Skema Pencucian Uang Deskripsi Kasus

44 TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016

e. Skema Pencucian Uang

Gambar 3. Skema Pencucian Uang dengan Tindak Pidana Asal Korupsi IWC Mantan Bupati

V.1.1 V.2.1

Proyek Pembuatan Dermaga Pembebasan Lahan Pihak lainPerantara V.7.7 Menentukan Wilayah Pembangunan Dermaga Pembelian Lahan menggunakan pihak lain seluas 8.400 m2 V.8.4 Makelar Tanah Pe m be bas an L ah an Rek. an. IWC

V.4.4 V.5.1

V.6.1

V.4.7 Pemberian 2 lembar

cek senilai Rp200.000.000,- Hasil Pembebasan Lahan Seluas 8.400m2 Total Rp1.197.000.000,- V.7.7 Instruksi Pembukaan Rekening Perusahaan PT.BSA dan PT.BPI V.7.3 Rek. an. PT.BPI V.4.1 V.5.1 V.6.1 Rek. an. PT.BSA

V.4.2 V.5.1

V.6.1 Memberikan Gratifikasi Total Rp42.734.500.854,- Rekening Perusahaan dikuasai oleh IWC Memberikan Pinjaman sejumlah uang. Transaksi dilakukan oleh pihak ketiga V.3.1

V.3.13 Transfer Dana

dan Setor Tunai Notaris V.7.11 Transfer Dana untuk Pembelian Sebidang Tanah atas nama Supir IWC

V.8.10 Registed

Ownership V.7.7

V.8.10 Bank A

V.5.1 Jaminan

Kredit Pencairan Kredit Total Rp7.000.000.000,-

V.4.10 V.8.5

Pembelian 1 unit gedung atas nama anak IWC Bank B V.5.1 Jaminan Kredit

V.8.4 Pembelian sejumlah

aset berupa tanah atas nama kakak kandung, sepupu dan anak untuk kepentingan eksternal 45 P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016 D.2 Tipologi Pencucian Uang Hasil Korupsi dengan keterlibatan Politically Exposed Persons PEP Tipologi ini disusun berdasarkan Putusan Pengadilan Tinggi Pontianak Nomor 16Pid.Sus-TPK2015PT PTK tanggal 2 Juli 2015; Putusan Pengadilan Tinggi Jakarta Nomor 01PidTPK2015PT DKI tanggal 11 Februari 2015; dan Putusan Pengadilan Negeri Pontianak Nomor 03Pid.SusTP.Korupsi2015PN.Ptk tanggal 18 Mei 2015.

a. Deskripsi Kasus

Kasus Posisi Pada tahun 2007 di wilayah Pontianak adanya perkenalan antara terdakwa HL seorang wiraswasta dengan HLR seorang PEP di Bea Cukai. Terdakwa HL selaku broker atau perantara dalam pengurusan impor barang dari China yang transit di Singapura menuju Pelabuhan Dwikora wilayah Kalimantan Barat. Terdakwa HL bukan seorang importir atau pemilik perusahaan yang bergerak di bidang impor atau dealer barang impor, dan tidak memiliki Angka Pengenal Impor-Umum API-U dan Nomor Induk Kepabeanan NIK dalam melakukan aktifitas importasi barang. Untuk kemudahan kegiatan impor barang tersebut, terdakwa HL memberikan hadiah kepada PEP Bea Cukai agar tidak melakukan pemantauan terhadap pelanggaran peraturan kepabeanan dengan cara pemberian buku tabungan dan ATM atas nama terdakwa HL. Setelah HLR pindah penugasan kerja, kemudian terdakwa HL memindahkan kegiatan importasi barang melalui perbatasan Indonesia-Malaysia di daerah pabean Entikong yaitu impor barang melalui jalur China ke Khucing, ke Tebedu, dan dari Tebedu ke Pontianak dengan jalur darat melalui perbatasan antara Malaysia-Indonesia. Proses importasi barang yang dilakukan terdakwa HL di daerah pabean Entikong yaitu dengan menghubungi para brokerperantara yang mengurus impor barang dari para pemesan barang. Pelaksanaan kegiatan importasi barang yang dilakukan oleh terdakwa HL menggunakan jasa terdakwa AA yang bertugas menyiapkan nama perusahaan importir termasuk angkutantrucking dari Entikong ke Pontianak. Diketahui bahwa barang-barang yang di impor oleh terdakwa HL bersama terdakwa AA merupakan barang campuran dan tidak diperbolehkan untuk diimpor melalui daerah pabean Entikong sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan. Dari hasil pengurusan importasi barang melalui PPLB Entikong, terdakwa AA mendapatkan sejumlah Rp2.760.850.000,- dua miliar tujuh ratus enam puluh juta delapan ratus lima puluh ribu rupiah selama periode 28 Juli untuk kepentingan eksternal 46 TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016 2008 s.d. 7 Januari 2011. Untuk dapat memasukan barang dari Tebedu Malaysia menuju Indonesia, terdakwa AA membayar pungutan bea masuk kepada terdakwa IJ seorang PEP di Bea Cukai. Atas perbuatan terdakwa IJ telah memperkaya dirinya sendiri sehingga merugikan keuangan negara ± Rp903.500.000,- sembilan ratus tiga juta lima ratus ribu rupiah. Tindak Pidana Asal Terdakwa I: HL 1. HL adalah seorang brokerperantara dalam mengurus impor barang dari China yang transit di Singapura dan menuju Pelabuhan di Indonesia. Diketahui bahwa HL bukan seorang importir atau pemilik perusahaan yang bergerak di bidang impor atau dealer barang impor dan tidak memiliki Angka Pengenal Impor-Umum API-U dan Nomor Induk Kepabeanan NIK. 2. HL telah memberikan hadiah berupa uang kepada PEP Bea Cukai yang memiliki kewenangan dalam importasi barang melalui pemberian buku tabungan dan kartu ATM yang diatas namakan HL. Kemudian melakukan beberapa kali transfer uang ke rekening tersebut. Hal tersebut bertujuan untuk kemudahan kegiatan impor barang yang dilakukan oleh HL. 3. Perusahaan yang bergerak di bidang impor dipergunakan oleh terdakwa HL untuk melakukan kegiatan impor barang di daerah pabean Entikong. Diketahui bahwa perusahaan tersebut tidak tercantum dalam Bill of Landing yang diterbitkan oleh Suplier yang berada di China dan importir tersebut tidak memiliki keahlian dalam menghitung nilai pabean Self Assessment. 4. Barang-Barang yang diimpor oleh HL selaku brokerperantara yang mengurus kegiatan impor dari para pemilik barang melalui daerah pabean Entikong diantaranya DSA Campuran yang termasuk tidak boleh diimpor melalui daerah pabean Entikong. 5. Barang-barang impor yang diurus oleh terdakwa HL tidak dilakukan pemeriksanaan secara menyeluruh untuk pembayaran Bea Masuk, PPN dan PPH sebagai Pajak Dalam Rangka Impor dan tidak dihitung secara self assessment dan tidak dibayarkan oleh Importir yang tercantum di dalam Pemberitahuan Impor Barang PIB karena nama perusahaan tersebut hanya dipinjam untuk dicantumkan dalam PIB, semestinya wilayah Pabean Entikong Kalimantan Barat termasuk jalur MERAH, dimana setiap barang yang masuk ke Indonesia dari untuk kepentingan eksternal 47 P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016 Luar Negeri melalui Pabean Entikong seharusnya dilakukan pemeriksaan terhadap fisik barang impor. 6. Pembayaran yang diterima oleh terdakwa HL untuk pengurusan importasi barang yang dilakukan di daerah Pabean Entikong selama periode 2008 s.d. 2014 sejumlah Rp59.408.143.534,- Sumber dana diperoleh dari beberapa pengusahaimportir di Indonesia. 7. Memberikan hadiah berupa 1 unit motor kepada PEP Bea Cukai wilayah Kalimantan dengan tujuan untuk mempermudah kegiatan importasi barang. Terdakwa II: AA 1. Pada tahun 2009, terdakwa AA menerima pesanan melalui Fax dari terdakwa HL untuk memasukan dan mengankut barang dari Malaysia menuju Indonesia melalui Pos Pemeriksaan Lintas Batas PPLB Entikong. Dalam hal tersebut, terdakwa AA tidak mempunyai kapasitas sebagai importir atau memiliki perusahaan yang bergerak di bidang impor atau dealer barang impor dan tidak memilki Angka Pengenal Impor-Umum API-U dan Nomor Induk Kepabeanan NIK untuk melakukan importasi barang. 2. Terdakwa AA dalam memasukan dan mengangkut barang impor yang masuk ke Indonesia melalui Tebedu Malaysia melewati PPLB Entikong bekerjasama dengan PEP Bea Cukai Terdakwa IJ. 3. Terdakwa AA bertugas untuk menyiapkan importir termasuk jasa angkutan dari Entikong ke Pontianak seperti CV.RM, CV.AS dan PT. SGB. 4. Terdakwa AA membantu terdakwa HL untuk memasukan barang melalui PPLB Entikong yang diketahui barang tersebut merupakan DSA Campuran. Berdasarkan peraturan Menteri Perdaganan RI bahwa barang-barang tersebut tidak diperbolehkan masuk melalui daerah Pabean Entikong. 5. Selama periode Juli 2008 s.d. Januari 2011, terdakwa AA menerima 62 transaksi dari terdakwa HL dengan total nilai Rp2.760.850.000,- dua miliar tujuh ratus enam puluh juta delapan ratus lima puluh ribu rupiah sebagai jasa meminjamkan nama importir. 6. Terdakwa AA dapat memasukan barang-barang impor tersebut dari Tebedu Malaysia ke Indonesia melalui PPLB Entikong dikarenakan terdakwa AA telah membayar pungutan bea masuk kepada terdakwa IJ. Diketahui bahwa PPLB Entikong bukan merupakan kawasan untuk kepentingan eksternal 48 TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016 Pabean yang dapat digunakan untuk melakukan kegiatan ekspor dan impor. Terdakwa III: IJ 1. Terdakwa IJ seorang PEP Bea Cukai yang memiliki tugas melakukan pelayanan kepabeanan. 2. Terdakwa IJ telah memperbolehkanmengijinkanmembiarkan barang masuk dari Malaysia ke Indonesia melalui Pos Pemeriksaan Lintas Batas PPLB Entikong seolah-olah Pos Pemeriksaan Lintas Batas PPLB Entikong merupakan kawasan pabean yang mana kegiatan impor tersebut tidak dilengkapi dengan dokumen-dokumen Letter of Credit LC, Delivery Order DO, Bill of Exchange, Bill of Landing BL. 3. Terdakwa IJ tidak melakukan penelitian terhadap dokumen kepabeanan dan cukai yang diajukan pengguna jasa eksportirimportir, tidak meneliti tarif dan nilai pabean dan tidak melakukan pemeriksaan fisik barang impor yang diperantarai oleh terdakwa HL. 4. Terdakwa IJ tidak melakukan pemeriksaan dokumen secara menyeluruh untuk pembayaran Bea Masuk, PPN dan PPH sebagai Pajak Dalam Rangka Impor tidak dihitung berdasarkan self assessment atau dibayarkan oleh importir sesuai dengan Pemberitahuan Impor Barang karena masing-masing perusahaan tersebut hanya dipinjam untuk dicantumkan dalam PIB padahal Pabean Entikong Kalimantan Barat termasuk Jalur Merah wajib dilakukan pemeriksaan fisik barang impor. 5. Bahwa Invoice yang berisikan jumlah barang dan nilai barang yang lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah dan nilai barang yang sebenarnya dan kemudian dijadikan sebagai dasar dalam penghitungan penetapan Bea Masuk atas dasar petunjuk dari terdakwa IJ. 6. Bahwa uang pungutan Bea Masuk termasuk tersebut ditampung dan disimpan sendiri oleh terdakwa IJ selama 1 s.d. 2 Minggu sebelum diserahkan kepada Bendahara Penerimaan dan terdapat sebagain uang digunakan untuk kepentingan pribadi. 7. Pembayaran Bea Masuk yang dilakukan oleh importir melalui perantarabroker terdakwa HL dan AA dengan cara transfer via ATM dan RTGS ke rekening bank atas nama terdakwa IJ dan untuk kepentingan eksternal 49 P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016 rekening atas nama orang lain yang dikuasai oleh terdakwa IJ. Total keseluruhan uang yang masuk kedalam rekening bank tersebut sebesar Rp903.500.000,- sembilan ratus tiga juta lima ratus ribu rupiah. Tindak Pidana Pencucian Uang Terdakwa I: HL 1. HL telah membantu menyamarkan atau menyembunyikan hasil tindak pidana korupsi yang diperoleh PEP Bea Cukai dengan mebelikan 1 unit kendaraan bermotor yang diatas namakan adik ipar PEP Bea Cukai. 2. HL telah memberikan beberapa buku tabungan atas nama pribadi dan kemudian buku tabungan dan ATM Bank tersebut dikuasaidipergunakan oleh PEP Bea Cukai HLP dan IJ di wilayah Kalimantan Barat. 3. HL telah menerima pentransferan kembali uang hasil tindak pidana suap dan gratifikasi yang diperoleh PEP Bea Cukai pada periode Juli 2008 s.d. 23 Desember 2009 sebesar Rp107.500.000,- seratus tujuh puluh lima ratus ribu rupiah. 4. HL telah membantu menyamarkan atau menyembunyikan hasil kejahatan PEP Bea Cukai dengan menerima kembali buku tabungan dan kartu ATM Rekening Bank atas nama HL yang telah dikuasai oleh PEP Bea Cukai. Sisa dana hasil kejahatan tersebut senilai Rp52.000.000,- kemudian dilakukan penarikan uang dan digunakan untuk kepentingan pribadi terdakwa HL. Terdakwa II: AA 1. Terdakwa AA melakukan pembelian 1 unit kendaraan bermotor berupa mobil dengan menggunakan nama pihak lain. 2. Terdakwa AA melakukan pembukaan rekening bank untuk penampungan harta kekayaan yang diperoleh dari hasil kejahatan. Kemudian terdakwa AA mentransfer ke rekening atas nama terdakwa HL yang dikuasai oleh terdakwa IJ sejumlah Rp50.000.000,- lima puluh juta rupiah. 3. Terdakwa AA menerima transfer dana dari terdakwa IJ PEP Bea Cukai sejumlah Rp15.000.000,- lima belas juta rupiah yang diketahui sumber dana tersebut bersumber dari hasil tindak pidana korupsi. untuk kepentingan eksternal 50 TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016 Terdakwa III: IJ 1. Terdakwa IJ telah menerima buku rekening dan kartu ATM bank atas nama terdakwa HL seorang brokerperantara dalam mengurus impor barang yang digunakan untuk menerima sejumlah uang hasil korupsi. 2. Terdakwa IJ telah menerima transfer dana via ATM pada rekening atas nama pribadi sebesar Rp277.500.000,- dua ratus tujuh puluh juta lima ratus ribu rupiah dari PEP Bea Cukai HLP. 3. Terdakwa telah menguasai rekening bank atas nama pihak lain, diantaranya HL dan HK saudara ipar yang digunakan untuk menempatkan uang hasil tindak pidana korupsi. 4. Pada rekening bank atas nama terdakwa HL yang dikuasai oleh terdakwa IJ, telah diteransfer sejumlah uang dari terdakwa HL melalui RTGS sebesar Rp44.500.000,- empat puluh empat juta lima ratus ribu rupiah dan melalui transfer via ATM sebesar Rp20.000.000,- dua puluh juta rupiah 5. Pada rekening bank atas nama HK uang telah dikuasai oleh terdakwa IJ telah menerima sejumlah uang yang terdiri dari:  terdakwa HL danatau HLP sebesar Rp239.000.000,- dua ratus tiga puluh sembilan juta rupiah melalui transfer via ATM dan setor tunai.  Sdr. MS sebesar Rp114.000.000,- seratus empat belas juta rupiah melalui transfer via ATM dan sebesar Rp48.000.000,- empat puluh delapan juta rupiah melalui setor tunai.  Sdr JZ Komisaris CV.KL sebesar Rp10.000.000,- sepuluh juta rupiah melalui transfer via ATM.  Sdr.R sebesar Rp49.000.000,- empat puluh sembilan juta rupiah melalui setor tunai. Total keseluruhan dana yang masuk kedalam rekening tersebut sebesar Rp460.000.000,- empat ratus enam puluh juta rupiah. 6. Bahwa uang yang diterima oleh terdakwa IJ digunakan untuk:  Pembelian 1 unit mobil atas nama pribadi dengan cara pembayaran secara bertahap. Tahap pertama pembayaran secara tunai atau cash. Tahap kedua pembayaran dilakukan secara transfer.  Pembayaran DP Down Payment atas kepemilikan apartemen. 7. Bahwa uang yang diterima oleh terdakwa IJ ditransfer ke beberapa pihak lainnya, diantaranya: untuk kepentingan eksternal 51 P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016  Sdr.RZK merupakan saudara ipar terdakwa sebesar Rp76.750.000,- tujuh puluh enam juta tujuh ratus lima puluh ribu rupiah.  Sdr.ZKP merupakan saudara ipar terdakwa sebesar Rp2.000.000,- dua juta rupiah.  Sdr.Z merupakan mertua terdakwa sebesar Rp113.500.000,- seratus tiga belas juta lima ratus ribu ribu rupiah.  PT.BKA PR untuk pembayaran cicilan rumah sebanyak 7 kali dengan total sebesar Rp38.356.000,- tiga puluh delapan juta tiga ratus lima puluh enam ribu rupiah.

b. Gambaran Variabel