110
Kelas IV SD
D. Candi-Candi Buddha di Jawa Timur
1. Candi Jago
Candi Jago atau Jajaghu terletak di Desa Tumpang Kecamatan Tumpang Malang-Jawa Timur. Candi ini
merupakan pusara Raja Wisnuwardhana dari Kerajaan Singhasari sebagai
Budha Amogapasya yang mangkat pada tahun 1268. Relief di sekeliling candi dengan 5
buah ceritanya,, yaitu Tantri Kamandeka, Kuntjarakarna,
Parthayajna, Arjunawiwaha dan Krisnayana dengan bentuk-bentuk pelakunya yang mirip wayang kulit.
Terdapat Arca Amoghapasa, dewa tertinggi agama Buddha Tantra yang memiliki tangan delapan yang merupakan perwujudan Wisnuwardhana.
2. Candi Kidal
Candi Kidal terletak di Desa Rejokidal, Kecamatan Tumpang, Malang-Jawa Timur adalah candi warisan
Kerajaan Singhasari yang dibangun sebagai bentuk penghormatan atas jasa besar Anusapati. Anusapati
adalah raja kedua dari Singhasari, yang memerintah selama 20 tahun 1227-1248 kemudian dibunuh Panji
Tohjaya sebagai bagian dari kutukan Mpu Gandring.
Candi Kidal memuat cerita Garudeya, yang berisi pesan
moral pembebasan dari perbudakan. Nama Kidal berasal dari bentuk ragam hias candi makam Anusapati yang bersifat
prasawya Sanskerta = berlawanan arah jarum jam, dari kiri ke kanan. Candi Kidal sendiri
dalam bahasa Jawa Kuno bermakna ”kiri” merupakan candi tertua dari peninggalan candi-candi periode Jawa Timur pasca-Jawa Tengah abad
ke-5 – 10 M.
Sumber: halomalang.com
Sumber: halomalang.com
111
Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti
3 Candi Sumberawan
Candi Sumberawan berada di Singhasari, Malang, Jawa Timur, di lereng Gunung Arjuna. Hingga hari ini
tempat tersebut masih kuat nuansa sakralnya, dengan adanya Stupa Yogi Agung. Jika dilihat dari stupa tidak
utuh lagi di atas candi, kemungkinan candi ini adalah candi Buddha atau perpaduan candi Hindu dan Buddha.
4. Candi Jabung
Candi Jabung didirikan oleh Raja Hayam Wuruk, tahun 1276 Saka 1354 masehi yang terletak di Desa Jabung
Kecamatan Paiton, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. Candi ini terbuat dari batu bata yang diukir membentuk
relif, berukuran 35 x 45 meter, dengan menghadap barat. Menurut Kitab
Negarakertagama candi ini bernama Bajrajina Paramitapura. Candi ini ada kaitannya dengan
kegiatan agung Empu Bharada, setelah membagi dua Kerajaan Panjalu menjadi Kahuripan dan Jenggala.
Pembangunan candi ini dipersembahkan atas wafatnya seorang Bhiksuni leluhur Raja Hayam Wuruk yang telah
memusatkan diri pada ajaran Prajnaparamita.
E. Candi-Candi di Sumatra