Analisis Stok Model Analitik
11 Gulland 1974 mengelompokkan menjadi dua dilihat dari cara pandang terhadap
populasi ikan. Pertama, model-model yang memperlakukan populasi sebagai satu satuan tanpa memperhitungkan strukturnya komposisi umur dan sebagainya. Kedua,
menganggap populasi sebagai kumpulan dari individu-individu anggotanya, sehingga dikaitkan dengan laju pertumbuhan dan mortalitas dari individu anggotanya. Model yang
masuk kelompok pertama misalnya model surplus produksi dari Schaefer 1954, 1957 yang merupakan pengembangan dari model Graham 1939, model dynamic pool dari
Wicker 1948, 1958, dan Beverton dan Holt 1957. Model analitik sering pula dikenal sebagai Beverton and Holt dan model Ricker,
yaitu suatu model yang mempertimbangkan lebih mendalam beberapa bagian parameter populasi. Model ini lebih banyak memerlukan data mengenai parameter pertumbuhan,
rekrutmen dan mortalitas. Model yang banyak digunakan pada akhir-akhir ini adalah model yield-per-rekruit YR, yang selanjutnya disebut sebagai hasil per penambahan
baru. King 1995 menyatakan bahwa model YR adalah memeriksa “trade off” antara menangkap ikan yang masih muda dalam jumlah banyak dan menangkap ikan yang lebih
sedikit jumlahnya tetapi lebih besar ukurannya. Asumsi model adalah bahwa stok dalam keadaan berimbang, yakni yield total
dalam satu tahun dari semua kelompok umur semua kohort semu, pseudo cohort adalah sama dengan yield yang dihasilkan oleh suatu kohort tunggal selama daur hidupnya
King, 1995; Sparre dan Venema, 1999. Secara lebih sederhana, Gulland 1983 menyatakan bahwa YR adalah yiled rata-rata yang dapat diharapkan dari ikan secara
individu yang mencapai ukuran yang dapat ditangkap, dengan pola penangkapan tertentu jumlah upaya total dan selektifitasnya.
B. ANALISIS KOHORT DAN VIRTUAL POPULATION ANALYSIS VPA
Analisis Kohort dan analisis pupulasi virtual adalah suatu analisis dari hasil-hasil tangkapan dari perikanan komersial yang diperoleh melalui statistik perikanan Sparre
dan Venema, 1999. Pada awalnya model ini berbasis umur, namun kemudian dikembangkan juga untuk analisis berbasis data frekuensi panjang. Data hasil tangkapan
digabung dengan informasi yang rinci tentang penyebaran dari setiap kohort pada hasil tangkapan, yang biasanya diperoleh melalui penarikan contoh dan pengukuran frekuensi
panjang. Ide di balik metode ini adalah menganalisis apa yang dapat diukur, hasil tangkapan, dengan maksud untuk menghitung populasi yang seharusnya ada di perairan
BAB X KONSEP DAN STRATEGDI PENGELOLAAN
Berdasarkan paparan dari bab 1 sampai dengan bab 9 di depan dapat disimpulkan bahwa :
1 M. elegans betina matang gonad paling banyak ditemukan pada bulan Mei. Daerah pemijahan M. elegans diduga di perairan Laguna Segara Anakan zona barat.
2 Puncak rekrutmen M. elegans terjadi pada bulan Juni. 3 Ukuran M. elegans rata-rata tertangkap jaring apong pada panjang karapas 14.5 mm,
sedangkan ukuran optimum yang menghasilkan produksi maksimum berkelanjutan MSY relatif adalah 25.5 mm, dengan laju eksploitasi 0.7tahun. Apabila laju
eksploitasi sekarang dipertahankan E = 0.83tahun, maka L
c
seharusnya 27.7 mm. 4 Pada L
c
= 14.5, laju eksploitasi udang jari sebesar 0.83tahun, E
max
sebesar 0.54tahun dan E
0.1
sebesar 0.46tahun. 5 Berdasarkan indikator ukuran panjang karapas rata-rata yang tertangkap apong, laju
eksploitasi E, produksi, hasil tangkapan per satuan upaya CPUE dan YR’ status perikanan udang jari di perairan Segara Anakan dalam keadaan lebih tangkap.
6 Produksi udang jari di perairan Segara Anakan pada tahun 2004 sebesar 168 tontahun, dengan nilai produksi sebesar Rp.1.726.744.150,00. Produksi maksimum
berkelanjutan secara biologi MSY udang jari 240 ton dan produksi maksimum berkelanjutan secara ekonomi MSE sebesar 234 ton, dengan nilai produksi sebesar
Rp. 2.740.275.054.00, apabia nilai tengah ukuran udang yang tertangkap 25,5 mm. 7 Alternatif pengelolaan yang dapat dilakukan, baik secara terpisah atau bersamaan,
yaitu : a
Konsep pengelolaan yang didasarkan pada pengaturan ukuran mata jaring pada kantong jaring apong.
b Konsep pengelolaan dengan penutupan musim dan daerah penangkapan,
berdasarkan musim daerah pemijahan dan pola rekrutmen. c
Konsep pengelolaan dengan mengurangi laju eksploitasi mengurangi jumlah trip, yaitu dengan mengurangi jumlah unit atau trip alat tangkap yang beroperasi
di Seagara Anakan. d
Menjaga kelestarian habitat dan lingkungan Laguna Segara Anakan melalui berbagai upaya, terutama penanggulangan sedimentasi di laguna.