Tabel. 4.8. Lanjutan Informan 2a
Jumlah BPS ada 13 orang dan tidak semua melaporkan data kegiatan KIA ke puskesmas
Informan 2b Ada 24 bidan dan tidak semua memiliki izin dan yang melapor
hanya 1-2 orang saja dan mereka yang datang ke puskesmas
Informan 2c Jumlah BPS ada 3 orang bidan, sedangkan jumlah bidan
keseluruhan 19 orang bidan
Informan 2d
Jumlah BPS ada 7 orang bidan dan 1 unit RB, total keseluruhan 15 orang bidan
Informan 5 Saya kurang paham, yang mengetahui adalah bagian data
seperti di Sekretariat atau bisa dilihat di profil. Ada juga informasi data tersebut di Seksi Rujukan atau profil Dinas
Kesehatan Kota Medan, sementara di bagian KIA tidak ada datanya.
4.3.3 Struktur Birokrasi
Berdasarkan hasil wawancara mendalam kepada informan yaitu kepala puskesmas mengenai sistem pencatatan dan pelaporan KIA, maka diperoleh
pernyataan bahwa sistem pencatatan dan pelaporan KIA dilakukan secara manual, dimana data KIA diketik ulang di komputer sesuai format yang diberikan oleh Dinas
Kesehatan Kota Medan. Hasil wawancara informan kepala puskesmas tidak berbeda jauh dengan hasil
wawancara informan yaitu bidan koordinator mengenai pencatatan dan pelaporan KIA di puskesmas, bahwa pencatatan dan laporan data KIA sudah baik karena data
dari buku kohort dimasukkan secara manual ke dalam format PWS-KIA dan dikirim setiap bulan pada tanggal 2–5 sesuai ketentuan dari Dinas Kesehatan Kota Medan.
Sementara itu, hasil wawancara informan yaitu bidan praktek swasta bahwa pencatatan KIA dengan cara dipisah laporan ANC, persalinan, KB, namun terangkum
dalam 1 buku tetapi BPSRB tidak menyampaikan data KIA tersebut ke puskesmas secara rutin.
Berkaitan dengan sistem pencatatan dan pelaporan KIA dan puskesmas melaporkan dengan tepat waktu bahwa ungkapan bikor didukung pernyataan
informan yaitu petugas Seksi KIAKB, dimana sistem pencatatan dilakukan secara manual dan menggunakan format KIA. Penyampaikan laporan KIA dari puskesmas
ke Dinas Kesehatan Kota Medan selalu tepat waktu, kecuali ada petugas kesehatan yang sakit, tapi mereka selalu mengupayakan pengirimannya sebelum tanggal 5
setiap bulan. Dan bila ada yang belum mengirim sampai tanggal 5 tiap bulan akan dihubungi.
Sedangkan hasil wawancara informan yaitu petugas pengelola data mengenai alur pelaporan KIA bahwa alur pelaporan data telah sesuai dengan ketentuan yang
berlaku dimana pengelolaan data KIA dimulai dari pustu ke puskesmas lalu direkap oleh bikor dan langsung dikirim ke Dinas Kesehatan Kota Medan. Laporan KIA
biasanya terpisah dengan SP2TP. Jawaban para informan dapat dilihat melalui tabel di bawah ini:
Tabel. 4.9. Matriks Sistem Pencatatan dan Pelaporan KIA No. Informan
Jawaban Informan 1a
Laporan diketik di komputer menggunakan format KIA yang telah baku dari Dinas Kesehatan Kota Medan
Informan 1b Diketik langsung ke komputer dengan format dari Dinas
Kesehatan Kota Medan
Informan 1c
Mengisi format dari Dinas Kesehatan Kota Medan, seperti K1, K4 dilakukan secara manual dan sekarang menggunakan soft
copy PWS-KIA dan langsung dientry datanya
Tabel. 4.9. Lanjutan Informan 1d
Laporan KIA diketik di komputer
Informan 2a
Ada buku kohort bumil untuk ANC, ada buku pelayanan bulin.
Informan 2b Dilakukan secara manual
Informan 2c Secara manual, kirim PWS-KIA tiap bulan pada tgl 2 – 5 tiap
bulan
Informan 2d Secara manual, kirim PWS-KIA tiap bulan pada tgl 2 – 5 tiap
bulan. Kunjungan K1 jarang, bumil sering berkunjung pada usia kehamilan 5 bulan ke atas
Informan 3a Awal-awalnya dulu menurut saya tidak begitu penting tapi
zaman sekarang, penting sekali karena data laporan KIA diperlukan walaupun petugas puskesmas tidak datang. Kita juga
perlu. Saat ini, saya membuat rekapan sendiri, jadi kalau ada pertemuan bulanan saat ini sudah siap apalagi bikor datang
menjemput laporan dan untuk saya juga ada rekapan.
Informan 3b Saya mencatat laporan KIA dengan cara dipisah laporan bumil,
persalinan, KB dan ANC, namun terangkum dalam 1 buku.
Informan 3c
Penting, karena di situ ada catatan pasien, apakah ada kelainan saat hamil, saat partus, apakah ada perdarahan dan sebagainya.
Sebenarnya perlu dilaporkan tapi karena tidak ada format ya hanya saya catat di buku sendiri. Kalau pasien gawat saya rujuk
ke dokter spesialis kandungan. Jadi data sangat penting. Laporan tahun lalu masih ada dan dicatat dalam buku.
Informan 3d Saya merasa data laporan KIA penting karena kita dapat
mengetahui berapa jumlah pelayanan ANC setiap bulan, ibu bersalin, atau neonatus. Saya mencatat laporan di buku dan
mengisi format laporan Jampersal untuk persyaratan klaim karena pasien saya menggunakan Jampersal.
Informan 5 Penyampaikan laporan KIA dari puskesmas ke Dinas Kesehatan
Kota Medan selalu tepat waktu dengan cara manual menggunakan format KIA, kecuali ada masalah dengan petugas
misalnya sakit, tapi mereka selalu mengupayakan pengirimannya sebelum tangal 5. Dan bila ada yang belum mengirim sampai
tanggal 5 tiap bulan kita menghubungi.
Informan 7 Arus laporan KIA dimulai dari pustu ke bikor lalu direkap oleh
puskesmas dan langsung dikirim ke Dinas Kesehatan Kota Medan. Laporan KIA biasanya terpisah dengan SP2TP.
Berdasarkan hasil wawancara mendalam kepada seluruh kepala puskesmas mengenai penyelenggaraan lokakarya mini, maka diperoleh pernyataan bahwa
puskesmas menyelenggarakan lokakarya mini sebanyak satu kali setiap bulan untuk membahas pencapaian program, masalah dan mencari solusi, tetapi kerjasama masih
belum baik antar pegawai sehingga banyak cakupan program belum sesuai target yang ditetapkan..Jawaban para informan dapat dilihat melalui tabel di bawah ini:
Tabel. 4.10. Matriks Penyelenggaraan Lokakarya Mini No. Informan
Jawaban Informan 1a
Rutin dilaksanakan 1 kali sebulan membahas pencapaian program dan mencari solusi permasalahan yang dihadapi.
Sedangkan kegiatan pemantauan jarang dibahas. Kalaupun dibahas hanya sebatas informasi saja.
Informan 1b
Rutin, 2 kali dalam sebulan, dibahas masalah program, SDM masih belum melaksanakan tugas secara berkoordinasi, masih
belum ada kerjasama yang kompak, ada SDM yang sulit diatur
Informan 1c Ya sekali setiap bulan dan mini lokakarya lintas sektor 1 kali
dalam tiga bulan dan kegiatan pemantauan jarang dimusyawarahkan
Informan 1d Rutin dilakukan sebulan sekali, tetapi tentang pemantauan KIA
tidak pernah dibahas Berdasarkan hasil wawancara mendalam kepada seluruh informan yaitu bidan
koordinator mengenai BPSRB membuat laporan ke puskesmas, maka diperoleh pernyataan bahwa pada umunya BPSRB tidak menyampaikan laporan ke puskesmas
berdasarkan wilayah kerjanya. Hal ini disebabkan kurangnya pembinaan kemitraan ke berbagai BPSRB, luasnya wilayah kerja dan juga tidak tersedianya dana transport.
Ungkapan informan di atas didukung pernyataan informan yaitu petugas seksi KIAKB bahwa apabila ada BPSRB yang tidak mengirimkan laporan maka petugas
puskesmas mengunjungi BPSRB. Jawaban para informan dapat dilihat melalui tabel di bawah ini:
Tabel. 4.11. Matriks BPSRB Membuat Laporan ke Puskesmas
No. Informan
Jawaban Informan 2a
Ada, tapi tidak semua dan bila ada kematian bayi mereka tidak pernah melaporkan. Hal ini mungkin disebabkan kurangnya
pendekatan ke BPS, pembinaan kemitraan kurang dilaksanakan mungkin karena luasnya wilayah dan tidak adanya dana
transport, diharapkan ada kerjasama dari Dinas Kesehatan, misalnya kalau BPS minta izin agar koordinasi ke Puskesmas.
Informan 2b Memang BPS banyak, tapi mereka tidak melapor ke Puskesmas
jadi Puskesmas yang aktif mendata melalui kader di posyandu dan melakukan kunjungan rumah. Jadi intinya adalah kader.
Informan 2c Ada yang mengirim dan ada yang tidak. Puskesmas sudah
pernah mengirim format dan disarankan untuk mengambil buku PWS-KIA tapi tidak mau namun kalau ada masalah di
BPS baru datang. Upaya yang dilakukan kadang-kadang bikor yang jemput, kadang mereka antar. Diantar sekali dalam dua
atau tiga bulan, dan kalau perlu data K1 dan K4 di telepon.
Informan 2d Tidak ada, jika tidak dijemput tidak pernah melapor langsung
ke puskesmas
Informan 5
Ada BPSRB yang tidak mengirimkan laporan maka petugas melakukan jemput bola mengunjungi BPSRB.
Berdasarkan hasil wawancara mendalam informan yaitu petugas pengelola data mengenai cek silang laporan KIA, maka diperoleh pernyataan bahwa untuk
mengetahui kevaliditasan laporan KIA, dilakukan cek silang pada saat pembuatan profil Dinas Kesehatan Kota Medan. Dari data Jawaban para informan dapat dilihat
melalui tabel di bawah ini:
Tabel. 4.12. Matriks Cek Silang Laporan KIA No. Informan
Jawaban Informan 7
Pernah, kami melakukan cek silang untuk mengetahui validitas laporan KIA misalnya dalam rangka membuat profil Dinas
Kesehatan Kota Medan.
Berdasarkan hasil wawancara mendalam informan yaitu petugas pengelola data mengenai sumber data laporan KIA yang ada di Profil Dinas Kesehatan Kota
Medan, maka diperoleh pernyataan bahwa dalam membuat profil Dinas Kesehatan Kota Medan, sumber utama data KIA adalah laporan dari puskesmas, masing-masing
pengelola program, BPS dan fasilitas kesehatan lainnya seperti rumah sakit pemerintahswasta. Jawaban para informan dapat dilihat melalui tabel di bawah ini:
Tabel. 4.13. Matriks Sumber Data Laporan KIA yang Ada di Profil Dinas Kesehatan Kota Medan
No. Informan Jawaban
Informan 7 Sumber data program KIA di Profil Dinas Kesehatan dari
laporan puskesmas, masing-masing pengelola program, BPS dan fasilitas kesehatan lainnya seperti rumah sakit pemerintah
swasta.
Berdasarkan hasil wawancara mendalam informan yaitu Kepala Bidang Yankes mengenai pelaksanaan program Yankes, maka diperoleh pernyataan bahwa
bidang Yankes membawahi tiga seksi, evaluasi program dilaksanakan dua kali setahun serta didukung dengan dana APBD. Jawaban para informan dapat dilihat
melalui tabel di bawah ini:
Tabel. 4.14. Matriks Pelaksanaan Program Pelayanan Kesehatan
No. Informan
Jawaban Informan 4
Bidang Yankes membawahi tiga seksi yaitu Seksi Kesehatan Dasar, Kesehatan Rujukan dan Kesehatan Khusus. Evaluasi
program biasanya dilaksanakan dua kali setahun yaitu bulan Agustus dan Desember. Untuk mendukung program kesehatan
pada tahun ini persentase anggaran APBD lebih sedikit dari tahun lalu. Anggaran di bidang Yankes sebesar 7 dari
anggaran Dinkes Kota Medan, dan sebagian besar untuk kegiatan posyandu dan gizi. Sedangkan anggaran Dinkes Kota
Medan sebesar 9 dari total APBD karena sebagian anggaran masuk ke RS Pirngadi dan lain-lain.
4.3.4 Disposisi