b. Komunikasi persuasif persuasive communication
c. Komunikasi pervasif pervasive communication
d. Komunikasi koersif coersive communication
e. Komunikasi instruktif instructive communication
f. Hubungan manusiawi human relation
2.2.2 Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal adalah komunikasi antar orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain
secara langsung, baik secara verbal maupun non verbal. Keberhasilan komunikasi menjadi tanggung jawab peserta komunikasi. Kedekatan hubungan pihak-pihak
yang berkomunikasi akan tercermin pada jenis-jenis pesan atau respon nonverbal mereka, seperti sentuhan, tatapan mata yang ekspresif, dan jarak fisik yang sangat
dekat. Meskipun setiap orang dalam komunikasi interpersonal bebas mengubah topik pembicarannya, kenyataannya komunikasi interpersonal bisa didominasi
oleh suatu pihak kapanpun. Komunikasi interpersonal berperan penting hingga kapanpun, selama manusia masih mempunyai emosi. Kenyataannya, komunikasi
tatap muka ini membuat manusia merasa lebih akrab dengan sesamanya Mulyana, 2007:81.
Komunikasi interpersonal didefinisikan berdasarkan komponen oleh Joseph A. Devito dalam bukunya “The Interpersonal Communication Book”
Devito, 1989:4 sebagai: “Proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang, atau di antara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek
dan beberapa umpan balik seketika.” Dibandingkan dengan bentuk komunikasi lainnya, komunikasi
interpersonal dinilai paling ampuh dalam kegiatan mengubah sikap, kepercayaan, opini, dan perilaku komunikan. Alasannya adalah karena komunikasi
interpersonal umumnya berlangsung secara tatap muka, sehingga terjadi kontak pribadi. Ketika pesan disampaikan, umpan balik berlangsung seketika. Artinya,
komunikator dapat mengetahui tanggapan komunikan terhadap pesan yang dilontarkan pada saat itu juga, misalnya melalui ekspresi wajah Effendy,
2003:60-63.
Universitas Sumatera Utara
Judy C. Pearson dalam Riswandi, 2013:66 mengemukakan enam karateristik komunikasi interpersonal, sebagai berikut:
1. Komunikasi interpersonal dimulai dalam diri pribadi self
Berbagai persepsi komunikasi yang menyangkut pengamatan dan pemahaman berangkat dari dalam diri kita, artinya dibatasi oleh siapa diri kita dan
bagaimana pengalaman kita. 2.
Komunikasi interpersonal bersifat transaksional Anggapan ini mengacu pada tindakan pihak-pihak yang berkomunikasi
secara serempak menyampaikan dan menerima pesan. 3.
Komunikasi interpersonal mencakup aspek-aspek isi pesan dan hubungan antarpribadi. Maksudnya komunikasi interpersonal tidak hanya berkenaan dengan
ini pesan yang dipertukarkan, tetapi juga melibatkan siapa partner komunikasi kita dan bagaimana hubungan kita dengan partner kita.
4. Komunikasi interpersonal mensyaratkan adanya kedekatan fisik antara
pihak-pihak berkomunikasi. 5.
Komunikasi interpersonal melibatkan pihak-pihak yang saling tergantung satu dengan yang lainnya interpenden dalam proses komunikasi.
6. Komunikasi interpersonal tidak dapat diubah maupun diulang
irreversible. Jika kita salah mengucapkan sesuatu kepada partner komunikasi kita, kita
mungkin dapat minta maaf, tetapi itu tidak berarti menghapus apa yang pernah kita ucapkan to forgive, but not to forget.
Menurut Devito 2011 bahwa faktor-faktor efektivitas komunikasi interpersonal yang berdasarkan pendekatan humanistis dimulai dengan lima
kualitas umum yaitu : 1. Keterbukaan Openness
Dalam kualitas keterbukaan terdapat setidaknya tiga aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama, komunikator interpersonal yang efektif harus
terbuka kepada orang yang diajaknya berinteraksi. Aspek keterbukaan yang kedua mengacu kepada kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap
stimulus yang datang. Aspek ketiga menyangkut “kepemilikan” perasaan dan pikiran.
Universitas Sumatera Utara
2. Empati Empathy Empati didefinisikan sebagai ”kemampuan seseorang untuk ‘mengetahui’
apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain itu, melalui kacamata orang lain itu.” Bersimpati, di pihak lain adalah
merasakan bagi orang lain atau merasa ikut bersedih. Sedangkan berempati adalah merasakan sesuatu seperti orang yang mengalaminya, berada di situasi yang sama
dan merasakan perasaan yang sama dengan cara yang sama. Orang yang empatik mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan dan sikap
mereka, serta harapan dan keinginan mereka untuk masa mendatang. Kita dapat mengkomunikasikan empati baik secara verbal maupun non verbal. Secara
nonverbal, kita dapat mengkomunikasikan empati dengan memperlihatkan 1 keterlibatan aktif dengan orang itu melalui ekspresi wajah dan gerak-gerik yang
sesuai; 2 konsentrasi terpusat meliputi kontak mata, postur tubuh yang penuh perhatian, dan kedekatan fisik; serta 3 sentuhan atau belaian yang sepantasnya.
3. Sikap Mendukung Supportiveness Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan di mana terdapat
sikap mendukung supportiveness. Suatu konsep yang perumusannya dilakukan berdasarkan karya Jack Gibb. Komunikasi yang terbuka dan empatik tidak dapat
berlangsung dalam suasana yang tidak mendukung. Kita memperlihatkan sikap mendukung dengan bersikap 1 deskriptif, bukan evaluatif, 2 spontan, bukan
strategik, dan 3 provisional, bukan sangat yakin. 4. Sikap Positif Positiveness
Kita mengkomunikasikan sikap positif dalam komunikasi interpersonal dengan sedikitnya dua cara: 1 menyatakan sikap positif dan 2 secara positif
mendorong orang yang menjadi teman kita berinteraksi. Sikap positif mengacu pada sedikitnya dua aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama, komunikasi
interpersonal terbina jika seseorang memiliki sikap positif terhadap diri mereka sendiri. Kedua, perasaan positif untuk situasi komunikasi pada umumnya sangat
penting untuk interaksi yang efektif. Sikap positif dapat dijelaskan lebih jauh dengan istilah stroking dorongan. Dorongan positif mendukung citra pribadi kita
dan membuat kita lebih baik. Sebaliknya, dorongan negatif, bersifat menghukum dan menimbulkan kebencian.
Universitas Sumatera Utara
5. Kesetaraan Equality
Dalam setiap situasi, barangkali terjadi ketidaksetaraan. Tidak pernah ada dua orang yang benar-benar setara dalam segala hal. Terlepas dari ketidaksetaraan
ini, komunikasi interpersonal akan lebih efektif bila suasananya setara. Artinya, harus ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua pihak sama-sama bernilai
dan berharga, dan bahwa masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan. Dalam suatu hubungan interpersonal yang ditandai oleh
kesetaraan, ketidaksependapatan dan konflik lebih dillihat sebagai upaya untuk memahami perbedaan yang pasti ada daripada sebagai kesempatan untuk
menjatuhkan pihak lain. Kesetaraan tidak mengharuskan kita menerima dan menyetujui begitu saja semua perilaku verbal dan nonverbal pihak lain.
Kesetaraan berarti kita menerima pihak lain, atau menurut istilah Carl Rogers, kesetaraan meminta kita untuk memberikan “penghargaan positif tak bersyarat”
kepada orang lain.
2.2.3 Komunikasi Persuasif