6. 2. Teknologi Komunikasi 6. 3. Semiotika PENDAHULUAN

“semua isyarat yang bukan kata-kata, dan mencakup semua rangsangan kecuali rangsangan verbal dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh individu, yang mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim atau penerima; jadi definisi ini mencakup perilaku yang disengaja ataupun yang tidak disengaja sebagai bagian dari peristiwa komunikasi secara keseluruhan; kita mengirim banyak pesan non verbal tanpa menyadari bahwa pesan- pesan tersebut bermakna bagi orang lain.” Mulyana,2007 : 343

1. 6. 2. Teknologi Komunikasi

Perkembangan teknologi komunikasi dewasa ini sedang dalam fase tumbuh kembang yang sangat cepat. Sehingga perkembangan yang pesat ini disebut para ahli sebagai suatu gejala revolusi. Sekalipun kemajuan tersebut masih dalam perjalanannya, saat ini sudah dapat diperkirakan terjadinya perubahan dibidang komunikasi maupun lain - lainnya yang berhubungan, sebagai implikasi dari perkembangan yang dimaksud. Perubahan – perubahan yang kelak terjadi, terutama disebabkan berbagai kemampuan dan potensi teknologi komunikasi tersebut, yang memungkinkan manusia untuk saling berhubungan dan berkomunikasi mereka secara tidak terbatas. Jadi yang dimaksud dengan teknologi komunikasi adalah suatu penerapan ilmu pengetahuan untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan komunikasi. Rogers 1986 dalam Lubis, 2005 : 42, mendefinisikan teknologi komunikasi sebagai “alat pengangkut keras, struktur organisasi dan nilai-nilai sosial yang digunakan untuk mengumpulkan, memproses, dan mempertukarkan informasi dengan yang lain.”

1. 6. 3. Semiotika

Secara etimologis, istilah semiotik berasal dari kata Yunani, semion yang berarti tanda. Menurut Umberto Eco dalam Sobur, 2009 : 95, mengatakan : ”Tanda itu didefinisikan sebagai sesuatu yang atas dasar konvensional sosial yang terbangun sebelumnya, dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain”. Secara terminologis, semiotik dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda. Sedangkan menurut Preminger ia mengatakan ; Universitas Sumatera Utara “Semiotik adalah ilmu tentang tanda-tanda. Ilmu ini menganggap bahwa fenomena sosialmasyarakat dan kebudayaan itu merupakan tanda-tanda. Semiotik itu mempelajari tentang sistem- sistem, aturan-aturan, konvensi - konvensi yang memungkinkan tanda - tanda itu mempunyai arti” Sobur, 2009 : 96 . Pemahaman akan struktur semiosis menjadi dasar yang tidak bisa ditiadakan bagi penafsir dalam upaya mengembangkan pragmatis. Seorang penafsir adalah yang berkedudukan sebagai peneliti, pengamat, dan pengkaji, objek yang ditelitinya. Dalam mengkaji objek yang difahaminya, seorang penafsir yang jeli dan cermat, semuanya akan dilihat dari jalur logika, yakni Sobur, 2009 : 97 : Hubungan penalaran jenis dengan penandanya : • Qualisign : Penanda yang bertalian dengan kualitas. Tanda-tanda yang merupakan tanda berdasarkan suatu sifat. Qualisign yang murni pada kenyataannya tidak pernah ada. Jadi benar - benar berfungsi, qualisign harus mempunyai bentuk. • Sinsigns : Penanda yang bertalian dengan kenyataan. Tanda - tanda yang merupakan tanda atas dasar tampilannya dalam kenyataan. Semua pernyataan individual yang tidak dilembagakan merupakan sinsigns. • Legisigns : Penanda yang bertalian dengan kaidah. Tanda - tanda yang merupakan tanda atas dasar suatu pertauran yang berlaku umum, sebuah konvensi, sebuah kode. Semua tanda legisigns , karena bahasa merupakan kode. Setiap legisigns mengimplikasikan sinsigns, hubungan second yang mengaitkan third , yakni peraturan yang bersifat umum. Jadi, legisigns sendiri merupakan sebuah third. Universitas Sumatera Utara

1. 6. 4 Semiotika Charles Sanders Pierce