4.3.2. Sumber Daya
Berdasarkan hasil wawancara mendalam kepada kepala puskesmas mengenai jumlah SDM dan fasilitas pengolahan data, maka diperoleh pernyataan bahwa jumlah
pegawai pengolahan data SP2TP dan PWS-KIA pada umumnya berjumlah 1 orang dan didukung dengan fasilitas 1 unit komputer yang dapat digunakan oleh pegawai
untuk semua kegiatan puskesmas. Sedangkan informan yaitu bidan koordinator mengungkapkan bahwa petugas
pengelola data adalah bidan koordinator itu sendiri 1 orang sehingga tidak tertutup kemungkinan dalam mengelola data KIA kurang optimal. Alur pelaporan KIA
dimana pegawai menerima data tiap bulan dari Pustu sebelum tgl. 30 dan ada bidan menjemput langsung ke posyandu. Kendala yang dihadapi laporan dari BPSRB yaitu
sering tidak dapat bertemu saat petugas berkunjung sehingga laporannnya tidak ada. Data diolah secara manual, kemudian diketik menggunakan komputer lalu diprint dan
hasilnya dikirim ke Dinas Kesehatan Kota Medan. Sedangkan hasil wawancara mendalam informan yaitu bidan praktek swasta mengenai SDM dan sistem
pengelolaan data KIA, bahwa pengelola data KIA adalah bidan itu sendiri sebagai pemilik rumah bersalin.
Hasil wawancara mendalam informan yaitu petugas Seksi KIAKB mengenai SDM dan fasilitas pengelola data KIA, maka diperoleh pernyataan bahwa secara
kuantitas sudah mencukupi, tetapi secara kualitas masih perlu diberi pelatihan tentang pengelolaan data berbasis komputer. Demikian pernyataan informan yaitu pengelola
bahwa jumlah SDM sudah cukup dalam melaksanakan pengelolaan data yaitu 9 orang
dan didukung fasilitas komputer. Jawaban para informan dapat dilihat melalui tabel di bawah ini:
Tabel. 4.5. Matriks Jumlah SDM dan Fasilitas Pengolahan Data SP2TP dan PWS-KIA
No. Informan Jawaban
Informan 1a 1 orang dan dilengkapi 1 unit komputer yang dapat dipakai
oleh pegawai puskesmas
Informan 1b Masing-masing 1 orang SP2TP dan PWS-KIA dan dilengkapi
1 unit komputer yang digunakan untuk semua pegawai
Informan 1c
1 orang dan dilengkapi 2 unit komputer
Informan 1d 1 orang dan dilengkapi 1 unit komputer
Informan 2a 2 orang, total jumlah pegawai di KIA 6 orang. Alur pelaporan
dimana pegawai setiap menerima data tiap bulan dari pustu sebelum tgl. 30, data pustu dari bidan di wilayah kerjanya.
Metode pencatatan laporan menggunakan buku kohort bumil untuk ANC, ada buku pelayanan bulin karena ini puskesmas
rawat inap.
Informan 2b
6 orang, pengolah data KIA 1 orang bikor sendiri. Sumber data puskesmas dari bidan swasta dan kader. Alur pelaporan
dimana petugas jemput bola dan mendatangi bidan dan kelurahan. Metode pencatatan laporan secara manual
Informan 2c 1 orang, ada 2 pegawai baru sedang dilatih mengolah data KIA
dengan wilayah kerja ada yaitu Kelurahan Sei Mati dan Martubung. Pegawai puskesmas turun ke posyandu dan kader-
kader mencatat bumil ke buku kohort
Informan 2d 1 orang. Mulanya diambil dari posyandu dan pasien puskesmas
yang ANC dan USG dalam wilayah, dari swasta juga tapi kadang susah karena saat ditemui petugas tidak ditemui.
Diketik menggunakan komputer lalu diprint dan hasilnya dikirim ke Dinas Kesehatan Kota Medan.
Informan 3a Tidak ada. Saya sendiri. Saya menggunakan buku besar,
dimana saya data sesuai dengan apa yang diminta puskesmas tapi puskesmas tidak pernah ada memberi blanko sehingga
pencatatan laporan saya dipisah seperti pasien ibu dan anak dipisah. Pasien ANC dan bersalin berbeda. Waktu saya baru
buka praktek, petugas puskesmas datang dan mereka memberikan rekapan pengisian, tapi ditunggu-tunggu mereka
tidak datang menjemput jadi saya pun lupa dan sampai sekarang belum pernah saya kasih laporan. Kayaknya untuk
menjemput laporan itu jarang dan mereka tidak rutin menjemput.
Tabel. 4.5. Lanjutan Informan 3b
Dahulu ada 4 orang pegawai, saat ini sudah mendekati pensiun sehingga pengelola saya sendiri. Sistem pengelolaan masih
manual dan laporannya tidak tiap bulan. Untuk pengadaan fasilitas, misalnya komputer bukan di bidang Yankes. Simpus
sudah ada di Puskesmas Teladan dan Glugur Darat, direncanakan dilaksanakan di seluruh puskesmas, tetapi
fasilitas untuk pengiriman data ke dinkes sudah ada di puskesmas. Akan disampaikan pada rapat-rapat rutin
Informan 3c Tidak ada, sehingga saya sendiri yang mengelola data. Saya
catat di buku, dimana data antara pasien berobat biasa digabung, sedangakan pelayanan kesehatan untuk ibu dan anak
dipisah, pelayanan ibu hamil ANC dan data ibu bersalin juga dipisah. Dulu bikor pernah memberikan format laporan KIA,
tetapi sekarang tidak pernah lagi.
Informan 3d Tidak ada pengolah data khusus, maka saya sendiri yang
mencatat laporan KIA. Pengelolaan laporan saya catat dalam di buku, kemudian pasien yang berobat baik yang umum, anak,
ibu hamil dan ibu bersalin saya pisahkan datanya. Saya jarang melaporkan data ke puskesmas. Bikor juga tidak rutin datang
mengambil laporan KIA. Bikor pernah datang dan memberikan format laporan KIA pada waktu lalu, tetapi sekarang tidak
pernah lagi memberikan format tersebut.
Informan 4
Memang benar, masih ada fasilitas di puskesmas yg belum memadai. Untuk mengatasi masalah ini maka SD manusia dan
fasilitas akan lebih diberdayakan. Untuk ATK misalnya selama ini mencukupi. Tentang Simpus sudah ada di Puskesmas
Teladan dan Glugur Darat, direncanakan dilaksanakan di seluruh puskesmas, tetapi fasilitas untuk pengiriman data ke
dinkes sudah ada di puskesmas dan ini akan disampaikan pada rapat-rapat rutin.
Informan 5
Ada 4 orang pengolah data PWS-KIA. Pengelolaan data KIA dilakukan secara manual, dan sebagian menggunakan komputer
ada soft copy, namun SDM masih ada yang belum paham dalam mengoperasikan komputer. Untuk mendukung
pengolahan data dilengkapi dengan komputer dan jaringan internet.
Informan 7 Jumlah pengelola data yaitu 9 orang dan didukung dengan
fasilitas komputer. SDM saat ini cukup memadai
Berdasarkan hasil wawancara mendalam kepada seluruh kepala puskesmas mengenai validitas dan kelengkapan data di puskesmas, maka diperoleh pernyataan
bahwa data KIA di puskesmas telah dikelola dengan baik, tetapi beberapa BPSRB tidak menyampaikan laporannya. Walaupun di Puskesmas Medan Labuhan pernah
diberikan pembinaan supaya laporan harus disampaikan ke puskesmas sebagai dasar dalam mengambil kebijakan, tetapi BPSRB kurang peduli atau tidak melaporkan
data KIA karena tidak ada sanksi dari Dinas Kesehatan. Upaya petugas di Puskesmas Pekan Labuhan untuk menvalidasikan data KIA dengan melakukan kunjungan
langsung ke BPSRB, sedangkan di Puskesmas Belawan, Martubung dan Medan Labuhan, petugasnya kurang aktif dan tidak disediakan dana transportasi.
Hasil wawancara informan kepala puskesmas sejalan dengan pendapat informan yaitu bidan koordinator bahwa data KIA di puskesmas telah dikelola
dengan baik tetapi hanya sedikit BPSRB yang melaporkan data kegiatan KIA. Demikian juga ungkapan informan yaitu petugas Seksi KIAKB mengenai validitas
dan kelengkapan data KIA terkait BPSRB dalam melaporkan data KIA, bahwa kelengkapan data KIA belum lengkap karena masih ada BPSRB yang tidak mau
mengirimkan laporannya kepada petugas terutama yang di puskesmas. Sedangkan hasil wawancara informan yaitu pengelola data bahwa data yang
diterima dari puskesmas belum lengkap tapi sudah dilakukan upaya pendekatan ke BPSRB bekerjasama dengan puskesmas. Jawaban para informan dapat dilihat
melalui tabel di bawah ini:
Tabel. 4.6. Matriks Validitas dan Kelengkapan Data No. Informan
Jawaban Informan 1a
Data program KIA puskesmas sudah cukup lengkap. Namun tidak semua BPSRB mengirimkan laporannya dan juga karena
jaraknya cukup jauh sehingga Bikor kesulitan untuk menjemput laporan ke BPSRB karena dana transportasi tidak tersedia.
Informan 1b Data program KIA kurang valid, misalnya laporan gizi kurang
lengkap karena selama ini yang memegang tugas gizi latar belakang pendidikannya bukan dari bidang gizi. Banyak BPSRB
yang tidak melaporkan data KIA.
Informan 1c
Data program KIA agak kurang valid. Karena BPS ada yang tidak melaporkan data KIA. Mereka tidak melapor mungkin
karena faktor ketidakpedulian BPSRB, atau staf puskesmas yang kurang aktif, atau karena tidak ada sanksi dari Dinas Kesehatan
ke BPS. BPS pasti tahu bahwa BPSRB ada di bawah binaan puskesmas dan ada keharusan untuk melapor program KIA ke
puskesmas. Puskesmas sudah beberapa kali melakukan pembinaan begitu juga Dinas Kesehatan pernah melakukan
penyegaran ilmu tentang pelaporan KIA.
Informan 1d Data KIA yang dibuat sudah lengkap sesuai permintaan Dinas
Kesehatan. Namun beberapa BPSRB tidak melaporkan data KIA sehingga petugas puskesmas melakukan kunjungan langsung
jemput bola. Biasanya petugas menginformasikan ke BPSRB bahwa laporan harus tetap dikirim ke puskesmas secara rutin.
Informan 2a Kalau di puskesmas datanya sudah lengkap, tetapi BPS jarang
melaporkan.
Informan 2b 60 lengkap.
Informan 2c Semua sudah tercakup karena kita turun ke lapangan jadi target
bumil yang datang ke posyandu dan puskesmas sudah tercapai
Informan 2d
Datanya belum lengkap, ada kunjungan dari Dinas Kesehatan Kota Medan ke BPS tapi mereka sering tidak ada di tempat
ketika ditemui jadi data laporan sulit didapat
Informan 5 Kelengkapan data KIA belum lengkap karena masih ada BPSRB
yang tidak mau mengirimkan laporannya kepada petugas terutama yang di puskesmas. Sanksi yang diberikan masih berupa
teguran saja dengan melayangkan surat teguran dan belum ada sanksi yang lain yang lebih khusus. Petugas lapangan puskesmas
melakukan jemput bola mengunjungi BPSRB kalau mereka tidak mau mengirimkan data laporan. Kami bekerja dengan Seksi
Rujukan melakukan pembinaan, jika ada kegiatan seperti penyuluhan KIA di kelurahan, maka petugas ikutserta supaya
dapat menjaring data dan informasi.
Informan 7 Data ada kami terima, memang belum lengkap tapi kami
berupaya melengkapinya dengan melakukan pendekatan ke BPSRB bekerjasama dengan puskesmas
Berdasarkan hasil wawancara mendalam kepada kepala puskesmas mengenai jumlah SDM puskesmas, maka diperoleh pernyataan bahwa jumlah pegawai sudah
mencukupi memadai, dimana program kesehatan seperti KIA yang diselenggarakan sudah berjalan dengan baik, tetapi untuk pemantauan dan pelaporan data KIA dari
BPSRB menjadi tanggung jawab bidan koordinator. Demikian ungkapan informan yaitu pengelola data, bahwa secara kuantitas jumlah SDM bagian pengelola data
sudah mencukupi dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Namun berbeda dengan ungkapan informan yaitu petugas seksi KIAKB
dalam melaksanakan tugasnya jumlah petugas bahwa baik secara jumlah dan kualitas SDM masih belum mencukupi, perlu penambahan minimal dari D-III Kebidanan atau
S-1. Jawaban para informan dapat dilihat melalui tabel di bawah ini:
Tabel. 4.7. Matriks Jumlah SDM No. Informan
Jawaban Informan 1a
Jumlah tenaga kesehatan sudah mencukupi, ada 3 orang umum dan 1 dokter gisi, dan ditambah 22 petugas lainnya
Informan 1b Sudah cukup, ada 22 orang, dokter ada 7 orang 4 orang dokter
gigi di Puskesmas, 1 orang dokter di Pustu, tenaga honor tamatan SMA, 6 orang bidan D-III, perawat D-III, dan
petugas kesling, untuk tugas pemantauan adalah bikor
Informan 1c 24 orang, di puskesmas ada 2 orang dokter umum, 1 orang
dokter gigi, perawat umum, perawat gigi, asisten apoteker, tenaga TU. Di Pustu ada 1 orang dokter dan 2 orang perawat.
Dokter masih kurang 1 orang lagi, begitu juga perawat, petugas kesling dan bidan juga masih kurang. Tugas pemantauan dan
pelaporan KIA adalah bikor itu sendiri
Informan 1d 30 orang, dokter umum hanya 1 orang jadi karena puskesmas
ini rawat inap perlu penambahan dokter umum.
Informan 4
Pada umumnya tamatan S1 dan ada juga tamatan S2.
Tabel. 4.7. Lanjutan Informan 5
Masih belum mencukupi, perlu penambahan minimal dari D-III Kebidanan atau S-1.
Informan 6 Berjumlah 6 orang. Saya kira Jumlahnya sudah cukup memadai
karena ada perwakilan dari masing-masing bidang di Dinkes yang merangkap menjadi staf disini.
Informan 7 Sudah mencukupi dengan tugas yang diemban saat ini
Berdasarkan hasil wawancara mendalam kepada kepala puskesmas mengenai jumlah bidan dan fasilitas kesehatan swasta, maka diperoleh pernyataan bahwa
jumlah fasilitas kesehatan swasta bervariasi dari 3 sampai 24 unit BPS dan ditemukan BPS yang tidak memiliki izin praktek. Sedangkan pernyataan informan yaitu bidan
koordinatar mengenai jumlah bidan dan fasilitas kesehatan swasta BPSRB bahwa jumlah BPSRB bervariasi dari 3 sampai 24 orang bidan. BPS terbanyak ditemukan
di wilayah Puskesmas Martubung dan paling sedikit di wilayah Puskesmas Medan Labuhan.
Sementara itu, hasil wawancara informan yaitu petugas Seksi KIAKB tidak mengetahui jumlah bidan dan BPSRB di wilayah kerja puskesmas tersebut. Sesuai
pernyataan informan bahwa data jumlah BPSRB ada di Seksi Rujukan. Jawaban para informan dapat dilihat melalui tabel di bawah ini:
Tabel. 4.8. Matriks Jumlah Bidan dan Fasilitas Kesehatan Swasta No. Informan
Jawaban Informan 1a
Ada 8 unit BPS, 2 unit rumah sakit, 4 unit klinik dan 18 unit rumah bersalin
Informan 1b Jumlah BPS ada 24 unit tetapi ada yang tidak memiliki izin
praktek.
Informan 1c
Jumlah BPS ada 3 unit.
Informan 1d Jumlah BPS ada 7 unit dan 1 unit RB
Tabel. 4.8. Lanjutan Informan 2a
Jumlah BPS ada 13 orang dan tidak semua melaporkan data kegiatan KIA ke puskesmas
Informan 2b Ada 24 bidan dan tidak semua memiliki izin dan yang melapor
hanya 1-2 orang saja dan mereka yang datang ke puskesmas
Informan 2c Jumlah BPS ada 3 orang bidan, sedangkan jumlah bidan
keseluruhan 19 orang bidan
Informan 2d
Jumlah BPS ada 7 orang bidan dan 1 unit RB, total keseluruhan 15 orang bidan
Informan 5 Saya kurang paham, yang mengetahui adalah bagian data
seperti di Sekretariat atau bisa dilihat di profil. Ada juga informasi data tersebut di Seksi Rujukan atau profil Dinas
Kesehatan Kota Medan, sementara di bagian KIA tidak ada datanya.
4.3.3 Struktur Birokrasi