13
Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti
b. Melihat Orang Sakit
Setelah empat bulan berlalu dalam kemewahan hidup, Pangeran Siddharta
pergi lagi mengunjungi Taman Kerajaan. Pangeran Siddharta mengendarai kereta
yang ditarik oleh kuda putih seperti sebelumnya. Di perjalanan itu, Pangeran
melihat pertanda yang diciptakan oleh para dewa untuk kedua kalinya. Pangeran
melihat orang yang terbaring lemah. Orang itu sangat kesakitan diserang penyakit. Dia hanya dapat duduk
dan berbaring jika dibantu oleh orang lain. Dia berbaring lemah di tempat tidurnya dengan ditutupi oleh kotorannya sendiri.
Pangeran bertanya kepada kusirnya, “Channa, mata orang itu tidak seperti mata orang lain, terlihat lemah dan goyah. Suaranya juga tidak
seperti orang lain, ia terus-menerus menangis. Tubuhnya juga tidak seperti tubuh orang lain. Terlihat seperti kelelahan. Disebut apakah
orang seperti itu?”
Channa menjawab, “Yang Mulia, orang seperti itu disebut orang sakit’.” Pangeran Siddharta belum pernah melihat orang sakit sebelumnya,
bahkan mendengar kata ‘orang sakit’ saja belum pernah. Dia bertanya lagi kepada kusirnya, “Channa, Aku belum pernah melihat orang
seperti itu. Duduk dan berbaring harus dibantu oleh orang lain. Tidur di tumpukan kotorannya sendiri dan terus-menerus menjerit. Apakah
orang sakit itu? Jelaskanlah kepada-Ku.”
Channa menjawab, “Yang Mulia, orang sakit adalah orang yang tidak mengetahui apakah dia akan sembuh atau tidak dari penyakit yang
dideritanya saat ini.”
Pangeran bertanya lagi, “Channa, bagaimana ini? Apakah Aku juga bisa sakit? Apakah Aku tidak dapat mengatasi penyakit?”
Sumber : www.dhammaweb.net
14
Kelas IV SD
Channa menjawab, “Yang Mulia, kita semua, termasuk Anda juga saya, akan menderita sakit dan tidak seorang pun yang dapat mengatasi
penyakit.”
Pangeran berkata, “Channa, jika semua manusia tidak dapat mengatasi penyakit, Aku juga akan menderita sakit, Aku tidak ingin pergi lagi ke
Taman Kerajaan dan bersenang-senang di sana. Berbaliklah dari tempat orang sakit tadi terlihat dan pulang ke istana.”
“Baiklah, Yang Mulia,” jawab Channa.
2. Peristiwa Ketiga dan Keempat