44 TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
e. Skema Pencucian Uang
Gambar 3. Skema Pencucian Uang dengan Tindak Pidana Asal Korupsi
IWC Mantan Bupati
V.1.1 V.2.1
Proyek Pembuatan Dermaga
Pembebasan Lahan Pihak lainPerantara
V.7.7
Menentukan Wilayah Pembangunan Dermaga
Pembelian Lahan menggunakan
pihak lain seluas 8.400 m2
V.8.4
Makelar Tanah Pe
m be
bas an
L ah
an Rek. an. IWC
V.4.4 V.5.1
V.6.1
V.4.7 Pemberian 2 lembar
cek senilai Rp200.000.000,-
Hasil Pembebasan
Lahan Seluas 8.400m2
Total Rp1.197.000.000,-
V.7.7
Instruksi Pembukaan
Rekening Perusahaan
PT.BSA dan
PT.BPI
V.7.3
Rek. an. PT.BPI V.4.1
V.5.1 V.6.1
Rek. an. PT.BSA
V.4.2 V.5.1
V.6.1
Memberikan Gratifikasi Total Rp42.734.500.854,-
Rekening Perusahaan dikuasai oleh IWC
Memberikan Pinjaman sejumlah
uang. Transaksi dilakukan oleh
pihak ketiga V.3.1
V.3.13 Transfer Dana
dan Setor Tunai
Notaris V.7.11
Transfer Dana untuk Pembelian
Sebidang Tanah atas nama Supir IWC
V.8.10 Registed
Ownership V.7.7
V.8.10 Bank A
V.5.1 Jaminan
Kredit Pencairan Kredit
Total Rp7.000.000.000,-
V.4.10 V.8.5
Pembelian 1 unit gedung
atas nama anak IWC
Bank B V.5.1
Jaminan Kredit
V.8.4 Pembelian sejumlah
aset berupa tanah atas nama kakak
kandung, sepupu dan anak
untuk kepentingan
eksternal
45 P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
D.2 Tipologi Pencucian Uang Hasil Korupsi dengan keterlibatan Politically Exposed Persons PEP
Tipologi ini disusun berdasarkan Putusan Pengadilan Tinggi Pontianak Nomor 16Pid.Sus-TPK2015PT PTK tanggal 2 Juli 2015; Putusan Pengadilan Tinggi
Jakarta Nomor 01PidTPK2015PT DKI tanggal 11 Februari 2015; dan Putusan Pengadilan Negeri Pontianak Nomor 03Pid.SusTP.Korupsi2015PN.Ptk tanggal
18 Mei 2015.
a. Deskripsi Kasus
Kasus Posisi
Pada tahun 2007 di wilayah Pontianak adanya perkenalan antara terdakwa HL seorang wiraswasta dengan HLR seorang PEP di Bea Cukai. Terdakwa
HL selaku broker atau perantara dalam pengurusan impor barang dari China yang transit di Singapura menuju Pelabuhan Dwikora wilayah
Kalimantan Barat. Terdakwa HL bukan seorang importir atau pemilik perusahaan yang bergerak di bidang impor atau dealer barang impor, dan
tidak memiliki Angka Pengenal Impor-Umum API-U dan Nomor Induk Kepabeanan NIK dalam melakukan aktifitas importasi barang. Untuk
kemudahan kegiatan impor barang tersebut, terdakwa HL memberikan hadiah kepada PEP Bea Cukai agar tidak melakukan pemantauan terhadap
pelanggaran peraturan kepabeanan dengan cara pemberian buku tabungan dan ATM atas nama terdakwa HL. Setelah HLR pindah
penugasan kerja, kemudian terdakwa HL memindahkan kegiatan importasi barang melalui perbatasan Indonesia-Malaysia di daerah pabean Entikong
yaitu impor barang melalui jalur China ke Khucing, ke Tebedu, dan dari Tebedu ke Pontianak dengan jalur darat melalui perbatasan antara
Malaysia-Indonesia. Proses importasi barang yang dilakukan terdakwa HL di daerah pabean Entikong yaitu dengan menghubungi para
brokerperantara yang mengurus impor barang dari para pemesan barang. Pelaksanaan kegiatan importasi barang yang dilakukan oleh terdakwa HL
menggunakan jasa terdakwa AA yang bertugas menyiapkan nama perusahaan importir termasuk angkutantrucking dari Entikong ke
Pontianak. Diketahui bahwa barang-barang yang di impor oleh terdakwa HL bersama terdakwa AA merupakan barang campuran dan tidak
diperbolehkan untuk
diimpor melalui
daerah pabean
Entikong sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan. Dari hasil
pengurusan importasi barang melalui PPLB Entikong, terdakwa AA mendapatkan sejumlah Rp2.760.850.000,- dua miliar tujuh ratus enam
puluh juta delapan ratus lima puluh ribu rupiah selama periode 28 Juli
untuk kepentingan
eksternal
46 TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
2008 s.d. 7 Januari 2011. Untuk dapat memasukan barang dari Tebedu Malaysia menuju Indonesia, terdakwa AA membayar pungutan bea masuk
kepada terdakwa IJ seorang PEP di Bea Cukai. Atas perbuatan terdakwa IJ telah memperkaya dirinya sendiri sehingga merugikan keuangan negara
± Rp903.500.000,- sembilan ratus tiga juta lima ratus ribu rupiah.
Tindak Pidana Asal Terdakwa I: HL
1. HL adalah seorang brokerperantara dalam mengurus impor barang dari China yang transit di Singapura dan menuju Pelabuhan di
Indonesia. Diketahui bahwa HL bukan seorang importir atau pemilik perusahaan yang bergerak di bidang impor atau dealer barang impor
dan tidak memiliki Angka Pengenal Impor-Umum API-U dan Nomor Induk Kepabeanan NIK.
2. HL telah memberikan hadiah berupa uang kepada PEP Bea Cukai yang memiliki kewenangan dalam importasi barang melalui
pemberian buku tabungan dan kartu ATM yang diatas namakan HL. Kemudian melakukan beberapa kali transfer uang ke rekening
tersebut. Hal tersebut bertujuan untuk kemudahan kegiatan impor barang yang dilakukan oleh HL.
3. Perusahaan yang bergerak di bidang impor dipergunakan oleh terdakwa HL untuk melakukan kegiatan impor barang di daerah
pabean Entikong. Diketahui bahwa perusahaan tersebut tidak tercantum dalam Bill of Landing yang diterbitkan oleh Suplier yang
berada di China dan importir tersebut tidak memiliki keahlian dalam menghitung nilai pabean Self Assessment.
4. Barang-Barang yang diimpor oleh HL selaku brokerperantara yang mengurus kegiatan impor dari para pemilik barang melalui daerah
pabean Entikong diantaranya DSA Campuran yang termasuk tidak boleh diimpor melalui daerah pabean Entikong.
5. Barang-barang impor yang diurus oleh terdakwa HL tidak dilakukan pemeriksanaan secara menyeluruh untuk pembayaran Bea Masuk,
PPN dan PPH sebagai Pajak Dalam Rangka Impor dan tidak dihitung secara self assessment dan tidak dibayarkan oleh Importir yang
tercantum di dalam Pemberitahuan Impor Barang PIB karena nama perusahaan tersebut hanya dipinjam untuk dicantumkan dalam PIB,
semestinya wilayah Pabean Entikong Kalimantan Barat termasuk jalur MERAH, dimana setiap barang yang masuk ke Indonesia dari
untuk kepentingan
eksternal
47 P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016 Luar Negeri melalui Pabean Entikong seharusnya dilakukan
pemeriksaan terhadap fisik barang impor. 6. Pembayaran yang diterima oleh terdakwa HL untuk pengurusan
importasi barang yang dilakukan di daerah Pabean Entikong selama periode 2008 s.d. 2014 sejumlah Rp59.408.143.534,- Sumber dana
diperoleh dari beberapa pengusahaimportir di Indonesia. 7. Memberikan hadiah berupa 1 unit motor kepada PEP Bea Cukai
wilayah Kalimantan dengan tujuan untuk mempermudah kegiatan importasi barang.
Terdakwa II: AA
1. Pada tahun 2009, terdakwa AA menerima pesanan melalui Fax dari terdakwa HL untuk memasukan dan mengankut barang dari Malaysia
menuju Indonesia melalui Pos Pemeriksaan Lintas Batas PPLB Entikong. Dalam hal tersebut, terdakwa AA tidak mempunyai
kapasitas sebagai importir atau memiliki perusahaan yang bergerak di bidang impor atau dealer barang impor dan tidak memilki Angka
Pengenal Impor-Umum API-U dan Nomor Induk Kepabeanan NIK untuk melakukan importasi barang.
2. Terdakwa AA dalam memasukan dan mengangkut barang impor yang masuk ke Indonesia melalui Tebedu Malaysia melewati PPLB
Entikong bekerjasama dengan PEP Bea Cukai Terdakwa IJ. 3. Terdakwa AA bertugas untuk menyiapkan importir termasuk jasa
angkutan dari Entikong ke Pontianak seperti CV.RM, CV.AS dan PT. SGB.
4. Terdakwa AA membantu terdakwa HL untuk memasukan barang melalui PPLB Entikong yang diketahui barang tersebut merupakan
DSA Campuran. Berdasarkan peraturan Menteri Perdaganan RI bahwa barang-barang tersebut tidak diperbolehkan masuk melalui
daerah Pabean Entikong. 5. Selama periode Juli 2008 s.d. Januari 2011, terdakwa AA menerima
62 transaksi dari terdakwa HL dengan total nilai Rp2.760.850.000,- dua miliar tujuh ratus enam puluh juta delapan ratus lima puluh ribu
rupiah sebagai jasa meminjamkan nama importir. 6. Terdakwa AA dapat memasukan barang-barang impor tersebut dari
Tebedu Malaysia ke Indonesia melalui PPLB Entikong dikarenakan terdakwa AA telah membayar pungutan bea masuk kepada terdakwa
IJ. Diketahui bahwa PPLB Entikong bukan merupakan kawasan
untuk kepentingan
eksternal
48 TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
Pabean yang dapat digunakan untuk melakukan kegiatan ekspor dan impor.
Terdakwa III: IJ
1. Terdakwa IJ seorang PEP Bea Cukai yang memiliki tugas melakukan pelayanan kepabeanan.
2. Terdakwa IJ
telah memperbolehkanmengijinkanmembiarkan
barang masuk dari Malaysia ke Indonesia melalui Pos Pemeriksaan Lintas Batas PPLB Entikong seolah-olah Pos Pemeriksaan Lintas
Batas PPLB Entikong merupakan kawasan pabean yang mana kegiatan impor tersebut tidak dilengkapi dengan dokumen-dokumen
Letter of Credit LC, Delivery Order DO, Bill of Exchange, Bill of Landing BL.
3. Terdakwa IJ tidak melakukan penelitian terhadap dokumen kepabeanan
dan cukai
yang diajukan
pengguna jasa
eksportirimportir, tidak meneliti tarif dan nilai pabean dan tidak melakukan pemeriksaan fisik barang impor yang diperantarai oleh
terdakwa HL. 4. Terdakwa IJ tidak melakukan pemeriksaan dokumen secara
menyeluruh untuk pembayaran Bea Masuk, PPN dan PPH sebagai Pajak Dalam Rangka Impor tidak dihitung berdasarkan self
assessment atau
dibayarkan oleh
importir sesuai
dengan Pemberitahuan Impor Barang karena masing-masing perusahaan
tersebut hanya dipinjam untuk dicantumkan dalam PIB padahal Pabean Entikong Kalimantan Barat termasuk Jalur Merah wajib
dilakukan pemeriksaan fisik barang impor. 5. Bahwa Invoice yang berisikan jumlah barang dan nilai barang yang
lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah dan nilai barang yang sebenarnya
dan kemudian
dijadikan sebagai
dasar dalam
penghitungan penetapan Bea Masuk atas dasar petunjuk dari terdakwa IJ.
6. Bahwa uang pungutan Bea Masuk termasuk tersebut ditampung dan disimpan sendiri oleh terdakwa IJ selama 1 s.d. 2 Minggu sebelum
diserahkan kepada Bendahara Penerimaan dan terdapat sebagain uang digunakan untuk kepentingan pribadi.
7. Pembayaran Bea Masuk yang dilakukan oleh importir melalui perantarabroker terdakwa HL dan AA dengan cara transfer via
ATM dan RTGS ke rekening bank atas nama terdakwa IJ dan
untuk kepentingan
eksternal
49 P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016 rekening atas nama orang lain yang dikuasai oleh terdakwa IJ. Total
keseluruhan uang yang masuk kedalam rekening bank tersebut sebesar Rp903.500.000,- sembilan ratus tiga juta lima ratus ribu
rupiah.
Tindak Pidana Pencucian Uang Terdakwa I: HL
1. HL telah membantu menyamarkan atau menyembunyikan hasil tindak pidana korupsi yang diperoleh PEP Bea Cukai dengan
mebelikan 1 unit kendaraan bermotor yang diatas namakan adik ipar PEP Bea Cukai.
2. HL telah memberikan beberapa buku tabungan atas nama pribadi dan
kemudian buku
tabungan dan
ATM Bank
tersebut dikuasaidipergunakan oleh PEP Bea Cukai HLP dan IJ di wilayah
Kalimantan Barat. 3. HL telah menerima pentransferan kembali uang hasil tindak pidana
suap dan gratifikasi yang diperoleh PEP Bea Cukai pada periode Juli 2008 s.d. 23 Desember 2009 sebesar Rp107.500.000,- seratus
tujuh puluh lima ratus ribu rupiah. 4. HL telah membantu menyamarkan atau menyembunyikan hasil
kejahatan PEP Bea Cukai dengan menerima kembali buku tabungan dan kartu ATM Rekening Bank atas nama HL yang telah dikuasai
oleh PEP Bea Cukai. Sisa dana hasil kejahatan tersebut senilai Rp52.000.000,- kemudian dilakukan penarikan uang dan digunakan
untuk kepentingan pribadi terdakwa HL.
Terdakwa II: AA
1. Terdakwa AA melakukan pembelian 1 unit kendaraan bermotor berupa mobil dengan menggunakan nama pihak lain.
2. Terdakwa AA
melakukan pembukaan
rekening bank untuk
penampungan harta kekayaan yang diperoleh dari hasil kejahatan. Kemudian terdakwa AA mentransfer ke rekening atas nama terdakwa
HL yang dikuasai oleh terdakwa IJ sejumlah Rp50.000.000,- lima puluh juta rupiah.
3. Terdakwa AA menerima transfer dana dari terdakwa IJ PEP Bea Cukai sejumlah Rp15.000.000,- lima belas juta rupiah yang
diketahui sumber dana tersebut bersumber dari hasil tindak pidana korupsi.
untuk kepentingan
eksternal
50 TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
Terdakwa III: IJ
1. Terdakwa IJ telah menerima buku rekening dan kartu ATM bank atas nama terdakwa HL seorang brokerperantara dalam mengurus
impor barang yang digunakan untuk menerima sejumlah uang hasil
korupsi.
2. Terdakwa IJ telah menerima transfer dana via ATM pada rekening atas nama pribadi sebesar Rp277.500.000,- dua ratus tujuh puluh
juta lima ratus ribu rupiah dari PEP Bea Cukai HLP. 3. Terdakwa telah menguasai rekening bank atas nama pihak lain,
diantaranya HL dan HK saudara ipar yang digunakan untuk menempatkan uang hasil tindak pidana korupsi.
4. Pada rekening bank atas nama terdakwa HL yang dikuasai oleh terdakwa IJ, telah diteransfer sejumlah uang dari terdakwa HL
melalui RTGS sebesar Rp44.500.000,- empat puluh empat juta lima ratus ribu rupiah dan melalui transfer via ATM sebesar
Rp20.000.000,- dua puluh juta rupiah 5. Pada rekening bank atas nama HK uang telah dikuasai oleh terdakwa
IJ telah menerima sejumlah uang yang terdiri dari: terdakwa HL danatau HLP sebesar Rp239.000.000,- dua ratus
tiga puluh sembilan juta rupiah melalui transfer via ATM dan setor tunai.
Sdr. MS sebesar Rp114.000.000,- seratus empat belas juta rupiah melalui transfer via ATM dan sebesar Rp48.000.000,-
empat puluh delapan juta rupiah melalui setor tunai. Sdr JZ Komisaris CV.KL sebesar Rp10.000.000,- sepuluh juta
rupiah melalui transfer via ATM. Sdr.R sebesar Rp49.000.000,- empat puluh sembilan juta
rupiah melalui setor tunai. Total keseluruhan dana yang masuk kedalam rekening tersebut
sebesar Rp460.000.000,- empat ratus enam puluh juta rupiah. 6. Bahwa uang yang diterima oleh terdakwa IJ digunakan untuk:
Pembelian 1 unit mobil atas nama pribadi dengan cara pembayaran secara bertahap. Tahap pertama pembayaran
secara tunai atau cash. Tahap kedua pembayaran dilakukan secara transfer.
Pembayaran DP Down Payment atas kepemilikan apartemen. 7. Bahwa uang yang diterima oleh terdakwa IJ ditransfer ke beberapa
pihak lainnya, diantaranya:
untuk kepentingan
eksternal
51 P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016 Sdr.RZK
merupakan saudara
ipar terdakwa
sebesar Rp76.750.000,- tujuh puluh enam juta tujuh ratus lima puluh
ribu rupiah. Sdr.ZKP
merupakan saudara
ipar terdakwa
sebesar Rp2.000.000,- dua juta rupiah.
Sdr.Z merupakan mertua terdakwa sebesar Rp113.500.000,- seratus tiga belas juta lima ratus ribu ribu rupiah.
PT.BKA PR untuk pembayaran cicilan rumah sebanyak 7 kali dengan total sebesar Rp38.356.000,- tiga puluh delapan juta
tiga ratus lima puluh enam ribu rupiah.
b. Gambaran Variabel