BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Paradigma Kajian
Penelitian pada hakekatnya merupakan suatu upaya untuk menemukan suatu kebenaran atau untuk lebih mudah membenarkan kebenaran. Usaha untuk
mencari kebenaran dilakukan oleh para filsuf, peneliti maupun para praktisi melalui model-model tertentu. Model-model tertentu biasanya disebut dengan
paradigma Moleong, 2010. Paradigma bukanlah teori-teori, namun lebih merupakan cara pandang atau
pola-pola untuk penelitian yang diperluas dan dapat menuju pembentukan suatu teori. Setiap penelitian memerlukan paradigma teori dan model teori sebagai dasar
dalam menyusun kerangka penelitian. Menurut Sandjaya 2007:5 “Paradigma adalah pandangan dalam kepercayaan yang telah diterima dan disepakati bersama
oleh masyarakat ilmuwan berkaitan dengan suatu keilmuan”. Dalam penelitian kualitatif “teori” lebih ditempatkan pada garis yang
digunakan di bidang sosiologi dan antropologi dan mirip dengan istilah paradigma Ritzer, dalam Bogdan Biklen, 1982. Paradigma adalah kumpulan tentang
asumsi, konsep, atau proposisi yang secara logis dipakai peneliti Alsa, 2010. Harmon 1970 dalam Moleong 2010, mendefinisikan paradigma sebagai
cara mendasar untuk mempersepsi, berpikir, menilai dan melakukan yang berkaitan dengan sesuatu yang secara khusus tentang visi realitas. Baker 1992
dalam Moleong 2010, mendefinisikan paradigma sebagai seperangkat aturan yang melakukan dua hal yaitu: hal itu membangun atau mendefinisikan batas-
batas dan hal itu menceritakan kepada kita bagaimana seharusnya melakukan sesuatu di dalam batas-batas itu agar bisa berhasil.
Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma interpretatif pandangan pendapat dan pendekatan yang digunakan adalah
pendekatan kualitatif. Dalam paradigma interpretatif, realitas sosial pada hakekatnya tidak pasti namun nisbi atau relatif. Karena kerelatifannya, maka
pemaknaan setiap orang tergantung bagaimana ia terlibat dalam peristiwa sosial tertentu. Seseorang hanya dapat mengerti dari sisi dalam, bukan dari luar realitas
sosial. Dalam konteks ini ilmu sosial bersifat subyektif. Pendekatan ini menolak
Universitas Sumatera Utara
kedudukan sebagai “pengamat” sebagaimana dikenal pada pendekatan positivis. Seseorang hanya bisa mengerti apabila menggunakan kerangka berpikir orang
yang terlibat langsung. Dengan kata lain, ia berupaya mengerti dari sisi dalam realitas sosial Neuman, 2000.
Paradigma interpretatif digunakan dalam penelitian ini karena paradigma ini menyatakan bahwa pengetahuan dan pemikiran awam berisikan arti atau
makna yang diberikan individu terhadap pengalaman dan kehidupannya sehari- hari. Sehingga melalui paradigma interpretatif, dalam penelitian ini peneliti dapat
memahami bagaimana komunikasi persuasif agen asuransi berperan dalam merekrut calon agen asuransi di PT Asuransi Life Allianz Indonesia cabang kota
Medan.
2.2 Kajian Pustaka