BAHAN KUANTI TAS AGREGAT DAN ASPAL

Dinas Pekerjaan Umum Kab. TTS Bidang Bina Marga TA. 2012 6 - 43 SEKSI 6.6. LAPI S PERATA PENETRASI MACADAM 6.6.1. UMUM 1 Uraian Pekerjaan ini terdiri dari penyediaan lapisan perata terbuat dari agregat yang distabilisasi oleh aspal. Pekerjaan ini dilaksanakan dimana biaya untuk menggunakan campuran aspal panas tidak mencukupi dan oleh karena itu hanya digunakan pada lokasi yang terbatas seperti pekerjaan pengembalian kondisi. 2 Pekerjaan Seksi Lain Yang Berkaitan dengan Seksi I ni a Pemeliharaan Lalu Lintas : Seksi 1.8 b Rekayasa Lapangan : Seksi 1.9 c Bahan dan Penyimpanan : Seksi 1.11 d Lapis Resap Pengikat dan Lapis Perekat : Seksi 6.1 e Pengembalian Kondisi Perkerasan Lama : Seksi 8.1 3 Standar Rujukan Standar Nasional I ndonesia SNI : SNI 03-2417-1991 AASHTO T96 - 87 : Metode Pengujian Keausan Agregat dengan Mesin Los Angeles. SNI 03-2439-1991 AASHTO T182 - 84 : Metode Pengujian Kelekatan Agregat Terhadap Aspal. Pd S-03-1995-03 AASHTO M81 - 90 : Spesifikasi Aspal Cair Penguapan Cepat. Pd S-02-1995-03 AASHTO M82 - 75 : Spesifikasi Aspal Cair Penguapan Sedang. Pd S-01-1995-03 AASHTO M208 - 87 : Spesifikasi Aspal Emulasi Kationik. AASHTO : AASHTO M20 - 70 : Penetration Graded Asphalt Cement. AASHTO M140 - 88 : Emulsified Asphalt. British Standards : BS 812 Part I : 1975 : Flakiness I ndex. 4 Kondisi Cuaca Yang Diijinkan Untuk Bekerja Lapis Perata Penetrasi Macadam harus dilaksanakan pada permukaan yang basah, selama hujan atau hujan akan turun. Aspal emulsi tidak boleh disemprotkan setelah jam 15.00. Bilamana digunakan aspal panas maka temperatur perkerasan saat aspal disemprotkan tidak boleh kurang dari 25 ° C. 5 Ketentuan Lalu Lintas Tempat kerja harus ditutup untuk lalu lintas pada saat pekerjaan sedang berlangsung dan selanjutnya sampai waktu yang ditentukan dimana Direksi Pekerjaan menyetujui permukaan akhir dapat dibuka untuk lalu lintas.

6.6.2. BAHAN

1 Umum Bahan harus terdiri dari agregat pokok, agregat pengunci, agregat penutup hanya digunakan untuk lapis permukaan dan aspal. Setiap fraksi agregat harus disimpan terpisah untuk mencegah tercampurnya antar fraksi agregat dan harus dijaga agar bersih dari benda-benda asing lainnya. Dinas Pekerjaan Umum Kab. TTS Bidang Bina Marga TA. 2012 6 - 44 2 Agregat Pokok dan Pengunci a Agregat pokok dan pengunci harus terdiri dari bahan yang bersih, kuat, awet, bebas dari lumpur dan benda-benda yang tidak dikehendaki dan harus memenuhi ketentuan yang diberikan dalam Tabel 6.6.2.1. Tabel 6.6.2.1 Ketentuan Agregat Pokok dan Pengunci Pengujian Standar Nilai Abrasi dengan mesin Los Angeles pada 500 putaran SNI 03-2417-1991 Maks. 40 Kelekatan agregat terhadap aspal SNI 03-2439-1991 Min. 95 I ndeks Kepipihan BS 812 Part I 1975 Article 7.3 Maks.25 b Agregat pokok dan pengunci harus, bilamana diuji sesuai dengan SNI 03-1968-1990, memenuhi gradasi yang diberikan Tabel 6.6.2.2. Tabel 6.6.2.2 Gradasi Agregat Pokok dan Pengunci Ukuran Ayakan Berat Yang Lolos Tebal Lapisan cm ASTM mm 7 - 10 5 - 8 4 - 5 Agregat Pokok : 3” 75 100 2½ ” 63 90 - 100 100 2” 50 35 - 70 95 - 100 100 1½ ” 38 0 - 15 35 - 70 95 - 100 1” 25 0 - 5 0 - 15 - ¾ ” 19 - 0 - 5 0 - 5 Agregat Pengunci : 1” 25 100 100 100 ¾ ” 19 95 - 100 95 - 100 95 - 100 3 8” 9,5 0 - 5 0 - 5 0 - 5 3 Aspal Bahan aspal haruslah salah satu dari berikut ini : a Aspal semen Pen.80 100 atau Pen.60 70 yang memenuhi AASHTO M20. b Aspal emulsi CRS1 atau CRS2 yang memenuhi ketentuan Pd S-01-1995-03 AASHTO M208 atau RS1 atau RS2 yang memenuhi ketentuan AASHTO M140. c Aspal cair penguapan cepat rapid curing jenis RC250 atau RC800 yang memenuhi ketentuan Pd S-03-1995-03, atau aspal cair penguapan sedang medium curing jenis MC250 atau MC800 yang memenuhi ketentuan Pd S-02-1995-03. Jenis aspal lainnya mungkin dapat digunakan dengan persetujuan Direksi Pekerjaan.

6.6.3. KUANTI TAS AGREGAT DAN ASPAL

Kuantitas agregat dan aspal harus diambil dari Tabel 6.6.3 dan harus disetujui terlebih dahulu oleh Direksi Pekerjaan sebelum pekerjaan dimulai. Penyesuaian takaran ini mungkin diperlukan selama Kontrak jika dipandang perlu oleh Direksi Pekerjaan untuk memperoleh mutu pekerjaan yang disyaratkan. Tabel 6.6.3 : Lapis Perata Penetrasi Macadam Tebal Lapisan cm Agregat Pokok kg m 2 Aspal Residu kg m 2 Agregat Pengunci kg m 2 7 - 10 5 - 8 4 - 5 8,5 200 8,5 25 7,5 180 7,5 25 6,5 160 6,5 25 6,5 152 6,0 25 5,5 140 5,5 25 Dinas Pekerjaan Umum Kab. TTS Bidang Bina Marga TA. 2012 6 - 45 5,5 133 5,2 25 4,4 114 4,4 25 3,7 105 3,7 25 3,7 80 2,5 25 Catatan : Aspal Residu adalah bitumen tertinggal setelah semua bahan pelarut atau pengemulsi telah menguap. 6.6.4. PERALATAN Peralatan berikut ini harus disediakan untuk : a Penumpukan Bahan ƒ Dump Truck ƒ Loader b Di Lapangan i. Mekanis. ƒ Penggilas tandem 6 - 8 ton atau penggilas beroda tiga 6 - 8 ton. ƒ Penggilas beroda karet 10 - 12 ton jika diperlukan. ƒ Distributor aspal atau hand sprayer sesuai dengan ketentuan da-lam Pasal 6.1.3. ƒ Truk Penebar Agregat. ii. Manual. ƒ Penyapu, sikat, karung, keranjang, kaleng aspal, sekop, gerobak dorong, dan peralatan kecil lainnya. ƒ Ketel aspal. ƒ Penggilas seperti cara mekanis. 6.6.5. PELAKSANAAN 1 Persiapan Lapangan Permukaan yang diperbaiki dengan Penetrasi Macadam harus disiapkan seperti di bawah ini : a Profil memanjang atau melintang harus disiapkan menurut rancangan potong-an melintang. b Permukaan harus bebas dari benda-benda yang tidak diinginkan seperti debu dan bahan lepas lainnya. Lubang-lubang dan retak-retak harus diperbaiki sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 8.1.3.2 dan 8.1.3.3 dari Spesifikasi ini c Permukaan aspal lama harus diberikan Lapis Perekat sesuai dengan ketentuan dalam Seksi 6.1 dari Spesifikasi ini, sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. 2 Penghamparan dan Pemadatan a Umum Agregat dan aspal harus tersedia di lapangan sebelum pekerjaan dimulai. Kedua bahan tersebut harus dijaga dengan hati-hati untuk menjamin bahwa bahan tersebut bersih dan siap digunakan. Selama pemadatan agregat pokok dan agregat pengunci, kerataan permu-kaan harus dipelihara. Bilamana permukaan yang telah dipadatkan tidak rata, maka agregat harus digaru dan dibuang atau agregat ditambahkan seperlunya sebelum dipadatkan kembali. Temperatur penyemprotan aspal harus sesuai dengan Tabel 6.6.5.1 Tabel 6.6.5.1 Temperatur Penyemprotan Aspal JENI S ASPAL TEMPERATUR PENYEMPROTAN ° C 60 70 Pen. 165 - 175 80 100 Pen. 155 - 165 Emulsi kamar, atau sebagaimana petunjuk pabrik Aspal Cair RC MC 250 80 - 90 Aspal Cair RC MC 800 105 - 115 Bilamana jenis aspal lain digunakan, temperatur penyemprotan harus disetujui Direksi Pekerjaan sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai. Dinas Pekerjaan Umum Kab. TTS Bidang Bina Marga TA. 2012 6 - 46 b Metode Mekanis i. Penghamparan dan Pemadatan Agregat Pokok Truk penebar agregat harus dijalankan dengan kecepatan yang sedemikian hingga kuantitas agregat adalah seperti yang disyaratkan dan diperoleh permukaan yang rata. Pemadatan awal harus menggunakan alat pemadat 6 - 8 ton yang bergerak dengan kecepatan kurang dari 3 km jam. Pemadatan dilakukan dalam arah memanjang, dimulai dari tepi luar hamparan dan dijalankan menuju ke sumbu jalan. Lintasan penggilasan harus tumpang tindih overlap paling sedikit setengah lebar alat pemadat. Pemadatan harus dilanjutkan sampai diperoleh permukaan yang rata dan stabil minimum 6 lintasan. ii. Penyemprotan Aspal Temperatur aspal dalam distributor harus dijagapada temperatur yang disyaratkan untuk jenis aspal yang digunakan. Temperatur penyem-protan dan takaran penyemprotan harus disetujui oleh Direksi Peker-jaan sebelum pelaksanaan dimulai dan harus memenuhi rentang yang disyaratkan masing-masing dalam Tabel 6.6.5.1 dan 6.6.3.1. Cara penggunaan harus memenuhi ketentuan dalam Pasal 6.1.4.3. iii. Penebaran dan Pemadatan Agregat Pengunci. Segera setelah penyemprotan aspal, agregat pengunci harus ditebarkan pada takaran yang disyaratkan dan dengan cara yang sedemikian hingga tidak ada roda yang melintasi lokasi yang belum tertutup bahan aspal. Takaran penebaran harus sedemikian hingga, setelah pemadatan, rongga-rongga permukaan dalam agregat pokok terisi dan agregat pokok masih nampak. Pemadatan agregat kunci harus dimulai segera setelah penebaran agre-gat pengunci dan harus seperti yang diuraikan dalam Pasal 6.6.5.b.i Bilamana diperlukan, tambahan agregat pengunci harus ditambahkan dalam jumlah kecil dan disapu perlahan-lahan di atas permukaan selama pemadatan. Pemadatan harus dilanjutkan sampai agregat pengunci tertanam dan terkunci penuh dalam lapisan di bawahnya. c Metode Manual i. Penghamparan dan Pemadatan Agregat Pokok. Jumlah agregat yang ditebar di atas permukan yang telah disiapkan harus sebagaimana yang disyaratkan. Kerataan permukaan dapat diperoleh dengan keterampilan penebaran dan menggunakan perkakas tangan seperti penggaru. Pemadatan harus dilaksanakan seperti yang disyaratakan untuk metode mekanis. ii. Penyemprotan Aspal Penyemprotan aspal dapat dikerjakan dengan menggunakan penyem-prot tangan hand sprayer dengan temperatur aspal yang disyaratkan. Takaran penggunaan aspal harus serata mungkin dan pada takaran penyemprotan yang disetujui. iii. Penebaran dan Pemadatan Agregat Pengunci Penebaran dan pemadatan agregat pengunci harus dilaksanakan dengan cara yang sama untuk agregat pokok. Takaran penebaran harus sede-mikian hingga, setelah pemadatan, rongga-rongga permukaan dalam agregat pokok terisi dan agregat pokok masih nampak. Pemadatan harus sebagaimana yang disyaratkan untuk metode mekanis. 3 Pemeliharaan Agregat Pengunci Bilamana terdapat keterlambatan antara pengerjaan lapis agregat pengunci dan lapis berikutnya, Kontraktor harus memelihara permukaan agregat pengunci dalam kondisi baik sampai lapis berikutnya dihampar.

6.6.6. PENGENDALI AN MUTU DAN PENGUJI AN DI LAPANGAN