Pertumbuhan Udang M. elegans
1
1.
Udang berganti kulit, melepaskan dirinya dari kulit luarnya yang keras eksoskeleton,
2.
Air diserap absorbed, ukuran udang bertambah besar,
3.
Kulit luar yang baru terbentuk dan
4.
Air secara bertahap diganti dengan jaringan baru. Oleh karenanya pertumbuhan panjang individu merupakan fungsi berjenjang step
function, tubuh bertambah panjang pada setiap ganti kulit dan tidak bertambah panjang antar ganti kulit intermolt. Pada setiap ganti kulit integumen membuka, pertumbuhan
terjadi cepat pada periode waktu yang pendek, sebelum integumen yang baru menjadi keras Hartnoll, 1982. Pertumbuhan larva dan pascalarva udang merupakan perpaduan
antara proses perubahan struktur melalui metamorfosis dan ganti kulit molting, serta meningkatnya biomass sebagai proses transformasi materi dan energi pakan menjadi
masa tubuh udang Hartnoll, 1982. Pada tingkat individu, udang mempunyai pola pertumbuhan yang terputus-putus
discontinu, karena tidak terjadi pertumbuhan saat diantara ganti kulit. Selanjutnya dinyatakan bahwa pertumbuhan udang penaid sangat cepat dan ukuran maksimum
bervariasi dari panjang total 8,4-12 cm pada spesies penaid yang kecil Metapenaeus spp sampai dengan 30 cm pada spesies udang besar seperti P monodon, dicapai pada umur
sekitar 2 tahun. Secara sederhana prinsip faali dan karakteristik ganti kulit pada udang mengikuti alur proses sebagai berikut Yamaoka dan Scheer, 1970; Wickins, 1982 yang
dikutip Anggoro 1992. a
Mobilisasi dan akumulasi cadangan material metabolik, seperti Ca, P dan bahan organik ke dalam hepatopankreas selama akhir periode antar ganti kulit intermolt
akhir. b
Pembentukan kulit baru diiringi dengan resorpsi material organik dan anorganik dari kulit lama selama periode persiapan awal ganti kulit premolt.
c Pelepasan kulit lama pada saat ganti kulit dan diikuti dengan absorpsi air dari media
eksternal dalam jumlah besar, d
Pembentukan dan pengerasan kulit baru dari cadangan material organik dan arorganik yang berasal dari hemolimfe darah dan hepatopankreas sebagian kecil berasal dari
media eksternal, yang terjadi pada periode setelah ganti kulit postmolt,
BAB VI DISTRIBUSI DAN RUAYA UDANG M. elegans
Penyebaran udang penaeid mulai dari daerah muara-muara sungai sampai ke perairan laut dalam, bervariasi menurut fase dalam kehidupannya. Larva bergerak dari
daerah pemijahan di tengah laut ke teluk dan muara sungai secara pasif terbawa arus sebagai pasca-larva. Juvenil ditemukan pada lingkungan muara sungai dan goba-goba,
dan menyenangi perairan yang terdapat hutan mangrove Kirkegaard, et al. 1970 yang disitir oleh Naamin, 1984. Udang dewasa biasanya ditemukan pada perairan pantai yang
dangkal. Udang muda juvenil dan udang dewasa mempunyai kisaran toleransi terhadap suhu antara 10 – 40
o
C, tetapi jarang ditemukan pada perairan dengan suhu 36
o
C. Udang muda mampu beradaptasi terhadap salinitas hingga 5
o oo
dan udang dewasa jarang terdapat pada perairan dengan salinitas lebih dari 33 – 36
o oo
Munro, 1968 yang disitir Naamin, 1984. Perairan yang disenangi adalah perairan yang agak keruh dengan dasar
lumpur yang lumer atau campuran pasir dengan lumpur Unar, 1965; Penn, 1975 yang disitir Naamin, 1984.
Udang penaeid yang umumnya hidup di daerah tropis dikenal beruaya dari pantai ke tengah laut dan sebaliknya, migrasi sepanjang pantai dan melakukan pergerakan
vertikal dalam kolom air. Larva udang juga diketahui melakukan ruaya secara vertikal pada jam-jam gelap, tetapi tingkah laku ini hilang setelah pascalarva yang berada di
sungai. Beberapa jenis udang penaeid mempunyai kebiasaan mengelompok schooling dan sifat membenam diri dalam substrat lumpur. Menurut Penn 1981 P. merguensis
termasuk golongan yang jarang membenam diri dan hampir selalu aktif. Hindley 1975 yang disitir Naamin, 1984 menyatakan bahwa P. merguensis tidak diketahui
membenamkan diri ke dalam substrat dasar perairan. P. monodon dan P. indicus lebih senang membenamkan diri dalam lumpur pada siang hari dan keluar pada saat malam
hari. Udang pada semua fase hidupnya sangat peka terhadap perubahan lingkungan
habitatnya. Suhu, oksigen, salinitas, kekeruhan, densitas plankton, intensitas cahaya, fase bulan, cuaca, keberadaan hutan mangrove, merupakan parameter lingkungan yang
berpengaruh terhadap kehidupan udang. Demikian juga tekstur sedimen, kandungan bahan organik dan keberadaan organisme bentik. Pada perairan tropis, curah hujan,
makanan, kekeruhan dan perubahan-perubahan yang terjadi atas faktor tersebut lebih penting daripada suhu yang tidak terlalu bervariasi. Tingkat sintasan survival larva dan
Distribusi dan Ruaya Udang M. elegans
juvenil udang dipengaruhi oleh kombinasi pengaruh suhu dan salinitas. Kombinasi suhu rendah dan salinitas rendah sangat tidak disukai udang. Suhu juga merupakan salah satu
variabel utama selain keadaan sungai dan sedimen yang mempengaruhi penyebaran udang Garcia dan Le Reste, 1981. Beberapa faktor yang merangsang udang muda untuk
beruaya adalah perubahan yang mencolok dari suhu, salinitas dan arus terkait dengan perubahan musim aliran sungai Rothchild dan Gulland, 1982.
A. DISTRIBUSI UDANG M. ELEGANS BERDASARKAN UKURAN PANJANG
KARAPAS
Ukuran panjang karapas rata-rata paling besar ditemukan pada bulan November dan Desember. Berdasarkan lokasinya, ukuran rata-rata panjang karapas paling besar
ditemukan pada stasiun pengamatan perairan laguna sebelah timur Karanganyar. Udang yang berasal dari Zona Timur dan Tengah umumnya lebih kecil dibanding udang yang
berasal dari Zona Barat Gambar 39. Ukuran terkecil ditemukan pada udang yang tertangkap di perairan Tritih Kulon
Zona Timur dan di perairan sebelah Barat Kutawaru Zona Tengah. Hasil cluster analysis menunjukkan bahwa udang M. elegans dari perairan Tritih Kulon memiliki
kemiripan ukuran dengan udang yang tertangkap di perairan Barat Kutawaru, dimana keduanya memiliki ukuran terkecil Gambar 40. Ukuran udang yang tertangkap di
perairan Karangtalun memiliki kemiripan dengan udang yang tertangkap di perairan Timur Motean.
Berdasarkan ukuran panjang karapas udang M. elegans yang tertangkap, maka
perairan dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama, terdiri dari lokasi pengamatan Tritih Kulon dan Barat Kutawaru. Kelompok kedua terdiri dari
perairan Karangtalun, muara Sungai Donan, perairan Timur Motean dan Barat Motean.
Kelompok ketiga yang berada pada Zona Barat atau perairan laguna laguna dekat
Klaces, laguna dekat muara Sungai Cibeureum dan laguna sebelah timur Karanganyar.