinergik ataupun melalui keterlibatan metabolisme monoamin di otak (Kuusisto dkk, 1993).

Faktor-faktor resiko untuk gangguan fungsi kognitif seperti demensia vaskuler adalah umumnya sama dengan faktor resiko untuk stroke yaitu hipertensi, diabetes, hiperlipidemi, merokok, aritmia jantung. Pengobatan medis untuk demensia vaskuler ini ditujukan sebagai kontrol terhadap berbagai keadaan seperti hipertensi, diabetes, hiperlipidemia yang dapat menyebabkan infark (Kempler, 2005).

Hubungan antara kolesterol dengan fungsi kognitif telah banyak diteliti, dan hasilnya banyak yang saling bertentangan. Reitz, dkk (2005) melakukan studi terhadap 1147 lanjut usia yang sehat tanpa demensia ataupun


(36)

gangguan kognitif, didapati hasilnya tidak ada hubungan yang bermakna antara kolesterol total, HDL dan LDL dengan gangguan fungsi kognitif.

Launer, dkk (2001) menyatakan bahwa hubungan antara kadar lipid di usia paruh baya terhadap resiko terjadinya gangguan kognitif dibuktikan dengan autopsi dengan hasilnya bahwa kadar kolesterol total yang rendah di usia paruh baya dihubungkan dengan jumlah neuritik yang lebih sedikit, adanya plak amyloid dan neurofibrillary tangels.

II.2. MILD COGNITIVE IMPAIRMENT

II.2.1. Definisi

Mild Cognitive Impairment merupakan suatu keadaan transisi antara kognisi pada proses penuaan yang normal dengan demensia ringan (American Psychiatric Association, 1994).

Kusumoputro (2001) menyatakan seorang penyandang Mild Cognitive Impairment adalah seseorang yang normal dalam kognisi dan inteleknya, tetapi mengalami kemunduran daya ingat, terutama daya ingat jangka pendek (recent memory). Mild cognitive Impairment ini merupakan kondisi peralihan antara fase mudah-lupa (forgetfulness) yang fisiologis dan kepikunan yang patologis.


(37)

II.2.2. Epidemiologi

Pada penelitian Canadian Study of Health and Aging, didapati angka prevalensi dari MCI sekitar 17%. Angka prevalensi untuk gangguan memori yang berhubungan dengan usia didapati berkisar antara 17% sampai 34% (Graham dkk, 1997).

Seseorang dengan MCI mempunyai resiko untuk menjadi AD dengan kecepatan setiap tahunnya 10-12%, dan semakin cepat progresifitasnya bila MCI ini disertai dengan kelainan pada APOEє4 dan hasil MRI hipokampus (Sjahrir, 1999).

Pada tahun 2000 diperkirakan lebih kurang 4,5 juta individu dengan penyakit Alzheimer’s di Amerika Serikat, dan angka ini akan meningkat sampai 14 juta di tahun 2050 hal ini berkenaan dengan meningkatnya populasi manusia lanjut usia (Fink, 2004).

Fink, (2004) menyatakan bahwa lebih kurang 12-15% individu dengan MCI akan berkembang menjadi AD atau demensia lainnya pertahun dibanding dengan populasi tua normal yang hanya sekitar 1-2% saja. Pengobatan dini pada MCI dapat mencegah atau memperlambat progresifitas menjadi AD.


(38)

II.2.3. Patogenese

Jack, dkk (1999) melakukan studi Cross-sectional dan longitudinal dengan memakai modalitas CT Scan, MRI dan PET terhadap 80 penderita MCI selama 36 bulan didapati 27 orang berkembang menjadi demensia, dan juga didapati gambaran atrofi pada daerah hipokampus pada amnestic MCI dibanding kontrol. Atrofi daerah hipokampus tersebut dapat sebagai prediktor kejadian konversi dari MCI ke AD, dan juga mempunyai korelasi dengan bukti autopsi didapati atrofi dan neuronal loss.

Price, dkk (1999) melakukan studi longitudinal dengan mengamati seri patologi terhadap 62 pasien (39 tanpa demensia, 15 dengan nilai CDR 0,5 dan 8 dengan AD), didapati hasil dari semua 15 pasien dengan nilai CDR 0,5 memperlihatkan gambaran neuropatologi sebagai AD. Hasil ini membuktikan bahwa plak senile dapat terlihat pada subjek yang tidak terdeteksi adanya penurunan kognitif dan ini menegaskan bahwa kemungkinan gambaran neuropatologi pada AD sudah ada pada keadaan MCI.

Menurut Attix (2006) bahwa penderita MCI sudah mengalami atrofi hipokampus derajat sedang dibanding kontrol dan penderita AD. Penderita MCI ini juga telah mengalami perubahan pada daerah metabolik serebralnya serta terjadi peningkatan frekuensi Apolipoprotein Alel E4 yang hampir sama dengan penderita AD.


(39)

Pada suatu studi longitudinal oleh Sunderland, dkk tahun 1999 menunjukkan bahwa hampir semua subjek dengan MCI yang telah berkonversi menjadi AD mempunyai nilai tau yang tinggi di dalam cairan serebrospinalnya, sementara yang tidak berkonversi (nonprogressive MCI) level dari tau nya masih rendah (Petersen 2001).

II.2.4. Diagnosis

Pada umumnya, diagnosis Mild cognitive Impairment dibuat apabila pada seseorang ditemukan beberapa kriteria: ada gangguan memori, fungsi memori abnormal untuk usia dan pendidikan, aktivitas sehari-hari normal, fungsi kognisi umum normal dan tidak dijumpai demensia (Kusumoputro, 2001; Fink, 2004).

Menurut Petersen (2004) pada MCI terdapat gangguan fungsi kognitif sebesar 0.5 -1 SD dibandingkan orang normal setelah dilakukan matching

terhadap faktor usia dan pendidikan. Diagnosis MCI dapat dibagi atas 4 subtipe klinis;


(40)

Diagnosis MCI dapat dibagi atas 4 subtipe klinis;

1. Amnestic MCI - single domain: terdapat gangguan memori dengan tidak adanya gangguan dari area fungsi kognitif yang lain seperti atensi, orientasi, bahasa dan visuospatial.

2. Amnestic MCI - multiple domain: terdapat gangguan memori ditambah satu atau lebih gangguan dari area fungsi kognitif yang lainnya.

3. Non Amnestic MCI - single domain: terdapat gangguan pada satu area fungsi kognitif tanpa adanya gangguan dari area fungsi memori.

4. Non Amnestic MCI - multiple domain: terdapat gangguan pada dua atau lebih area fungsi kognitif tanpa adanya gangguan dari area fungsi memori. Ke empat subtipe klinis tersebut berbeda dalam hal etiologi dan outcome

nya. Amnestic MCI (single domain lebih baik dari yang multiple domain) mempunyai kemungkinan yang lebih besar mengalami progresifitas menjadi penyakit demensia Alzheimer. Sedangkan subtipe non-Amnestic mempunyai kemungkinan mengalami progresifitas menjadi penyakit demensia non-Alzheimer (Petersen, 2004).

Untuk evaluasi diagnosis dari MCI diperlukan wawancara klinis terhadap pasien dan informan yang dapat dipercaya seperti pengasuh, pasangan hidup ataupun rekan kerja. Selain itu dilakukan pemeriksaan neurologi,


(41)

pemeriksaan status mental, test neuropsikologi, tes laboratorium, pemeriksaan imaging dan penilaian kondisi komorbid psikiatri seperti depresi (Fink, 2004).

Komplain dari gangguan memori mungkin dilaporkan sendiri oleh si pasien atau dapat juga dari orang sekitarnya yang disebut sebagai informan. Bila sudah ada komplain dari gangguan memori maka haruslah dilakukan pemeriksaan seperti pemeriksaan status mental atau pemeriksaan neuropsikologi (Fink, 2004).

Oleh karena MCI ataupun demensia merupakan bagian dari penyakit neurologi, maka diharuskan pemeriksaan neurologi pada penderitanya termasuk saraf-saraf kranial, refleks-refleks, sistem motorik, koordinasi dan pemeriksaan sensorik (Fink, 2004).

Berbagai macam instrumen screening fungsi kognitif dilakukan untuk untuk menilai individu dengan sangkaan mengalami gangguan fungsi kognitif, seperti Mini-Mental Status Examination, Mayo Short Test of Mental Status, Clock Drawing Test, Clinical Dementia Rating dan tes lainnya (Fink, 2004).

Mini-Mental Status Examination (MMSE) merupakan salah satu dari sekian banyak tes yang sering digunakan secara luas untuk mendeteksi gangguan kognitif. Sensitifitas untuk mendeteksi MCI semakin bagus jika nilai


(42)

dilakukan adjustment terhadap usia dan pendidikan. Individu dengan skor 26-28 harus di screen lebih lanjut untuk MCI dengan menggunakan pemeriksaan seperti Clinical Dementia Rating ataupun Mayo Short Test of Mental Status (Fink, 2004).

Clinical Dementia Rating digunakan untuk menilai 6 domain yang berhubungan dengan kognitif dan fungsional performa seperti memori, orientasi, judgement dan pemecahan masalah, kegiatan komunitas, pekerjaan rumah dan hobi serta perawatan diri. Clinical Dementia Rating

menggunakan 5 skala keparahan yaitu 0=normal, 0,5=MCI/questionable dementia, 1=mild dementia, 2=moderate dementia, 3=severe dementia (Fink, 2004).


(43)

II.3. KERANGKA KONSEPSIONAL

MCI

Resistensi Insulin

Hiperinsulinemi

Sindrom Metabolik

Yaffe dkk, 2002 : kadar yang tinggi dari LDL dan kolesterol total berhubungan dengan gangguan kognitif.

Gregg, dkk (2000) diabetes mempunyai hubungan yang signifikan dengan fungsi kognitif pada level yang rendah

Reaven, 1988: Resistensi insulin Æ mendahului onset Diabetes tipe 2 Æ keadaan hiperglikemi.

Dislipidemi Hipertensi

Kuusisto dkk,1993:insulin Æ mengganggu fungsi kognitif menghambat aktifitas sinap, penurunan aktifitas kolinergik dan keterlibatan metabolisme monoamin di otak

Yaffe, 2004: hipertensi dan diabetes telah berperan dalam hal patogenesa dari penyakit Alzheimer terutama dalam perkembangan demensia vaskuler


(44)

BAB III

METODE PENELITIAN

III.1. TEMPAT DAN WAKTU

Penelitian dilakukan di Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK-USU/RSUP H.A.Malik Medan dari tanggal 1 Juli 2009 s/d 31 Desember 2009.

III.2. SUBJEK PENELITIAN

Subjek penelitian diambil dari populasi pasien rumah sakit. Penentuan subjek penelitian dilakukan menurut metode non probability sampling jenis

consecutive sampling.

III.2.1. Populasi Sasaran

Semua penderita Sindrom Metabolik yang ditegakkan dengan pemeriksaan klinis dan laboratorium.


(45)

III.2.2. Populasi Terjangkau

Semua penderita Sindrom Metabolik yang berobat jalan di Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK-USU/RSUP H Adam Malik Medan.

III.2.3. Besar Sampel

Ukuran sampel dihitung menurut rumus (Madiyono dkk, 2002) n = Zα2PQ

d2

Z = nilai baku normal berdasarkan nilai yang telah ditentukan (α = 0,05) Zα2 = 1,96

P = perkiraan prevalensi penderita Sindrom Metabolik pertahun → 0,15

Q = (1-P) → 0,85

d = tingkat ketepatan (presisi) → 15% n = (1,96)2((0,15)(0,85)

(0,15)2 n = 22


(46)

III.2.4. Kriteria Inklusi

1. Semua penderita Sindrom Metabolik yang berobat jalan di Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK-USU/RSUP H. Adam Malik Medan.

2. Pasien yang berusia 40-60 tahun

3. Memberikan persetujuan untuk ikut serta dalam penelitian ini III.2.5. Kriteria Eksklusi

1. Pasien dengan riwayat stroke sebelumnya.

2. Pasien dengan riwayat penyakit jantung (atrial fibrilasi, miocard infark dan post operasi CABG)

3. Pasien yang buta huruf

4. Pasien dengan gangguan kesadaran, ganguan pendengaran dan gangguan penglihatan (tuli, buta)

5. Pasien dengan riwayat merokok 6. Pasien peminum alkohol kronis 7. Pasien dengan depresi


(47)

III.2.6. Instrumen

1. Mini Mental State Examination (MMSE) 2. Clinical Dementia Rating (CDR) scale

3. Hamilton Rating Scale for Depression

III.3. BATASAN OPERASIONAL

a. Sindrom Metabolik adalah berdasarkan kriteria NCEP-ATP III yaitu: seseorang dengan memiliki sedikitnya 3 kriteria berikut: 1). Obesitas abdominal (lingkar pinggang > 88 cm untuk wanita dan > 102 cm untuk pria); 2). Peningkatan kadar trigliserida darah (≥ 150 mg/dL); 3).Penurunan kadar kolesterol HDL (< 40 mg/dL pada pria dan < 50 mg/dL pada wanita); 4). Peningkatan tekanan darah (tekanan darah sistolik ≥ 130 mmHg, tekanan darah diastolik ≥ 85 mmHg atau sedang memakai obat anti hipertensi); 5). Peningkatan glukosa darah puasa (kadar glukosa puasa ≥ 110 mg/dL atau sedang memakai obat anti diabetes) (Adult Treatment Panel III, 2001).

b. Mild Cognitive Impairment adalah suatu keadaan klinis yang mengenai individu usia tua dengan gangguan fungsi kognitif walaupun


(48)

fungsi yang lainnya masih baik dan tidak dijumpai kriteria untuk demensia (Fink, 2004).

Pemeriksaan MMSE relatif kurang sensistif untuk mendeteksi MCI, terutama jika standar cutt-off untuk demensia digunakan <24. Deteksi MCI lebih sensitif bila nilai cutt-off tersebut ditinggikan (26-28) atau usia dan tingkat pendidikan di adjust (Fink, 2004).

Dalam penelitian ini penentuan MCI dengan skor MMSE 26 – 28 dan skor CDR 0,5-1

c. Usia paruh baya adalah periode kehidupan yang melewati usia dewasa muda dan sebelum memasuki usia tua. Usia pada kelompok ini adalah antara 40-60 tahun (Collins,1999). Pada penelitian ini usia paruh baya dikelompokkan menjadi 4 kelompok yaitu: 1.kelompok usia 40-45 tahun; 2.kelompok usia >45-50 tahun; 3. kelompok usia >50-55 tahun dan 4.kelompok usia >55-60 tahun.

d. Pemeriksaan MMSE merupakan penilaian awal kognisi status mental meliputi, atensi, memori, orientasi, bahasa, visuospatial seperti menggambar geometri yang bertindih. MMSE mempunyai nilai tertinggi 30 dan nilai cutt-off untuk demensia adalah <24 (Masur dkk, 2004; Fink 2004).


(49)

e. Pemeriksaan CDR merupakan penilaian untuk demensia terdiri dari 6 kategori meliputi memori, orientasi, judgment dan pemecahan masalah, perkumpulan komunitas, tempat tinggal dan hobi serta perawatan diri; dengan skor 0-3 setiap kategorinya (semakin tinggi skor semakin tinggi tingkat keparahan demensia), skor pada kategori memori adalah yang skor paling berbobot (Masur dkk, 2004). Clinical Dementia Rating

menggunakan 5 skala keparahan yaitu 0=normal, 0,5=MCI/questionable dementia, 1=mild dementia, 2=moderate dementia, 3=severe dementia

(Fink, 2004).

f. Riwayat merokok berdasarkan WHO (Molarius dkk,1999) adalah perokok aktif setiap hari (daily smoker) minimal 1 batang perhari.

g. Pemeriksaan Hamilton Rating Scale for Depression adalah suatu skala untuk mengukur derajat depresi yang terdiri dari 17 pertanyaan. Dengan interpretasi, skor 0-6 : tidak ada depresi, skor 7-17 : depresi ringan, skor 18-24 : depresi sedang, skor >24 : depresi berat (Blacker, 2000).

III.4. RANCANGAN PENELITIAN

Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan metode pengumpulan data secara potong lintang dengan sumber data primer diperoleh dari semua


(50)

penderita Sindrom Metabolik yang berobat jalan di Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK-USU/RSUP H Adam Malik Medan.

a. Studi observasi dilakukan untuk memperoleh gambaran lingkar pinggang, trigliserida darah, kadar kolesterol HDL, tekanan darah dan glukosa darah puasa, nilai MMSEserta CDR

b. Studi korelasi dilakukan untuk mengetahui hubungan antara lingkar pinggang, trigliserida darah, kadar kolesterol HDL, tekanan darah dan glukosa darah puasa dengan nilai MMSEserta CDR.

III.5. PELAKSANAAN PENELITIAN III.5.1. Pengambilan Sampel

Semua penderita Sindrom Metabolik yang berobat jalan di Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK-USU/RSUP H Adam Malik Medan yang diambil secara konsekutif yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak ada kriteria ekslusi, diambil darah venanya sebanyak 5 ml setelah terlebih dahulu berpuasa lebih kurang 8 jam. Darah yang didapat segera dikirim ke Laboratorium Bagian Patologi Klinik RSUP.H.Adam Malik untuk dilakukan pemeriksaan.

Pengukuran tekanan darah dilakukan dengan cara pasien pada posisi


(51)

kanan setelah 5 menit istirahat di atas tempat tidur pemeriksaan. Pengukuran kembali diulang setelah 1,5 menit kemudian dan nilai yang didapat pada pemeriksaan kedua ini adalah nilai yang dipakai.

Lingkar pinggang dihitung berdasar nilai rata-rata dari 2 kali pengukuran, yaitu setelah inspirasi dan setelah ekspirasi. Pengukuran dilakukan dengan mengambil titik tengah antara tulang rusuk paling bawah dengan tulang krista iliaka.


(52)

III.5.2. Kerangka Operasional

Penderita sindrom metabolik

Anamnese, pemeriksaan fisik,laboratorium dan neurologi

Kriteria inklusi Pemeriksaan Hamilton Rating Scale for Depression

Surat Izin ikut penelitian

Pasien di Poliklinik Penyakit Dalam RS HAM

Kriteria eksklusi

Pemeriksaan MMSE dan CDR


(53)

III.5.3. Variabel yang diamati

Variabel bebas: Sindrom Metabolik

Variabel terikat: Mild Cognitive Impairment

III.5.4. Analisa Statistik

Data hasil penelitian akan dianalisa secara statistik dengan bantuan program komputer Windows SPSS (Statistical Product and Science Service) versi 15.0 dengan tingkat kemaknaan p < 0,05

Analisis dan penyajian data dilakukan sebagai berikut :

1. Analisis deskriptik digunakan untuk melihat gambaran umur, jenis kelamin, suku bangsa, pekerjaan dan tingkat pendidikan serta karakteristik komponen Sindrom Metabolik

2. Untuk melihat hubungan karakteristik demografi subjek penelitian dengan MCI digunakan uji Chi- Square.

3. Untuk melihat perbedaan karakteristik komponen sindrom metabolik dengan MCI menggunakan uji t-independent.


(54)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1. HASIL PENELITIAN

IV.1.1 Karakteristik Penelitian

Dua puluh enam pasien sindrom metabolik yang datang berobat jalan ke poliklinik di bagian Penyakit Dalam RSUP. H. Adam Malik Medan telah terpilih untuk ikut serta dalam penelitian ini. Pemilihan sampel penelitian ini ditetapkan dengan metode non probability sampling jenis consecutive sampling dari tanggal 1 Juli 2009 sampai dengan 31 Desember 2009.

IV.1.2. Karakteristik Demografi subjek penelitian

Pada penelitian ini didapati sejumlah 26 orang penderita sindrom metabolik dengan jumlah pria 11 orang (42,3%) dan wanita 15 orang (57,7%). Usia pasien adalah usia paruh baya antara 40-60 tahun, dengan kelompok umur yang terbanyak adalah kelompok umur >50-55 tahun dengan jumlah 9 orang (34,5%), dan didapati rerata umur 52,1 (SD 5,9) tahun. Didapati suku bangsa terbanyak adalah suku Batak sebanyak 16 orang


(55)

(61,5%), diikuti suku Karo 6 orang (23,1%), suku Jawa dan suku Aceh masing-masing sebanyak 2 orang (15,4%). (Tabel 2.)

Tabel 2. Karakteristik demografi subjek penelitian

Karakteristik demografi (n =26) % MMSE X (SD) Jenis kelamin

Pria Wanita Kelompok Usia 40 – 45 >45 – 50 >50 – 55 >55 – 60 Suku Bangsa Karo Batak Jawa Aceh Tingkat Pendidikan SD SLTP SLTA Perguruan Tinggi 11 15 3 7 9 7 6 16 2 2 0 0 14 12 42,3 57,7 11,5 27,0 34,5 27,0 23,1 61,5 7,7 7,7 0 0 53,9 46,1 28,4 (1,8) 29,1 (1,5) 30,0 (0,0) 27,7 (1,6) 29,1 (1,7) 29,1 (1,4) 29,5 (1,2) 28,5 (1,7) 30,0 (0,0) 28,0 (2,8) - - 28,5 (1,8) 29,2 (1,3)


(56)

Pekerjaan IRT Pensiunan Pegawai Negeri Pegawai Swasta Wiraswasta

Non MCI (skor MMSE 29-30;skor CDR=0)

MCI (skor MMSE 26-28; skor CDR =0,5)

Amnestic Single Domain Amnestic Multiple Domain Non Amnestic Single Domain NonAmnestic Multiple Domain

10 4 9 2 1 17 6 3 0 0 38,5 15,4 34,6 7,7 3,8 65,4 23,1 11,5 0 0 28,7 (1,7) 29,2 (1,5) 28,8 (1,6) 30,0 (0,0) 28,8 (1,6)

Untuk tingkat pendidikan pada penderita sindrom metabolik tidak didapati tingkat pendidikan SD dan SLTP, sedangkan tingkat pendidikan SLTA dijumpai sebanyak 14 orang (53,9%) dan Perguruan Tinggi 12 orang (46,1%). Berdasarkan pekerjaan didapati kelompok yang tidak bekerja sebanyak 14 orang (53,9%) yang terdiri dari kelompok IRT sebanyak 10 orang (38,5%) dan pensiunan sebanyak 4 orang (15,4%), sedangkan


(57)

kelompok yang bekerja sebanyak 12 orang (46,1%) terdiri dari Pegawai Negeri Sipil sebanyak 9 orang (34,6%), pegawai swasta sebanyak 2 orang (7,7%) dan wiraswasta 1 orang (3,8%).

Pada penelitian ini rerata nilai MMSE yang rendah didapati pada kelompok jenis kelamin pria 28,4 (SD 1,8), pada kelompok usia >45-50 tahun 27,7 (SD 1,6), pada suku Aceh 28,0 (SD 2,8), pada kelompok tingkat pendidikan SLTA 28,5 (SD 1,8) dan pada kelompok IRT 28,7 (SD 1,7).

Didapati penderita Mild Cognitive Impairment (MCI) yaitu subjek yang mempunyai skor MMSE 26-28 dan skor CDR 0,5 sebanyak 9 orang (34,6%) yang terdiri dari Amnestic Single Domain 6 orang (23,1%) dan Amnestic Multiple Domain sebanyak 3 orang (11,5%).

IV.1.3. Karakteristik komponen Sindrom Metabolik subjek penelitian Pada penelitian ini didapati komponen dari sindrom metabolik yaitu subjek yang memiliki tekanan darah sistolik ≥ 130 mmHg sebanyak 25 orang


(58)

Tabel 3. Karakteristik komponen sindrom metabolik pada subjek penelitian komponen sindrom metabolik n (%) X (SD)

Tekanan darah Sistolik

< 130 mmHg ≥ 130 mmHg Diastolik

< 85 mmHg ≥ 85 mmHg Lingkar Pinggang

Pria < 102 cm > 102 cm Wanita

<88 cm >88 cm Trigliserida

Trigliserida < 150 mg/dl Trigliserida > 150 mg/dl HDL

Pria

< 40 mg/dl > 40 mg/dl

1 (3,8) 25 (96,2) 5 (19,2) 21 (80,8) 5 (19,2) 6 (23,1) 5 (19,2) 10 (38,5) 12 (46,2) 14 (53,8) 8 (30,8) 2 (7,7) 143,27 (12,07) 87,50 (6,96) 93,00 (8,75) 191,99 (110,74)


(59)

Wanita < 50 mg/dl > 50 mg/dl

KGD Puasa

KGD Puasa <110 mg/dL KGD Puasa ≥ 110 mg/dL

15 (57,7) 1 (3,8)

6 (23,1) 20 (76,9)

36,81 (5,76)

141,23 (34,70)

(96,2%) dengan nilai rerata 143,27 (SD 12,07) mmHg. Subjek yang memiliki tekanan darah diastolik ≥ 85 mmHg sebanyak 21 orang (80,8%) dengan nilai rerata 87,50 (SD 6,96) mmHg. Subjek pria yang memiliki lingkar pinggang >102 cm sebanyak 6 orang (23,1%) dan wanita yang memiliki lingkar pinggang >88 cm adalah sebanyak 10 orang (38,5%) dengan rerata 93,00 (SD 8,75) cm. Dijumpai subjek yang memiliki nilai trigliserida > 150 mg/dL sebanyak 14 orang (53,8%) dengan nilai rerata 191,99 (SD 110,74) mg/dL. Subjek pria yang memiliki nilai HDL < 40 mg/dL sebanyak 8 orang (30,8%) dan wanita yang memiliki nilai HDL < 50 mg/dL sebanyak 15 orang (57,7%) dengan nilai rerata 36,81 (SD 5,76) mg/dL. Subjek yang memiliki nilai gula darah puasa ≥ 110 mg/dL adalah sebanyak 20 orang (76,9%) dengan nilai rerata 141,23 (SD 34,70) mg/dL (tabel 3).


(60)

IV.1.4. Hubungan karakteristik demografi subjek penelitian dengan MCI

Berdasarkan hubungan karakteristik sampel dengan MCI didapati jenis kelamin yang terbanyak mengalami MCI adalah pada pria sebanyak 5 orang (19,2%) dan wanita sebanyak 4 orang (15,4%). Untuk kelompok usia yang mengalami MCI terbanyak adalah kelompok umur >45-50 tahun dengan jumlah 5 orang (19,2%), kelompok umur >50-55 tahun dan >55 -60 tahun masing-masing berjumlah 2 orang (7,7%) sedangkan pada kelompok usia 40-45 tahun tidak dijumpai MCI (0%). Pada suku bangsa dijumpai suku Batak yang paling banyak mengalami MCI dengan 7 orang (26,9%) suku Karo dan Aceh masing-masing berjumlah 1 orang (3,8%) sedangkan suku Jawa tidak dijumpai MCI (0%). Untuk karakteristik tingkat pendidikan yang paling banyak mengalami MCI adalah pada kelompok tingkat pendidikan SLTA sebanyak 6 orang (23,1%) sedangkan pada kelompok tingkat pendidikan perguruan tinggi yang mengalami MCI dijumpai 3 orang (11,5%) sedangkan untuk pendidikan SD dan SLTP tidak ada. Untuk karakteristik pekerjaan yang mengalami MCI dijumpai pada kelompok yang bekerja 5 orang (19,2%) dan pada yang tidak bekerja sebanyak 4 orang (15,4%). (Tabel 4)

Dari uji statistik pada jenis kelamin dengan menggunakan Chi- Square test didapati hasil p=0,320 yang berarti nilai p>0,05, tidak ada perbedaan proporsi menurut jenis kelamin dengan MCI. Berdasarkan analisa statistik


(61)

pada kelompok umur dengan menggunakan Chi- Square test didapati hasil p=0,090 yang berarti nilai p>0,05, tidak ada perbedaan kelompok umur dengan MCI. Untuk analisa statistik pada suku bangsa dengan menggunakan

Chi- Square test didapati hasil p=0,438 yang berarti nilai p>0,05, tidak terdapat hubungan yang bermakna antara suku bangsa dengan MCI. Dari uji statistik pada tingkat pendidikan dengan menggunakan Chi- Square test

didapati hasil p=0,340 yang berarti nilai p>0,05, tidak ada perbedaan yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan MCI. Pada uji statistik pekerjaan dengan menggunakan Chi- Square test didapati hasil p=0,899 yang berarti nilai p>0,05, tidak ada perbedaan proporsi menurut pekerjaan dengan MCI. (tabel 4.)


(62)

Tabel 4. Hubungan karakteristik demografi subjek penelitian dengan MCI

MCI Karkteristik

sampel n=9 %

p

Jenis kelamin Pria

Wanita

Kelompok Usia 40 – 45 >45 – 50 >50 – 55 >55 – 60

Suku Bangsa Karo Batak Jawa Aceh 5 4 0 5 2 2 1 7 0 1 19,2 15,4 0 19,2 7,7 7,7 3,8 26,9 0 3,8 0,320 0,090 0,438


(63)

Tingkat Pendidikan SD

SLTP SLTA

Perguruan Tinggi

Pekerjaan Bekerja Tidak bekerja

0 0 6 3

5 4

0 0 23,1 11,5

19,2 15,4

0,340

0,899

Keterangan: uji Chi-Square p < 0,05

IV.1.5. Perbedaan karakteristik tekanan darah subjek penelitian dengan MCI

Dari 26 sampel yang diamati, 9 orang yang mengalami MCI dan dijumpai yang memiliki tekanan darah sistolik ≥ 130 mmHg adalah sebanyak 9 orang (100%) dengan nilai p=0,494 yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara tekanan darah sistolik dengan MCI. Dijumpai subjek yang


(64)

memiliki tekanan darah diastolik ≥ 85 mmHg sebanyak 8 orang (88,9%). Dari uji statistik dengan menggunakan t-independent didapati nilai p=0,310 yang berarti tidak ada perbedaan yang bermakna antara tekanan darah diastolik dengan MCI. (tabel 5)

Tabel 5.Perbedaan karakteristik tekanan darah subjek penelitian dengan MCI MCI

Karakteristik sampel

n % p

Tekanan darah Sistolik

< 130 mmHg ≥ 130 mmHg

Diastolik < 85 mmHg ≥ 85 mmHg

0 9

1 8

0 100

11,1 88,9

0,494

0,310


(65)

IV.1.6. Perbedaan karakteristik lingkar pinggang subjek penelitian dengan MCI

Berdasarkan karakteristik lingkar pinggang subjek yang mengalami MCI, dijumpai lingkar pinggang pria < 102 cm sebanyak 3 orang (33,3%) dan lingkar pinggang pria > 102 cm sebanyak 2 orang (22,3%). Untuk lingkar pinggang wanita < 88 cm dijumpai sebanyak 1 orang (11,1%) serta lingkar pinggang wanita > 88 cm yang mengalami MCI dijumpai sebanyak 3 orang (33,3%). Dari analisa statistik dengan menggunakan uji t-independent

didapati nilai p=0,316 yang berarti tidak ada perbedaan bermakna antara lingkar pinggang pria maupun wanita terhadap MCI. (tabel 6)

Tabel 6. Perbedaan karakteristik lingkar pinggang subjek penelitian dengan MCI

MCI Karakteristik

sampel

n % p

Lingkar Pinggang Pria

< 102 cm > 102 cm

3 2

33,3 22,3


(66)

Wanita <88 cm >88 cm

1 3

11,1 33,3 Keterangan: uji t-independent p < 0,05

IV.1.7. Perbedaan karakteristik nilai Trigliserida subjek dengan MCI

Berdasarkan karakteristik nilai Trigliserida subjek yang mengalami MCI, dijumpai trigliserida < 150 mg/dL sebanyak 5 orang (55,6%) dan trigliserida > 150 mg/dL sebanyak 4 orang (44,4%). Dari analisa statistik dengan menggunakan uji t-independent didapati nilai p=0,504 yang berarti tidak ada perbedaan bermakna antara nilai trigliserid terhadap MCI. (tabel 7) Tabel 7. Perbedaan karakteristik nilai Trigliserida subjek penelitian dengan

MCI

MCI Karakteristik

sampel

n % p

Trigliserida

Trigliserida < 150 mg/dl Trigliserida > 150 mg/dl

5 4

55,6 44,4

0,504


(67)

IV.1.8. Perbedaan karakteristik nilai HDL subjek penelitian dengan MCI

Pada karakteristik nilai HDL subjek yang mengalami MCI, dijumpai HDL pria < 40 mg/dL sebanyak 3 orang (33,3%) dan HDL pria > 40 mg/dL sebanyak 1 orang (11,1%). Untuk HDL wanita < 50 mg/dL dijumpai sebanyak 5 orang (55,6%) serta HDL wanita > 50 mg/dL yang mengalami MCI tidak dijumpai. Dari analisa statistik dengan menggunakan uji t-independent

didapati nilai p=0,648 yang berarti tidak ada perbedaan bermakna antara nilai HDL pria maupun wanita terhadap MCI. (tabel 8)

Tabel 8. Perbedaan karakteristik nilai HDL subjek penelitian dengan MCI MCI

Karakteristik sampel

n % p

HDL pria

< 40 mg/dl > 40 mg/dl

wanita < 50 mg/dl > 50 mg/dl

3 1

5 0

33,3 11,1

55,6 0

0,648


(68)

IV.1.9. Perbedaan karakteristik nilai Kadar Gula Darah Puasa subjek penelitian dengan MCI

Berdasarkan karakteristik nilai kadar gula darah puasa subjek yang mengalami MCI, tidak dijumpai KGD Puasa < 110 mg/dL (0%) dan KGD Puasa ≥ 110 mg/dL didapati sebanyak 9 orang (100%). Dari analisa statistik dengan menggunakan uji t-independent didapat nilai p=0,044 yang berarti didapati perbedaan bermakna antara KGD Puasa dengan MCI. (tabel 9) Tabel 9. Perbedaan karakteristik nilai Kadar Gula Darah Puasa subjek

penelitian dengan MCI

MCI Karakteristik

sampel

n % p

KGD

KGD < 110 mg/dL KGD ≥ 110 mg/dL

0 9

0 10 0

0,04 4*


(69)

IV.2. PEMBAHASAN

Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan metode pengumpulan data secara potong lintang (cross sectional) dengan teknik pengambilan sampel secara non probability sampling jenis consecutive sampling. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan Sindrom Metabolik dengan

Mild Cognitive Impairment (MCI) pada usia paruh baya.

Penelitian ini memilih penderita sindrom metabolik yang berumur 40-60 tahun yang datang berobat ke poliklinik umum Bagian Penyakit Dalam RSUP H. Adam Malik Medan selama priode waktu 1 Juli 2009 sampai dengan 31 Desember 2009 dan yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, selanjutnya dilakukan pemeriksaan fungsi kognitif dengan memakai MMSE (Mini Mental State Examination) dan CDR (Clinical Dementia Rating).

IV.2.1. Karakteristik demografi subjek penelitian

Penelitian Ford, dkk (2002) didapati prevalensi sindrom metabolik di Amerika Serikat hampir sama pada pria (24,0%) dan wanita (23,4%). Berdasarkan penelitian Soegondo pada tahun 2001 di daerah Depok didapati prevalensi penderita sindrom metabolik pada pria sebesar 25,7% dan wanita sebesar 25% (Soegondo, 2004). Pada penelitian ini didapati jumlah penderita


(70)

sindrom metabolik wanita sebesar 57,7% (n=15) dibanding pria sebesar 42,3% (n=11).

Prevalensi sindrom metabolik menurut usia meningkat dari 6,7% pada kelompok usia 20 sampai 29 tahun menjadi 43,5% pada kelompok usia 60 sampai 69 tahun dan prevalensi tersebut meningkat menjadi 42,0% pada kelompok usia 70 tahun ke atas (Mittal, 2008). Pada penelitian ini didapati kelompok usia yang paling banyak adalah kelompok umur >50-55 tahun dengan jumlah 9 orang (34,5%) dengan rerata umur 52,1 (SD 5,9) tahun.

Pada penelitian ini dijumpai jumlah penderita sindrom metabolik lebih banyak pada kelompok yang tidak bekerja (Ibu Rumah Tangga dan pensiunan) dengan jumlah 14 orang (53,9%) dibanding dengan kelompok yang bekerja 12 orang (46,1%). Menurut Pangiotakos, dkk (2004) pada studinya di Yunani dijumpai penderita sindrom metabolik juga lebih banyak pada kelompok yang tidak aktif bekerja dibanding dengan kelompok yang aktif bekerja.

IV.2.2. Hubungan karakteristik subjek penelitian dengan MCI

Menurut Attix, (2006) prevalensi penderita MCI pada individu yang non demensia didapati sebesar 19% dan prevalensi tersebut meningkat dengan peningkatan usia, sedangkan untuk jenis kelamin tidak ditemukan perbedaan


(71)

yang signifikan antara pria dan wanita. Pada penelitian ini didapati penderita yang mengalami mild cognitive impairment (MCI) sebanyak 9 orang (27,0%) dengan jumlah pria 5 orang dan wanita 4 orang, dan juga tidak didapati perbedaan yang signifikan antara jenis kelamin pria dengan wanita (p=0,32)

Pada penelitian ini didapati dari 26 orang penderita sindrom metabolik, yang mengalami mild cognitive impairment (MCI) sebanyak 9 orang (27,0%) dengan rincian yang mengalami Amnestic Single Domain sebanyak 6 orang (23,1%), Amnestic Multiple Domain sebanyak 3 orang (11,5%), Non Amnestic Single Domain dan Non Amnestic Multiple Domain masing-masing tidak ada. Pada penelitian Busse,dkk (2006) yang meneliti selama 6 tahun terhadap 980 orang berusia 75 tahun ke atas yang tidak menderita Alzheimer didapati hasil yang mengalami MCI tipe Amnestic Single Domain sebesar 9,3%, MCI tipe

Amnestic Multiple Domain sebesar 10,9%, MCI tipe Non Amnestic Single Domain 3,9% dan MCI tipe Non Amnestic Multiple Domain sebesar 17,4%.

Menurut Sjahrir (1999), tingkat pendidikan yang rendah menjadi faktor resiko untuk terjadinya Alzheimer Disease, hal ini disebabkan environmental

dan mental exercise kurang maka pertumbuhan dendrit pun menjadi kurang. Pada penelitian ini tidak dijumpai ada perbedaan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan MCI hal ini disebabkan tidak didapati sampel pada tingkat pendidikan yang rendah (SD dan SMP) dan jumlah sampel yang kecil.


(72)

IV.2.3. Hubungan karakteristik komponen Sindrom Metabolik subjek penelitian dengan MCI

Pada penelitian Yaffe, dkk (2009) selama 4 tahun terhadap 4895 populasi wanita tua (rerata umur 66,2 SD 6,9 tahun), didapati yang menderita sindrom metabolik sebanyak 497 (10,2%) wanita, dan dari kelompok tersebut yang mengalami gangguan kognitif didapati sebesar 7,2% (n=36). Komponen sindrom metabolik yang didapat adalah sebanyak 222 orang (44,7%) yang obesitas, 384 orang (77,3%) yang hipertrigliseridemi, 425 orang (85,5%) memiliki kolesterol HDL yang rendah, hipertensi sebanyak 425 orang (85,5%) dan sebanyak 180 orang (36,2%) dengan nilai kadar glukosa puasa yang tinggi.

Pada penelitian ini dari 26 orang penderita Sindrom Metabolik pada usia paruh baya (40-60 tahun) didapati 9 orang (34,6%) yang mengalami MCI. Pada kelompok MCI ini didapati komponen sindrom metaboliknya adalah sebanyak 5 orang (55,6%) yang memiliki lingkar pinggang yang besar (obesitas), sebanyak 4 orang (44,4%) yang hipertrigliseridemi, sebanyak 8 orang (88,9%) memiliki kolesterol HDL yang rendah, hipertensi sebanyak 8 orang (88,9%) dan sebanyak 9 orang (100%) dengan nilai kadar glukosa puasa yang tinggi.


(73)

Pada penelitian Cournot, dkk (2005) didapati Indeks Massa Tubuh yang tinggi atau obesitas mempunyai hubungan yang signifikan dengan gangguan fungsi kognitif. Pada penelitian yang lain, Kuusisito, dkk (1993) didapati hipertensi pada lanjut usia berhubungan secara signifikan dengan gangguan fungsi kognitif. Hipertrigliseridemi dan kolesterol HDL yang tinggi juga mempunyai hubungan yang bermakna dengan gangguan fungsi kognitif (Yaffe, dkk 2002). Pada penelitian ini dari semua komponen sindrom metabolik tersebut hanya nilai kadar gula darah puasa yang mempunyai perbedaan secara bermakna dengan MCI (p=0,044). Perbedaan ini disebabkan oleh karena jumlah sampel yang sedikit dan penelitian ini dilaksanakan dalam sekali waktu.


(74)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian terhadap 26 pasien sindrom metabolik yang datang berobat ke poliklinik Penyakit Dalam RSUP H. Adam Malik dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Penderita Sindrom Metabolik yang paling banyak adalah jenis kelamin wanita, kelompok umur >50-55 tahun, suku Batak, tingkat pendidikan SLTA dan kelompok yang tidak bekerja.

2. Penderita Sindrom Metabolik yang memiliki tekanan darah sistolik ≥ 130 mmHg sebanyak 25 orang dan tekanan darah diastolik ≥ 85 mmHg sebanyak 21 orang. Subjek pria yang memiliki lingkar pinggang >102 cm sebanyak 6 orang dan wanita yang memiliki lingkar pinggang >88 cm adalah sebanyak 10 orang. Subjek yang memiliki nilai trigliserida > 150 mg/dL sebanyak 14 orang. Subjek pria yang memiliki nilai HDL < 40 mg/dL sebanyak 8 orang dan wanita yang memiliki nilai HDL sebanyak 15 orang. Subjek yang memiliki nilai gula darah puasa ≥ 110 mg/dL adalah sebanyak 20 orang.


(75)

3. Didapati penderita Mild Cognitive Impairment (MCI) sebanyak 9 orang yang terdiri dari Amnestic Single Domain 6 orang dan Amnestic Multiple Domain sebanyak 3 orang.

4. Didapati yang paling banyak menderita MCI adalah pada pria, kelompok umur >45-50 tahun, suku Batak, tingkat pendidikan SLTA dan pada kelompok yang bekerja.

5. Tidak ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin, kelompok umur suku bangsa, tingkat pendidikan dan pekerjaan dengan MCI.

6. Tidak ada perbedaan yang bermakna antara tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik, lingkar pinggang pria maupun wanita, trigliserida dan nilai HDL pria maupun wanita terhadap MCI.

7. Terdapat perbedaan yang bermakna antara kadar gula darah (KGD) penderita sindrom metabolik dengan MCI (p=0,044).

V.2. SARAN

1. Perlu dilakukan penelitian yang lebih luas dengan jumlah sampel yang lebih besar sehingga dapat memberikan hasil yang lebih representatif dan dapat menjawab berbagai permasalahan yang timbul berkaitan dengan hubungan sindrom metabolik dengan Mild Cognitve Impairment pada usia paruh baya.


(76)

2. Perlu dilakukan pemeriksaan fungsi kognitif pada setiap penderita sindrom metabolik dan juga sebaliknya penderita Mild Cognitive Impairment harus dilakukan pemeriksaan metabolik terutama pada kelompok usia paruh baya.

3. Perlunya perhatian dan penatalaksanaan yang tepat terhadap nilai kadar gula darah puasa pada penderita sindrom metabolik usia paruh baya dengan kaitannya terhadap gangguan fungsi kognitif.

4. Penderita Mild Cognitive Impairment perlu mendapat penanganan seperti edukasi, asuhan berupa pelatihan dan perawatan serta terapi dengan obat-obatan.


(77)

DAFTAR PUSTAKA

Adult Treatment Panel III. 2001. Expert Panel on Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Cholesterol in Adults. Executive Summary of the Third Report of the National Cholesterol Education Program (NCEP) Expert Panel on Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Cholesterol in Adults (Adult Treatment Panel III). JAMA. 285:2486-2496.

American Psychiatric Association. 1994. Diagnostic and Statiscal Manual of Mental Disorder, Fourth Edition. American Psychiatric Association. Washington, DC.

Attix, D. K., Welsh-Bohmer K. A. 2006. Geriatric neuropsychology : assessment and intervention. The Guilford Press. New york. p.44-47 Barnet, A.H. and Sudhesh K. 2004. Obesity and Diabetes. John Wiley. New

York.

Black, H.R. 1990. The Coronary Artery Disease Paradox: the Role of Hyperinsulinemia and Insulin Resistance and Implications for Therapy. J Cardiovasc Pharmacol. 15(suppl 5):26-38.

Blacker D. 2000. Psychiatric Rating Scale In:Sadock BJ, Sadock VA, editors.Kaplan and Sadocks Comprehensive Textbook of Psychiatry. Vol.I.7th. ed. Lipincott Williiam & Wilkins. Philadelphia. p.769

Busse, A., Hensel, A., Guhne, U., Angermeyer, M.C. and Riedel-Heller, S.G. 2006. Mild Cognitive Impairment; Long-term Course of Four Clinical Subtypes. Neurology. 67:2716-2185.

Cameron, A.J., Shaw, J.E. and Zimmet, P.Z. 2004. The Metabolic Syndrome Prevalence in Worldwide Populations. Endocrinol Metab Clin North Am. 33:351–375.

Collins, C. 1999. Collins Dictionary. 4th Ed. Harper Collins Publishers. Glasgow.


(78)

Cournot, M., Marquie, J.C., Ansiau, D., Martinaud, C., Fonds, H., Ferrieres, J. and Ruidavets, J.B. 2006. Relation Between Body Mass Index and Cognitive Function in Healthy Middle-aged Men and Women. Neurology. 67:1208-1214.

Dandona, P., Aljada,A. and Chaudhuri A. 2005. Metabolic syndrome. A Comprehensive Perspective Based on Interactions Between Obesity, Diabetes,Diabetic. 37:1595–1607.

Eckel, R.H., Grundy, S.M. and Zimmet P. 2005. The Metabolic Syndrome. Lancet. 365:9468–9415.

Fink, V. 2004. Mild Cognitive Impairment.Pre Alzheimer’s Disease Provides Opportunity for Early Detection and Possible Treatment. Health Patners The Institute for Medical Education Bulletin. Vol.6. p.1-12. Ford, E.S., Giles, W.H., Dietz, W.H., 2002. Prevalence of the Metabolic

Syndrome Among US Adults. Finding from the Third National Health and Nutrition Examination Survey. JAMA. 287:356-359

Graham, J.E., Rockwood, K. and Beattie, B.L. 1997. Prevalence and Severity of Cognitive Impairment With and Without Dementia in an Elderly Population. Lancet. 349:1793-1796.

Gregg, E.W., Yaffe, K., Cauley, J.A., Rolka, D.B., Blakwell, T.L., Narayan, K.M.V. and Cummings S.R. 2000. Is Diabetes Associated With Cognitive Impairment and Cognitive Decline Among Older Women? Arch Intern Med. 160:174-180.

Isomaa, B., Almgren, P. and Tuomi, T. 2001. Cardiovascular Morbidity and Mortality Associated With the Metabolic Syndrome. Diabetes Care. 24:683-689.

Jack, C.R., Petersen, R.C., Xu, Y.C, O’Brien, P.C., Smith, G.E., Ivink, R.J., Boeve, B.F., Waring, S.C., Tangalos, E.G. and Kokmen, E. 1999. Prediction of AD With MRI-based Hippocampal Volume in Mild Cognitive Impairment. Neurology. 52:1397-1402.

Kempler, D. 2005. Neurocognitive Disorders In Aging. Sage Publications. California. p. 200


(79)

Kivipelto, M., Ngandu, T., Fratiglioni, L., Viitanen, M., Kareholt, I., Winblad, B., Helkala, E.L., Tuomilehto, J., Soinien, H. and Nissinen, A. 2005. Obesity and Vascular Risk Factors at Midlife and the Risk of Dementia and Alzheimer Disease. Arch Neurol. 62:1556-1560.

Kusumoputro, S. 2001. Permasalahan Mudah-lupa Sampai Kepikunan (Alzheimer). Dalam: Sjahrir, H., Nasution, D., Rambe, H.H.(editor). Demensia. USU PRESS. Medan. Hal:1-9

Kuusisto, J., Koivisto, K., Mykkanen, L., Hekkala, E.L., Vanhanen, M., Hanninen, T., Pyorala, K., Riekkinen, P. and Laakso, M. 1993. Essential Hypertension and Cognitive Function. The Role of Hyperinsulinemia. Hypertension. 22:771-779.

Madiyono, B.,Moeslichan, Mz.S., Satroasmoro, S., Budiman, I., Purwanto, S.H. 2002. Perkiraan Besar Sampel. Dalam : Sastroasmoro, S., Ismael, S, editor. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi ke-2. Hal. 259-288. CV Sagung Seto. Jakarta.

Masur, H., (ed). 2004. Scales and Scores in Neurology: Quantification of Neurological Deficits in Research and Practice. Thieme. New York. Martini, L. 2004. Encyclopedia of Endocrinology. Springer-Verlag. London. Mittal, S. 2008. The Metabolic Syndrome in Clinical Practice. Springer-Verlag.

London.

Mokdad, A.H., Marks, J.S., Stroup, D.F. and Gerberding, J.L. 2000. Actual Causes of Death in the United States. JAMA.291: 1238-1245.

Molarius, A., Kuulasmaa, K., Evans, A., McCrum E., Hanna, T. 1999. Quality Assessment of Data on Smoking Behaviour in the WHO MONICA Project,availablefrom:http://www.ktl.fi/publications/monica/smoking/qa3 0.htm

Pangiotakos, D. B., Pitsauus, C., Chrysohoou, C. 2004. Impact of life-style habits on the prevalence of the metabolic syndrome among Greek adults from the ATTICA Study. Am Heart J;147(11):106–112

Petersen, R.C. 2004. Mild Cognitive Impairment as a Diagnostic Entity. J Intern Med. 256:183-194.


(80)

Petersen, R.C., Doody, R., Kurz, A., Mohs, R.C., Morris, J.C., Rabins, P.V., Ritchie, K., Rossor, M., Thal, L. and Winblad B. 2001. Current Concepts in Mild Cognitive Impairment. Arch Neurol. 58:1985-1992. Poerjoto, P. 2007. Sindroma Metabolik suatu kelainan metabolik dengan

tanda dan resiko kardivaskular dan upaya pengendaliannya. Dalam: Darmono, Suhartono, T., Pemayun, T.G.D., Padmomartono, F.S (editor). Naskah Lengkap Diabetes Melitus. Badan penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. Hal:233-234.

Price, J.L. and Morris, J.C. 1999. Tangles and Plaques in Nondemented aging and “preclinical” Alzheimer Disease. Annals Neurol. 45:358-368. Reaven, G.M. 1988. Banting Lecture: Role of Insulin Resistance in Human

Disease.

Reitz, C., Luchsinger,J., Tang,M.X., Manly,J., Mayeux,R. 2205. Impact of plasma lipids and time on memory performance in healthy elderly without Dementia. Arch Neurology. 64:93-96

Sattar, N., Gaw, A., Scherbakova, O., Ford, I., O’Reilly, D.S., Haffner, S.M., Isles, I., Macfarlane, P.W., Packard, J.C., Cobbe, S.M. and Shepherd, M. 2003. Metabolic Syndrome With and Without C-Reactive Protein as a Predictor of Coronary Heart Disease and Diabetes in the West of Scotland Coronary Prevention Study. Circulation. 108: 414-419.

Sjahrir, H. 1999. Pengenalan Demensia. Dalam: Sjahrir, H., Nasution, D., Rambe, H.H.(editor). Demensia. USU PRESS. Medan. Hal:74-76. Soegondo, S. 2004. Prinsip pengobatan diabetes, obat hipoglikemik oral dan

insulin. Dalam. Soegondo, S., Soewondo, P. dan Subekti, I. Eds. Diabetes Melitus: Penelitian Terpadu. Balai Penerbit FKUI.

World Health Organization. 2000. Obesity: Preventing and Managing the Global Epidemic. World Health Organization. Geneva, Switzerland. Yaffe, K., Blackwell, T.L., Kanaya, A.M., Davidowitz, N., Barret-Connor, E.

and Krueger, K. 2004. Diabetes, Impaired Fasting Glucose, and Development of Cognitive Impairment in Older Women. Neurology. 63(4):658-663.


(1)

Tahun 2002-2005 : Dokter PNS Puskesmas Kartini Kota P. Siantar Tahun 2005-2007 : Dokter PNS Puskesmas Singosari Kota


(2)

LEMBAR PERBAIKAN TESIS

1. Dr. Dina Listyaningrum, Sp.S, MSi, Med

a. Pertanyaan : Mohon diperbaiki Abstract (hal xi), pada Methods: kalimat “The Examination that was…”

Jawaban : telah diperbaiki pada halaman xi

b. Pertanyaan : pada populasi sasaran, kriterianya lebih baik tidak ditulis saja

Jawaban : telah diperbaiki

c. Pertanyaan : mohon kesimpulan diperbaiki Jawaban : telah diperbaiki

d. pertanyaan : saran mohon diperbaiki Jawaban : telah diperbaiki pada saran

Menyetujui

Dr. Dina Listyaningrum, Sp.S, MSi, Med

2. Dr. Aida Fitri, Sp.S

a. Pertanyaan : kata defenisi seharusnya ditulis dengan defini si

Jawaban : telah diperbaiki dengan kata definisi


(3)

c. Pertanyaan : apakah alasan karakteristik yang lain selain KGD tidak bermakna.

Jawaban : telah dijelaskan pada bab pembahasan d. Pertanyaan : pada kesimpulan tidak perlu lagi statistik Jawaban : telah diperbaiki pada kesimpulan

Menyetujui,

Dr. Aida Fitri, Sp.S

3. Dr. Khairul P. Surbakti, Sp.S

a. Pertanyaan : mana uji 3 komponennya sebagai SM dengan

MCI?

Jawaban : uji 3 komponennya tidak dianalisa, oleh karena asalkan sudah masuk kriteria SM (minimal terpenuhi 3 dari 5 komponennya) dilakukan uji dengan MCI

Menyetujui


(4)

4. Dr. Puji Pinta O.Sinurat, Sp.S

a. Pertanyaan : mohon perbaikan penulisan CDT yang seharusnya CDR

Jawaban : telah diperbaiki

b. Pertanyaan : Abstract mohon dimasukkan dalam daftar isi Jawaban : telah diperbaiki di dalam daftar isi

c. Pertanyaan : tulisan miring masih ada yang belum sesuai Jawaban : telah diperbaiki

d.Pertanyaan : Apakah pada orang Normal Insulin juga menghambat aktifitas sinap?

Jawaban : telah diperbaiki, maksud kalimatnya adalah pada keadaan hiperinsulinemi

Menyetujui

Dr. Puji Pinta O.Sinurat, Sp.S

5. Dr. Kiking Ritarwan, MKT, Sp.S

a. Pertanyaan :kepustakaan Attix tidak ada dalam dafter pustaka

Jawaban : telah diperbaiki

b. Pertanyaan : sampel pasiennya apakah penderita sindrom metabolik

Jawaban : sampel adalah penderita Sindrom Metabolik yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi


(5)

Menyetujui

Dr. Kiking Ritarwan, MKT, Sp.S

6. Dr. Rusli Dhanu, Sp.S (K)

a. Pertanyaan : cari kepustakaan tentang hiperinsulinemi hubungannya di sarap

Jawaban : telah diperbaiki pada tinjauan kepustakaan

Menyetujui

Dr. Rusli Dhanu, Sp.S (K)

7. Dr. Yuneldi Anwar, Sp.S(K)

a. Pertanyaan : kepustakaan tentang MCI sedikit sekali,

mohon ditambahkan.

Jawaban : telah ditambahkan pada tinjauan pustaka. b. Pertanyaan : tujuan no.3, mohon penjelasan subtipe MCI.

Tambahkan penjelasannya pada batasan

operasional.


(6)

   

Menyetujui

Dr. Yuneldi Anwar, Sp.S(K)

8. Prof. DR. Dr. Hasan Sjahrir, Sp.S(K)

a. Pertanyaan :Batasan Operasional harus jelas bagaimana menegakkan diagnosis MCI dengan MMSE dan CDR, cari literaturnya.

Jawaban : telah diperbaiki pada batasan operasional b. Pertanyaan : Uji t untuk hubungan atau perbedaan? Pada

halaman 33 ada hubungan tapi uji yang dilakukan adalah uji t?

Jawaban : uji t digunakan untuk perbedaan. Telah

diperbaiki.

c. Pertanyaan : Rincian uji MMSE dibuat dalam tabel. Jawaban : telah diperbaiki dalam tabel.

d. Pertanyaan : Apa terapi untuk pasien ini, buat didalam saran.

Jawaban : telah dimasukkan dalam saran.